Anda di halaman 1dari 26

makalah tumor testis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor testis merupakan keganasan terbanyak pada pria berusia diantara 15-35 tahun dan
merupakan 1-2% semua neoplasma pada pria. Akhir-akhir ini terdapat perbaikan usia harapan
hidup pasien yang mendapat terapi jika dibandingkan dengan 30 tahun yang lalu. Hal ini karena
saat ini telah ditemukan sarana diagnosis lebih baik, penanda tumor, regimen kemoterapi dan
radiasi serta teknik pembedahan yang lebih baik. Angka mortalitas menurun dari 50 % pada
tahun 1970 menjadi 5% tahun 1997.5
Tumor ganas (malignan) testis jarang ditemukan. Di United State, rata-rata 9 kasus baru
per 100.000 laki-laki per tahun dilaporkan menderita keganasan pada testis. Dari semua tumor
primer testis, 90-95% adalah germ cell tumors (seminoma and nonseminoma), dan sisanya
adalah nongerminal neoplasms (Leydig cell, Sertoli cell, gonadoblastoma). Kemungkinan hidup
pada seseorang dengan kanker testis adalah 0.2% pada seluruh laki-laki kulit putih di United
State. Kelangsungan hidup pasien dengan kanker testis meningkat tiap tahunnya, hal ini karena
telah berkembang metode kemotrapi kombinasi. Pada 8000 kasus baru di United States tahun
2005, kurang dari 400 orang yang meninggal. 4,6
Insiden kanker testis bervariasi pada tiap negara, ras dan tingkat sosioekonomi. Di
Scandinavian dilaporkan 6.7% kasus baru per 100.000 laki-laki; Jepang dilaporkan 0.8 % per
100.000 laki-laki. Di United States, insiden kanker testis pada laki-laki kulit hitam jika
dibandingkan dengan kulit putih adalah rata-rata 1:4. Berdasarkan ras, individu dengan tingkat
sosioekonomi tinggi dilaporkan menderita kanker testis 2 kali lebih tinggi dari pada individu
dengan tingkat sosioekonomi rendah.
Tumor testis merupakan satu dari beberapa neoplasma yang berkaitan dengan serum
penanda yaitu beta human chorionic gonadotropin (B-hCG) dan a-fetoprotein (AFP). Penanda
tumor ini sebagai intervensi dini adanya tumor testis. Sebagai tambahan karakteristik tumor testis
yang sukses dengan terapi yaitu tumor yang berasal dari germ sel karena sensitif terhadap radiasi
dan agen kemoterapi, gambaran histopatologi menunjukkan jinak, dapat diprediksi
penyebarannya secara sistemik, serta terjadi pada anak-anak tanpa penyakit komorbid yang dapat
ditoleransi dengan multimodal terapi. Pasien dengan tumor yang muncul di luar testis
(extragonadal germ cell tomors (EGCTs)), jika diberikan terapi yang sama maka prognosisnya
rata-rata setengah dari yang diharapkan pada pasien dengan primari germ sel tumor (GCTs). 1,4,6
Kanker testis lebih banyak terkena pada testis sisi sebelah kanan dibandingkan dengan
sisi sebelah kiri, dimana setara dengan meningkatnya insiden cryptorchidism pada sisi kanan.
tumor testis primer, dilaporkan 1-2% bilateral dan sekitar 50% tumor muncul pada laki-laki yang
pernah menderita cryptorchidism unilateral maupun bilateral. Tumor primer testis bilateral dapat
terjadi bersamaan atau tidak namun cenderung memiliki tipe histologi yang sama. Seminoma
adalah germ cell tumor pada tumor testis primer yang paling sering ditemukan, serta lymphoma
malignant adalah tumor testis bilateral yang tersering.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan medis pada Tumor Testis?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Tumor Testis?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
 Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan terhadap klien dengan Tumor Testis.
1.3.2 Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui dan memahami pengertian Tumor Testis.
 Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi Tumor Testis.
 Untuk mengetahui dan memahami etiologi Tumor Testis.
 Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis dan patofisiologi Tumor Testis
 Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pada Tumor Testis.
 Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang dilakukan pada klien Tumor Testis.

1.1 Metode Penulisan


Makalah ini disusun dengan melakukan studi pustaka dari berbagai referensi buku dan internet.

1.2 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan dari makalah ini adalah BAB I Pendahuluan, terdiri dari : latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II
Tinjauan Teori, dan BAB III Asuhan Keperawatan, BAB IV Penutup terdiri dari kesimpulan dan
saran.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90%
berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat
sembuh bila diberikan penanganan yang adekuat.
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung
zakar).

2.2 Klasifikasi
 Klasifikasi tumor testis:
 Tumor sel germinal (90%)(mensekresi AFP dan β-HCG):
 Seminoma
 Nonseminoma : karsinoma embrional, teratokarsinoma, kariokarsinoma.
 Tumor stroma:
 Sel Leydig
 Sel Sertoli
 Sel granulosa
 Tumor Metastasis
 Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb :
 Stadium A atau I : tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti penyebaran baik secara klinis
maupun radiologis.
 Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta) atau
nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba.
Stadium II B untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).
 Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.
 Klasifikasi tingkat penyebaran berdasarkan TMN pada karsinoma testis :
T. Tumor primer
Tis Pra invasif (intratubular)
T1 Testis dan retetestis
T2 Di luar T.albuginea atau epididimis
T3 Funikulus spermatikus
T4 Skrotum
N. Kelenjar limfe
N0 Tidak ditemukan keganasan
N1 Tunggal < 2 cm
N2 Tunggal 2-5 cm ; multiple < 5 cm
N3 Tunggal atau multiple > 5 cm
M. Metastasis jauh
M0 Tidak dapat ditemukan
M1 Terdapat metastasis jauh

2.3 Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain:
1. Maldesensus testis.
2. Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya
tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
tumor, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus merupakan suatu ekspresi disgenesia
gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas.
3. Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini
meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
4. Atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.

2.4 Manifestasi Klinis


Gejala timbul dengan sangat bertahap dengan masa atau benjolan pada testis dan secara
umum pembesaran testis yang tidak nyeri .
Tanda pertama:
 Adanya massa atau benjolan pada testis dan secara umum pembesaran testis yang tidak nyeri.
 Pasien merasa sesak pada skrotum, area inguinal, atau abdomen dalam.
 Nyeri tumpul di punggung atau perut bagian bawah(metastasis kelenjar retroperitoneal).
 Apabila tumor mengenai daerah yang memproduksi hormon, maka akan terjadi gynecomastia
(pembesaran abnormal buah dada) dan puting susu dapat menjadi sakit.

2.5 Patofisiologi
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai
seluruhparenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis,
funikulusspermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier
yangsangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika
albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluartestis.
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju
kekelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju
kekelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar
secarahematogen ke paru, hepar, dan otak.
Pathway
Fungsi testis
Libido
Menyebar ke epididimis funikulus spermatikus
infertil
Gangguan proses. spermatogenesis
Disfungsi seksual
Gg .konsep diri:harga diri rendah
Ansietas
Kurangnya pengetahuan
Perubahan fungsi seksual
Perubahan bentuk skrotum
Klien amerasa tidak PD
Penatalaksanaa pembedahan (Orkidektomi)
Gg.konsep diri: Citra tubuh
Pembesaran testis/tumor pd testis
Mengenai seluruh parenkim testis
Idiopatik
Lesi intravaskular
Penggunaan hormon dietilstilbestrol, atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon
Disgenesia gonad&transformasi gonad
Kriptokismus, Maldesensus testis,
Perubahan rasa nyaman
Resiko infeksi
Peningkatan pajanan patogen
Adanya luka insisi
Nyeri akut
Penurunan hormon testosteron
Gangguan pematangan sperma
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
1. Transiluminasi untuk membedakan massa yang berisi cairan dari massa solid (tumor tidak
menunjukkan transiluminasi).
2. USG skrotum untuk melihat testis dan menentukan keberadaan tumor.
3. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (α fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 85% kanker non-seminoma
menunjukkan peningkatan kadar AFP atau β-HCG.
4. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
5. CT scan dada dan abdomen (untuk menentukan keluasan penyakit dalam paru-paru dan
retroperineum).
6. Biopsi jaringan.
Human chorionic gonadotropin dan α-fetoprotein adalah penanda tumor yang mungkin
meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah substansi yang disintesis oleh sel-
sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah yang abnormal).
7. Teknik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel-sel yang tampaknya
menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah digunakan untuk mendiagnosis,
menggolongkan, dan memantau respon terhadap pengobatan.
8. Urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang disebabkan oleh
massa tumor.
9. Limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke sistem limfatik.

2.7 Penatalaksanaan
1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkidektomi) dan pengangkatan kelenjar getahbening
(limfadenektomi).
2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali
dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.Juga digunakan sebagai
pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadiumawal.
3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid)untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapanhidup penderita tumor
non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkankerusakan pada
sumsum tulang penderita.
 Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkdiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkidektomi, penyinaran kelenjar getah bening dankemoterapi dengan
sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkidektomi dan kemoterapi multi-obat.
 Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkidektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomiperut.
2. Stadium II diobati dengan orkdiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinandiikuti dengan
kemoterapi
3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkidektomi.Jika kankernya merupakan kekambuhan
dari kanker testis sebelumnya, diberikankemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan
etoposid atau vinblastin)

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Umur: sering terjadi terbanyak pada usia 20-40 tahun (Pierce:2007), jenis kelamin: laki-laki.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Biasanya klien mengeluh adanya rasa berat dan ketidaknyamanan pada perubahan bentuk
skrotum.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keluhan adanya pembesaran skrotum dan skrotum teraba keras.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami kriptorkismus, infeksi testis, epididimitis dan tumor
testis sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Kaji
adanya riwayat kanker pada keluarga.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: compos mentis
b. TTV:
Apabila tidak ada komplikasi / metastasis ke organ yang lain.
TD : 110 -120/ 80-90
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR : 16 - 20 x/mnt
c. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala: kaji bentuk kepala, penyebaran rambut, adanya ketombe, luka jahitan, benjolan.
2. Wajah: kaji bentuk wajah,ekspresi wajah
3. Mata: kaji lapang pandang, refleks pupil dan kornea, konjungtiva anemis/ananemis, kaji adakah
edema pada palpebra,
4. Hidung: kaji kesimetrisan lubang hidung, kebersihan,sekret, kaji adanya polip, kaji adanya PCH
dan sianosis serta nyeri tekan,
5. Telinga: biasanya normal, tidak ada serumen, bentuk simetris
6. Mulut: kaji adanya lubang pada gigi, kebersihan, bercak koplik, kaji pergerakan lidah dan
warna.
7. Leher: palpasi adanya pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena
jugularis, adanya massa dileher (apabila terjadi metastase ke nodus limfatikus supraklavikular).
8. Thoraks
Dada
Inspeksi : kaji pengembangan paru, bentuk dada,
Palpasi : kaji ada krepitasi,kaji adanya nyeri tekan, kaji vocal fremitus kanan dan kiri sama.
Perkusi : normalnya, sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : kaji adanya suara nafas tambahan
Jantung
Inspeksi : lihat adanya pulsasi ictus cordis
Palpasi : palpasi adanya ictus kordis (ICS 4/ICS5)
Perkusi :
a. Batas jantung kanan atas: ICS II LPS dextra

b. Batas jantung kanan bawah : ICS V LPS dextra

c. Batas jantung kiri atas: ICS II LMC sinistra

d. Batas jantung kiri bawah: ICS VI LAA sinistra.

Auskultasi : BJ 1 di ICS V dan BJ 2 di ICS II, bunyi tunggal, adakah bunyi jantung abnormal
9. Payudara dan ketiak
Payudara:
Inspeksi : bentuk payudara, kesimetrisan, terjadi gynecomastia/pembesaran abnormal buah dada
(Apabila tumor mengenai daerah yang memproduksi hormon).
Palpasi: konsistensi, kaji adanya benjolan, puting susu dapat menjadi sakit (akibat pembesaran
abnormal buah dada)

Ketiak: Palpasi adanya pembesaran kelenjar limfe.


10. Punggung
Nyeri pada punggung yang samar (apabila terjadi metastasiskelenjar retroperitoneal)..
11. Abdomen
Inspeksi: kaji adanya luka bekas operasi, tidak terdapatpembesaran abdomen
Palpasi : biasanya tidak ada nyeri tekan, hanya teraba benjolan pada inguinal.
Auskultasi : bising usus normal (5-35x/mnt)
Perkusi : bunyi timpani
12. Genitalia:
Inspeksi: pembesaran / benjolan pada skrotum, adanya pengerutan cord, dan kulit skrotum.
Palpasi: skrotum teraba keras, terfiksasi dengan tunika albugenia.
13. Ekstremitas: kaji CRT, turgor kulit, kaji adanya varises, kaji adanya sianosis, clubbing finger,
reflek patela.

d. Pola Fungsional Gordon


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Kaji persepsi klien terhadap kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan.
2. Pola Nutrisi
Nafsu makan menurun, mual, anoreksia (biasanya dikarenakan efek kemoterapi).
3. Pola eliminasi
Biasanya tidak terdapat gangguan pada pola eliminasi baik pada eliminasi urine maupun
eliminasi alvi tetapi apabila terjadi metastase dimungkinkan terjadi gangguan.
4. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien mengalami kelemahan dan kelelahan serta kesulitan beraktivitas akibat
pembesaran testis.
5. Pola tidur dan istirahat
Bisanya klien mengalami penurunan pola tidur karena cemas akibat membesarnya skrotum.
6. Pola hubungan dan peran
Peran dan hubungan pasien dengan keluarga akan terjadi perubahan dikarenakan menurunnya
peran seorang suami terhadap keluarga akibat penyakit yang dideritanya.
7. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada klien cenderung tidak percaya diri, baik karena kalainan bentuk scrotumnya
maupun karena infertilnya.
8. Pola sensori dan kognitif
Biasanya tidak terganggu..
9. Pola reproduksi seksual
Pada testis klien terdapat pembesaran/benjolan dan biasanya akan terganggu karena dapat terjadi
infertilitas dan terjadi penurunan libido.
10. Pola penanggulangan stres
Biasanya klien mengalami kecemasan selalu bertanya pada perawat atau tenaga medis lainnya
tentang penyakitnya.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pasien dan keluarga beragama islam. Biasanya orang tua menganggap bahwa semua penyakit
pasti ada obatnya dan semuanya sudah diatur oleh Allah SWT.

3.2 Contoh Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1. DS: Pembesaran pada Gangguan rasa
Klien megeluh tidak nyaman skrotum nyaman
dengan pembesaran skrotumnya
DO:
 Skrotum membesar
 Terasa berat pada skrotum
 Klien nampak gelisah
 TTV:
TD : 110 -120/ 80-90mmHg
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR : 16 - 20 x/mnt
2. DS : Resiko infertil, Gangguan
 pasien mengatakan malu penurunan libido seksualitas
dengan keadaanya (disfungsi seksual)
 pasien mengeluh skrotum
membesar
 pasien mengatakan tidak ada
hasrat untuk melakukan
seksualitas

DO :
 Skrotum pasien membesar (
abnormal)
 Tidak terjadi penurunan libido.
 Terjadi penurunan hormon
testosteron

3. DS: biasanya klien mengatakan luka insisi sekunder Nyeri akut


nyeri pada alat kelaminnya terhadap
setelah dioperasi. pembedahan
DO: biasanya dibuktiakn
dengan:
1. Adanya luka insisi.
2. Klien nampak meringis
kesakitan
3. P: nyeri bertambah saat
bergerak
Q:nyeri seperti tertusuk.
R:pada daerah bekas insisi.
S: skala nyeri 6
T: nyeri persisten
4. TTV:
TD : >120 mmHg
N : >100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR : 16 - 20 x/mnt

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Tumor Testis adalah sebagai
berikut:
Pre op:
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pembesaran skrotum.
2. Disfungsi seksual berhubungan dengan resiko infertil, penurunan libido.
Post op:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi bedah.
3.4 Contoh Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa Setelah dilakukan


1. Observasi dan catat
1. Menjadi acuan dalam
nyaman tindakan keperawatan pembesaran skrotum ( perrkembangan terapi
berhubungan selama ...x24 jam bila perlu ukur tiap yang sudah
dengan diharapkan rasa nyaman hari ), cek adanya diberikan.
pembesaran klien terpenuhi dengan keluhan nyeri. 2. Mencegah terjadinya
skrotum kriteria hasil: 2. Anjurkan klien iritasi dan
K: menggunakan pakaian meningkatkan
Klien tahu tentang yang longgar terutama kenyamanan.
penyebab celana. 3. Meningkatkan rasa
ketidaknyamananyang 3. Ajarkan pasien untuk nyaman.
dialaminya. memilih posisi yang
4. Orkidektomi
A: nyaman misalnya membantu dalam
Klien merasa lebih duduk dengan kaki mengurangi
nyaman. agak dibuka dan nafas pembesaran skrotum.
P: dalam.
Klien mampu 4. Kolaborasi untuk
melakukan pemilihan dilakukan orkidektomi
posisi yang nyaman
untuk meminimalkan
ketidaknyamanan yang
dialaminya.
P:
 Pembesaran skrotum
berkurang
 TTV normal:
TD:(80/45-90/60
mmHg)
Nadi:(100-180x/mnt)
RR: (30-60 x/mnt)
Suhu: (36,5-37,5 C)

2. Disfungsi Setelah dilakukan1. Mendengarkan1. Masalah seksual


seksual tindakan keperawatan pernyataan pasien atau sering tersembunyi
berhubungan selama ...x24 jam orang terdekat sebahai pernyataan
dengan resiko diharapkan disfungsi2. Kaji informasi pasien humor ayau
infertil, seksual teratasi atau tentang anatomi atau ungkapan yang
penurunan berkurang dengan fungsi seksual gamblang.
libido. Kriteria Hasil : 3. Identifikasi faktor2. Menunjukkan
K: budaya atau nilai dan kesalahan informasi
Klien mengetahui adanya konflik atau konsep yang
penyebab penurunan 4. Bantu pasien untuk mempengaruhi
fungsi seksual yang menyadari atau pengambilan
dialaminya. menerima tahap keputusan
A: berduka 3. Dapat mempengaruhi
Klien bisa menerima5. Dorong pasien untuk kembalinya kepuasan
keadaannya. berbagi pikiran/ seksual
P: masalah dengan teman4. Mengakui proses
Klien mampu 6. Berikan Solusi normal kehilangan
mendiskusikan masalah pemecahan masalah secara nyata /
tentang gambaran diri, terhadap masalah menerima perubahan
peran seksual, hasrat potensial contoh dapat meningkatkan
seksual pasangan menunda koitus koping dan
terdekat seksual saat kelelahan, memudahkan
P: melanjutkan dengan resolusi.
 Tidak terjadi penurunan ekspresi alternatif. 5. Komunikasi terbuka
libido dapat
 Tidak terjadi penurunan mengidentifikasi /
kadar tesrosteron. masalah dan
meningkatkan diskusi
dan resolusi.
6. Membantu pasien
kembali pada hasrat /
kepuasaan aktivitas
seksual.

3. Nyeri akut Setelah dilakukan


1. Observasi TTV 1. Mengetahui keadaan
berhubungan tindakan keperawatan umum pasien
dengan luka selama ...x24 jam
2. Observasi tingkat
2. Memudahkan
insisi bedah. diharapkan nyeri dapat nyeri perawat dalam
terkontrol/hilang. menetukan tingkat
K: nyeri
Klien tahu tentang
3. Berikan lingkungan
3. Mengurangi stimulus
penyebab nyeri yang di yang tenang dan posisi yang berlebihan
alaminya. yang nyaman
A: 4. Ajarkan tekhnik
4. Memberikan rasa
Klien merasa lebih manajemen nyeri nyaman pada saat
tenang setelah kepada klien seperti nyeri.
mengetahui penyebab (teknik relaksasi,
5. Menurunkan ambang
nyeri yang dialaminya. visualisasi, bimbingan
nyeri dan
P: imajinasi) musik,
meningkatkan
Klien mampu sentuhan terapeutik
kenyamanan.
melakukan teknik
5. Berikan analgesik
relaksasi dan distraksi. sesuai indikasi.
P:
 Wajah klien tampak
rileks
 Skala nyeri normal (0-
3)
 TTV normal:
TD:(80/45-90/60
mmHg)
Nadi:(100-180x/mnt)
RR: (30-60 x/mnt)
Suhu: (36,5-37,5 C)
3.5 Contoh Implementasi
Pre Op
Tgl/Jam No. Implementasi Respon Pasien
Dx
12-11-2012
08.15 1 Mengobservasi tanda-tanda vital DS:
Klien mengeluh tidak
nyaman dengan skrotumnya
yang membesar
DO:
TD :110 -120/ 80-90mmHg
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR :16 - 20 x/mnt

DS:
08.30 1 Memberikan edukasi pada klien Klien merasa berat pada
untuk menggunakan celana yang skrotumnya.
longgar dan memilih posisi yang DO:
nyaman untuk mengurangi rasa  Klien nampak nyaman/tidak
ketidaknyamanan yang gelisah.
dialaminya.  Klien duduk dengan kaki
agak dibuka

DS:
10.00 2 Mengkaji informasi tentang apa Klien mengatakan merasa
yang dikeluhkan klien mengenai cemas dan malu terhadap
fungsi seksual yang dialami klien. pasangannya atas penyakit
yang dialaminya.
DO:
 Klien mau menceritakan
masalah-masalahnya dengan
baik.

DS:
Klien mengatakan merasa
10.30 2 Memberikan edukasi pada klien malu untuk mendiskusikan
agar berdiskusi dengan pasangan alternative dalam
untuk menemukan alternative mengungkapkan kepuasan
dalam mengungkapkan kepuasan seksual pada pasangannya.
seksual. DO:
 Klien kooperatif

DS:
Klien dan keluarga
11.45 1 Menjelaskan kepada klien dan mengatakan setuju untuk
keluarga untukdilakukannya dilakukannya pembedahan
pembedahan DO:
Klien kooperatif

DS:-
DO:
13.00 1 Mengobservasi tanda-tanda vital TD :110 -120/ 80-90mmHg
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR: 16 - 20 x/mnt
Post Op
Tgl/Jam No. Implementasi Respon Pasien
Dx
13-11-2012
08.00 3 Mengobservasi tanda-tanda vital DS:
Klien mengatakan nyeri pada
skrotumnya.
DO:
TD : >120 mmHg
N : >100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR :16 - 20 x/mnt

DS:
08.15 3 Mengobservasi tingkat nyeri yang Klien mengatakan sulit tidur
dialami klien akibat nyeri pada
skrotumnya.
DO:
Klien nampak meringis
kesakitan.
P: nyeri bertambah saat
bergerak
Q:nyeri seperti tertusuk.
R:pada daerah bekas insisi.
S: skala nyeri 6
T: nyeri persisten

DS:-
08.30 3 Memberikan obat analgesik DO:
sesuai indikasi misalnya morfin , Klien kooperatif
metadon dll

DS:-
09.30 3 Mengajarkan tekhnik manajemen DO:
nyeri kepada klien seperti teknik Klien mampu mendemokan
distraksi dan relaksasi teknik relaksasi dengan nafas
dalam dengan baik

DS:-
DO:
13.00 3 Mengobservasi tanda-tanda vital TD : >120 mmHg
N : >100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR :16 - 20 x/mnt

3.6 Contoh Evaluasi


Tgl/Jam No. Evaluasi
Dx
12-11-2012
14.00 1 S:
Klien sudah merasa nyaman
O:
 Klien nampak rileks
 TTV:
TD : 110 -120/ 80-90mmHg
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR : 16 - 20 x/mnt
A:Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan

13.00 2 S:
Klien mengatakan merasa kurang percaya diri
dengan kondisi yang dialaminya saat ini.
O:
 Klien nampak tenang
 Pasangannya mau menerima keadaan
suaminya.
A:Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan
13-11-2012
14.00 3 S:
Klien mengatakan nyeri pada skrotumnya
O:
 Klien nampak meringis kesakitan
 P: nyeri bertambah saat bergerak
Q:nyeri seperti tertusuk.
R:pada daerah bekas insisi.
S: skala nyeri 6
T: nyeri persisten
A:Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal
dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat sembuh bila
diberikan penanganan yang adekuat.Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam
testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan
di dalam skrotum (kantung zakar).
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang
erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain:
1. Maldesensus testis.
2. Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya
tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
tumor, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus merupakan suatu ekspresi disgenesia
gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas.
3. Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini
meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
4. Atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tumor testis yaitu:
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pembesaran skrotum, disfungsi seksual
berhubungan dengan resiko infertil, penurunan libido dan nyeri akut berhubungan dengan luka
insisi bedah.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah
kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Grace, Pierce & Borley, Neil R. 2007. Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta. Erlangga
Price, Sylvia A dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 Volume
2. Jakarta:EGC.
Suddarth & Bruner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai