Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

HIDROSEFALUS

Di Ruang UPI Rumah Sakit Wava Husada

Oleh :

Mahasiswa Profesi Ners Stikes Kepanjen

PKRS (PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT)

RUMAH SAKIT WAVA HUSADA

2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIDROSEFALUS

Di Ruang UPI Rumah Sakit Wava Husada

Oleh :

1. Ika Yuliani 1830021

2. Imam Ghozali 1830022

3. Imelda Liena Vianita 1830023

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen


Program Studi Profesi Ners
2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Hydrocephalus di Ruang UPI RS Wava Husada, telah
diperiksa dan disetujui oleh

Malang, Mei 2019

Pembimbing Lahan Kepala Ruang UPI

( ) ( )

Pembimbing Institusi Koordinator CI

( ) ( )

TIM PKRS

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Hydrocephalus


Tempat : Ruang Tunggu UPI Wava Husada Kepanjen
Sasaran : Keluarga Pasien di UPI Wava Husada Kepanjen
Waktu : 10.00 - sampai selesai wib

A. LATAR BELAKANG

Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan pada
satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid. Keadaan ini disebabkan oleh karena terdapat
ketidak seimbangan antara produksi dan absorpsi dari CSS. Bila akumulasi CSS yang berlebihan
terjadi diatas hemisfer serebral, keadaan ini disebut higroma subdural atau koleksi cairan
subdural. Pada kasus akumulasi cairan yang berlebihan terjadi pada sistem ventrikuler, keadaan
ini disebut sebagai hidrosefalus internal. Selain itu beberapa lesi intrakranial menyebabkan
peninggian TIK, namun tidak sampai menyebabkan hidrosefalus. Peninggian volume CSS tidak
ekivalen dengan hidrosefalus, ini juga terjadi pada atrofi serebral (Muttaqin, arief , 2010)

Hidrosefalus sebagai kesatuan klinik dibedakan oleh tiga faktor: a).peninggian tekanan
intraventrikuler, b).penambahan volume CSS, c).dilatasi rongga CSS . Secara keseluruhan,
insiden dari hidrosefalus diperkirakan mendekati 1 : 1000. sedangkan insiden hidrosefalus
kongenital bervariasi untuk tiap-tiap populasi yang berbeda. Hershey BL mengatakan
kebanyakan hidrosefalus pada anak-anak adalah kongenital yang biasanya sudah tampak pada
masa bayi. Jika hidrosefalus tampak setelah umur 6 bulan biasanya bukan oleh karena
kongenital. Mujahid Anwar dkk mendapatkan 40 – 50% bayi dengan perdarahan intraventrikular
derajat 3 dan 4 mengalami hidrosefalus. Pongsakdi Visudiphan dkk pada penelitiannya
mendapatkan 36 dari 49 anak-anak dengan meningitis TB mengalami hidrosefalus, dengan 3
catatan 8 anak dengan hidrosefalus obstruktif dan 26 anak dengan hidrosefalus komunikans
(Ropper, Allan H. And Robert H. Brown, 2009)
Hidrosefalus yang terjadi sebagai komplikasi meningitis bakteri dapat dijumpai pada
semua usia, tetapi lebih sering pada bayi daripada anak-anak. Berdasarkan catatan medik di
bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Denpasar dari tahun 1991 s/d Desember 1993
telah dirawat 21 penderita hidrosefalus dimana 4 diantaranya adalah hidrosefalus kongenital
(Ropper, Allan H. And Robert H. Brown, 2009)

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga pasien diharapkan mampu mengenal
penyakit hidrosefalus dan dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga
yang menderita penyakit hidrosefalus.

2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang penyakit hidrosefalus, diharapkan keluarga
pasien mampu :
a. Menyebutkan pengertian hidrosefalus
b. Menyebutkan penyebab hidrosefalus
c. Menyebutkan tanda dan gejala hidrosefalus
d. Menyebutkan pengobatan hidrosefalus
e. Menyebutkan pencegahan hidrosefalus

C. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Materi ( terlampir )
a. Pengertian hidrosefalus
b. Penyebab hidrosefalus
c. Tanda gejala hidrosefalus
d. Pengobatan hidrosefalus
e. Pencegahan hidrosefalus
2. Sasaran
Sasaran : Keluarga pasien di UPI Wava Husada Kepanjen
3. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
4. Media dan alat
a. Power point
b. Laptop
c. LCD
d. Laeflet
5. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Kamis, 02 Mei 2019
Jam : 10.00 - sampai selesai
Tempat : Ruang Tunggu ICU Wava Husada Kepanjen
6. Pengorganisasian
Moderator :
Presenter :
Observer :
Fasilitator :
7. Setting Tempat

 Moderator  Audien  Penyuluh

 Fasilitator  Observer

 


  



  

D. KEGIATAN PENYULUHAN

NO Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Waktu


I. Persiapan
a. Moderator memberikan a. Menjawab salam 7 menit
b. Menyimak informasi yang
salam
b. Moderator disampaikan oleh moderator
memperkenalkan anggota
penyuluh
c. Moderator menjelaskan
tentang topik penyuluh
d. Moderator menjelaskan
tujuan penyuluhan
e. Moderator menyampaikan
kontrak waktu

II Pelaksanaan
a. Mendengarkan dan
a. Menggali pengetahuan 35 menit
memperhatikan saat pemateri
tentang hidrosefalus
b. Memberikan menjelaskan materi
reinforcement dan
meluruskan konsep
hidrosefalus
c. Menjelaskan pengertian
hidrosefalus
d. Menjelaskan penyebab
hidrosefalus
e. Menjelaskan tanda dan
gejala hidrosefalus
f. Menjelaskan pengobatan
pada hidrosefalus
g. Menjelaskan pencegahan
pada hidrosefalus
h. Memberi kesempatan
peserta untuk bertanya
III Evaluasi
a. Moderator Mengevaluasi a. Peserta menjawab pertanyaan 10 menit
penerimaan informasi yang diberikan
b. Moderator Memberikan b. Mendengarkan dan
pertanyaan materi yang memperhatikan kesimpulan
telah disampaikan dari diskusi
c. Moderator menyimpulkan c. Menjawab salam
hasil diskusi dan simulasi
d. Moderator mengucapkan
terima kasih dan salam

E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktural
a. Persiapan media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semua lengkap dan yang digunakan
dalam penyuluhan yaitu :
1) LCD
2) Speaker
3) Leaflet
b. Persiapan materi
Materi sesuai dengan SAP dan membuat power point yang menarik serta mudah
dimengerti oleh sasaran penyuluhan.
c. Kontrak
Penyuluh membuat kontrak waktu, tempat dan materi yang akan disampaikan
pada sasaran 1 hari sebelumnya pelaksanaan kegiatan penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan yaitu pukul 10.00 WIB. Selama proses pendidikan kesehatan
berlangsung, sasaran mengikuti kegiatan dengan aktif dan tidak meninggalkan tempat
sebelum kegiatan selesai.
3. Evaluasi Hasil
a. Minimal 80% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pengertian
hidrosefalus
b. Minimal 80% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan penyebab dari
hidrosefalus
c. Minimal 80% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan tanda dan gejala
hidrosefalus
d. Minimal 85% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pengobatan pada
pasien hidrosefalus
e. Minimal 90% yang mengikuti penyuluhan dapat menyebutkan pencegahan pada
pasien hidrosefalus
LAMPIRAN

HIDROSEFALUS

1. Pengertian Hidrosefalus

Hidrosefalus adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak
seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem ventricular.
Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal terakumulasi di
dalam sistem ventricular (Muttaqin, 2010)
Hidrosefalus adalah suatu gangguan pembentukan, aliran, atau penyerapan cairan
serebrospinal yang mengarah ke peningkatan volume cairan di dalam susunan saraf pusat
(Haws, 2008).

2. Penyebab Hidrosefalus
Secara teoritis, pembentukan cairan serebrospinal yang terlalu banyak dengan kecepatan
absorpsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat
jarang terjadi, misalnya terlihat pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus
koroidalis. Penyebab penyumbatan aliran cairan serebrospinal yang sering terdapat pada bayi dan
anak yaitu kelainan bawaan, infeksi, neoplasma dan perdarahan.
a. Kelainan Bawaan
1) Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi
dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu atau abnormal lebih
sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
2) Stenosis Akuaduktus Sylvius, merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi
dan anak (60-90%). Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu atau abnormal lebih
sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan
cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
3) Sindrom Dandy-Walker,merupakan atresia kongenital foramen Luschka dan Magendi
dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan pelebaran system ventrikel, terutama
ventrikel IV yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar
di daerah fossa posterior.
4) Kista arakhnoid,dapat terjadi kongenital maupun didapat akibat trauma sekunder suatu
hematoma.
5) Anomaly pembuluh darah, dalam kepustakaan dilaporkan terjadi hidrosefalus akibat
aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan vena Galeni
atau sinus tranversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.
b. Infeksi
Infeksi, akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga terjadi obliterasi ruang
subarachnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila
aliran. cairan serebrospinal terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di akuaduktus
Sylvius atau sisterna basalis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai
beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis terlihat penebalan
jaringan piamater dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Pada meningitis
serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar sisterna
kiasmatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih
tersebar.
c. Neoplasma
Neoplasma, hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran
cairan serebrospinal. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila
tumor tidak bisa dioperasi,maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan cairan
serebrospinal melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, kasus terbanyak yang
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV dan akuaduktus Sylvius bagian terakhir biasanya
suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III
biasanya disebabkan suatu kraniofaringioma.
d. Perdarahan
Perdarahan, telah banyak dibuktikan bahwa perdarahn sebelum dan sesudah lahir dalam otak
dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Japardi, 2012).
3. Tanda dan Gejala Hidrosefalus
Menurut Farhad Bal’afif (2013), manifestasi klinis hidrosefalus pada anak tergantung
dari usia.
a. Pada bayi yang suturanya belum menutup, manifestasi klinis yang menonjol adalah
lingkar kepala yang membesar. Pada anak yang suturanya telah menutup, manifestasi
klinis yang muncul disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial.
b. Adapun gejala pada orang dewasa ialah: pusing, muntah, penglihatan berkunang-kunang,
kepala terasa berat, lelah. Tanda yang dapat dijumpai: papiledem, pembesaran titik buta
pada lapangan pandang yang menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan, lenggang
dyspraxia, pembesaran kepala, dan perasaan canggung.
c. Sedangkan gejala pada orang tua: simptomnya ialah: perlambatan mental, sering jatuh,
inkontinensia, pandangan berkabut, dispraksia (lambat berjalan, lenggang mengayun),
dementia, dan terkadang papiledem.

2008

Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
4
Tabel 2. Ukuran rata-rata lingkar kepala. Dikutip dari: Neurosurgery 62[SHC
Suppl 2]:SHC643–SHC660

4. Pengobatan Hidrosefalus
Pengobatan utama hidrosefalus adalah melalui operasi dengan tujuan membuang
kelebihan cairan serebrospinal di dalam otak. Salah satu jenis operasi untuk menangani
hidrosefalus adalah operasi pemasangan shunt.
Shunt merupakan alat khusus berbentuk selang yang dipasangkan oleh ahli bedah ke
dalam kepala dengan tujuan mengalirkan cairan ke otak ke bagian tubuh lain untuk
selanjutnya diserap oleh pembuluh darah. Bagian tubuh yang sering dipilih sebagai rute
aliran cairan serebrospinal adalah rongga perut. Shunt dilengkapi dengan katup yang
berfungsi mengendalikan aliran agar keberdaan cairan serebrospinal di dalam otak tidak surut
terlalu cepat.
Shunt yang dipasangkan pada bayi dan anak-anak umumnya perlu diganti seiring
pertumbuhan untuk menyesuaikan dengan badan mereka yang makin besar. Diperkirakan
sebnyak dua kali prosedur pemasangan shunt akan dilakukan pada anak-anak sebelum
mereka menginjak usia 10 tahun.
Jenis operasi penanganan hidrosefalus lainnya adalah endoscopic third
ventriculostomy atau yang disingkan ETV. Berbeda dengan operasi shunt, pada prosedur
ETV, cairan serebrospinal dibuang dengan cara menciptakan lubang penyerapan baru di
permukaan otak. Prosedur ini biasanya diterapkan pada kasus hidrosefalus yang dipicu oleh
penyumbatan ventrikel otak (Ropper, dkk, 2009).

5. Pencegahan Hidrosefalus
a. Sebelum menikah, pasangan calon pengantin harus memeriksakan kondisi kesehatannya
untuk mencegah kelainan bawaan pada bayi saat hamil nanti
b. Sesudah menikah, khususnya selama masa kehamilan, harus dilakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur ke dokter agar dapat diketahui bagaimana kesehatan janin yang
dikandung dan kemungkinan terjadinya hidrosefalus
c. Pada masa bayi dan balita, hidrosefalus sering terjadi akibat infeksdi otak yang
mengganggu peredaran cairan otak karena TBC otak atau infeksi bakteri, virus, tumor
dan jamur
d. Lindungi selalu kepala anak dari cedera yang mungkin saja bisa berakibat yang
membahayakan kesehatan anak (Haws, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Farhad Bal'afif. 2013. “Laboratorium Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Malang”, Jurnal Kedokteran Brawijaya, Volume 27 nomor 3. Malang

Haws, Paulette S. 2008. Asuhan Neonatal Rujukan Cepat. Jakarta : EGC

Japardi, Dr. Iskandar. 2012. Cairan Serebrospinal. USU Digital Library, Fakultas
Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara

Muttaqin, arief. 2010, ‘’Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Persyarafan
hal 396-399”. Jakarta, Salemba Medika

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2009. Adams And Victor’s Principles Of
Neurology: Eight Edition. USA

Anda mungkin juga menyukai