Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HEPATOBLASTOMA

1. Definisi
Hepatoblastoma adalah kondisi medis yang ditandai dengan
pertumbuhan sel-sel keganasan (kanker) di dalam hati, yang bereplikasi secara
tidak terkendali sehingga membentuk tumor.
Hepatoblastoma adalah karsinoma hati yang sering dialami anak usia
dibawah dua tahun dan biasanya datang dengan perut membesar.
Hepatoblastoma berbentuk massa tunggal dan biasanya lebih sering terdapat
pada lobus kanan dan dapat juga terjadi pada lobus kiri atau pada kedua lobus
dengan bentuk lesi tunggal yang luas atau lesi multiple dengan warna coklat
sampai hijau dan terdapat daerah hemoragik dan nekrosis. Pada pemeriksaan
patologi ditemukan sel – sel embrional dan jaringan mesenkim seperti osteoid,
kartilago dan fibrosa. Tumor biasanya berukuran 15 cm atau lebih dengan berat
mencapai 1 kg pada anak. hepatoblastoma lebih sering ditemukan bermetastase
ke paru dan lebih jarang ke tulang, otak, mata dan ovarium.

2. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya carcinoma:
a. Faktor geografik dan lingkungan
Karsinogen lingkungan banyak ditemukan di lingkungan sekitar. Contohnya
seperti sinar matahari, dapat ditemukan terutama di perkotaan, atau terbatas
pada pekerjaan tertentu.
b. Usia
Secara umum, frekuensi kanker meningkat seiring pertambahan usia. Hal ini
terjadi akibat akumulasi mutasi somatik yang disebabkan oleh berkembangnya
neoplasma ganas. Menurunnya kompetensi imunitas yang menyertai penuaan
juga mungkin berperan.
c. Hereditas
Bentuk herediter kanker dapat dibagi menjadi tiga kategori. Sindrom kanker
herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan risiko
terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya memperlihatkan pola
pewarisan dominan autosomal. Kanker familial, kanker ini tidak disertai
fenotipe penanda tertentu. Contohnya mencakup karsinoma kolon, payudara,
ovarium, dan otak. Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA.
Selain kelainan prakanker yang diwariskan secara dominan, sekelompok kecil
gangguan resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan ciri instabilitas
kromosom atau DNA (Kumar et al., 2007).
3. Patway

4. Manifestasi klinis
1. Nyeri perut kanan atau kembung
2. Penurunan berat badan
3. Muntah
4. Demam
5. Gejala anemia
6. Nyeri punggung akibat penekanan tumor

Gejala klinik yang tampak dapat berupa massa abdomen yang dapat dipalpasi
ditemukan pada 14 % pasien, ikterus pada 24 % pasien dan hepatomegali pada 50
%. Gejala klinis lain berupa bising hepar pada 15-20 % pasien, serta tanda-tanda
abdomen akut dan syok akibat ruptura tumor. Kakeksia, atrofi dan ascites
merupakan tanda obstruksi vena hepatika.3,4,5,6

Tumor ganas hepar dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu :


A. Tipe sel yang terlibat :
1. Karsinoma hepatoseluler : kanker hepar primer (hepatoma malignan)
2. Kanker hepar sekunder : akibat metastase banyak organ diluar hepar
B. Stadium
1. Kanker hepar resektabel terlokalisir : kanker lokal yang dapat ditangani
dengan pembedahan parsial hepar
2. Kanker hepar unresektabel terlokalisir : tidak dapat ditangani dengan
pembedahan lokal, tapi sel kanker belum menyebar ke kelenjar limfe
C. Karsinoma hepatoseluler pada anak (hepatoblastoma)

5. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan laboratorium
Evaluasi laboratorium memperlihatkan peningkatan tes fungsi hati
dengan peningkatan alkali fosfatase pada 7- 80 % pasien. Terdapat pula
peningkatan bilirubin pada 43 % pasien, serta peningkatan serum
transaminase pada 83 % pasien.
Alfafetoprotein (AFP) merupakan tumor marker yang digunakan
untuk mendiagnosis hepatoblastoma dan untuk monitor respon terapi. AFP
berupa globulin alfa normal yang dihasilkan oleh hepatosit embrionik,
meningkat pada pasien-pasien hepatoma. Antigen ini bermanfaat dalam
diagnosis prabedah hepatoma. Nilai normalnya kurang dari 20 ng/ml, tapi
angka ini dapat meningkat sampai di atas 7,7 x 106 ng/ml. Kadar AFP
biasanya lebih tinggi pada pasien dengan tumor diferensiasi buruk.
Pemeriksaan AFP pasca bedah menjadi kontrol tentang adanya rekurensi.
Level rata-rata AFP untuk kasus hepatoblastoma 3 x 106 ng/ml
dibandingkan dengan nilai AFP yang mendekati 200.000 ng/ml pada kasus
hepatoselular pada anak. Nilai subfraksi AFP ini dapat membedakan kasus
hepatoblastoma, karsinoma hepatoselular, tumor sinus endodermal dan
penyakit hati jinak. Turunnya angka AFP menuju normal juga tampak
secara klinis dan radiologis, dan ini dapat memberi tanda prediksi
survivalnya pasien tersebut. Namun hal ini tidak membuktikan bahwa level
AFP yang rendah berhubungan dengan angka survival. Hepatoblastoma
anaplastik ternyata mempunyai nilai AFP yang rendah.Pemeriksaan
radiologi (Foto polos abdomen)
 Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi terutama berguna untuk menentukan adanya masa dan
pembesaran hati serta perbedaan antara tumor padat atau kista. Gambaran
USG karsinoma hati primer fase dini memperlihatkan nodul gema
berdensitas rendah dan homogen atau heterogen. Hal ini terjadi karena
dalam jaringan tumor hati primer hanya ditemukan sel karsinoma yang
mengandung pembuluh darah kapiler dan tidak mengandung stroma
intraseluler. Bentuk soliter sering memperlihatkan suatu nodul besar
berdensitas tinggi. bentuk campuran adalah campuran bentuk noduler dan
difusi, noduler dengan soliter, soliter dengan difus.
 Pemeriksaan Computed Tomography (CT)
Pemeriksaan CT merupakan salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan.
Dengan pemeriksaan CT akan didapatkan bermacam – macam densitas
jaringan lunak dan susunan potongan melintang yang beruntun sehingga
diperoleh gambaran berbagai organ sekaligus. Pada kanker hati primer, akan
tampak vaskularisasi yang meningkat, yaitu peninggian densitas tumor.
 Pemeriksaan Skintigrafi (Scaning)
Skintigrafi hati sering dipakai untuk mendeteksi kelainan hati. Teknk ini
merupakan pemeriksaan hati yang sederhana, mudah dan noninvasif.
Visualisasi hati melalui pemeriksaan ini bergantung pada proses fisiologi
dimana sel – sel poligonal (60%) yang mampu menangkap secara selektif
dan mengeluarkan kembali radiofarmaka ke dalam darah umumnya kelainan
lokal. Baik yang jinak ataupun yang ganas akan tampak sebagai suatu
daerah kosong (Space Occupyng Lesion = SOL) karena elainan tersebut
tidak menyerap radiofarmmaka dan disebut daerah dingin.
 Biopsi Hati
Biopsi hati merupakan diagnosa (gold standart) dalam menegakkan
diagnosis tumor ganas hati. Pada karsinoma hepatoblastoma ditandai dengan
dilatasi saluran sinusoid, potongan melintang berwarna hijau, kuning atau
putih. Tumor menyebar kejaringan penunjang dan kelenjar limfe, susunan
saraf pusat, tulang dan jaringan lainnya. Secara mikroskopis, tumor ditandai
dengan sel – sel epitel yang menyerupai sel hati, tetapi kadang-kadang
dijumpai epitel fetal, embrional atau anaplastik. Biasanya tergabing dalam
bentuk cord, tetapi terkadang dalam bentuk tubuli atau menentu.
 Staging
Cara penentuan staging hepatoblastoma bermacam-macam, namun yang
paling sering digunakan adalah menurut Intergroup Hepatoma Studies dan
International Society of Pediatric Oncology (SIOP). Kebanyakan penelitian
menggunakan pengelompokan menurut Children Cancer Group dan Pediatric
Oncology Group, namun ada pula yang menggunakan klasifikasi TNM
Clinical Group for Pediatric Ephithelial Hepatic Malignancies.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tumor hati pada anak bergantung pada jenis dan stadium
tumor serta usia dan konsisi fisik penderita. Pada tumor jinak biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengangkat tumor tanpa disertai pengobatan
yang lainnya. Pada tumor ganas diperlukan kerjasama dengan dokter bedah
anak dan ahli onkologi anak. Pilihan terapi ditetapkan berdasarkan atas ada
tidaknya sirosis, jumlah dan ukuran tumor, serta derajat pemburukan hepatic.
Pengobatan berdasarkan jenis dan stadium tumor :
 Hepatoblastoma stadium I dan II : Pengangkatan tumor dan diikuti
kemoterapi 4 seri menggunakan cisplatin, vincristine, dan fluorouracil.
 Karsinoma hepatoseluler stadium I dan II : Pengangkatan tumor diikuti
kemoterapi cisplatin dan atau doxorubicin
 Hepatoblastoma stadium III dan IV : Pengurangan ukuran tumor
dengan menggunakan kemoterapi cisplastin dengan
vincristine/fluorouracil atau doxorubicin dilanjutkan pengangkatan
tumor sebanyak mungkin
 Kambuhan dilakukan pengobatan ulang berdasarkan pengobatan
sebelumnya
Selain pengobatan terhadap tumornya perlu juga dilakukan pengobatan
suportif dengan mencegah dan mengobati infeksi, efek samping
pengobatan dan komplikasinya, serta memberikan rasa nyaman pada
penderita selama pengobatan. perlu dilakukan pengamatan secara berkala
untuk memonitor respon terhadap pengobatan dan mewaspadai efek
samping jangka panjang dari pengobatan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Usia : Biasanya menyerang dewasa dan orang tua
2. Jenis kelamin : Kanker hati sering terjadi pada laki – laki dari pada
perumpuan.
3. Pekerjaan : Dapat ditemukan pada orang dengan aktivitas yang berlebihan
4. Keluhan utama : Keluhan pasien pada waktu dikaji.
5. Riwayat penyakit dahulu : Pasien dahulu pernah menderita penyakit apa
dan bagaimana pengobatanya.
6. Riwayat penyakit sekarang
7. Data fokus terkait perubahan pola fungsi
a Aktivitas : Klien akan mengalami kelelahan , kelemahan, malaise
b Sirkulasi : Bradikardi akibat hiperbilirubin berat, akterik pada sclera,
kulit dan membran mukosa.
c Eliminasi: Warna urin gelap ( seperti teh ), diare feses warna tanah
liat.
d Makanan dan cairan : Anoreksia, berat badan menurun, perasaan
mual dan muntah, terjadi peningkatan edema, asites.
e Neurosensori : Peka terhadap rangsangan, cenderung tidur, asteriksis
f Nyeri / Kenyamanan : Kram abdomen, nyeri tekan pada abdomen
kuadran kanan atas, mialgia, sakit kepala, gatal – gatal.
g Keamanan : Urtikaria, demam, eritema, splenomegali, pembesaran
nodus servikal posterior
h Seksualitas : Perilaku homoseksual aktif atau biseksual pada wanita
dapat meningkatkan faktor resiko.
8. Pemeriksaan fisik
a Tanda – tanda vital
b Mata
c Mulut
d Abdomen
e Kulit
f Ekstremitas : Mengalami kelemahan atau peningkatan edema.
9. Pemeriksaan penunjang

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin di hati.
2. Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites ).
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai O2 dengan
kebutuhan
4. Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan
pruritus,edema dan asites

III. INTERVENSI
A. Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual, gangguan absorbsi, metabolisme vitamin
di hati.
Tujuan :
1. Mendemontrasikan BB stabil, penembahan BB progresif kearah tujuan dgn
normalisasi nilai laboratorium dan batas tanda-tanda malnutrisi

2. Penanggulangan pemahaman pengaruh individual pd masukan adekuat .

Intervensi :
1. Pantau masukan makanan setiap hari, beri pasein buku harian tentang
makanan sesuai Indika
2. Dorong pasien utk makan deit tinggi kalori kaya protein dg masukan cairan
adekuat.
3. Dorong penggunaan suplemen dan makanan sering / lebih sedikit yg dibagi
bagi selama sehari.
4. Berikan antiemetik pada jadwal reguler sebelum / selama dan setelah
pemberian agent antineoplastik yang sesuai .

B. Diagnosa 2 : Nyeri berhubungan dengan tegangnya dinding perut ( asites )


Tujuan :
1. Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan
sesuai indikasi nyeri.

2. Melaporkan penghilangan nyeri maksimal / kontrol dengan pengaruh minimal


pada AKS

Intervensi :
1. Tentukan riwayat nyeri misalnya lokasi , frekwensi, durasi dan intensitas ( 0-10
) dan tindakan penghilang rasa nyeri misalkan berikan posisi yang duduk
tengkurap dengan dialas bantal pada daerah antara perut dan dada.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar misalnya reposisi, gosok punggung.

3. kaji tingkat nyeri / kontrol nilai


1. C. Diagnosa 3 : Intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan
Tujuan :
1. Dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh.

Intervensi :
1. Dorong pasein untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi,
bangun dari kursi/ tempat tidur, berjalan. Tingkatkan aktivitas sesuai kemampuan.

2. Pantau respon fisiologi terhadap aktivitas misalnya; perubahan pada TD/


frekuensi jantung / pernapasan.

3. Beri oksigen sesuai indikasi

Rasional :
1. Meningkatkan kekuatan / stamina dan memampukan pasein menjadi lebih aktif
tanpa kelelahan yang berarti.

2. Teloransi sangat tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi,


keseimbnagan cairan dan reaksi terhadap aturan terapeutik.

3. Adanya hifoksia menurunkan kesediaan O2 untuk ambilan seluler dan


memperberat keletihan.

D. Diagosa 4 :Resiko terjadinya gangguan integritas kulit berhubungan dengan


pruritus,edema dan asites
Tujuan :
1. Mengedentifikasi fiksi intervensi yang tepat untuk kondisi kusus.

2. Berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi / meningkatkan


penyembuhan

Intervensi :
1. Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker. Perhatikan kerusakan atau
perlambatan penyembuhan
2. Mandikan dengan air hangat dan sabun
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang
kering dari pada menggaruk.
4. Balikkan / ubah posisi dengan sering
5. Anjurkan pasein untuk menghindari krim kulit apapun ,salep dan bedak
kecuali seijin dokter
Rasional :
1. Efek kemerahan atau reaksi radiasi dapat terjadi dalam area radiasi dapat
terjadi dalam area radiasi. Deskuamasi kering dan deskuamasi
kering,ulserasi.
2. Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
3. Membantu mencegah friksi atau trauma fisik.
4. Untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit/ jaringan
yang tidak perlu.
5. Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.

IV. EVALUASI
1. Kebutuhan akan nutrisi dapat terpenuhi
2. Nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang
3. Klien dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuan tubuh
4. Klien dapat turut berpartisipasi dalam tehnik untuk mencegah komplikasi

DAFTAR PUSTAKA

Ringoringo HP, Windiastuti E, Gatot D. Hepatoblastoma di Rumah Sakit Dr.


Ciptomangunkusumo Jakarta: peran kemoterapi preoperative. Sari
Pediatri, Vol. 7, No. 4, Maret 2006: 207 – 213
Cancer of the Liver. In : Surgery NMS, Jarrel BE, Philadelphia :
Williams and Wilkins,1996;
La Quaglia MP. Lesion of the Liver. In : Pediatric Surgery. Ashcraft KW. 3rd Ed.
Philadelphia :WB Saunders Company, 2000; 891 – 900
Syukur A, Karnadihardja W, Sjamsuhidajat R. Saluran Empedu dan Hati. Dalam :
Sjamsuhidajat R, de Jong W, Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
2005; 560 – 593
Types of Liver Cancer. From : http://www.What You Need To Know About Liver
Cancer
Hepatocellular Carcinoma (Hepatoma) : Childhood Liver Cancer, From :
http://www.hepatoma in Children : Cincinnati Children’s Hospital
Medical Center.

Anda mungkin juga menyukai