BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90%
berasal dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat
sembuh bila diberikan penanganan yang adekuat.
Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum (kantung
zakar).
2.2 Klasifikasi
Klasifikasi tumor testis:
Tumor sel germinal (90%)(mensekresi AFP dan β-HCG):
Seminoma
Nonseminoma : karsinoma embrional, teratokarsinoma, kariokarsinoma.
Tumor stroma:
Sel Leydig
Sel Sertoli
Sel granulosa
Tumor Metastasis
Penentuan stadium klinis yang sederhana dikemukakan oleh Boden dan Gibb :
Stadium A atau I : tumor testis terbatas pada testis, tidak ada bukti penyebaran baik secara klinis
maupun radiologis.
Stadium B atau II : tumor telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta) atau
nodus limfatikus iliaka. Stadium II A untuk pembesaran limfonodi para aorta yang belum teraba.
Stadium II B untuk pembesaran limfonodi yang telah teraba (>10 cm).
Stadium C atau III : tumor telah menyebar keluar dari kelenjar retroperitoneum atau telah
mengadakan metastasis supradiafragma.
Klasifikasi tingkat penyebaran berdasarkan TMN pada karsinoma testis :
T. Tumor primer
Tis Pra invasif (intratubular)
T1 Testis dan retetestis
T2 Di luar T.albuginea atau epididimis
T3 Funikulus spermatikus
T4 Skrotum
N. Kelenjar limfe
N0 Tidak ditemukan keganasan
N1 Tunggal < 2 cm
N2 Tunggal 2-5 cm ; multiple < 5 cm
N3 Tunggal atau multiple > 5 cm
M. Metastasis jauh
M0 Tidak dapat ditemukan
M1 Terdapat metastasis jauh
2.3 Etiologi
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain:
1. Maldesensus testis.
2. Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya
tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
tumor, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus merupakan suatu ekspresi disgenesia
gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas.
3. Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini
meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
4. Atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon.
2.5 Patofisiologi
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang akhinya mengenai
seluruhparenkim testis. Sel-sel tumor kemudian menyebar ke rate testis, epididimis,
funikulusspermatikus, atau bahkan ke kulit scrotum. Tunika albugenia merupakan barrier
yangsangat kuat bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan tunika
albugenia oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk menyebar keluartestis.
Kecuali kariokarsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh limfe menuju
kekelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun pertama, kemudian menuju
kekelenjar mediastinal dan supraclavikula, sedangkan kariokarsinoma menyebar
secarahematogen ke paru, hepar, dan otak.
Pathway
Fungsi testis
Libido
Menyebar ke epididimis funikulus spermatikus
infertil
Gangguan proses. spermatogenesis
Disfungsi seksual
Gg .konsep diri:harga diri rendah
Ansietas
Kurangnya pengetahuan
Perubahan fungsi seksual
Perubahan bentuk skrotum
Klien amerasa tidak PD
Penatalaksanaa pembedahan (Orkidektomi)
Gg.konsep diri: Citra tubuh
Pembesaran testis/tumor pd testis
Mengenai seluruh parenkim testis
Idiopatik
Lesi intravaskular
Penggunaan hormon dietilstilbestrol, atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon
Disgenesia gonad&transformasi gonad
Kriptokismus, Maldesensus testis,
Perubahan rasa nyaman
Resiko infeksi
Peningkatan pajanan patogen
Adanya luka insisi
Nyeri akut
Penurunan hormon testosteron
Gangguan pematangan sperma
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
1. Transiluminasi untuk membedakan massa yang berisi cairan dari massa solid (tumor tidak
menunjukkan transiluminasi).
2. USG skrotum untuk melihat testis dan menentukan keberadaan tumor.
3. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (α fetoprotein), HCG (human chorionic
gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 85% kanker non-seminoma
menunjukkan peningkatan kadar AFP atau β-HCG.
4. Rontgen dada (untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru)
5. CT scan dada dan abdomen (untuk menentukan keluasan penyakit dalam paru-paru dan
retroperineum).
6. Biopsi jaringan.
Human chorionic gonadotropin dan α-fetoprotein adalah penanda tumor yang mungkin
meningkat pada pasien kanker testis. (Penanda tumor adalah substansi yang disintesis oleh sel-
sel tumor dan dilepaskan ke dalam sirkulasi dalam jumlah yang abnormal).
7. Teknik imunositokimia yang terbaru dapat membantu mengidentifikasi sel-sel yang tampaknya
menghasilkan penanda ini. Kadar penanda tumor dalam darah digunakan untuk mendiagnosis,
menggolongkan, dan memantau respon terhadap pengobatan.
8. Urografi intravena untuk mendeteksi segala bentuk penyimpangan uretral yang disebabkan oleh
massa tumor.
9. Limfangiografi untuk mengkaji keluasan penyebaran tumor ke sistem limfatik.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pembedahan: pengangkatan testis (orkidektomi) dan pengangkatan kelenjar getahbening
(limfadenektomi).
2. Terapi penyinaran: menggunakan sinar X dosis tinggi atau sinar energi tinggi lainnya, seringkali
dilakukan setelah limfadenektomi pada tumor non-seminoma.Juga digunakan sebagai
pengobatan utama pada seminoma, terutama pada stadiumawal.
3. Kemoterapi: digunakan obat-obatan (misalnya cisplastin, bleomycin dan etoposid)untuk
membunuh sel-sel kanker. Kemoterapi telah meningkatkan angka harapanhidup penderita tumor
non-seminoma.
4. Pencangkokan sumsum tulang: dilakukan jika kemoterapi telah menyebabkankerusakan pada
sumsum tulang penderita.
Tumor seminoma
1. Stadium I diobati dengan orkdiektomi dan penyinaran kelenjar getah bening perut
2. Stadium II diobati dengan orkidektomi, penyinaran kelenjar getah bening dankemoterapi dengan
sisplastin
3. Stadium III diobati dengan orkidektomi dan kemoterapi multi-obat.
Tumor non-seminoma:
1. Stadium I diobati dengan orkidektomi dan kemungkinan dilakukan limfadenektomiperut.
2. Stadium II diobati dengan orkdiektomi dan limfadenektomi perut, kemungkinandiikuti dengan
kemoterapi
3. Stadium III diobati dengan kemoterapi dan orkidektomi.Jika kankernya merupakan kekambuhan
dari kanker testis sebelumnya, diberikankemoterapi beberapa obat (ifosfamide, cisplastin dan
etoposid atau vinblastin)
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Umur: sering terjadi terbanyak pada usia 20-40 tahun (Pierce:2007), jenis kelamin: laki-laki.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama:
Biasanya klien mengeluh adanya rasa berat dan ketidaknyamanan pada perubahan bentuk
skrotum.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien datang dengan keluhan adanya pembesaran skrotum dan skrotum teraba keras.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah klien pernah mengalami kriptorkismus, infeksi testis, epididimitis dan tumor
testis sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada keluarga apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. Kaji
adanya riwayat kanker pada keluarga.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum: compos mentis
b. TTV:
Apabila tidak ada komplikasi / metastasis ke organ yang lain.
TD : 110 -120/ 80-90
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR : 16 - 20 x/mnt
c. Pemeriksaan Head To Toe
1. Kepala: kaji bentuk kepala, penyebaran rambut, adanya ketombe, luka jahitan, benjolan.
2. Wajah: kaji bentuk wajah,ekspresi wajah
3. Mata: kaji lapang pandang, refleks pupil dan kornea, konjungtiva anemis/ananemis, kaji adakah
edema pada palpebra,
4. Hidung: kaji kesimetrisan lubang hidung, kebersihan,sekret, kaji adanya polip, kaji adanya PCH
dan sianosis serta nyeri tekan,
5. Telinga: biasanya normal, tidak ada serumen, bentuk simetris
6. Mulut: kaji adanya lubang pada gigi, kebersihan, bercak koplik, kaji pergerakan lidah dan
warna.
7. Leher: palpasi adanya pembesaran kelenjar limfe, pembesaran kelenjar tiroid dan distensi vena
jugularis, adanya massa dileher (apabila terjadi metastase ke nodus limfatikus supraklavikular).
8. Thoraks
Dada
Inspeksi : kaji pengembangan paru, bentuk dada,
Palpasi : kaji ada krepitasi,kaji adanya nyeri tekan, kaji vocal fremitus kanan dan kiri sama.
Perkusi : normalnya, sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : kaji adanya suara nafas tambahan
Jantung
Inspeksi : lihat adanya pulsasi ictus cordis
Palpasi : palpasi adanya ictus kordis (ICS 4/ICS5)
Perkusi :
a. Batas jantung kanan atas: ICS II LPS dextra
Auskultasi : BJ 1 di ICS V dan BJ 2 di ICS II, bunyi tunggal, adakah bunyi jantung abnormal
9. Payudara dan ketiak
Payudara:
Inspeksi : bentuk payudara, kesimetrisan, terjadi gynecomastia/pembesaran abnormal buah dada
(Apabila tumor mengenai daerah yang memproduksi hormon).
Palpasi: konsistensi, kaji adanya benjolan, puting susu dapat menjadi sakit (akibat pembesaran
abnormal buah dada)
DO :
Skrotum pasien membesar (
abnormal)
Tidak terjadi penurunan libido.
Terjadi penurunan hormon
testosteron
DS:
08.30 1 Memberikan edukasi pada klien Klien merasa berat pada
untuk menggunakan celana yang skrotumnya.
longgar dan memilih posisi yang DO:
nyaman untuk mengurangi rasa Klien nampak nyaman/tidak
ketidaknyamanan yang gelisah.
dialaminya. Klien duduk dengan kaki
agak dibuka
DS:
10.00 2 Mengkaji informasi tentang apa Klien mengatakan merasa
yang dikeluhkan klien mengenai cemas dan malu terhadap
fungsi seksual yang dialami klien. pasangannya atas penyakit
yang dialaminya.
DO:
Klien mau menceritakan
masalah-masalahnya dengan
baik.
DS:
Klien mengatakan merasa
10.30 2 Memberikan edukasi pada klien malu untuk mendiskusikan
agar berdiskusi dengan pasangan alternative dalam
untuk menemukan alternative mengungkapkan kepuasan
dalam mengungkapkan kepuasan seksual pada pasangannya.
seksual. DO:
Klien kooperatif
DS:
Klien dan keluarga
11.45 1 Menjelaskan kepada klien dan mengatakan setuju untuk
keluarga untukdilakukannya dilakukannya pembedahan
pembedahan DO:
Klien kooperatif
DS:-
DO:
13.00 1 Mengobservasi tanda-tanda vital TD :110 -120/ 80-90mmHg
N : 80 -100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR: 16 - 20 x/mnt
Post Op
Tgl/Jam No. Implementasi Respon Pasien
Dx
13-11-2012
08.00 3 Mengobservasi tanda-tanda vital DS:
Klien mengatakan nyeri pada
skrotumnya.
DO:
TD : >120 mmHg
N : >100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR :16 - 20 x/mnt
DS:
08.15 3 Mengobservasi tingkat nyeri yang Klien mengatakan sulit tidur
dialami klien akibat nyeri pada
skrotumnya.
DO:
Klien nampak meringis
kesakitan.
P: nyeri bertambah saat
bergerak
Q:nyeri seperti tertusuk.
R:pada daerah bekas insisi.
S: skala nyeri 6
T: nyeri persisten
DS:-
08.30 3 Memberikan obat analgesik DO:
sesuai indikasi misalnya morfin , Klien kooperatif
metadon dll
DS:-
09.30 3 Mengajarkan tekhnik manajemen DO:
nyeri kepada klien seperti teknik Klien mampu mendemokan
distraksi dan relaksasi teknik relaksasi dengan nafas
dalam dengan baik
DS:-
DO:
13.00 3 Mengobservasi tanda-tanda vital TD : >120 mmHg
N : >100 x/mnt
S : 36,5 – 37,5 º C
RR :16 - 20 x/mnt
13.00 2 S:
Klien mengatakan merasa kurang percaya diri
dengan kondisi yang dialaminya saat ini.
O:
Klien nampak tenang
Pasangannya mau menerima keadaan
suaminya.
A:Masalah teratasi
P:Intervensi dihentikan
13-11-2012
14.00 3 S:
Klien mengatakan nyeri pada skrotumnya
O:
Klien nampak meringis kesakitan
P: nyeri bertambah saat bergerak
Q:nyeri seperti tertusuk.
R:pada daerah bekas insisi.
S: skala nyeri 6
T: nyeri persisten
A:Masalah belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor testis berasal dari sel germinal atau jaringan stroma testis. Lebih dari 90% berasal
dari sel germinal. Tumor ini mempunyai derajat keganasan yang tinggi, tetapi dapat sembuh bila
diberikan penanganan yang adekuat.Kanker Testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam
testis (buah zakar), yang bisa menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan
di dalam skrotum (kantung zakar).
Penyebab tumor testis belum diketahui dengan pasti, tetapi terdapat beberapa faktor yang
erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara lain:
1. Maldesensus testis.
2. Penderita kriptorkismus atau bekas kriptorkismus mempunyai resiko lebih tinggi terjadinya
tumor testis ganas. Walaupun pembedahan kriptorkismus pada usia muda mengurangi insidens
tumor, resiko terjadinya tumor tetap tinggi. Kriptorkismus merupakan suatu ekspresi disgenesia
gonad yang berhubungan dengan transformasi ganas.
3. Penggunaan hormon dietilstilbestrol yang terkenal sebagai DES oleh ibu pada kehamilan dini
meningkatkan resiko tumor maligna pada alat kelamin bayi pada usia dewasa muda.
4. Atrofi atau infeksi testis dan pengaruh hormon
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan tumor testis yaitu:
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pembesaran skrotum, disfungsi seksual
berhubungan dengan resiko infertil, penurunan libido dan nyeri akut berhubungan dengan luka
insisi bedah.
4.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah
kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Grace, Pierce & Borley, Neil R. 2007. Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. Jakarta. Erlangga
Price, Sylvia A dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6 Volume
2. Jakarta:EGC.
Suddarth & Bruner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2.
Jakarta:EGC.