Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HEPATOBLASTOMA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak


Dosen Mata Ajar : Etik Pratiwi S.Kep.,Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Adistia Faradina 2720162874


Adhitya Bagus A 2720162875

2B

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, kekuatan serta kesabaran di dalam
menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan ini sesuai harapan kami dan sesuai
waktu yang telah di tentukan, meskipun tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.

Kami berharap dengan terwujudnya Makalah Asuhan Keperawatan ini


dapat dijadikan bahan bacaan minimal bagi teman-teman dan diharapkan pula
dapat menambah wawasan, pengetahuan dan menambah rasa tanggung jawab
kami sebagai mahasiswa dan mahasiswi di AKPER Notokusumo Yogyakarta.

Makalah Asuhan Keperawatan ini berjudul “Makalah Asuhan


Keperawatan Hepatoblastoma” disusun untuk memenuhi salah satu tugas kampus
Keperawatan Anak. Sekalipun Makalah Asuhan Keperawatan ini masih belum
sempurna, namun untuk mewujudkannya diupayakan secara maksimal, dengan
harapan dapat memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami mempersembahkan


Makalah Asuhan Keperawatan ini, semoga mendapat penilaian yang positif dan
bermanfaat. Adanya, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan penulisan Makalah Asuhan Keperawatan berikutnya.

Yogyakarta, September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i

Kata Pengantar ................................................................................................ ii

Daftar Isi .......................................................................................................... iii

BAB I PENGERTIAN ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Etiologi Hepatoblastoma ...................................................................... 2

B. Patofisiologi Hepatoblastoma............................................................... 3

C. Pathway Hepatoblastoma .................................................................... 5

D. Manisfestasi Klinis Hepatoblastoma .................................................... 5

D. Klasifikasi Hepatoblastoma ................................................................. 6

E. Pemeriksaan Penunjang ........................................................................ 6

F. Penatalaksanaan Medis ......................................................................... 9

BAB III RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 12

B. Tujuan Keperawatan ............................................................................ 13

C. Intervensi Keperatan............................................................................. 16

Daftar Pustaka ................................................................................................. 19

iii
BAB I
PENGERTIAN
A. Pengertian
Hepatoma (Karsinoma Hepatoseluler) adalah kanker yang berasal dari
hepatosit (karsinoma hepatoseluler) atau dari duktus empedu
(kolangiokarsinoma). (Corwin, 2009). Hepatopa adalah massa abnormal pada
sel hati, tumor hati dapat berupa benigna atau maligna. Tumor dapat berupa
tumor primer atau metastase dari jaringan lain.
Hepatoblastoma adalah neoplasma hati ganas primer yang paling
sering pada anak. Umur median pada waktu diagnosis adalah 1 tahun dan
kebanyakan kasus terjadi pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun.
Kebanyakan tumor hepatoblastoma dimulai pada lobus kanan hati. Sel kanker
hepatoblastoma juga dapat menyebar ke area lain dari tubuh. Organ yang
paling umum dari metastasis adalah paru-paru (Nurdjanah, 2009).

Hepatoblastoma adalah karsinoma hati yang sering dialami anak usia


dibawah dua tahun dan biasanya datang dengan perut membesar.
Hepatoblastoma berbentuk massa tunggal dan biasanya lebih sering terdapat
pada lobus kanan dan dapat juga terjadi pada lobus kiri atau pada kedua lobus
dengan bentuk lesi tunggal yang luas atau lesi multiple dengan warna coklat
sampai hijau dan terdapat daerah hemoragik dan nekrosis. Pada pemeriksaan
patologi ditemukan sel – sel embrional dan jaringan mesenkim seperti osteoid,
kartilago dan fibrosa. Tumor biasanya berukuran 15 cm atau lebih dengan
berat mencapai 1 kg pada anak. hepatoblastoma lebih sering ditemukan
bermetastase ke paru dan lebih jarang ke tulang, otak, mata dan ovarium.
Metastase ke pembuluh darah hati dan vena cava inferior dapat juga terjadi
(Erna, 2017).

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Etiologi
Faktor predisposisi terjadinya hepatoblastoma, antara lain: (Aprilia, 2017)
1. Faktor Geografik dan lingkungan
Contohnya seperti: sinar matahari, lingkungan di perkotaan, makanan,
rokok, dan alkohol.
2. Usia
Secara umum, frekuensi hepatoblasma meningkat seiring dengan
pertambahan usia. Hal ini terjadi akibat akumulasi mutasi somatik
yang disebabkan oleh berkembangnya neoplasma. Menurunnya
kompetensi imunitas yang menyertai penuaan juga berperan sebagai
salah satu faktor predisposisi terjadinya hepatoblastoma.
3. Hereditas
Saat ini terbukti bahwa pada banyak jenis kanker, terdapat tidak saja
pengaruh lingkungan, tetapi juga predisposisi herediter. Bentuk
herediter kanker dapat dibagi menjadi tiga kategori. Sindrom kanker
herediter, pewarisan satu gen mutannya akan sangat meningkatkan
risiko terjangkitnya kanker yang bersangkutan. Predisposisinya
memperlihatkan pola pewarisan dominan autosomal. Kanker familial,
kanker ini tidak disertai fenotipe penanda tertentu. Contohnya
mencakup karsinoma kolon, payudara, ovarium, dan otak. Kanker
familial tertentu dapat dikaitkan dengan pewarisan gen mutan.
Contohnya keterkaitan gen BRCA1 dan BRCA2 dengan kanker
payudara dan ovarium familial.
Sindrom resesif autosomal gangguan perbaikan DNA. Selain kelainan
prakanker yang diwariskan secara dominan, sekelompok kecil
gangguan resesif autosomal secara kolektif memperlihatkan ciri
instabilitas kromosom atau DNA (Kumar et al., 2007).
Faktor presipitasi terjadinya hepatoblastoma, antara lain:
1. Jenis kelamin

2
Anak laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dibandingkan
dengan anak perempuan.
2. Memiliki Familial Adenomatous Polyposis (FAP)
Suatu penyakit herediter (keturunan) autosomal dominan yang ditandai
dengan banyaknya polip yang terbentuk di sepanjang usus besar.
3. Memiliki Beckwith-Wiedemann Syndrome
Suatu pertumbuhan berlebihan (gigantism) pada bayi yang ditandai
dengan exomphalos (cacat pada dinding perut, seperti hernia umbilical
(tali pusat yang menonjol keluar), omphalocele (usus atau organ lain
dalam perut keluar melalui pusar)), macroglossia (lidah besar),
macrosomia (bayi lahir dengan berat badan lebih dari 4 kg),
hipoglikemia neonatal (kadar gula darah yang rendah pada bayi yang
baru lahir), hemihipertrofi (pertumbuhan yang berlebihan pada salah
satu sisi tubuh), dan pembesaran kelenjar adrenal (anak ginjal)
4. Lahir dengan berat badan yang sangat rendah.

B. Patofisiologi
Hepatoma 75% berasal dari sirosis hati yang lama/menahun. Khususnya
yang disebabkan oleh alkoholik yang postnekrotik. Pedoman diagnostik
yang paling penting adalah terjadinya kerusakan yang tidak dapat
dijelaskan sebabya. Pada pederita sirosis hati yang disertai pembesaran
hati mendadak.
Tumor hati yang paling sering adalah metastase tumor hanas dari tempat
lain. Metastase ke hati dapat terdeteksi pada lebih dari 50% kematian
akibat kanker. Hal ini benar, khususnya untuk keganasan pada saluran
pencernaan, tetapi banyak tumor lain juga memperlihatkan kecenderungan
untuk mermetastase ke hati, misalnya kankr payudara, paru-paru, uterus,
dan pakreas. Diagnosa sulit ditentukan, sebab tumor biasanya tidak
diketahui sampai penyebaran tumor yang luas, sehingga tidak dapat
dilakukan reseksi lokal lagi.
Ada 2 tipe :

3
1. Type masif : tumor tunggal di lobus kanan.
2. Type Nodule : tumor multiple kecil-kecil dalam ukuran yang tidak
sama.
Kanker hati terjadi akibat kerusakan pada sel – sel parenkim hati yang biasa
secara langsung disebabkan oleh primer penyakit hati atau secara tidak langsung
oleh obstruksi aliran empedu atau gangguan sirkulasi hepatik yang menyebabkan
disfungsi hati. Sel parenkim hati akan bereaksi tehadap unsur – unsur yang paling
toksik melalui penggantian glikogen dengan lipid sehingga terjadi infiltrasi lemak
dengan atau tanpa nekrosis atau kematian sel. Keadaan ini sering disertai dengan
infiltrasi sel radang dan pertumbuhan jaringan fibrosis. Regenerasi sel dapat
terjadi jika proses perjalanan penyakit tidak terlampau toksik bagi sel –sel hati.
Sehingga terjadi pengecilan dan fibrosis selanjutnya akan menjadi kanker hati.

Gambar 1.1

4
C. Pathway
Etiologi

Inflasi pada
D.
Hepar

E.
Hepatoblastoma

F.
Peregangan
G.
kapsula hati

Paru-paru
Hepatomegali terdesak

Pola nafas
Perasaan tidak
tidak efekti
nyaman
dikuadran kanan atas

Nyeri Anoreksia

Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

H. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hepatoblastoma sering bergantung pada ukuran tumor
dan apakah telah menyebar ke bagian lain dari tubuh. Gejala mungkin
termasuk (Apriany, 2016) :
1. Terdapat massa besar di abdomen
2. Pembengkakan abdomen
3. Berat badan menurun

5
4. Nafsu makan berkurang
5. Muntah
6. Ikterik (ikterik pada mata dan kulit)
7. Kulit gatal
8. Anemia
9. Nyeri punggung

I. Klasifikasi
Klasifikasi tumor hati ganas secara bertahap dilakukan, dengan
mempertimbangkan volume sisa neoplasma setelah reseksi organ yang
terkena.
1. Hepatoblastoma, yang benar-benar diangkat saat operasi dan tidak
bermetastasis, sesuai dengan tahap pertama.
2. Tahap kedua diberikan pada hepatoblastoma, yang tidak berhasil
memberikan metastasis, namun tidak menyerah untuk
menyelesaikan pengangkatan selama operasi( sebagian sel kanker
tetap berada di organ yang terkena).
3. Tahap ketiga sesuai dengan tumor yang tidak sepenuhnya hilang
pada tingkat makroskopis dan melibatkan kelenjar getah bening
regional dalam proses patologis. Juga tidak ada metastasis pada
tahap ini.
4. Tahap keempat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan
metastase jauh.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
Kebanyakan anak menunjukkan massa di abdomen yang membesar
dan tidak bergejala. Nyeri, demam, kehilangan berat badan, dan/ atau
muntah terdapat pada sebagian kecil kasus. Kadang-kadang penderita
menunjukkan pubertas prekoks isoseksual akibat sekresi hormon β-
HCG. Manifestasi langka lain adalah osteoporosis berat dengan

6
fraktur patologis dan fraktur kompresi vertebra. Osteopenia membaik
dengan regresi atau eksisi tumor.
2. Laboratorium
Pada 66% penderita, menunjukkan kadar α-fetoprotein serum yang
meningkat. Trombositosis nyata, anemia ringan dan leukositosis juga
sering terjadi. Kadar fosfotase alkali serum, glutamat oksaloasetat
transaminase serum (SGOT) dan glutamat piruvat trasaminase serum
(SGPT) sering normal.
3. Radiologi
Radiografi abdomen memperlihatkan pembesaran hati dengan
kalsifikasi dalam tumor pada kira-kira 30% kasus. CT Scan abdomen
dan dada penting karena 10-20% penderita datang dengan penyakit
metastasis paru dan kelenjar limfe. Kebanyakan tumor terdapat pada
lobus kanan, meskipun tumor bilobar dan multisenter dapat terjadi.
Angiografi untuk menggambarkan pasokan darah telah banyak diganti
dengan MRI yang juga memperlihatkan bangunan sekitarnya.
4. Foto Polos abdomen
Foto Polos abdomen dapat menunjukkan hepatomegali yang
dibuktikan dengan elevasi hemidiafragma kanan dan perpindahan gas
usus. Meskipun hal itu tidak dapat mendiagnosa hepatoblastoma
dengan spesifik, kalsifikasi hati mungkin terjadi.
5. CT-Scan
Gambaran hepatoblastoma pada CT Scanber variasi. Sebelum kontras
dimasukkan, tumor jenis epitelial muncul sebagai massa
hipodenshomogen, sementara tumor epitel mesenkimal campuran
menunjukkan gambaran yang lebih heterogen. Kalsifikasi mungkin
tampak pada kedua jenis tumor, yakni kecil dan halus untuk jenis
epitel serta besar dan kasar untuk jenis campuran.

7
6. MRI

Mirip dengan CT Scan, gambaran MRI dari hepatoblastoma bervariasi


sesuai gambaran histologinya. Jenis epitel memiliki penampilan yang
homogen dengan gambaran hipo-intens pada gambar T1 dan hiper-intens
pada gambar T2. Tipe campuran lebih heterogen, tergantung ada atau
tidaknya nekrosis, perdarahan, fibrosis, kalsifikasi, kartilago dan septa.\

7. USG
Pada USG, hepatoblastoma mungkin muncul sebagai massa soliter, massa
yang dominan dengan lesi satelit kecil atau beberapa nodul di seluruh
hepar. Hepatoblastoma jarang mengenai seluruh hepar. Kebanyakan tumor
memiliki beberapa daerah hyperechoic relatif pada hati yang normal,
seringkali dengan beberapa homogenitas yang dihasilkan dari adanya
unsur mesenchymal. Kalsifikasi dapat hadir dan muncul sebagai echogenic
terang atau fokus linear dengan bayangan akustik. Invasi vena portal
dipandang sebagai echogenic trombus intraluminal. Area nekrosis dan
perdarahan muncul sebagai fokus anechoic.
8. Angiografi
Secara historis, peran angiografi telah menunjukkan anatomi normal dan
varian vaskular (misalnya replacement arteri hepatika kanan),
vaskularisasi tumor, tumor segmental dan lobaris dan potensi untuk reseksi
bedah. Arteriografi vena juga menunjukkan vena portal dan penemuan
trombus tumor. Pertanyaan-pertanyaan ini biasanya dapat dijawab secara
akurat dengan MRI dan 3-dimensional contras-enhanced MRA atau sama
akurat dengan CT atau USG. Oleh karena itu, angiografi hepar sekarang
disediakan untuk pasien yang gambaran penampang non invasif gagal
untuk menunjukkan anatomi penting sebelum reseksi atau transplantasi.
Tingkat kepercayaan yang tinggi pada angiografi untuk menunjukkan
anatomi pembuluh darah dan keterlibatan segmental oleh tumor. (Erna,
2017)

8
K. Penatalaksanaan Medis
Pemilihan terapi kanker hati ini sangat tergantung pada hasil
pemeriksaan radiologi dan biopsi. Sebelum ditentukan pilihan terapi
hendaklah dipastikan besarnya ukuran kanker, lokasi kanker di bagian hati
yang manaa, apakah lesinya tunggal (soliter) atau banyak (multiple), atau
merupakan satu kanker yang sangat besar berkapsul, atau kanker sudah
merata pada seluruh hati, serta ada tidaknya metastasis (penyebaran) ke
tempat lain di dalam tubuh penderita ataukah sudah ada tumor theombus
di dalam vena porta dan apakah sudah ada sirhosis hati. Tahap
penatalajsanaan dibagi menjadi dua yaitu tindakan non-bedah dan tindakan
bedah.
1. Tatalaksana Non Bedah
Meskipun reseksi tumor hati dapat dilakukan pada beberapa pasien, sirosi
yang mendasari keganasan penyakit ini akan meningkatkan risiko pada
saat dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dan keoterapi telah dilakukan
untuk menangani penyakit malignan hati dengan derajat keberhasilan yang
bervariasi. Meskipun terapi ini dapat memperpanjang kelangsungan hidup
pasien dan memperbaiki kualitas hidup pasien dengan cara mengurangi
rasa nyari serta gangguan rasa nyaman, namun efek utamanya masih
bersifat paliatif. Terdapat beberapa jenis tatalaksana non-bedah yaitu terapi
radiasi, kemoterapi, dan drainase bilier perkutan.
Pada terapi radiasi nyeri dan gangguan rasa nyaman dapat
dikurangi secara efektif dengan terapi pada 70% dan 90% penderita.
Gejala anorexia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi ini.
Injeksi Etanol Perkutan (Percutaneus Etanol Injeksi = PEI) Pada kasus-
kasus yang menolak untuk dibedah dan juga menolak semua tindakan atau
pasien tidak mampu membiayai pembedahan dan tak mampu membiayai
tindakan lainnya maka tindakan PEI-lah yang menjadi pilihan satu-
satunya. Tindakan injeksi etanol hasilnya pun cukup memberikan harapan.
Kemoterapi yang telah digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup
pasien dan memperpanjang kelangsungan hidupnya. Bentuk terapi ini juga

9
dapat dilakukan sebagai terapi ajuvan setelah dilakukan reseksi tumor hati.
Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infuse regional merupakan dua
metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada
pasien tumor primer dan metastatis tumor hati.
Drainase Bilier perkutan atau drainase transhepatik digunakan untuk
melakukan pintasan saluran empedu yang tersumbat oleh tumor hati
pankreas atau saluran empedu pada pasien tumor yang tidak dapat di
operasi atau pada pasien yang dianggap beresiko. Dengan bantuan
fluroskopi, sebuah kateter dimasukkan melalui dinding abdomen dengan
melewati lokasi onbstruksi ke dalam duodenum. Prosedur ini dikerjakan
untuk membentuk kembali sistem drainase bilier, mengurangi tekanan
serta rasa nyeri karena penumpukan empedu akibat obstruksi, dan
meredakan gejala pruritus serta ikterus. Sebagai hasil dari prosedur ini,
pasien merasa lebih nyaman, dan kualitas hidup serta kelangsungan
hidupnya meningkat. Selama beberapa hari setelah dipasang, kateter
tersebut di buka untuk drainase eksternal. Cairan empedu yang mengalir
keluar diobservasi dengan ketat untuk mengetaui jumlah, warna dan
adanya darah serta debris. (Erna, 2017).
2. Tatalaksana Bedah
Lobektomi hati untuk penyakit kanker dapat sukses dikerjakan apabila
tumor primer hati dapat dilokalisir atau pada kasus metastasis terbatas.
Meskipun demikian, metastatis kedalam hati jarang bersifat berbatas atau
soliter. Dengan mengandalkan pada kemampuan sel-sel hati untuk
beregenersi, sebagian dokter bedah telah melakukan pengangkatan 90 %
dari organ hati dengan hasil yang baik. Meskipun demikian, adanya sirosis
akan membatasi kemampuan hati untuk beregenerasi.
Transplantasi hati meliputi pengangkatan total hati yang sakit dengan
menggantikan hati yang sehat. Pengangkatan hati yang sakit akan
menyediakan tempat bagi hati yang baru dan memungkinkan rekonstruksi
anatomis vaskuler hati serta saluran bilier mendekati keadaan normal.
Transplantasi hati ini digunakan untuk mengatasi penyakit hati stadium-

10
terminal yang mengancam jiwa penderitanya setelah bentuk terapi yang
lain tidak mampu menanganinya. Keberhasilan transplatasi tergantumg
keberhasilan terapi imunosupresi. (Erna, 2017)

11
BAB III
RENCANA KEPERAWATAN

A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan hepatoblastoma
1. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan adanya penurunan
kapasitas vital.
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang
adekuat
Kode : 00200
Domain : 4 (Aktifitas/Istirahat)
Kelas : 4
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (neoplasma).
Definisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa ( international
Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang tidak dapat diantisipasi
atau diproduksi dan berlangsung <66 bulan.
Kode : 00132
Domain : 12 (Kenyamanan)
Kelas : 1
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
faktor biologis
Definisi : Asupan nutrien tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
Kode : 00002
Domain : 2 (Nutrisi)
Kelas : 1

12
B. Tujuan Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya penurunan
kapasitas vital.
a. Status pernafsan
Tabel 2.1
NOC Label : Status pernafasan (0415)
Devisiasi Devisasi Deviasi Deviasi Tidak
berat yang sedang ringan ada
dari cukup dari dari deviasi
kisaran berat kisaran kisaran dari
normal dari normal normal kisaran
kisaran normal
normal
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(041501) Frekuensi 1 2 3 4 5
pernafasan
(041502) Irama 1 2 3 4 5
pernafasan
(041508) Saturasi 1 2 3 4 5
oksigen
Sangat Berat Cukup Ringan Tidak
berat ada
(041514) Dispnue 1 2 3 4 5

13
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (neoplasma)
Tabel 2.2
NOC Label : Kontrol nyeri (1605)
Tidak Jarang Kadang- Sering Secara
pernah menunju kadang menunju konsiste
menunju kan menunju kan n
kan kan menunju
kan
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(1605 Menggun 1 2 3 4 5
03) akan
tindakan
pencegah
an
(1605 Menggun 1 2 3 4 5
04) akan
tindakan
penguran
gan nyeri
tanpa
analgesik
(1605 Melapork 1 2 3 4 5
11) an nyeri
yang
terkontrol

Tabel 2.3
NOC : Tingkat nyeri (2102)

14
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
berat ada
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(210204) Panjangnya 1 2 3 4 5
episode
nyeri
(210217) Mengerang 1 2 3 4 5
dan
menangis

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


faktor biologis.
Tabel 2.4
NOC Label : Status Nutrisi (1004)
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
menyimp menyimp menimp menyimp menimp
ang dari ang dari ang dari ang dari ang dari
rentang rentang rentang rentang rentang
normal normal normal normal normal
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(10040 Asupa 1 2 3 4 5
1) n gizi
(10040 Asupa 1 2 3 4 5
2) n
makan
(10040 Asupa 1 2 3 4 5

15
8) n
cairan

Tabel 2.5
NOC : Satus Nutrisi Bayi (1020)
Tidak Sedikit Cukup Sebagian Sepenuhnya
adekuat adekuat adekuat besar adekuat
adekuat
Skala outcome 1 2 3 4 5
keseluruhan
Indikator:
(102001) Intake 1 2 3 4 5
nutrisi
(102013) Intake 1 2 3 4 5
protein

b. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan adanya penurunan
kapasitas vital
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
NOC Label : Status pernafasan (0415)
 frekuensi pernafasan dalam rentan normal (5)
 Irama nafas dalam rentan normal (5)
 Intervensi Keperawatan :
NIC Label : Manajemen Jalan Nafas
 Monitor pernapasan dan status oksigen yang sesuai
Rasional : Memonitor respirasi dan keadekuatan oksigen
 Posisikan pasien semi fowler
Rasional : Untuk memaksimalkan potensial ventilasi

16
 Auskultasi suara nafas, catat hasil penurunan daerah ventilasi atau
tidak adanya suara adventi.
Rasional : Memonitor kepatenan jalan napas
NIC Label : Monitoring Pernafasan
 Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat
bernafas
Rasional : Monitor keadekuatan pernapasan
 Monitor pola nafas: bradypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi
kussmaul, respirasi cheyne-stokes dll
Rasional : Memonitor keadaan pernapasan klien
NIC Label : Terapi Oksigen
 Kolaborasi dalam pemberian oksigen terapi
Rasional : Meningkatkan ventilasi dan asupan oksigen
 Monitor aliran oksigen
Rasional : Menjaga aliran oksigen mencukupi kebutuhan pasien

2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera biologis (neoplasma)


 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
NOC Label : Kontrol nyeri (1605)
 Bebas dari nyeri (5)
 Kenyamanan (5)
 Intervensi Keperawatan
NIC Label : Pemberian Analgeik
 Berikan analgesik sesuai program
Rasional : mengurangi rasa nyeri
 Monitor tanda-tanda vital
Rasional : Mengetahui keadaan umum pasien
NIC Label : Manajemen Nyeri
 Ajarkan tekhnik non farmokologi (nafas dalam, distraksi, kompres
hangat dan dingin, relaksasi)
Rasional : mengurangi rasa nyeri

17
 Kaji Nyeri
Rasional : Mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan nyeri dirasakan,
faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang dirasakan
 Berikan informasi tentang nyeri.
Rasional : memeberikan informasi dan sarana edukasi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


faktor biologis.
 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
NOC Label : Status Nutrisi (1004)
 Asupan gizi dalam rentan normal (5)
 Energi tidak menyimpang dari rentan normal (5)
 BB dalam rentan normal (5)
 Intervensi Keperawatan
NIC Label : Monitor Nutrisi
 Kaji Pemenuhan kebutuhan gizi
Rasional : Mengetahui kekurangan nutrisi
 Ukur tinggi dan berat badan
Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi
NIC Label : Manajemen Nutrisi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang di butuhkan
Rasional : Membantu memilih makanan sesuai dengan keadaan
sakitnya, usia, tinggi, berat badan.
 Kaji adanya alergi makan
Rasional : mengetahui makan yang tidak boleh dimakan
 Berikan makan yang terpilih
Rasional : meningkatkan asupan gizi
 Atur diet yang dianjurkan
Rasional : Memperbaiki dan mempertahankan status gizi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Corwin.2009. Buku Sauku Patologi. Jakarta : Aditya Media


Aprilia, Lika. 2017. Dikutip dari https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/kanker-

hati/mengenal-hepatoblastoma-kanker-hati-pada-anak/amp/ pada hari

Minggu, 20 September 2018 pukul 21.52 WIB.

Nurdjanah. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Internal Publishing.

Kumar V. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta: EGC

Setyaningrum, Erna. 2017. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun.

Sidoarjo: Indomedia Pustaka

Apriany, D. 2016. “Asuhan Keperatan Anak dengan Keganasan”. Bandung: PT

Refika Aditama

Herdinan, T.H & S. Kamitsuru. 2015. ”Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-


2016”. Jakarta: EGC.
Bulechek, Gloria M & Howar K. Butcher. 2013. “Nursing Interventions
Classification”. Indonesia :Elsevier.
Moorhead, Sue & Marion Johnson. 2016 “Nursing Outcome Classification”.
Indonesia: Elsevier.

19

Anda mungkin juga menyukai