Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENGERTIAN

Kata hidrosefalus diambil dari bahasa Yunani yaitu hydro yang berarti
air, dan cephalus yang berarti kepala. Secara umum hidrosefalus dapat
didefiniskan sebagai suatu gangguan pembentukan, aliran, maupun
penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi kelebihan cairan
serebrospinal pada susunan saraf pusat, kondisi ini juga dapat diartikan
sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal (Ibrahim, et all, 2012).
Hidrosefalus adalah pembesaran ventrikulus otak sebagai akibat
peningkatan jumlah cairan serebrospinal (CSS) yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara produksi, sirkulasi dan absorbsinya. Kondisi
seperti cerebral atrofi juga mengakibatkan peningkatan abnormal CSS dalam
susunan saraf pusat (SSP) (Sudarti, 2010).
Hidrosefalus adalah terjadinya pengumpulan cairan otak secara
berlebihan didalam sistem ventrikel (ruangan cairan otak) yang normal
sehingga menyebabkan pelebaran sistem ventrikel dan terjadi peninggian
tekanan intrakranial (Nanny, 2011).
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang
berlebihan maupun gangguan absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan
intrakanial yang meninggi sehingga terjadi pelebaran ruangan-ruangan tempat
aliran cairan serebrospinalis (Suharso, 2009).
Dapat disimpulkan bahwa Hidrosefalus adalah akumulasi abnormal
cairan cerebrospinal di dalam otak. Cairan ini sering meningkatkan tekanan
sehingga dapat memeras dan merusak otak. Pada normalnya cairan otak itu
diproduksi dan diserap dengan seimbang. Jadi, begitu serapannya terganggu
akibat suatu proses, seperti penumpukan cairan di otak, maka terjadilah
hidrosefalus.

1
BAB II
PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Etiologi
Menurut Milani (2011), Hidrosefalus terjadi bila terdapat
penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat
antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarakhnoid. Akibat penyumbatan, terjadi
dilatasi ruangan CSS diatasnya. Teoritis pembentukan CSS yang
terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang abnormal akan
menyebabkan terjadinya hidrosefalus, namun dalam klinik sangat
jarang terjadi.
Terdapat beberapa faktor penyebab penyumbatan aliran CSS yang
sering terdapat pada bayi dan anak:
1. Faktor presipitasi yaitu kelainan bawaan (kongenital):
a. Stenosis akuaduktus sylvii
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Sindrom Dandy-Walker
d. Kista araknoid dan anomali pembuluh darah
2. Faktor predisposisi
a. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara
patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan arakhnoid
sekitar sistern abasalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi
adalah toxoplasmosis.
b. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di
setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak
menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus
sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari

2
serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat
menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah
basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi
dari darah itu sendiri.

B. Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi akibat adanya gangguan dari sirkulasi cairan
otak (adanya sumbatan aliran normal, gangguan penyerapan) ataupun
produksi cairan otak yang berlebihan.

Gambar 2.1 hidrosefalus


tampak atas Gambar 2.2 Hidrosefalus tampak
samping

Hidrosefalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi


(meningitis, pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor
bawaan (stenosis aquaductus sylvii) sehingga menyebabkan adanya
obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler
mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya
akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada
gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga
walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang
tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan
penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency (Muttaqin,
2008).

3
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar
untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela
anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang
pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga/keturunan
yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl
dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu
penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal
blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi
pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan
fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami
pembesaran cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak
kecil secara disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara
teoritis terjadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan
intrakranial (TIK) sebagai upaya mempertahankan keseimbangan
sekresi dan absorbsi (Muttaqin, 2008).

4
Pathway

Infeksi

Perdarahan
Perlekatan meningen

Fibrosis
Liptomeningen Kelainan Kongenital
Obliterasi Subasakhnoid

Hidrosefalus

Kepala Peningkatan TIK


CSS berlebihan
membesar

Penekanan saraf Gangguan aliran


Kulit meregang darah ke otak
lokal
hingga tipis

Sekresi prostagladin Gangguan


Hambatan bradikinin Perfusi
Mobilitas Fisik Jaringan

Krisis pada Saraf tertekan (N.


Nyeri Vagus, glosofaringeal,
keluarga
facialis)

Defisiensi
Pengetahuan Mual muntah Anoreksia

Nutrisi
Kurang Dari
Kebutuhan

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan hidrosefalus
menurut (Satyanegara, 2010) adalah :
1. Pembesaran tengkorak, hipotrofi otak
Kelainan neurologi (mata selalu mengarah ke bawah, gangguan
perkembangan motorik, gangguan penglihatan)

5
2. Terjadi penipisan korteks cerebrum yang permanen bila
penimbunan cairan di biarkan
3. Vena kulit kepala sering terlihat menonjol
4. Pada bayi yang suturanya masih terbuka akan terlihat lingkar
kepala frontoosipital yang makin membesar, sutura yang meregang
dengan fontonel cembung dan tegang ( Wim de jong )
5. Pertumbuhan kepala normal terjadi pada 3 bulan pertama. Lingkar
kepala akan bertambah kira-kira 2 cm setiap bulan. Pada 3 bulan
berikutnya, penambahan akan berlangsung lebih lambat.

D. Klasifikasi
Hidrosefalus dapat dikelompokkan berdasarkan dua kriteria besar
yaitu secara patologi dan secara etiologi. (Milani & Neilank, 2012) :
1. Hidrosefalus Patologi dapat dikelompokkan sebagai
a. Obstruktif (non-communicating)
Terjadi akibat penyumbatan sirkulasi CSS yang disebabkan
oleh kista, tumor, pendarahan, infeksi, cacat bawaan dan
paling umum, stenosis aqueductal atau penyumbatan saluran
otak.
b. Non – obstruktif (communicating)
Dapat disebabkan oleh gangguan keseimbangan CSS, dan juga
oleh komplikasi setelah infeksi atau komplikasi hemoragik.
2. Hidrosefalus Etiologi dapat dikelompokkan sebagai
a. Bawaan (congenital)
Sering terjadi pada neonatus atau berkembang selama intra-
uterin.
b. Diperoleh (acquired)
Disebabkan oleh pendarahan subarachnoid, pendarahan
intraventrikular, trauma, infeksi (meningitis), tumor,
komplikasi operasi atau trauma hebat di kepala. Tekanan
normal hidrosefalus (NPH), yang terutama mempengaruhi

6
populasi lansia. Ditandai dengan gejala yang spesifik:
gangguan gaya berjalan, penurunan kognitif dan inkontinensia
urin .

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan dalam kasus anak
dengan Hidrosefalus diantaranya (Said, 2011) :
1. Pemeriksaan funduskopi
Evaluasi funduskopi dapat mengungkapkan papilledema
bilateral ketika tekanan intrakranial meningkat. Pemeriksaan
mungkin normal, namun dengan hidrosefalus akut dapat
memberikan penilaian palsu.
2. Foto polos kepala lateral
Tampak kepala membesar dengan disproporsi kraniofasial,
tulang menipis dan sutura melebar.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan pungsi ventrikel melalui foramen frontanel mayor.
Dapat menunjukkan tanda peradangan dan perdarahan baru atau
lama. Juga dapat menentukan tekanan ventrikel.
4. CT scan kepala
Meskipun tidak selalu mudah untuk mendeteksi penyebab
dengan modalitas ini, ukuran ventrikel ditentukan dengan mudah.
CT scan kepala dapat memberi gambaran hidrosefalus, edema
serebral, atau lesi massa seperti kista koloid dari ventrikel ketiga
atau thalamic atau pontine tumor. CT scan wajib bila ada
kecurigaan proses neurologis akut.
5. MRI
Dapat memberi gambaran dilatasi ventrikel atau adanya lesi
massa.

7
F. Penatalaksanaan Medik
Menurut Warf (2008), terdapat penatalaksanaan medik untuk
hidrosefalus pada anak, diantaranya sebagai berikut:
1. Terapi konservatif medikamentosa
Untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid (asetazolamit 100
mg/kgBB/hari; furosemid 1,2 mg/kgBB/hari) atau upaya
meningkatkan resorpsinya (isorbid). Terapi diatas hanya bersifat
sementara sebelum dilakukan terapi defenitif diterapkan atau bila
ada harapan kemungkinan pulihnya gangguan hemodinamik
tersebut; sebaliknya terapi ini tidak efektif untuk pengobatan
jangka panjang mengingat adanya resiko terjadinya gangguan
metabolik.
2. Ventriculoperitoneal shunting
Cara yang paling umum untuk mengobati hidrosefalus.
Dalam ventriculoperitoneal (VP) shunting, tube dimasukkan
melalui lubang kecil di tengkorak ke dalam ruang (ventrikel) dari
otak yang berisi cairan serebrospinal (CSF). Tube ini terhubung
ke tube lain yang berjalan di bawah kulit sampai ke perut, di
mana ia memasuki rongga perut (rongga peritoneal). Shunt
memungkinkan CSS mengalir keluar dari ventrikel dan ke rongga
perut di mana ia diserap. Biasanya, katup dalam sistem membantu
mengatur aliran cairan.
3. Terapi etiologi
Merupakan strategi penanganan terbaik, seperti antara lain;
pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A,
reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran liquor,
pembersihan sisa darah dalam liquor atau perbaikan suatu
malformasi. Pada beberapa kasus diharuskan untuk melakukan
terapi sementara terlebih dahulu sebelum diketahui secara pasti
lesi penyebab atau masih memerlukan tindakan operasi shunting.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada anak-anak), jenis
kelamin, alamat, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor
register, dan diagnosis medis.
2. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2) Adanya Pembesaran kepala.
3) Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat
jelas.
b. Palpasi :
1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2) Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari
permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata :
1) Akomodasi.
2) Gerakan bola mata.
3) Luas lapang pandang
4) Konvergensi.

9
Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa
melihat keatas. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
5. Observasi Tanda –tanda vital
a. Peningkatan sistole tekanan darah.
b. Penurunan nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan frekwensi pernapa
d. Peningkatan frekwensi pernapasan.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
3. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan muntah sekunder
akibat kompresi serebral dan iritabilitas.
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan orang tua (penyakit yang di derita oleh anaknya),

10
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji data dasar neurologis. 1. Pengkajian yang dilakukan
perfusi jaringan asuhan keperawatan sesering mungkin akan
serebral diharapkan Perfusi 2. Observasi TTV. memberikan data guna
berhubungan jaringan menentukan perubahan
dengan serebral adequat, 3. Tentukan posisi anak : keadaan neurologis anak yang
peningkatan dengan kriteria : tinggikan kepala. berhubungan dengan ICP Bila
tekanan a. Tekanan systole hal itu terjadi akan
intrakranial. dan diastole 4. Anjurkan anak dan orang tua menunjukkan bahwa anak
dalam rentang untuk mengurangi aktivitas sudah menunjukkan gangguan
yang diharapkan. yang dapat menaikkan ICP yang bermakna.
b. Tidak ada tanda- tekanan intrakranial atau
tanda intra abdominal, misal: 2. Pengkajian tanda-tanda vital
peningkatan mengejan saat BAB, yang sesering mungkin akan
intrakranial menarik nafas, membalikkan membantu mendeteksi tanda-
(tidaklebih dari badan, batuk. tanda dini dari ICP (seperti
15mmHg). takikardia, fluktuasi tekanan
c. Tingkat 5. Kolaborasi dengan dokter darah, dan pernafasan cheyne-
kesadaran untuk pemberian analgetik. stokes)
membaik.
6. Instruksikan keluarga untuk 3. Peninggian kepala di tempat
mengobservasi kulit jika ada tidur memungkinkan

11
isi atau laserasi terjadinya gravitasi untuk
peningkatan aliran darak
serebral, akan membantu
penurunan ICP.

4. Dengan aktivitas yang berlebih


anak akan berisiko mengalami
peningktan TIK.

5. Pemberian analgetik untuk


mengurangi nyeri akibat TIK

6. Keluarga dapat berpatisipasi


dalam perawatan anak dengan
hidrosefalus
2. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji pengalaman nyeri pada 1. Membantu dalam
berhubungan asuhan keperawatan anak, minta anak mengevaluasi rasa nyeri
dengan agen cedera diharapkan rasa menunjukkan area yang sakit
biologis nyeri akan dan menentukan peringkat 2. Isyarat non verbal dapat
berkurang/hilang nyeri dengan skala nyeri 0-5 memberikan gambaran
dengan kriteria : (0 = tidak nyeri, 5 = nyeri tingkat nyeri yang dialami
a. Klien merasa sekali). klien
nyaman
b. Nyeri kepala 2. Observasi isyarat non verbal 3. Perubahan TTV dapat
berkurang atau dari ketidak nyamanan, menunjukkan trauma batang
hilang (skala terutama jika tidak dapat otak.

12
nyeri 0).
c. Tampak rileks. berkomunikasi secara efektif. 4. Pujian yang diberikan akan
d. Tidak meringis meningkatkan kepercayaan
kesakitan. 3. Pantau dan catat TTV diri anak untuk mengatasi
e. Nadi normal dan nyeri dan kontinuitas anak
RR normal. 4. Bantu anak mengatasi nyeri untuk terus berusaha
seperti dengan memberikan menangani nyerinya dengan
pujian kepada anak untuk baik.
ketahanan dan
memperlihatkan bahwa nyeri 5. Pemahaman orang tua
telah ditangani dengan baik. mengenai pentingnya
kehadiran, kapan anak harus
5. Jelaskan kepada orang tua didampingi atau tidak,
bahwa anak perlu didampingi berperan penting dalam
didekat untuk meningkatkan menngkatkan kepercayaan
kepercayaan. anak.

6. Gunakan teknik distraksi 6. Teknik ini akan membantu


seperti dengan bercerita mengalihkan perhatian anak
tentang dongeng dari rasa nyeri yang
menggunakan boneka. dirasakan.

7. Pastikan pasien menerima 7. pemberian analgesik untuk


analgesik yang tepat mengurangai rasa nyeri

13
3. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi (1100) 1. Mulut yang tidak bersih dapat
nutrisi kurang dari asuhan keperawatan 1. Pertahankan kebersihan mempengaruhi rasa makanan
kebutuhan tubuh diharapkan mulut dengan baik sebelum dan meninbulkan mual
yang berhubungan ketidakseimbangan dan sesudah mengunyah
dengan muntah nutrisi kurang dari makanan. 2. Makan dalam porsi kecil tetapi
sekunder akibat kebutuhan tubuh sering dapat mengurangi beban
kompresi serebral teratasi dengan 2. Tawarkan makanan porsi saluran pencernaan. Saluran
dan iritabilitas. a. Tidak terjadi kecil tetapi sering untuk pencernaan ini dapat
penurunan berat mengurangi perasaan tegang mengalami gangguan akibat
badan sebesar pada lambung. hidrocefalus
10% dari berat
awal 3. Atur agar mendapatkan 3. Agar asupan nutrisi dan kalori
b. Tidak adanya nutrien yang berprotein/ klien adeakuat
mual-muntah. kalori yang disajikan pada
saat individu ingin makan 4. Menimbang berat badan saat
Monitor Nutrisi (1160) baru bangun dan setelah
4. Timbang berat badan pasien berkemih untuk mengetahui
saat ia bangun dari tidur dan berat badan mula-mula
setelah berkemih pertama. sebelum mendapatkan nutrient.

5. Konsultasikan dengan ahli 5. Konsultasi ini dilakukan agar


gizi mengenai kebutuhan klien mendapatkan nutrisi
kalori harian yang realistis sesuai indikasi dan kebutuhan
dan adekuat. kalorinya.

14
4. Defisiensi Setelah dilakukan Pendidikan Kesehatan (5510) 1. Keluarga dapat
pengetahuan asuhan keperawatan 1. Beri kesempatan orang tua mengemukakan perasaannya
berhubungan diharapkan dapat untuk mengekspresikan sehinnga perasaan orang tua
dengan kurang meningkatkan kesedihannya dapat lebih lega
sumber pengetahuan orang
pengetahuan orang tua mengenai 2. Beri kesempatan orang tua 2. Pengetahuan orang tua
tua (penyakit yang penyakit yang untuk bertanya mengenai bertambah mengenai penyakit
di derita oleh diderita anaknya kondisi anaknya yang di derita oleh anaknya
anaknya) 1. Kecemasan orang sehinnga kecemasan orang tua
tua pada kondisi 3. Jelaskan tentang kondisi dapat berkurang
kesehatan penderita, prosedur, terapi
anaknya dapat dan prognosanya. 3. Pengetahuan kelurga
berkurang bertambah dan dapat
Orang tua 4. Ulangi penjelasan tersebut mempersiapkan keluarga
mengungkapkan bila perlu dengan contoh bila dalam merawat klien post
pemahaman keluarga belum mengerti operasi
tentang penyakit,
pengobatan 4. Keluarga dapat menerima
dan perubahan seluruh informasi agar tidak
pola hidup yang menimbulkan salah persepsi
dibutuhkan

15
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. Gloria,dkk., 2013. Nursing Interventions Classification


(NIC), 6th edition. Missouri: Mosby Elsevier.
Herdman, T.H., 2015. North American Nursing   Diagnosis Association
(NANDA). Jakarta: EGC.
Ibrahim S, Rosa AB, Harahap AR. 2012. Hydrocephalus in children. In:
Sastrodiningrat AD, ed. Neurosurgery lecture notes. Medan: USU
Press.
Jason G.M. et. all. 2010. Journal of Neurosurgery: Pediatrics. Volume 6,
Number 1.
Milani S. & Neilank K.J. 2012. Hydrocephalus: An Overview,
Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 25 September 2018.
Morhead, Sue, dkk., 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
Pengukuran Outcomes Kesehatan, 5th edition. Missouri: Mosby
Elsevier.
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita.Yogyakarta: Salemba Medika.
Said A.K. 2011. Review Article Hidrosefalus. RSUD dr.Zainoel Abidin
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Satyanegara, 2010. Ilmu Bedah Saraf edisi IV. Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
Sudarti. 2010 Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak
Balita.Yogyakarta: Numed
Suharso, D. 2009. Pedoman Diagnosis dan Terapi.. Surabaya: F.K.
Universitas Airlangga
Warf, BC. 2008. Strategy for treatment of Hydrocephalus in developing
countries. Diakses pada tanggal 25 September 2018.

16

Anda mungkin juga menyukai