Anda di halaman 1dari 25

PENGARUH KECEMASAN TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN

DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI


HEMODIALISIS

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Riset Keperawatan

Dosen pembimbing : Wiwi Kustio P, A.Kep., S.Pd., MPH

Halaman Judul

Disusun oleh:
Nama : Awaluddin Yusa Anshori
NIM : 2820173150
Kelas : 2 D

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat-
Nya sehingga makalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecemasan Terhadap Kualitas
Hidup Pasien Dengan Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis” ini tersusun
hingga selesai.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan dukungan moral
serta materi yang diberikan dalam penyusunan Proposal ini kepada :

Wiwi Kustio P, A.Kep., S.Pd., MPH selaku dosen mata kuliah Riset Keperawatan yang
memberikan bimbingan, saran, ide, dan kesempatan untuk konsultasi berkaitan dengan
makalah penelitian ini.

Seluruh teman-teman dari Akademi Keperwatan Notokusumo Yogyakarta.


Mengingat keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah penelitian ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Terapi Senam Kaki
Diabetes Melitus Terhadap Sensitivitas Kaki Pada Penderita Diabetes Melitus” dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 03 Agustus 2019

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................................1
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................................2
A. Landasan Teori..........................................................................................................4
1. Penyakit Ginjal Kronik.............................................................................................4
2. Kualitas Hidup.......................................................................................................13
3. Kecemasan (Anxiety).............................................................................................14
B. Penemuan yang lalu.................................................................................................16
C. Ringkasan dan Kerangka Berfikir Penelitian........................................................17
1. Kerangka Teori.......................................................................................................17
2. Kerangka Konsep...................................................................................................18
D. Hipotesis....................................................................................................................18
BAB III.................................................................................................................................19
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................................19
A. Rancangan Penelitian..............................................................................................19
B. Populasi dan Sampel................................................................................................19
1. Populasi..................................................................................................................19
2. Sampel....................................................................................................................19
3. Penelitian Tempat...................................................................................................19
4. Waktu Penelitian....................................................................................................19
C. Instrumen Penelitian................................................................................................19
D. Proses Pengumpulan Data.......................................................................................20
E. Analisa Data..............................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Ginjal Kronik merupakan pennyakit kronik yang secara bertahap
merusak ginjal sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit yang akan berdampak pada semua system dan semua organ yang ada
didalam tubuh manusia ( ayhakki, Hasneli, 2019).
Penyakit Ginjal kronik merupakan penyakit kronik yang menjadi masalah
cukup besar didunia. Penyakit ini sulit disembuhkan dan biaya perawatan yang
cukup mahal. WHO merilis data pertumbuhan jumlah penderita meningkat 50%
pada tahun 2014 dan setiap tahun 200.000 orang menjalani hemodialysis
(Widyastuti, 2014).
Di dunia angka penyakit ginjal kronik lebih dari 500 juta orang dan yang
menjalani hemodialysis sekitar 1,5 juta orang (Yuliana, 2015). Jumlah penderita
penyakit ginjal kronik di Indonesia diperkirakan sekitar 70000 orang dan yang
menjalani hemodialysis sekitar 10000 orang (Tandi,Mogan & Manopo, 2014).
Berdasarkan pusat data penelitian dan informasi di Indonesia pada tahun 2015
dari total mesin hemodialysis 4898 di Indonesia yang terdata, DKI Jakarta
menjadi angka tertinggi yang mengalami kebanyakan orang menderita penyakit
ginjal kronik dan hemodialysis yaitu (26%), Jawa Barat (22%), Jawa Tengah
(12%), Jawa Timur (11%), Sumatra Utara (7%), Bali (4%), Sumatra Barat (4%),
DIY (3%), Kalimantan (2%), dan Provinsi lain (1%). Pada tahun 2015 pasien
dengan penyakit ginjal kronik mupun pasien yang memiliki penyakit lain pasti
akan merasakan kecemasan terhadap penyakitnya.
Kecemasan merupakan bentuk ketidakberanian ditambah perasaan risau pada
hal hal yang tidak jelas. Kecemasan juga merupakan perasaan takut yang tidak
jelas obyeknya dan alasanya (Annisa, 2016). Kecemasan pada pasien

1
kemungkinan besar akan memengaruhi kualitas hidup pasien , apalagi tindakan
hemodialysis memiiki hubungan erat dengan kualitas hidup pasien.
Kualitas hidup merupakan keadaan ideal yang seharusnya bisa dicapai oleh
setiap orang meliputi keseimbangan dimensi fisik, psikologis, social, dan
lingkungan sekitar (Hagita, Bayhakki & Woferest, 2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalah peneliti ini
adalah “Apakah kecemasan mempengaruhi kualitas hidup pada pasien dengan
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialysis?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh kecemasan terhadap kualitas hidup pasien
dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialysis.
a. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui pengaruh kecemasan pada pasien penyakit ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas hidup pada pasien
penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodiasisis

D. Manfaat Penelitian
1. Institusi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan di Rumah Sakit khususnya pada bidang keperawatan
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Asuan Keperawatan di Rumah
Sakit.
2. Institusi Pendidikan

2
Dapat digunakan sebagai acuan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
pengembangan system pendidikan keperawatan.
3. Perawat Pelaksana
Untuk meningkatkan pendidikan dalam bidang keperawatan secara
professional dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Penyakit Ginjal Kronik
a. Definisi
Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit kronik yang secara
bertahap merusak ginjal sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan electrolit yang akan berdampak pada semua system dan organ
didalam tubuh manusia (Bayhakki,Hasnali, 2017).
Tanda gejala penyakit ginjal kronik adalah biasanya pinggang terasa
sakit, perubahan urine, letih, terjadi pembengkakan setiap ekstremitas, gatal
berlebihan, bau mulut yang tidak sedap secara terus menerus, nafsu makan
menurun da disertai tekanan darah tinggi. Penyakit ginjal kronik atau gagal
ginjal biasanya individu selalu mengabaikan pentingnya minum air dalam
jumlah yang cukup yaitu segelas dalam sehari. Penyebab lainya secara
fisiologis yaitu nefritis atau radang ginjal, glukosuria atau peningkatan jumlah
glukosa pada urin, hematuria atau adanya darah dalam urin, nefritis
glomerulus, sistisis, pielonefritis, ketosis, diabetes insipidius dan lain lain.
Pengobatan pada penyakit ginjal kronik yaitu tergantung penyerta atau
komplikasi penyakit lainya. Bila diketahui penyebabnya adalah dampak
penyakit yang lain maka dokter akan memberikan terapi farmakologi. Selain
itu penyakit ginjal kronik yang sudah stadium lanjut dan tidak ditangani
dengan terapi farmakologi maka pasien akan dilakukan cuci darah. Cuci darah
atau hemodialysis adalah tindakan medis yang dilakukan untuk membersihkan
racun didalam tubuh. Bila penyakit ginjal kronik sudah mencapai pada tingkat
cuci darah maka ini berate kerusakan ginjal sudah berlangsung lama.

4
Sehingga kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodalisis sangat rendah (Ariani, 2016).
PGK didefinisikan sebagai kelainan fungsi ginjal atau struktur ginjal
selama lebih dari 3 bulan, terjadi penurunan kecepatan filtrasi glomerulus
(Glomerular Filtration Rate – GFR) kurang dari 60 mL/min/1,73m2 dengan
atau tanpa kerusakan ginjal (Anonim, 2015b ; KDOQI, 2002). PGK
merupakan suatu gangguan progresif fungsi ginjal yang bersifat irreversible
dalam kasus metabolisme maupun dalam menjaga keseimbangan cairan dan
elektrolit serta dapat menyebabkan uremia (Moeljono, 2014).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah salah satu penyakit renal tahap
akhir. CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan elektrolit yang menyebabkan uremia atau retensi urea
dan sampah nitrogenlain dalam darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa CKD adalah
penyakit ginjal yang tidak dapat lagi pulih atau kembali sembuh secara total
seperti sediakala, dimana terdapat kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, yang
menyebabkan uremia.

b. Etiologi
Beberapa penyebab CKD menurut Price, dan Wilson (2006)
diantaranya adalah tubula intestinal, penyakit peradangan, penyakit vaskuler
hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan kongenital dan herediter,
penyakit metabolik, nefropati toksik, nefropati obsruktif. Beberapa contoh
dari golongan penyakit tersebut adalah :
1) Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielonefritis kronik dan
refluks nefropati.
2) Penyakit peradangan seperti glomerulonephritis

5
3) Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis
4) Gangguan jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa, dan seklerosis sistemik progresif.
5) Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik,
dan asidosis tubulus ginjal.
6) Penyakit metabolik seperti diabetes militus, gout, dan
hiperparatiroidisme, serta amiloidosis.
7) Nefropati toksik seperti penyalahgunaan analgetik, dan nefropati
timah.

c. Manifestasi Klinis

Menurut Arici (2014), gejala dari penyakit ginjal kronik dapat


dibedalkan menjadi gejala pada stadium awal dan gejala pada staduium lanjut.
Gejala dan tanda PGK stadium awal

1) Lemah
2) Nafsu makan berkurang
3) Nokturia, poliuria
4) Terdapat darah pada urin, atau urin berwarna lebih gelap
5) Urin berbuih
6) Sakit pinggang
7) Edema
8) Peningkatan tekanan
9) Kulit pucat
10) Gejala dan tanda PGK stadium lanjut)
11) Umum (lesu, lelah, peningkatan tekanan darah, tanda-tanda kelebihan
volume, penurunan mental, cegukan)

6
12) Kulit ( penampilan pucat, uremic frost, pruritic exexcoriations
13) Pulmonari (dyspnea, efusi pleura, edema pulmonari, uremic lung)
14) Gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, kehilangan berat badan,
stomatitis, rasa tidak menyenangkan di mulut)
15) Neuromuskuler (otot berkedut, sensorik perifer dan motorik neuropati,
kram otot, gangguan tidur, hiperrefleksia, kejang, ensefalopati, koma)
16) Metabolik endokrin (penurunan libido, amenore, impotensi)
17) Hematologi (anemia, pendarahan abnormal)

d. Patofisiologi

Patofisiologi CKD pada awalnya dilihat dari penyakit yang mendasari,


namun perkembangan proses selanjutnya kurang lebih sama. Penyakit ini
menyebabkan berkurangnya massa ginjal. Sebagai upaya kompensasi,
terjadilah hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa yang
diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factor.
Akibatnya, terjadi hiperfiltrasi yang diikuti peningkatan tekanan kapiler dan
10 aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini berlangsung singkat, hingga
pada akhirnya terjadi suatu proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang
masih tersisa. Sklerosis nefron ini diikuti dengan penurunan fungsi nefron
progresif, walaupun penyakit yang mendasarinya sudah tidak aktif lagi
(Suwitra, 2009).

Diabetes melitus (DM) menyerang struktur dan fungsi ginjal dalam


berbagai bentuk. Nefropati diabetik merupakan istilah yang mencakup semua
lesi yang terjadi di ginjal pada DM (Wilson, 2005). Mekanisme peningkatan
GFR yang terjadi pada keadaan ini masih belum jelas benar, tetapi
kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol aferen oleh efek yang
tergantung glukosa, yang diperantarai oleh hormon vasoaktif, Insuline-like

7
Growth Factor (IGF) – 1, nitric oxide, prostaglandin dan glukagon.
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik
asam amino dan protein. Proses ini terus berlanjut sampai terjadi ekspansi
mesangium dan pembentukan nodul serta fibrosis tubulointerstisialis (Bakri,
2005).

Hipertensi juga memiliki kaitan yang erat dengan gagal ginjal.


Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan-perubahan
struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditnadai dengan fibrosis dan hialinisasi
(sklerosis) dinding pembuluh darah. Salah satu organ sasaran dari keadaan ini
adalah ginjal (Wilson, 2005). Ketika terjadi tekanan darah tinggi, maka
sebagai kompensasi, pembuluh darah akan melebar. Namun di sisi lain,
pelebaran ini juga menyebabkan pembuluh darah menjadi lemah dan akhirnya
tidak dapat bekerja dengan baik untuk membuang kelebihan air serta zat sisa
dari dalam tubuh. Kelebihan cairan yang terjadi di dalam tubuh kemudian
dapat menyebabkan tekanan darah menjadi lebih meningkat, sehingga
keadaan ini membentuk suatu siklus yang berbahaya (National Institute of
Diabetes and Digestive and Kidney Disease, 2014. berdasarkan 2 hal, yaitu
menurut diagnosis etiologi dan menurut derajat (stage) penyakit. Klasifikasi
atas dasar derajat (stage) penyakit dibuat berdasarkan level laju filtrasi
glomerulus (LFG) yang dapat dilihat pada tabel II:

8
e. Pemeriksaan Penunjang

Kerusakan ginjal dapat dideteksi secara langsung maupun tidak


langsung. Bukti langsung kerusakan ginjal dapat ditemukan pada pencitraan
atau pemeriksaan histopatologi biopsi ginjal. Pencitraan meliputi
ultrasonografi, computed tomography (CT), magnetic resonance imaging
(MRI), dan isotope scanning dapat mendeteksi beberapa kelainan struktural
pada ginjal. Histopatologi biopsi renal sangat berguna untuk menentukan
penyakit glomerular yang mendasari (Scottish Intercollegiate Guidelines
Network, 2008).

Bukti tidak langsung pada kerusakan ginjal dapat disimpulkan dari


urinalisis. Inflamasi atau abnormalitas fungsi glomerulus menyebabkan

9
kebocoran sel darah merah atau protein. Hal ini dideteksi dengan adanya
hematuria atau proteinuria (Scottish Intercollegiate Guidelines Network,
2008)

f. Komplikasi
PGK juga disertai dengan penyakit lain sebagai penyulit atau
komplikasi yang sering lebih berbahaya. Komplikasi yang sering ditemukan
menurut Alam & Hadibroto (2008) antara lain :
1) Anemia

Dikatakan anemia bila kadar sel darah merah rendah, karena terjadi
gangguan pada produksi hormon eritropoietin yang bertugas
mematangkan sel darah, agar tubuh dapat menghasilkan energi yang
dibutuhkan untuk mendukung kegiatan sehari-hari. Akibat dari gangguan
tersebut, tubuh kekurangan energi karena sel darah merah yang bertugas
mengangkut oksigen ke seluruh tubuh dan jaringan tidak mencukupi.
Gejala dari gangguan sirkulasi darah adalah kesemutan, kurang energi,
cepat lelah, luka lebih lambat sembuh, kehilangan rasa (baal) pada kaki
dan tangan.

2) Osteodistrofi Ginjal

Kelainan tulang karena tulang kehilangan kalsium akibat gangguan


metabolisme mineral. Jika kadar kalsium dan fosfat dalam darah tinggi,
akan terjadi pengendapan garam dan kalsium fosfat di berbagai jaringan
lunak (klasifikasi metastatic) berupa nyeri persendian (artritis), batu ginjal
(nefrolaksonosis), pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah,
gangguan irama jantung, dan gangguan penglihatan.

3) Gagal Jantung

10
Jantung kehilangan kemampuan memompa darah dalam jumlah yang
memadai ke seluruh tubuh. Jantung tetap bekerja, tetapi kekuatan
memompa atau daya tampungnya berkurang. Gagal jantung pada
penderita PGK dimulai dari anemia yang mengakibatkan jantung harus
bekerja lebih keras, sehingga terjadi pelebaran bilik jantung kiri (left
ventricular hypertrophy/LVH). Lama-kelamaan otot jantung akan
melemah dan tidak mampu lagi memompa darah sebagaimana mestinya
(sindrom kardiorenal).

4) Disfungsi Ereksi

Ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai atau mempertahankan


ereksi yang diperlukan untuk melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya. Selain akibat gangguan sistem endokrin (yang memproduksi
hormon testosteron untuk merangsang hasrat seksual (libido)), secara
emosional penderita gagal ginjal kronis menderita perubahan emosi
(depresi) yang menguras energi. Penyebab utama gangguan kemampuan
pria penderita gagal ginjal kronis adalah suplai darah yang tidak cukup ke
penis yang berhubungan langsung dengan ginjal.

g. Penatalaksanaan

Penderita CKD perlu mendapatkan penatalaksanaan secara khusus sesuai


dengan derajat penyakit CKD, bukan hanya penatalaksanaan secara umum

Menurut Suwitra (2009) penatalaksanaan untuk CKD secara umum antara


lain adalah sebagai berikut :

11
1) Waktu yang tepat dalam penatalaksanaan penyakit dasar CKD adalah
sebelum terjadinya penurunan LFG, sehingga peningkatan fungsi
ginjal tidak terjadi. Pada ukuran ginjal yang masih normal secara
ultrasono grafi, biopsi serta pemeriksaan histopatologi ginjal dapat
menentukan indikasi yang tepat terhadap terapi spesifik. Sebaliknya
bila LFG sudah menurun sampai 20–30 % dari normal terapi dari
penyakit dasar sudah tidak bermanfaat.
2) Mengikuti dan mencatat kecepatan penurunan LFG pada pasien
penyakit CKD, hal tersebut untuk mengetahui kondisi komorbid yang
dapat memperburuk keadaan pasien. Faktor-faktor komorbid ini antara
lain, gangguan keseimbangan cairan, hipertensi yang tak terkontrol,
infeksi traktus urinarius, obstruksi traktus urinarius, obatobat
nefrotoksik, bahan radio kontras, atau peningkatan aktifitas penyakit
dasarnya. Pembatasan cairan dan elektrolit pada penyakit CKD sangat
diperlukan. Hal tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya edema
dan komplikasi kardiovaskuler. Asupan cairan diatur seimbang antara
masukan dan pengeluaran urin serta Insesible Water Loss (IWL).
Dengan asumsi antara 500-800 ml/hari yang sesuai dengan luas tubuh.
Elektrolit yang harus diawasi dalam asupannya adalah natrium dan
kalium.
3) Menghambat perburukan fungsi ginjal. Penyebab turunnya fungsi
ginjal adalah hiperventilasi glomerulus yaitu :
a) Batasan asupan protein, mulai dilakukan pada LFG < 60
ml/mnt, sedangkan diatas batasan tersebut tidak dianjurkan
pembatasan protein. Protein yang dibatasi antara 0,6-0,8/kg
BB/hr, yang 0,35-0,50 gr diantaranya protein nilai biologis
tinggi. Kalori yang diberikan sebesar 30-35 kkal/ kg BB/hr
dalam pemberian diit. Pembatasan protein bertujuan untuk

12
membatasi asupan fosfat karena fosfat dan protein berasal dari
sumber yang sama, agar tidak terjadi hiperfosfatemia.
b) Terapi farmakologi untuk mengurangi hipertensi
intraglomerulus. Pemakaian obat anti hipertensi disamping
bermanfaat untuk memperkecil resiko komplikasi pada
kardiovaskuler juga penting untuk memperlambat perburukan
kerusakan nefron dengan cara mengurangi hipertensi
intraglomerulus dan hipertrofi glomerulus. Selain itu
pemakaian obat hipertensi seperti penghambat enzim
konverting angiotensin (Angiotensin Converting Enzim / ACE
inhibitor) dapat memperlambat perburukan fungsi ginjal. Hal
ini terjadi akibat mekanisme kerjanya sebagai anti hipertensi
dan anti proteinuri.
4) Terapi dialisis dan transplantasi dapat dilakukan pada tahap CKD
derajat 4-5. Terapi ini biasanya disebut dengan terapi pengganti ginjal.

2. Kualitas Hidup
Kualitas Hidup adalah keadaan idealyang seharusnya bisa dicapai oleh
setiap orang meliputi keseimbangan dimensi fisik, psikologis social dan
lingkungan sekitar (Hagita,Bayhakki,Woferest, 2015).
Kualitas hidup dipengaruhi oleh faktor Individu ( umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, perilaku beresiko, penyakit kronik, cedera,
kepemilikan JPK, gangguan mental, faktor lingkungan ( status ekonomi,
tempat tinggal, rumah, dan lingkungan akses pelayanan kesehatan).
Terdapat 8 tema utama yang memaparkan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa antara lain menurut (Hagita,
Bayhakki, & Woferest, 2015):

13
a. Perubahan pemenuhan kebutuhan fisiologis yang meliputi fisik, makan,
istirahat bernafas, sirkulasi, eliminasi, dll.
b. Perubahan respon psikologis merupakan perasaan negative timbul saat
pertama kali mengetahui sakit ginjal kronik dan harus menjalani
hemodialysis rutin, perasaan negative yang muncul yang terdiri dari
perasaan takut, stress, shock, depresi, sedih, menangis,dan kesal.
c. Respon spiritual meningkat, pasien akan semakin dekat dengan tuhannya
dengan meningkatkan ibadah pasrah karena hidupnya bergantung pada
mesin hemodialysis.
d. Perubahan interaksi social timbul karena lemahnya fisik partisipan, mudah
lelah jika aktivitasnya berlebihan serta waktu yang habis karena penyakit
dan pengobatan yang dijalani.
e. Dukungan yang dibutuhkan, dukungan sangat dibutuhkan oleh
keseluruhan pasien untuk menghadapi penyakit dan pengobatan yang
dijalani untuk mempertahankan kehidupan.
f. Perubahan status ekonomi akan terjadi pada pasien karena pasien sudah
tidak bekerja lagi, sehingga penghasilan menurun sedangkan kebutuhan
pasien meningkat dan pengobatan yang haruis selalu dipenuhi.
g. Penurunan kualitas hidup, fisik, dan psikologi pasien yang menjalani
hemodialysis maka fisiknya akan menurun dan pasien akan jenuh dengan
kehidupannya.
h. Adaptasi, setelah aktivitasnya menurun dan psikologisnya menurun pasien
akan menerima keadaanya.

3. Kecemasan (Anxiety)
Kecemasan merupakan bentuk ketidakberanian ditambah perasaan risau.
Pada hal hal yang tidak jelas kecemasan juga perasaan takut yang tidak jelas
obyeknya dan alasanya (Annisa, 2016).
a. Aspek-aspek Kecemasan

14
1) Perilaku (gelisah, tegang, tremor, terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghindar dari
orang lain).
2) Kognitif (perhatian terganggu, konsentrasi buruk, lupa, salah dalam
penilaian, kreativitas menurun, lambat dalam berfikir, bingung
kesadaran diri, takt cidera atau kematian dll).
3) Afektif (mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,
ketakutan, khawatir, malu dll).
b. Jenis kecemasan
1) Trait Anxiety
Trait anxiety merupakan rasa khawatir pada seseorang yang
sebenarnya kondisinya biasa saja.
2) State Anxiety merupakan kondisi emosional dan keadaan sementara
pada individu dengan adanya perasaan tegang dirasakan sadar dan
bersifat subyektif.
c. Tingkat kecemasan
1) Ansietas ringan (Kegiatan sehari hari)
2) Ansietas sedang (focus pada hal tertentu)
3) Ansietas berat (focus pada sesuatu yang spesifik)
4) Tingkat panic (ketakutan dan teror)
d. Alat ukur keemasan
Kecemasan seseorang dapat diukur dengan menggunakan instrument
kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yaitu:
Nilai 0: Tidak ada gejala atau keluhan
Nilai 1: Gejala ringan
Nilai 2: Gejala sedang
Nilai 3: Gejala berat
Nilai 4: Gejala sangat berat
Penilaian derajat kecemasan skor:

15
<14 : Tidak ada kecemasan
14-20 : Kecemasan ringan
21-27 : Kecemasan sedang
28-41 : Kecemasan berat
42-56 : kecemasan sangat berat/panic

B. Penemuan yang lalu


Hasil penelitian Hagita, Bayhakki & Woferest, (2015) “Studi Fenomenologi
Kualitas Hidup Pasien Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rsud
Arifin Achmad Pekanbaru” menunjukan ada fenomenologi kualitas hidup prasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialysis di RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologis. Penelitian ini berfokus pada penemuan
fakta mengenai kualitas hidup pasien gagal ginjal tahap akhir yang menjalani
hmodialisis. Sampel dalam penelitian ini adalah 8 partisipan yang menjalani
hemodialysis di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru yang telah memenuhi kriteria
inklusi. Hasil penelitian menyatakan bahwa seluruh partisipan mengungkapkan
fisik, makan, istirahat, nafas, eliminasi dan sirkulasi terganggu sejak menjalani
terapi hemodialysis.
Hasil penelitian Bayhakki, Hasneli, & Yesi, (2015) “Hubungan Lama
Menjalani Hemodialisis Dengan Inter-Dialytic Weight Gain
(IDWG) Pada Pasien Hemodialisis” Rata rata lama waktu menjalani
hemodialysis adalah 26,65 bulan dan rata rata IDWG dari penelitian ini adalah
2,73 kilogram. Hasil penelitian juga menunjukan tidak ada hubungan antara lama
menjalani hemodialysis dengan peningkatan jumlah berat badan. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan desaign korelasi dan
pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dilakukan dengan merekrut pasie
pasien hemodialysis di RSUD Dumai yang memenuhu kriteria hasil inklusi.
Kriteria hasil inklusi ini adalah pasien Chronic Kidney Diseases (CKD) dengan

16
atau tanpa komplikasi yang rutin menjalani hemodialysis minimal 1 tahun dan
sudah terbiasa menjalani hemodialysis. Hasil penelitian menyatakan didapatkan
rata rata peningkatan berat badan diantara dua tindakan hemodialysis atau IDWG
adalah 2,73 kilogram.

C. Ringkasan dan Kerangka Berfikir Penelitian


1. Kerangka Teori

Kecemasan/ Ansietas a. Ansietas ringan


b. Ansietas sedang
Variabel Bebas
c. Ansietas Berat
d. Kepanikan

Faktor dan Aspek-Aspek


Ansietas:
Pasien dengan penyakit ginjal kronik
1) Aspek fisik (pusing,
Variabel Terikat
sakit kepala, tangan
mengeluarkan keringat,
menimbulkan rasa
mual pada perut mulut Hemodialisa
kering grogi dll
2) Aspek emosional
(timbul rasa panic rasa
takut) Penyakit Ginjal Kronik
3) Aspek mental atau
kognitif (timbul
gangguan perhatian dan
memori khawatir, Menyebabkan:
kebingungan) a. Perubahan pemenuhan
b. Perubahan respon psikologis
c. Peningkatan respon spiritual
d. Perubhan interaksi social
e. Dukungan yang dibutuhkan
f. Perubahan status ekonomi
g. Penurunan kualitas hidup fisik dan
psikologis
h. Adaptasi
17
2. Kerangka Konsep

Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa

Kecemasan Atau Ansietas

Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik

D. Hipotesis
Ha: Kecemasan berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien dengan penyakit
ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa.

Ho: Kecemasan tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien dengan


penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialysis.

18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Penelitian ini ditujukan kepada pasien gagal ginjal kronik yng menjalani
Hemodialisa di RSUD Wates.
2. Sampel
Penelitian ini berfokus pada penemuan fakta mengenai kulaitas hidup pasien
gagal ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis. Sampel dalam
penelitian ini adalah 8 partisipan yang menjalani Hemodialisis di RSUD
Wates yang telah memenuhi kriteria inklusi.
3. Penelitian Tempat
Penelitian ini dilakukan di daerah Kulonprogo khususnya di Bangsal
Hemodialisa RSUD Wates.
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019.

C. Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan yaitu Pedoman Wawancara, pedoman
wawancara yang digunakan merupakan pedoman wawancara yang tidak
terstruktur yang disusun berdasarkan tujuan penelitian, peneliti menggunakan 6
pertanyaan dalam pedoman wawancara yang sebelumnya telah dikonsultasikan
bersama dua orang yang ahli dan kompeten. Selain iu, peneliti juga menggunakan

19
alat pengukuran kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Alat
perekam berupa recorder dan catatan lapangan.

D. Proses Pengumpulan Data


Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi yang sesuai dengan
kehendak peneliti. Berdasarkan tujuan maupun masalah penelitian serta karate
subjek yang diinginkan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini ada in depth interview yaitu wawancara mendalam yang dilakukan
untuk pertanyaan yang sifatnya terbuka.

E. Analisa Data
Analisa data menggunakan analisa data bivariate dan teknik
menggunakan metode colaizzi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alam, S., & Hadibroto, I., 2008. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Ilmiah.
Annisa. 2016. Konsep Kecemasan Anxiety Pada Lanjut Usia (Lansia). Konselor.
Volume 5 Nomor 2 Juni 2016. Diunduh 15 April 2019.
Ariani, Sofi. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan Gangguan Ginjal Lainya.
Yogyakarta. Istana Media.
Arici, M.,2014. Management of Chronic Kidney Disease. Sringer-Verlag, Berlin
Heidelberg.
Bakri, S., 2005. Deteksi Dini dan Upaya-upaya Pencegahan Progresivitas
Penyakit Ginjal Kronik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Diakses pada 27 November 2017
http://www.akademik.unsri.ac.id.download/journal/files/.../6- syakib
%20Bakri.pdf
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC. Hal : 45-47
Bayhakki, Hasnali, Yesi. 2017. Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis Dengan
Inter Dialytic Weight Gaun (IDWG) Pada Pasien Hemodialisis. JKP-Volume
5 Nomor 3 Desember 2017 (dikutip 12 April 2019).
Black,J.M, & Hawks, J.H. 2009. Medical Surgical Nursing; 8 th edition.
Canada :Elsevier
Couser W.G., Remuzzi G, Mendis S, Tonelli M. 2011. The contribution of
chronic kidney disease to the global burden of major noncommunicable
diseases. Kidney Int; 80(12):1258-1270.
Dasari, P., K., Venkateshwarlu, Venisetty, R.K. 2014. Management of
Comorbidities in Chronic Kidney Disease : A Prospective Observational
Study, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences,
6:363-367.
Hagita,D, Bayhakki, Wofwrwst, R. 2015. Studi Fenomenologi Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hwmodialia di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. JOM Vol 2 No 2 Oktober 2015 diunduh 15 April 2019.
KDOQI. 2002. Clinical Practice Guidelines For Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification and Stratification, National Kidney Foundation.
Lankhorst, C.E. & Wish, J.B. 2009. Anemia in renal disease: Diagnosis and
management, Division of Nephrology, University Hospitals Case Medical
Center, United States.
Moeljono, F.L., Ramatillah D.L., Eff, A.R. 2014. Treatment of the Chronic
Kidney Disease (CKD) Patient in the PGI Hospital Cikini Jakarta,
International Journal of Pharmacy Teaching & Practices, 5;1105-1111.
Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 27 November 2017
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%20 2013.pdf.
Suwitra, K., 2009. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo, A.W., Setiyobudi, B.,
Alwi, I., Simadibarata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

21
jilid II. 5th ed, Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam, pp. 1035-1040.
Tandi, M, Mogan, A & Manopo, F. 2014. Hubungan Antara Derajat Penyakit
Ginjal Kronik Dengan Menilai Agregasi Trombosit di RSUP Prof. Dr. RD
Kandau Madada. Jurnal e-Biomedik (eBM).2.
Widyastuti, R. 2014. Korelasi Lama Menjalani Hemodialisis Dengan Indeks Masa
Tubuh Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
Jurnal Gizi 1 (2).
Yuliana. 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuan Pembatasan
Cairan Pada pasien gagal ginjal Kronik Dengan Terapi Hemodialisis Di
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta (skripsi). STIKES Aisyiyah
Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai