Disusun Oleh :
2B
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam
menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan ini sesuai harapan kami dan sesuai
waktu yang telah di tentukan, meskipun tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
B. Patofisiologi Hepatoblastoma............................................................... 3
C. Intervensi Keperatan............................................................................. 16
iii
BAB I
PENGERTIAN
A. Pengertian
Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari
hepatosit (karsinoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu
(kolangiokarsinoma). (Corwin, 2009). Hepatopa adalah massa abnormal pada
sel hati, tumor hati dapat berupa benigna atau maligna. Tumor dapat berupa
tumor primer atau metastase dari jaringan lain.
Hepatoblastoma adalah neoplasma hati ganas primer yang paling
sering pada anak. Umur median pada waktu diagnosis adalah 1 tahun dan
kebanyakan kasus terjadi pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun.
Kebanyakan tumor hepatoblastoma dimulai pada lobus kanan hati. Sel kanker
hepatoblastoma juga dapat menyebar ke area lain dari tubuh. Organ yang
paling umum dari metastasis adalah paru-paru (Nurdjanah, 2009).
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya hepatoblastoma, antara lain: (Aprilia, 2017)
1. Faktor Geografik dan lingkungan
Contohnya seperti: sinar matahari, lingkungan di perkotaan, makanan,
rokok, dan alkohol.
2. Usia
Secara umum, frekuensi hepatoblasma meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik
yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma. Menurunnya
kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga berperan sebagai
salah satu faktor predisposisi terjadinya hepatoblastoma.
3. Hereditas
Saat ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja
pengaruh lingkungan, tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk
herediter kanker dapat dibagi menjadi tiga kategori. Sindrom kanker
herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan
risiko terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya
memperlihatkan pola pewarisan dominan autosomal. Kanker familial,
kanker ini tidak disertai fenotipe penanda tertentu. Contohnya
mencakup karsinoma kolon, payudara, ovarium, dan otak. Kanker
familial tertentu dapat dikaitkan dengan pewarisan gen mutan.
Contohnya keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker
payudara dan ovarium familial.
Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA. Selain kelainan
prakanker yang diwariskan secara dominan, sekelompok kecil
gangguan resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan ciri
instabilitas kromosom atau DNA (Kumar et al., 2007).
Faktor presipitasi terjadinya hepatoblastoma, antara lain:
1. Jenis kelamin
2
Anak laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dibandingkan
dengan anak perempuan.
2. Memiliki Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
Suatu penyakit herediter (keturunan) autosomal dominan yang ditandai
dengan banyaknya polip yang terbentuk di sepanjang usus besar.
3. Memiliki Beckwith-Wiedemann Syndrome
Suatu pertumbuhan berlebihan (gigantism) pada bayi yang ditandai
dengan exomphalos (cacat pada dinding perut, seperti hernia umbilical
(tali pusat yang menonjol keluar), omphalocele (usus atau organ lain
dalam perut keluar melalui pusar)), macroglossia (lidah besar),
macrosomia (bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg),
hipoglikemia neonatal (kadar gula darah yang rendah pada bayi yang
baru lahir), hemihipertrofi (pertumbuhan yang berlebihan pada salah
satu sisi tubuh), dan pembesaran kelenjar adrenal (anak ginjal)
4. Lahir dengan berat badan yang sangat rendah.
B. Patofisiologi
Hepatoma 75% berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya
yang disebabkan oleh alkoholik yang postnekrotik. Pedoman diagnostik
yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabya. Pada pederita sirosis hati yang disertai pembesaran
hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor hanas dari tempat
lain. Metastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50% kematian
akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran
pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan
untuk mermetastase ke hati, misalnya kankr payudara, paru-paru, uterus,
dan pakreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak
diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat
dilakukan reseksi lokal lagi.
Ada 2 tipe :
3
1. Type masif : tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule : tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak
sama.
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel – sel parenkim hati yang biasa
secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung
oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan
disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur – unsur yang paling
toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak
dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan
infiltrasi sel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat
terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel –sel hati.
Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.
Gambar 1.1
4
C. Pathway
Etiologi
Inflasi pada
D.
Hepar
E.
Hepatoblastoma
F.
Peregangan
G.
kapsula hati
Paru-paru
Hepatomegali terdesak
Pola nafas
Perasaan tidak
tidak efekti
nyaman
dikuadran kanan atas
Nyeri Anoreksia
Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
H. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hepatoblastoma sering bergantung pada ukuran tumor
dan apakah telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Gejala mungkin
termasuk (Apriany, 2016) :
1. Terdapat massa besar di abdomen
2. Pembengkakan abdomen
3. Berat badan menurun
5
4. Nafsu makan berkurang
5. Muntah
6. Ikterik (ikterik pada mata dan kulit)
7. Kulit gatal
8. Anemia
9. Nyeri punggung
I. Klasifikasi
Klasifikasi tumor hati ganas secara bertahap dilakukan, dengan
mempertimbangkan volume sisa neoplasma setelah reseksi organ yang
terkena.
1. Hepatoblastoma, yang benar-benar diangkat saat operasi dan tidak
bermetastasis, sesuai dengan tahap pertama.
2. Tahap kedua diberikan pada hepatoblastoma, yang tidak berhasil
memberikan metastasis, namun tidak menyerah untuk
menyelesaikan pengangkatan selama operasi( sebagian sel kanker
tetap berada di organ yang terkena).
3. Tahap ketiga sesuai dengan tumor yang tidak sepenuhnya hilang
pada tingkat makroskopis dan melibatkan kelenjar getah bening
regional dalam proses patologis. Juga tidak ada metastasis pada
tahap ini.
4. Tahap keempat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
metastase jauh.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Kebanyakan anak menunjukkan massa di abdomen yang membesar
dan tidak bergejala. Nyeri, demam, kehilangan berat badan, dan/ atau
muntah terdapat pada sebagian kecil kasus. Kadang-kadang penderita
menunjukkan pubertas prekoks isoseksual akibat sekresi hormon β-
HCG. Manifestasi langka lain adalah osteoporosis berat dengan
6
fraktur patologis dan fraktur kompresi vertebra. Osteopenia membaik
dengan regresi atau eksisi tumor.
2. Laboratorium
Pada 66% penderita, menunjukkan kadar α-fetoprotein serum yang
meningkat. Trombositosis nyata, anemia ringan dan leukositosis juga
sering terjadi. Kadar fosfotase alkali serum, glutamat oksaloasetat
transaminase serum (SGOT) dan glutamat piruvat trasaminase serum
(SGPT) sering normal.
3. Radiologi
Radiografi abdomen memperlihatkan pembesaran hati dengan
kalsifikasi dalam tumor pada kira-kira 30% kasus. CT Scan abdomen
dan dada penting karena 10-20% penderita datang dengan penyakit
metastasis paru dan kelenjar limfe. Kebanyakan tumor terdapat pada
lobus kanan, meskipun tumor bilobar dan multisenter dapat terjadi.
Angiografi untuk menggambarkan pasokan darah telah banyak diganti
dengan MRI yang juga memperlihatkan bangunan sekitarnya.
4. Foto Polos abdomen
Foto Polos abdomen dapat menunjukkan hepatomegali yang
dibuktikan dengan elevasi hemidiafragma kanan dan perpindahan gas
usus. Meskipun hal itu tidak dapat mendiagnosa hepatoblastoma
dengan spesifik, kalsifikasi hati mungkin terjadi.
5. CT-Scan
Gambaran hepatoblastoma pada CT Scanber variasi. Sebelum kontras
dimasukkan, tumor jenis epitelial muncul sebagai massa
hipodenshomogen, sementara tumor epitel mesenkimal campuran
menunjukkan gambaran yang lebih heterogen. Kalsifikasi mungkin
tampak pada kedua jenis tumor, yakni kecil dan halus untuk jenis
epitel serta besar dan kasar untuk jenis campuran.
7
6. MRI
7. USG
Pada USG, hepatoblastoma mungkin muncul sebagai massa soliter, massa
yang dominan dengan lesi satelit kecil atau beberapa nodul di seluruh
hepar. Hepatoblastoma jarang mengenai seluruh hepar. Kebanyakan tumor
memiliki beberapa daerah hyperechoic relatif pada hati yang normal,
seringkali dengan beberapa homogenitas yang dihasilkan dari adanya
unsur mesenchymal. Kalsifikasi dapat hadir dan muncul sebagai echogenic
terang atau fokus linear dengan bayangan akustik. Invasi vena portal
dipandang sebagai echogenic trombus intraluminal. Area nekrosis dan
perdarahan muncul sebagai fokus anechoic.
8. Angiografi
Secara historis, peran angiografi telah menunjukkan anatomi normal dan
varian vaskular (misalnya replacement arteri hepatika kanan),
vaskularisasi tumor, tumor segmental dan lobaris dan potensi untuk reseksi
bedah. Arteriografi vena juga menunjukkan vena portal dan penemuan
trombus tumor. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya dapat dijawab secara
akurat dengan MRI dan 3-dimensional contras-enhanced MRA atau sama
akurat dengan CT atau USG. Oleh karena itu, angiografi hepar sekarang
disediakan untuk pasien yang gambaran penampang non invasif gagal
untuk menunjukkan anatomi penting sebelum reseksi atau transplantasi.
Tingkat kepercayaan yang tinggi pada angiografi untuk menunjukkan
anatomi pembuluh darah dan keterlibatan segmental oleh tumor. (Erna,
2017)
8
K. Penatalaksanaan Medis
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi
hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, lokasi kanker di bagian hati
yang manaa, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau
merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah
merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke
tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor theombus
di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirhosis hati. Tahap
penatalajsanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan
bedah.
1. Tatalaksana Non Bedah
Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberapa pasien, sirosi
yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan risiko pada
saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan keoterapi telah dilakukan
untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang
bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup
pasien dan memperbaiki kualitas hidup pasien dengan cara mengurangi
rasa nyari serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih
bersifat paliatif. Terdapat beberapa jenis tatalaksana non-bedah yaitu terapi
radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan.
Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat
dikurangi secara efektif dengan terapi pada 70% dan 90% penderita.
Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini.
Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-
kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau
pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai
tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-
satunya. Tindakan injeksi etanol hasilnya pun cukup memberikan harapan.
Kemoterapi yang telah digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terapi ini juga
9
dapat dilakukan sebagai terapi ajuvan setelah dilakukan reseksi tumor hati.
Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan dua
metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastatis tumor hati.
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk
melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati
pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang tidak dapat di
operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan
fluroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan
melewati lokasi onbstruksi ke dalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan
untuk membentuk kembali sistem drainase bilier, mengurangi tekanan
serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan
meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini,
pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan
hidupnya meningkat. Selama beberapa hari setelah dipasang, kateter
tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir
keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetaui jumlah, warna dan
adanya darah serta debris. (Erna, 2017).
2. Tatalaksana Bedah
Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila
tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis terbatas.
Meskipun demikian, metastatis kedalam hati jarang bersifat berbatas atau
soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk
beregenersi, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90 %
dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis
akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi.
Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan
menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan
menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi
anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal.
Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatasi penyakit hati stadium-
10
terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang
lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplatasi tergantumg
keberhasilan terapi imunosupresi. (Erna, 2017)
11
BAB III
RENCANA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan hepatoblastoma
1. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan adanya penurunan
kapasitas vital.
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang
adekuat
Kode : 00200
Domain : 4 (Aktifitas/Istirahat)
Kelas : 4
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (neoplasma).
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( international
Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang tidak dapat diantisipasi
atau diproduksi dan berlangsung <66 bulan.
Kode : 00132
Domain : 12 (Kenyamanan)
Kelas : 1
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor biologis
Definisi : Asupan nutrien tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Kode : 00002
Domain : 2 (Nutrisi)
Kelas : 1
12
B. Tujuan Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya penurunan
kapasitas vital.
a. Status pernafsan
Tabel 2.1
NOC Label : Status pernafasan (0415)
Devisiasi Devisasi Deviasi Deviasi Tidak
berat yang sedang ringan ada
dari cukup dari dari deviasi
kisaran berat kisaran kisaran dari
normal dari normal normal kisaran
kisaran normal
normal
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(041501) Frekuensi 1 2 3 4 5
pernafasan
(041502) Irama 1 2 3 4 5
pernafasan
(041508) Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Sangat Berat Cukup Ringan Tidak
berat ada
(041514) Dispnue 1 2 3 4 5
13
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (neoplasma)
Tabel 2.2
NOC Label : Kontrol nyeri (1605)
Tidak Jarang Kadang- Sering Secara
pernah menunju kadang menunju konsiste
menunju kan menunju kan n
kan kan menunju
kan
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(1605 Menggun 1 2 3 4 5
03) akan
tindakan
pencegah
an
(1605 Menggun 1 2 3 4 5
04) akan
tindakan
penguran
gan nyeri
tanpa
analgesik
(1605 Melapork 1 2 3 4 5
11) an nyeri
yang
terkontrol
Tabel 2.3
NOC : Tingkat nyeri (2102)
14
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
berat ada
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(210204) Panjangnya 1 2 3 4 5
episode
nyeri
(210217) Mengerang 1 2 3 4 5
dan
menangis
15
8) n
cairan
Tabel 2.5
NOC : Satus Nutrisi Bayi (1020)
Tidak Sedikit Cukup Sebagian Sepenuhnya
adekuat adekuat adekuat besar adekuat
adekuat
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(102001) Intake 1 2 3 4 5
nutrisi
(102013) Intake 1 2 3 4 5
protein
b. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya penurunan
kapasitas vital
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
NOC Label : Status pernafasan (0415)
frekuensi pernafasan dalam rentan normal (5)
Irama nafas dalam rentan normal (5)
Intervensi Keperawatan :
NIC Label : Manajemen Jalan Nafas
Monitor pernapasan dan status oksigen yang sesuai
Rasional : Memonitor respirasi dan keadekuatan oksigen
Posisikan pasien semi fowler
Rasional : Untuk memaksimalkan potensial ventilasi
16
Auskultasi suara nafas, catat hasil penurunan daerah ventilasi atau
tidak adanya suara adventi.
Rasional : Memonitor kepatenan jalan napas
NIC Label : Monitoring Pernafasan
Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat
bernafas
Rasional : Monitor keadekuatan pernapasan
Monitor pola nafas: bradypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi cheyne-stokes dll
Rasional : Memonitor keadaan pernapasan klien
NIC Label : Terapi Oksigen
Kolaborasi dalam pemberian oksigen terapi
Rasional : Meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen
Monitor aliran oksigen
Rasional : Menjaga aliran oksigen mencukupi kebutuhan pasien
17
Kaji Nyeri
Rasional : Mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan,
faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan
Berikan informasi tentang nyeri.
Rasional : memeberikan informasi dan sarana edukasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Nurdjanah. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.
Setyaningrum, Erna. 2017. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun.
Refika Aditama
19