Testis Tumor
Disusun Oleh:
Amalia Hairina 1102012018
Relanfa Farando 1102012234
Sasadara Pramudita 1102012262
Pembimbing:
Letkol (CKM) dr. Firmansyah, Sp.B, MARS
Etiologi
Etiologi keganasan testikuler hingga saat ini masih belum diketahui. Terdapat
beberapa faktor yang erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis, antara
lain maldesensus testis dan penurunan jumlah sperma. Konsentrasi estrogen yang
tinggi dalam rahim merupakan factor umum yang berpotensi menyebabkan kanker
rahim. Anak
laki-laki
dari
perempuan
yang
menerima
estrogen
sintesis,
Pathology
Intratubular germ cell neoplasia, unclassified type (ITGCN) diangggap
sebagai prekursor untuk GCT. Hal ini juga sering disebut sebagai karsinoma in situ.
Diperkirakan bahwa primordial germ cell menjalani pembelahan sel yang
abnormal dalam menanggapi
sehingga menimbulkan ITGCN. Ini diikuti oleh duplikasi 12p, serta beberapa
kelainan kromosom lainnya.
Ada dua subtype utama GCT yang timbul pada pria muda:
1. Seminoma murni: 50% dari semua GCT testis
2. Non-seminoma: terdiri dari kelompok heterogen dengan pola yang berbedabeda termasuk kombinasi non-seminoma dan seminoma.
Ada dua klasifikasi utama yang digunakan dalam pemeriksaan histopatologi tumor
testis, klasifikasi British Testicular Tumour Panel and Registry and the World Health
Organization.
Manifestasi Klinis
Diagnosis
1. USG skrotum.
2. Pemeriksaan darah untuk petanda tumor AFP (alfa fetoprotein), HCG (human
chorionic gonadotrophin) dan LDH (lactic dehydrogenase). Hampir 80%
kanker non-seminoma (NSGCT) menunjukkan peningkatan kadar AFP atau bHCG. Pada seminoma, AFP tidak meningkat dan kurang dari 20% b-HCG
meningkat.
Diagnosis Banding
Pengelolaan
Semen cryopreservation harus ditawarkan kepada semua orang didiagnosis dengan
kanker testis sebelum memulai pengobatan jika mereka ingin mempertahankan
kesuburan. Idealnya, hitung sperma dan bank sperma harus dilakukan sebelum
evaluasi diagnostik radiologi untuk menghindari paparan radiasi sperma, tapi ini tidak
selalu layak. Semua kasus kanker testis harus dibahas oleh tim multidisiplin yang
terdiri dari spesialis bedah, ahli onkologi, histopathologists, ahli radiologi dan perawat
spesialis.
Operasi
Untuk
mendapakan
hasil
histologi,
orchidectomy
inguinal
radikal
direkomendasikan untuk pasien dengan suspek kanker testis atau tumor lokal.
Prosedur yang dilakukan adalah memisahkan dan menjepit spermatic cord pada cincin
inguinal externus, memisahkan testis dari tunikanya, membuka tunika vaginalis
kemudian melihat dan palpasi testis secara perlahan.
Jika pemeriksaan tidak mendapatkan hasil maka dilakukan biopsi kemudian
diperiksa dengan menggunakan frozen section. Ketika diagnosis ditegakkan, canalis
inguinalis dibuka kemudian spermatic cord dipisahkan dan testis diangkat.
Komplikasinya adalah perdarahan retroperitoneal, infeksi luka, pembentukan seroma,
hipoestesi lokal, neuralgia pada bagian inguinal dan skrotalis.
Tindakan didaerah inguinal lebih direkomendasikan dari pada lewat skrotum.
Tindakan operasi ada dua yaitu, radikal orchidektomi dan parsial orchidektomi.
Parsial orchidektomi digunakan pada pasien dengan sel kanker yang masih rendah,
neoplasma testikular yang rendah berdasarkan USG terlebih dahulu, usia,
pemeriksaan fisik, dan tumor marker. Pada laki-laki dengan tumor bilateral, tindakan
parsial
orchidektomi
perlu
dipertimbangkan
khususnya
apabila
ingin
Stage 1 Seminoma
Sekitar 85% pria penderita tumor testis berada pada stadium 1.
Pasien dengan post-orchidectomy membutuhkan pengawasan aktif,
radioterapi atau agen tunggal kemoterapi . Sekitar 15 % pria
dengan penyakit stadium I memiliki resiko kekambuhan dalam 4
tahun.
Pada radioterapi bidang radiasi telah terbatas pada nodus paraaorta, dengan dosis 20 gy dalam 10 fraksi.
Sedangkan pada Chemotherapy baru-baru ini Carboplatin didirikan
sebagai alternatif untuk adjuvan radioterapi pada tahap I
seminoma .
Stage 2 Seminoma
Didefinisikan sebagai penyakit metastasis yang terbatas untuk
limfatik infradiaphragmatic. Kemoterapi telah diteliti sebagai
pengobatan lini pertama berikut orkidektomi.
Optimal kemoterapi belum ditetapkan tapi empat siklus EP (etoposid
dan cisplatin) atau tiga siklus BEP ( bleomycin, etoposid dan
cisplatin) biasanya dianjurkan. Manajemen pasca-pengobatan
massa residual ditentukan oleh ukuran, Jika 3 cm maka pengawasan
saja memadai. Jika tumor > 3 cm maka direkomendasikan reseksi
bedah.
Stage 1 NSGCT
Pada pasien dengan tidak ada faktor risiko ini, tingkat kambuh
adalah antara 10-15%, sedangkan jika beberapa faktor risiko yang
hadir maka risiko pendekatan kambuh mencapai 50%.
Dapat dilakukan terapi dengan RPLND atau surveilans dengan
kemoterapi saat terjadi kekambuhan atau kemoterapi adjuvan.
ajuvan kemoterapi terdiri dari dua siklus BEP dengan etoposid dosis
360 mg / m2.
samping yang masih dapat diterima, dan hanya memiliki tingkat kesembuhan sebesar
57% pada pasien yang rutin mengkonsumsi obat selama 39 bulan.
Long Term Toxicities Of Treatment
Banyak dari pasien dengan tumor testis adalah pria muda dan memungkinkan untuk
menerima secara utuh dosis dari kemoterapi maupun radioterapi. Kebanyakan dari
mereka berharap tingkat penyembuhan maksimal dandapat memperoleh kehidupan
normal kembali, akan tetapi efek samping berupat oksisitas dari pemakaian obatobatan anti kanker jangka panjang tidak dapat dihindarkan yaitu berupa penyakit
cardiovascular, secondcancers, dan fertility
Cardiovascular disease
Berdasarkan sebuah studi cohort hampir 1000 pasien tumor testis yang menjalani
pengobatan kemoterapi dan radioterapi memiliki peluang menderita penyakit
kardiovaskular dengan relative risk (RR) 2,74 dan 2.59. Sedangkan risiko kematian
akibat jantung pada pasien ini dapat muncul pada 10-15 tahun kedepan.
Second Malignancies
Beberapa studi melaporkan bahwa pasien dengan kanker testis yang mengalami
pengobatan dengan radiotherapy dan kemoterapi memiliki risiko untuk kambuh dan
memiliki risiko yang cukup besat untuk mendapatkan kembali sebuah keganasan di
tempat lain dalam waktu 10-15 tahun kedepan.
Fertility
Hampir lebih dari 50% pasien pria dengan kanker testis mengalami perburukan proses
spermatogenesis, hal ini diikuti dengan penurunan jumlah produksi semen dan
menurunkan kualitasnya. Seluruh pasien diperiksa dan didapatkan keadaan
hypogonadism. Ini diketahui akibat setelah proses kemoterapi, hormon FSH dan LH
meningkat sehingga konsentrasi terstosterone menurun yang menyebabkan
azoospermia, tetapi beberapa pasien bersifat sementara dan dapat balik kembali.
Recent developments and future directions
Kanker testis lebih mudah disembuhkan dibandingakan dengan kanker solid lainya,
sehingga sekarang lebih dikembangkan lagi ke arah bagaimana meminimalisasi ter
eskpos dari efek samping terapi berupa toksisitas.
Mungkin tantangan terbesar dari para onkologist adalah mengobati kanker testis pada
refractory germ cell cancer/ kanker yang sulit ditangani.
Penelitian terbaru memiliki hasil yang menjanjikan dengan terapi kombinasi
kemoterapi, dan memiliki respon melebihi 30%. Hasil terbaik selama penelitian
adalah menggunakan gemcitabine dan oxaliplatin, terdapat 3 kombinasi obat yaitu
gemcitabine-oxaliplatine-paclitaxel atau paclitaxel-gemcitabine-cisplatin yang
biasanya digunakan dalam kasus ini. Tetapi sangat signifikan tingkat toksisitasnya.
Sangat dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk regimen pengobatan pasien dengan
refractory germ cell cancer agar harapan hidup lebih tinggi dan efek samping berupa
toksisitas dapat diminimalisasi.