Anda di halaman 1dari 18

KEGANASAN PADA

USIA LANJUT
Insiden Kanker

 Peningkatan jumlah kanker pada usia lanjut merupakan hasil


kombinasi dari efek perubahan pertumbuhan yang berhubungan
dengan umur dan bertambah lamanya mendaptkan paparan bahan
karsinogen.
Pengaruh Usia Lanjut pada Karsinogenis
 Pada usia lanjut terjadi suatu perubahan perkembangan di dalam
sel, jaringan organ dan sistem tubuh. Perubahan pada kecepatan
dan akurasi mekanisme perbaikan DNA, pada sistem enzim dalam
hati dan jaringan sasaran lain di dalam aktifitas faktor tumbuh
jaringan, hormon, kolesterol dan asam lemak, yang kesemuanya
dipercaya mempengaruhi proses karsinogenesis.
 Sistem imun saat usia lanjut mempengaruhi proliferasi dan
diferensiasi sel begitu proses inisiasi terjadi.
 Perubahan sistem imun meliputi berkurangnya jumlah dan fungsi
sel T-supresor, sitotoksik limfosit termasuk sel NK. Produksi
interleukin-2 pun sangat berkurang.
 Terjadi penurunan maturasi limfosit B terhadap sel yang
memproduksi antibodi, yang dikaitkan dengan meningkatnya
toleransi terhadap antigen asing. Perubahan ini mengganggu
surveilen dan destruksi sel yang termutasi oleh sistem imun.
 Melambatnya motilitas usus pada usia lanjut akan menyebabkan
bertambah lamanya waktu paparan dan meningkatnya dosis bahan
karsinogen dalam usus, yang akibatnya meningkatkan jumlah
penderita kanker usus pada usia lanjut.
Kanker Vesica Urinaria (Buli-Buli)

 Pendahuluan
Kanker vesica urinaria menduduki peringkat ke-4 dari kanker yang
sering pada laki-laki dan peringkat ke-9 pada wanita dengan suatu
perkiraan 53.200 penderita baru.
 Epidemiologi
Merokok diyakini merupakan faktor yang memperbesar diatas 50%
pada laki-laki, dan risiko berkembangnya kanker urothelial
meningkat 2-4 kali relatif daripada laki-laki tidak merokok.
 Gejala klinik, diagnosis dan stadium
Hematuria terjadi pada 80-90% penderita, sementara gejala iritasi
lebih sering pada Carcinoma in situ (CIS). CT scan dan MRI dapat
membantu untuk penentuan sejauh mana tumor invasi ke jaringan
sekitar dan kelenjar limfe.
 Pengobatan
Pengobatan di dasarkan pada luas dan dalamnya invasi tumor, dan
lokasi primer dan kemungkinan efek penekanan dan penyebaran
untuk tumor minimal tanpa invasi ke dinding vesica urinaria adalah
reseksi endoskopik lengkap dengan atau tanpa pengobatan intra
vesikal.
Karsinoma Kolon-Rektum

 Penderita dengan karsinoma kolon-rektum biasanya datang ke


dokter dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena penderita
dengan kanker kolon-rektum stadium dini kebanyakan hampir tidak
mempunyai keluhan. Walaupun hingga kini telah banyak dicapai
kemajuan di dalam penatalaksanaan, namun prognosis kanker
kolon rektum stadium lanjut tetap tidak memuaskan.
 Diagnosis
Keluhan-keluhan yang berhubungan dengan kanker kolon:
1. Perubahan pola kebiasaan buang air besar.
2. Perasaan buang air besar tidak tuntas.
3. Adanya darah dalam feses, bisa berwarna merah segar atau
hitam.
4. Bentuk feses yang lebih kecil dari biasa.
5. Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya.
6. Rasa tidak enak atau rasa nyeri pada perut.
7. Rasa capai yang menetap.
8. Muntah.
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan status gizi, anemia,
adanya benjolan di abdomen, nyeri tekan abdomen, pembesaran
hati maupun kelenjar limfe. Pada stadium lanjut didapatkan tanda-
tanda obstruksi maupun perforasi. Pemeriksaan digital (colok
dubur) untuk mendeteksi adanya benjolan, darah dalam feses atau
adanya kelainan lain.
 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan feses.
2. Pemeriksaan barium enema.
3. Sigmoidoskopi.
4. colon fibrescope.
5. Biopsi.
 Pemeriksaan Lain
Bila tumor telah berkonfirmasi perlu dilakukan foto torak, CT scan
abdomen atau USG hati (untuk menemukan stadium), pemeriksaan
darah lengkap, kimia klinik (fungsi liver) dan carcinoma embrionic
antigen (CEA).
 Terapi
Terapi kanker kolorektal meliputi:
1. Pembedahan
2. Kemoterapi
3. Radioterapi
4. Terapi biologik
 Faktor risiko dan deteksi dini
Faktor risiko kanker kolorektal:
1. Usia 50 tahun atau lebih
2. Adanya riwayat kanker kolon atau rektum dalam keluarga
3. Adanya riwayat kanker kolon, rektum, ovarium, endometrium
atau payudara.
4. Polip pada kolon
5. Kolitis ulseratif
6. Kondisi herediter seperti: poliposis adenomatosa familial dan
hereditary nonpolyposis colon cancer.
 Pencegahan
1. Diet dan pola hidup
2. Merokok dapat meningkatkan tendensi tumbuhnya adenoma.
 Kanker Payudara
Kanker payudara merupakan keganasan dari sel yang membentuk
jaringan payudara.
Payudara tersusun atas lobus dan duktus. Masing-masing payudara
mempunyai 15-20 lobus. Lobus mempunyai banyak lobulus. Setiap
lobulus mengandung beberapa bulbus yang dapat memproduksi air
susu. Lobus, lobulus dan bulbus dihubungkan oleh suatu saluran
yang disebut duktus.
Terdapat beberapa tipe kanker payudara yakni duktal, lobular dan tipe
inflamasi.
 Faktor Risiko
1. Usia
2. Usia menarche/menopause
3. Melahirkan anak pertama pada usia yang terlambat atau
nulliparitas.
4. Adanya riwayat keluarga kanker payudara
5. Riwayat kelainan payudara banigna (hiperplasia)
6. Riwayat penyinaran pada daerah dada
7. Terapi sulih hormon atau penggunaan kontrasepsi oral
8. Pola hidup: diet tinggi lemak, obesitas, konsumsi alkohol dan
merokok.
9. Geografi. Insiden kanker payudara di Jepang jauh lebih rendah
dibanding negara barat.
 Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis
1. Mamogram
2. Biopsi (eksisi, insisi, core, jarum halus)
3. Reseptor estrogen dan progesteron
 Faktor Prognosis
Prognosis kanker payudara terkandung stadium dan jenis kanker,
karakteristik tertentu dari kanker, dan apakah kanker terdapat pada
payudara yang lain atau tidak. Status menopouse dan kondisi
kesehatan secara umum juga mempengaruhi prognosis.
 Terapi
1. Pembedahan
2. Radiasi
3. Kemoterapi
4. Terapi hormon
 Skrining Kanker Payudara
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
2. Pemeriksaan payudara oleh dokter
3. Mamogram
Kanker Paru

 Paru adalah bagian dari sistem respirasi, bagian kanan terdiri dari 3
lobus dan bagian kiri terdiri 2 lobus.
 Secara garis besar, kanker paru (kanker yang berasal dari paru),
dikelompokkan menjadi 2, yaitu : kanker paru non small cell dan
kanker paru small cell. Kanker paru non small cell lebih sering di
jumpai di bandingkan dengan kanker paru small cell, tumbuh dan
menyebar secara lambat. Kanker paru small cell lebih jarang di
jumpai, tetapi tumbuh lebih cepat dan lebih sering metastasis ke
jaringan sekitarnya.
 Diagnosis kanker paru di tegakkan dengan adanya gejala
gangguan sistem respirasi seperti : batuk yang tidak sembuh
sembuh, sesak nafas, hemoptisis, dan nyeri dada. Pada
pemeriksaan fisik dan X-foto thorax dapat dijumpai ada massa dan
atau efusi pleura. Diagnosis pasti ditegakkan dengan dijumapainya
sel kanker secara sitologik maupun histopatologik.
 Pendekatan terapi pada kanker paru tergantung pada beberapa
faktor, seperti : jenis, ukuran, lokasi, dan penyebaran tumor serta
status presens penderita. Ada beberapa modalitas terapi yang
sering di pakai : pemebedahan, sitostatika, radiasi dan
photodynamic. Masing masing modalitas terapi ini dapat berikan
sendiri sendiri ataupun kombinasi.
Faktor Resiko pada Kanker Paru

1. Perokok sigaret
2. Perokok pipa
3. Lingkungan perokok
4. Asbetos
5. Polusi
6. Penyakit paru
 Diagnosis Kanker Paru

1. Bentuk yang tidak sembuh-sembuh dan berkembang menjadi lebih


buruk.
2. Sakit dada yang menetap
3. Hemoptisis
4. Sesak nafas
5. Anoreksia dan berat badan menurun
Terapi kanker paru
 Pembedahan
 Terapi sitostatika
 Terapi Radiasi

Anda mungkin juga menyukai