Anda di halaman 1dari 24

Departemen Keperawatan Maternitas (GSR)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. R DENGAN DIAGNOSA


NEOPLASMA OVARIUM KISTIK (SUSPEK GANAS) DI RUANG
PERAWATAN GINEKOLOGI LONTARA IV BAWAH DEPAN
RUMAH SAKIT WAHIDIN SUDIROHUSODO

Oleh:
MUTMAINNAH SARI
NIM : 70900119010

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………………..) (……………………………..)

PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019

3
KATA PENGANTAR
   
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat
segala nikmat iman, rahmat dan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan laporan pendahuluan ini dengan baik. Teriring pula
salam dan salawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada kelemahan dan
kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, Oleh karena itu, dari segenap
pembaca, penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk lebih meningkatkan
mutu penulisan selanjutnya.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar, Desember 2019


Penyusun

Mutmainnah Sari , S.Kep

DAFTAR ISI

3
HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................

iii

I. Konsep Medis........................................................................................................

A. Defenisi.................................................................................................................

B. Etiologi.................................................................................................................

C. Klasifikasi.............................................................................................................

D. Manifestasi Klinis................................................................................................

E. Patofisiologi..........................................................................................................

F. Pemeriksaan Diagnostik.........................................................................................

G. Penatalaksanaan....................................................................................................

3
H. Komplikasi............................................................................................................

II. Konsep Keperawatan..........................................................................................

11

A. Pengkajian.............................................................................................................

11

B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................

13

C. Luaran dan Intervensi Keperawatan......................................................................

16

Penyimpangan KDM..................................................................................................

20

III. Daftar Pustaka...................................................................................................

21

3
I. Konsep Medis
A. Defenisi
Neoplasma merupakan masa jaringan abnormal, tidak terkendali, dan
tidak terkoordinasi dengan jaringan normal, tumbuh terus menerus terus
bertransformasi dan terus membelah. Tumor merupakan salah satu dari lima
karakteristik inflamasi berasal dari bahasa latin, yang berarti bengkak. Istilah
tumor ini digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan
yang tidak normal. Kista ovarium adalah tumor ovarium yang bersifat
neoplastik dan non neoplastik. Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik
kecil maupun yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di
ovarium. Dalam kehamilan tumor ovarium yang paling sering dijumpai ialah
kista dermoid, kista coklat atau kista lutein (Brunner & Suddarth, 2015).
Neoplasma ovarium kistik merupakan jenis neoplasma yang diduga
timbul dari bagian ovum dengan benjolan yang membesar, seperti balon yang
berisi caran, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah,
nanah, atau cairan coklat tental seperti darah menstruasi (Price & Wilson,
2015).
B. Etiologi
Secara umum, penyebab dari neoplasma ovarium kistik dijabarkan
sebagai berikut (Price & Wilson, 2015):
1. Idiopatik
Sampai saat ini penyebab kista kebanyakan mengarah kepada hal-hal yang
belum diketahui secara pasti.
2. Bahan-bahan yang bersifat karsinogen
Secara umum penyakit dengan jenis kanker, atau tumor sangat dipicu oleh
beberapa zat predisposisi yang disebut dengan zat karsinogen, zat
karsinogen adalah zat-zat yang paling memicu terbentuknya sel-sel kanker
dengan jalan mengubah asam deoksiribonukleat (DNA) dalam sel-sel
tubuh, dan hal ini mengganggu proses-proses biologis, Contoh zat yang
bersifat karsinogen berupa zat kimia, polutan, hormonal, rokok dan lain-
lain.
3. Gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.
4. Kegagalan fungsi ovarium karena produksi hormon tertentu
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan, salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi

3
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh
wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa (adalah jenis hormon yang
mengendalikan sebagian besar fungsi kelenjar endokrin) dalam jumlah
yang tepat. Sedangkan fungsi ovarium yang abnormal kadang
menyebabkan penimbunan folikel yang berbentuk secara tidak sempurna
di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal
melepaskan sel telur, karena itu terbentuklah kista di dalam ovarium. kista
jenis ini adalah jenis kista folikel multipel yang dapat terjadi setelah
penggunaan klomifen atau gonadotropin untuk menginduksi ovulasi.
5. Peningkatan prevalensi penggunaan metode progesteron
Hal ini biasanya menimbulkan terbentuknya kista ovarium fungsional. Mc
Cann dan Potter (1994) menyatakan bahwa hal ini dapat terjadi dengan
kelanjutan pemakaian dan membaik jika POP tidak lagi digunakan.
Adapun teori lain yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya:
1. Teori hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan
sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi
menjadi tumor.
2. Teori hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.
Sedangkan jika kita meninjau dari etiologi yang kemungkinan berasal
dari faktor resiko yang dapat memicu terjadinya, antara lain:
1. Masalah infertilitas atau nuliparitas
2. Usia >50 tahun
3. Pajanan terhadap asbes dan bedak.
4. Riwayat kanker payudara atau kanker rahim
5. Riwayat kanker ovarium pada keluarga (genetik)
6. Diet tinggi lemak jenuh
7. Mutasi gen BRCA (Breast Cancer) 1 dan BRCA 2
C. Klasifikasi

3
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista ovarium terbagi dua, yaitu
non-neoplastik dan neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan
biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista
neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada
ukuran dan sifatnya. Kista neoplastik pada ovarium atau Neoplasma Ovarium
Kistik (NOK) umumnya harus dioperasi, namun hal itupun tergantung pada
ukuran dan sifatnya. Ada beberapa jenis kista ovarium neoplastik yaitu antara
lain (Erivhani, 2016):
1. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. dinding kista tipis dan cairan
di dalam kista jernih dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak
lapisan epitel kubik. Berhubung adanya tangkai maka kista ini dapat
terjadi torsi (putaran tangkai dengan gejala-gejala mendadak). Terapi yang
dilakukan dengan pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi ,jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik
untuk mengetahui apakah ada keganasan.
2. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Tumor musinosum merupakan 15%-25% dari semua noplasma ovarium
dan menyebabkan 6%-10% kanker ovarium. Sekitar 8%-10% alah
bilateral. Tumor ini bisa sangat besar (>70 kg) tetapi rata-rata berdiameter
16-17 cm saat didiagnoasa dan terutama ditemukan pada dua kelompok
umur yaitu 10-30 tanun dan usia lebih dari 40 tahun. Biasanya tidak
menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat adanya massa dalam perut.
Tumor musinosum ini berdinding licinhalus dan berisi cairan kental, tebal,
kecoklatan.
3. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista jenis ini tidak mencapai kuran yang sangat besar dibandingkan
dengan kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin dan
berwarna keabu abuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan
papiler ke dalam rongga kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan
kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah.

3
4. Kista Endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada dinding dalam
terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel endometrium.
Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
5. Kista Dermoid.
Tidak ada ciri khas pada kista dermoid. Dinding kista terlihat putih dan
keabuabuan, dan agak tipis. pada umumnya terdapat satu daerah pada
dinding bagian dalam yang menonjol dan padat. Kista dermoid dapat
terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan gejala nyeri mendadak diperut
bagian bawah. Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan di dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum. Perubahan
keganasan jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari semua kista dermoid, dan
biasanya terjadi pada wanita sesudah menopouse. Kista dermoid
D. Manifestasi Klinis
Neoplasma ovarium kistik seringkali tanpa gejala, terutama bila
ukuran kistanya masih kecil. Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak
nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan pada kista yang ganas
kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis
kejaringan sekitar. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis,
radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan
ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara
lain (Price & Wilson, 2015):
1. Pada beberapa kasus penyakit ini sering tidak tanpa gejala.
2. Kembung, perasaan penuh dan berat pada perut,
3. Peningkatan ukuran perut (asites).
4. Nyeri pelvis atau abdomen bagian bawah.
5. Sulit makan, mual muntah atau merasa cepat kenyang.
6. Tekanan dubur dan kandung kemih sehingga urgensi atau sering berkemih
dan bisa juga sulit berkemih. juga nyeri saat BAB dan BAK.
7. Untuk stadium lanjut ditemukan perubahan pola buang air besar atau
permasalahan pencernaan dan penurunan berat badan yang drastis.
8. Nyeri saat menstruasi, nyeri saat BAB BAK juga saat berhubungan
seksual

3
9. Nyeri pada punggung bawah atau panggul yang menetap atau kambuhan
terkadang bisa menjalar sampai paha dan kaki.
10. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa disertai jumlah darah yang keluar
banyak
11. Pengerasan pada payudara.
12. Nyeri saat koitus
E. Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil
yang disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan
dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel
yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan
(Erivhani, 2016).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada
kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG (Erivhani, 2016).
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan
tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan
ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang

3
serupa dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous.
Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini
adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel
primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3
lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal
(Erivhani, 2016).
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik.
Pada sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel
dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi tentang
penyakit tersebut diluar cakupan laporan ini (Erivhani, 2016).

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan
penyakit tersebut sebagai berikut (Price & Wilson, 2015):
1. Laboratorium
a. Uji asam deoksiribonukleat mengindikasikan mutasi gen yang
diwariskan.
b. Pemeriksaan laboratorium terhadap penanda tumor (Seperti antigen
karsinoma ovarium, antigen karsinoembrionik, dan HCG) menunjukkan
abnormalitas yang dapat mengindikasikan komplikasi.
2. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor
itu.
3. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
4. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram intravena dan pemasukan
bubur barium dalam colon.
5. Parasentesis

3
Telah disebut bahwa fungsi pada cairan asites berguna menentukan sebab
asites. Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan
cavum peritonei dengan kista bila dinding kista tertusuk.
6. Pap smear
Untuk mengetahui displosia seluler menunjukan kemungkinan adaya
kanker/kista.

G. Penatalaksanaan
Pengobatan pada pasien dengan diagnosa medis neoplasma ovarium
kistik dalam klasifikasi besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan
pembedahan. Jika ukuran lebar kista kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kista
(Erivhani, 2016).
Apabila kista sudah terlanjur tumbuh dan didiagnosa sebagai
neoplasma ovarium kistik yang berbahaya, biasanya tindakan medis perlu
dilakukan. Operasi pengangkatan biasanya akan dilakukan untuk mencegah
kista ovarium tumbuh lebih besar. Penyembuhan dari kista juga tergantung
pada jenisnya masing-masing. Kista ovarium neoplastik memerlukan operasi
dan kista non-neoplastik tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi
gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi
jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista
tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista
non-neoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara
spontan dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah
beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal.
Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2 sampai 3 bulan,
sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang (Erivhani, 2016).
Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan
kista tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar
kista itu bersifat neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan
operatif. Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas
ialah pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium

3
yang mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi,
perlu dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan
pengangkatan tuba (salpingo-ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium
harus diperiksa untuk mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua
ovarium. Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka,
untuk mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan,
perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan
(frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan
kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang
tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi,
wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat keganasan
kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-
jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak
seberapa radikal (Erivhani, 2016).
Terapi bergantung pada ukuran dan konsistensi kista dan
penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat diamati
kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk
melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat
dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada
wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid
memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang
dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat
pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk
melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan
yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista
menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital,
harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.Pada wanita di atas
usia 40 tahun pilihan utamanya adalah histertektomi dan salfingo-
ooforektomi bilateral walaupun tidak ada tanda-tanda keganasan (Erivhani,
2016).
H. Komplikasi

3
Salah satu hal yang paling ditakutkan dari penyakit ini adalah kista
tersebut berubah menjadi ganas dan banyak terjadi komplikasi. Komplikasi
dari kista ovarium yang dapat terjadi adalah (Erivhani, 2016):

1. Perdarahan ke dalam Kista


Biasanya terjadi sedikit- sedikit hingga berangsur- angsur menyebabkan
kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala- gejala
klinik yang minimal, akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah
yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan
nyeri diperut. Kista berpotensi untuk pecah, tidak ada patokan mengenai
besarnya kista yang berpotensi pecah. Pecahnya kista bisa menyebabkan
pembuluh darah robek dan menimbulkan terjadinya pendarahan.
2. Infeksi pada kista
Jika terjadi didekat tumor ada sumber kuman patogen.
3. Torsio (Putaran tangkai )
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter
5 cm atau lebih, torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau aligamentum
roduntum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang
menjadi infark peritonitis dan kematian.Torsi biasanya unilateral dan
dikaitkan dengan kista, karsinoma TOA, masa yang tidak melekat atau
yang dapat muncul pada wanita usia reproduksigejalanya meliputi nyeri
mendadak dan hebat dikuadrat abdomen bawah, mual dan muntah dapat
terjadi demam leukositosis.
4. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan kegansannya,adanya asites
dalam hal ini mencurigakan masa kista ovarium berkembang setelah masa
menopouse sehingga bisa kemungkinan untuk berubah menjadi kanker.
5. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula terjadi akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih sering pada waktu
melakukan bersetubuh, jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung keuterus ke dalam rongga

3
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus- menerus disertatai tanda-
tanda akut.
II. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan neoplasma
ovarium kistik yaitu (Ariyanti, 2015):
1. Data Fokus
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta penanggung jawab
b. Keluhan Utama
Pada pasien dengan diagnosa neoplasma ovarium kistik biasanya
keluhan utama yang dirasa adalah nyeri pada daerah perut dan massa di
daerah abdomen, menstuasi yang tidak berhenti-henti.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan yang dirasakan klien nyeri pada daerah abdomen bawah, ada
pembesaran perut dan pembengkakan pada daerah perut, menstruasi
yang tidak teratur dan tidak kunjung berhenti, rasa mual muntah.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan, tetapi pada riwayat kebiasaan terkait
siklus menstuasi biasanya terdapat data keluhan nyeri saat haid
(digumenorhea dan bahkan sampai amenorhea) sering muncul pada
anamnesa kesehatan dahulu.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada keluarga adakah yang mengalami penyakit sistemik hereditas
seperti diabetes melitus, hipertensi ataupun riwayat kanker dan riwayat
penyakit menular.
f. Data Sosial
Neoplasma ovarium kistik dapat terjadi pada semua golongan
masyarakat dan berbagai tingkat umur, baik sebelum pubertas ataupun
setelah menopouse.

3
g. Data Spiritual dan Psikologi
Kecenderungan memandang penyakit dalam keyakinan umat beragama,
gangguan psikologi mungkin muncul terkait dengan ovarium
merupakan bagian dari organ reproduksi wanita yang paling penting
dimana ovarium sebagai penghasil ovum atau sel telur, menginggat
fungsi ovarium tersebut sementara mengalami gangguan dan masalah
maka psikologi mental klien cenderung terganggu was-was terhadap
ancaman kemandulan.
h. Pola Daily Aktivity
Biasanya klien dengan neoplasma ovarium kistik mengalami gangguan
dalam beraktvitas dan tidur karena nyeri.
Seringkali untuk tanda-tanda kembung, peningkatan ukuran perut,
sulit makan atau merasa cepat kenyang dan sering berkemih merupakan
tanda-tanda yang samar dan tidak terdeteksi oleh dokter. Untuk memperjelas
diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan fisik yakni:
a. Deteksi massa adneksa pada pemeriksaan panggul.
b. Pada tingkat lanjut ditemukan massa panggul imobil berukuran besar,
asites yang terasa tegang, dan lingkaran usus yang melekat.
2. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Kebersihan rambut dan keadaan rambut : adanya ketomb, parasit, scar,
hematom, benjolan pada kulit rambut, distribusi rambut merata atau
tidak, adanya kerontokan rambut, warna teksture rambut,
b. Mata
Sklera ikterik/tidak, konjungtiva anemis/ tidak, mata simetris/tidak
c. Leher
Distensi kelenjar tyroid dan vena jugularis, warna, teksture dan ada
tidaknya scar hematome atau benjolan lain pada kulit leher.
d. Dada

3
1) Jenis, pola, frekuensi pernafasan
2) Inspeksi pergerakan dinding dada atau penarikan sela iga,
kesimetrisan, kondisi kulit dan penggunaan otot bantu nafas
3) Auskultasi suara paru adakah suara tambahan
4) Palpasi taktil premitus, permukaan dada
e. Abdomen
1) Nyeri tekan dan lepas disetiap kuadran abdomen
2) Teraba massa abdomen
3) Terkadang tampak benjolan, dan warna kulit abnormal
4) Ukuran abdomen abnormal, lingkar perut abnormal
f. Ekstremitas
1) Nyeri ekstremitas bawah pada panggul, punggung bawah, paha dan
kaki pada saat beraktivitas
2) Terkadang disertai kelemahan atau penurunan tonus otot
g. Eliminasi
1) Adanya konstipasi
2) Adanya urgensi urine dan kesulitan berkemih
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) (2018) diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien sebagai
berikut:
1. Nyeri Akut
a. Defenisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan
b. Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis
2) Agen pencedera kimiawi
3) Agen pencedera fisik

3
c. Batasan karakteristik
1) Gejala dan tanda mayor
Subjektif
a) Mengeluh nyeri
Objektif
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
2. Risiko Infeksi
a. Definisi
Beresiko mengalami pengingkatan terserang organisms patogenik
b. Faktor Risiko
1) Penyakit kronis
2) Efek prosedur invasive
3) Melnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5) Ketidakadekutan pertahanan tubuh primer
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit
c) Perubahan sekresi pH
d) Merokok

3
6) Ketidakadekutan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan hemoglobin
b) Imununosupresi
c) Leukopenia
3. Risiko Perdarahan
a) Defenisi: Berisiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di
dalam tubuh) mauoun eksternal (terjadi di luar tubuh).
b) Faktor Risiko
1) Aneurisma
2) Gangguan gastrointestinal
3) Gangguan fungsi hati
4) Komplikasi kehamilan
5) Komplikasi pasca partum
6) Gangguan koagulasi
7) Efek agen farmakologis
8) Tindakan pembedahan
9) Trauma
10) Kurang terpapar informasi
11) Proses keganasan
4. Risiko Defisit Nutrisi
a. Defenisi: Berisiko mengalami asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.
b. Faktor Risiko:
1) Ketidakmampuan menelan makanan
2) Ketidakmampuan mencerna makanan
3) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4) Peningkatan kebutuhan metabolism
5) Faktor ekonomi
6) Faktor psikologis
C. Luaran dan Intervensi Keperawatan
Menurut PPNI dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) (2018) luaran dan

3
intervensi keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tumor colli
sebagai berikut:
1. Nyeri Akut
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka tingkat nyeri menurun
dengan kriteris hasil:
1) Keluhan nyeri menurun (5)
2) Meringis menurun (5)
3) Kesulitan tidur menurun (5)
b. Manajemen nyeri
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
R/ Mengakaji nyeri dengan komprehensif
b) Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan nyeri
R/ mengetaui batas toleransi nyeri klien
2) Terapeutik
a) Fasilitasi istirahat dan tidur
R/ membrikan rasa nyaman kepada klien
b) Berikan terapi non farmakologis
R/ membantu mengalihkan nyeri yang dirasakan
3) Edukasi
a) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R/ Memberikan edukasi kepada pasien tantang cara mengontrol
nyeri
b) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R/ Memberikan edukasi kapada pasien mengenai khas nyeri
yang dialami
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R/ analgetik sebagai obat yang berfungsi untuk meredakan nyeri

3
2. Risiko Infeksi
a. Tujuan dan Kriteria Hasil
Tujuan: Mengidentifikasi dan menurunkan risiko terserang organisme
patogenik.
Kriteria Hasil: Tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil:
1) Demam menurun
2) Nyeri menurun
3) Kadar sel darah putih membaik
b. Intervensi Keperawatan dan rasional
1) Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi
Rasional :mengetahui tanda dan gejala adanya infeksi
2) Terapeutik
a) Cuci tangan sesudah dan sebelum kontak dengan pasien
Rasional : mengurangi risiko kontaminasi mikroorganime
b) Pertahankan teknik aseptik
Rasional :mengurangi kontaminasi mikroorganisme
3) Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional: Memberikan infoemasi kepada pasien terkait tanda dan
gejala infeksi
4) Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi

3. Risiko Perdarahan
a. Tujuan dan kriteria hasil:
Keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Perdarahan pasca operasi menurun (5)
2) Hb membaik (5)
3) Kelembaban membran mukosa meningkat(5)
4) Ht membaik (5)
b. Pencegahan Perdarahan
1) Observasi
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
R/ memantau lebih dini kondisi tubuh
b) Monitor koagulasi (missal protrombin time: PT, partial
tromboplastin time: PTT, fibrinogen, degradasi fibrin/platelet)
R/ merupakan indikator lab yang penting dalam terjadinya
perdarahan
2) Terapeutik
a) Pertahankan bedrest selama perdarahan

3
R/ memaksimalkan tubuh untuk beristirahat dan mengurangi
pergerakan
b) Batasi tindakan invasif
R/ mencegah kemungkinan perdarahan
3) Edukasi
a) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
konstipasi
R/ membantu dalam mencegah terjadinya konstipasi
b) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vit.K
R/ nutrisi sangat penting untuk mencegah efek samping
perdarahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian produk darah
R/ alternatif penambah darah
4. Risiko Defisit Nutrisi
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi keperawatan maka status nutrisi membaik
dengan kriteris hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat (5)
2) Frekuensi makan membaik (5)
3) Membran mukosa membaik (5)
4) Serum albumin meningkat (5)
5) Nafsu makan membaik (5)
b. Manajemen nutrisi
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
R/ mengetahui tingkat masalah nutrsi klien
b) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
R/ mengetahui jumlah kalori yang dibutuhkan klien
2) Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi kaori dan protein
R/ membantu pemenuhan kebutuhan energi klien
b) Berikan suplemen makanan, jika perlu

3
R/ suplemen makan membantu meningkatkan nlafsu makan
klien
3) Edukasi
a) Ajarkan diet yang diprogramkan
R/ memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang diet
yang dijalani selama perawatan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan
R/ membantu dalam penentuan kebutuhan kalori klien dan cara
pemenuhannya

3
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Isa. (2015). Kista Ovarium. Tugas Profesi. Malang: Universitas


Brawijaya.
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 2. Jakarta: EGC.
Erivhani, Melda. (2016). Referat Neoplasma Ovarium Kistik. Tugas
Kepaniteraan Umum. Tarakan: UniversitasKristen Krida Wacana.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Price & Wilson. (2015). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Winknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

3
PENYIMPANGAN KDM

Degenerasi Ovarium, Infeksi Ovarium

Proses Inflamasi NEOPLASMA OVARIUM KISTIK

Mengeluarkan Oovorektomi Terpasang drain post op


Mediator
Kimia (BHSP) Luka Operasi Risiko Perdarahan

Medulla Spinalis Diskontinuitas Jaringan

Thalamus Portd’entri nyeri

Cortex cerebri Risiko Infeksi

Nyeri Akut
Meningkatnya kebutuhan metabolism tubuh

Malas makan/anoreksia

Intake oral kurang

Risiko Defisit Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai