Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN HIDROSEFALUS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 9
KELAS 5/B

1. RUSTIANA NONA BILI(2017610086)


2. RANDA(2017610078)
3. ROSLINCE UMBU PATI(2017610084)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat Rahmat-Nya Semata LAPORAN
PENDAHULUANdengan judul PENYAKIT HIDROSEFALUS”dapat di terselesai dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi motivasi dan bantuan
dalam menyelesaikan tugas ini.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. DEFINISI SEHAT SAKIT
A. SEHAT MENURUT WHO
B. STATUS KESEHATAN
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hidrosefalus adalah penumpukan CSS sehingga menekan jaringan otak. Jumlah


cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter, sehingga tekanan intrakranial sangat
tinggi. Hidrosefalus sering di jumpai sebagai kelainan konginetal namun bisa pula oleh sebab
postnatal. Angka kejadian hidrosefalus kira-kira 30 % yang di temui sejak lahir, dan 50%
pada 3 bulan pertama. Frekuensi hidrosefalus ini utero 2:2000 bayi, dan kira-kira 12% dari
semua kelainan konginetal. Hidrosefalus sering menyebabkan distosia persalinan. Apabila
hidrosefalus berlanjut setelah lahir dan tetap hidup akan menjadi masalah pediatri sosial.
Pasien hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar karena pada anak yang
mengalami hidrosefalus ada kerusakan saraf yang menimbulkan kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran sampai pada gangguan pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.

1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Hidrosefalus
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui memahami pengertian dari hidrosefalus.
b. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi terjadinya hidrosefalus
c . Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis penyakit hidrosefalus
d. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi penyakit hidrosefalus
e. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan data penunjang apa sajah yang
dilakuan pada pasien hidrosefalus
f Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis dari kasus hidrosefalus
g. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan asuhan keperawatan
hidrosefalus
BAB II
KONSEP TEORITIS

2.1 PENGERTIAN

Hydrocephalus diambil dari bahasa yunani Hydro yang berarti air,dan cephalus yang
berarti kepala.secara umum hidrosefalus dapat didefinisikkan sebagai suatu gangguan
pembentukan ,aliran,maupun penyerapan dari cairan serebrospinal sehingga terjadi
kelebihan cairan serebropinal pada susunan saraf pusat.
Hidrosefalus adalah suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya
cairan serebrospinalis, disebabkan baik oleh produksi yang berlebihan maupun gangguan
absorpsi, dengan atau pernah disertai tekanan intrakanial yang meninggi sehingga terjadi
pelebaran ruangan-ruangan tempat aliran cairan serebrospinalis (Darto Suharso,2009)
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS
(Ngastiyah,2005).

2.2 KLASIFIKASI HYDROCEPHALUS

Menurut waktu pembentukan hidrosefalus pada anak di bedakan menjadi dua, yaitu :
1. Konginetal : Hidrocefalus sudah diderita sejak bayi dilahirkan. Sehingga pada saat
lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
2. Di dapat : Bayi/anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya
adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma kepala yang menyerang otak dan
pengobatannya tidak tuntas.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
1. Hidrosefalus Komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem ventrikel dan
CSS dari ruang subarakhnoidalis terhambat.Gangguan absorbsi CSS dapat disebabkan
sumbatan sisterna subaroknoid disekeliling batang otak atau obliterasi ruang
subarakhnoid sepanjang otak, seluruh sistem ventrikel terdistensi.
2. Hidrosefalus Non komunikan / Obstruktif
CSS sistem ventrikel tidak berhubungan dengan CSS ruang subarakhnoid misal
aquaduktus sylvii menyempit atau tersumbat.Terdapat hambatan sirkulasi CSS dalam
sistem ventrikel sendiri akibatnya cairan ventrikal tidak dapat mencapai ruang
subarakhnoid.Terjadi pembesaran sistem ventrikel di proksimal obstruksi.

2.3 ETIOLOGI
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi (NANDA, NIC-NOC, 2012)
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylvii
merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan
pertama setelah lahir.
b. Spinal bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis
dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus
obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista
yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membagi etiologi menurut usia

2. Anomali pembuluh darah


3. Infeksi
4 . Perdarahan
5.Neoplasma
2.4 PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif,
sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus
emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga /
keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah,
pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol
secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi
obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae
posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris dan
wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Dikarenakan kondisi CSS yang tidak normal hidrosefalus secara teoritis terjadi sebagai
akibat dari tiga mekanisme yaitu:
1. Produksi likuor yang berlebihan
2. Peningkatan resistensi aliran likuor
3. Peningkatan tekanan sinus venosa
Konsekuensi tiga mekanisme di atas adalah peningkatan tekanan intrakranial(TIK)
sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi.
PATHWAY

Infeksi

Perdarahan
Perlekatan meningen

Fibrosis Kelainan Obliterasi Subasakhnoid


Liptomeninge n Kongenital

Hidrocefalus

Kepala CSS Peningkatan TIK


membesar Berlebih
Penekanan Gangguan aliran
saraf lokal darah ke otak

Kulit meregang hingga Sekresi prostagladin, bradikinin


tipis / pasien tidak dapat
bergerak atau Gangguan
menggerakkan kepala perfusi jaringan
serebral

Nyeri

Saraf tertekan ( N.Vagus,


Kerusakan glosofaringeal, facialis)
mobilisasi

Mual / muntah
Anoreksia
Imobilasi
Aktivitas
Kekurangan
cairan
Krisis pada Nutrisi kurang dari
keluarga kebutuhan
Kurang info

Kurang
Kecemasan
pengetahuan
2.5 MANIFESTASI KLINIS

Gejala yang nampak dapat berupa (Ngastiyah, 1997; Depkes;1998) dalam NANDA, NIC-
NOC , 2012 :
1. TIK yang meninggi: muntah, nyeri kepala, edema pupil saraf otak II
2. Pada bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak
3. Kepala bayi terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh
4. Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya teraba tegang dan
mengkilat dengan perebaran vena di kulit kepala
5. Sutura tengkorak belum menutup dan teraba melebar
6. Terdapat sunset sign pada bayi (pada mata yang kelihatan hitam-hitamnya, kelopak mata
tertarik ke atas)
7. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang suborbita
8. Sklera mata tampak di atas iris
9. Pergerakan mata yang tidak teratur dan nistagmus tak jarang terdapat
10. Kerusakan saraf yang memberi gejala kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran
motorik atau kejang-kejang, kadang-kadang gangguan pusat vital.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Skan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel.
2. fungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial.
3. untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolic.
4 Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala.
5. MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur otak tanpa kena radiasi.
2.7 KOMPLIKASI
Komplikasi Hidrocefalus menurut Prasetio (2004)

1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS

Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining” yang berarti penyakit ini
memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan
menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:

1. Mengurangi produksi cairan serebrospinal dengan merusak pleksus koroidalis dengan


tindakan reseksi atau pembedahan, atau dengan obat azetasolamid (diamox) yang
menghambat pembentukan cairan serebrospinal.
2. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi caira serebrospinal dengan tempat
absorbsi, yaitu menghubungkan ventrikel dengan subarachnoi
3. Pengeluaran cairan serebrospinal ke dalam organ ekstrakranial,yakni:
1. Mengalirkan cairan serebrospinal ke dalam vena jugularis dan jantung melalui
kateter yang berventil (Holter Valve/katup Holter) yang memungkinkan pengaliran
cairan serebrospinal ke satu arah. Cara ini merupakan cara yang dianggap terbaik
namun, kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak dan harus diwaspadai
terjadinya infeksi sekunder dan sepsis.
2. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan atau drainase dilakukan setelah
diagnosis lengkap dan pasien telah di bius total. Dibuat sayatan kecil di daerah
kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput otak, lalu selang
pintasan dipasang. Disusul kemudian dibuat sayatan kecil di daerah perut, dibuka
rongga perut lalu ditanam selang pintasan, antara ujung selang di kepala dan perut
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.
3. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus. Ada 2 macam terapi pintas / “
shunting “:
1. Eksternal

CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang
berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan normal

2. Internal

a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :


 Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
 Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
 Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
 Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
 Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga
b. Lumbo Peritoneal Shunt
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga peritoneum
dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara perkutan.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu
frontalis, ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan
analisi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Proses asuhan keperawatan pada klien dengan hidrosefalus di awali dengan


pengkajian, diagnosis, dan intervensi keperawatan.

I. PENGKAJIAN

1.1 Anamnesa
1) Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat.
2) Kaji Riwayat penyakit / keluhan utama

Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3) Kaji Riwayat Perkembangan

Kelahiran : Prematur. Pada waktu lahir menangis keras atau tidak. Apakah pernah
terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.

1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi :

- Anak dapat melihat keatas atau tidak.

- Adanya Pembesaran kepala.

- Dahi menonjol dan mengkilat. Serta pembuluh darah terlihat jelas.

2) Palpasi :

- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

- Fontanela : fontanela tegang keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata :

- Akomodasi.

- Gerakan bola mata.

- Luas lapang pandang


1.2 Observasi Tanda –tanda vital

Didapatkan data – data sebagai berikut :

- Peningkatan sistole tekanan darah.

- Penurunan nadi / Bradicardia.

II. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


.

I Perfusi jaringan Mandiri Mandiri


serebral tidak 1. Kaji data 1. Pengkajian yang
efektif dasar dilakukan sesering
berhubungan neurologis. mungkin akan
dengan 2. Observasi TTV. memberikan data
peningkatan
3. Tentukan posisi guna menentukan
tekanan
intrakranial. anak : tinggikan perubahan keadaan
kepala. neurologis anak
4. Anjurkan anak dan yang berhubungan
orang tua untuk dengan ICP Bila hal
Perfusi
jaringan mengurangi aktivitas itu terjadi akan
serebral yang dapat menunjukkan
adequat, menaikkan tekanan bahwa anak sudah
dengan kriteria intrakranial atau
:
tekanan systole intra abdominal, menunjukkan
dan diastole misal: mengejan gangguan ICP yang
dalam rentang saat BAB, menarik bermakna.
yang diharapkan,
nafas, membalikkan 2. Pengkajian tanda-
tidak ada tanda-
tanda peningkatan badan, batuk. tanda vital yang
intrakranial (tidak Kolaborasi sesering mungkin
lebih dari 1. Kolaborasi dengan akan membantu
15mmHg) dan dokter untuk mendeteksi tanda-
tingkat kesadaran pemberian tanda dini dari ICP
membaik. analgetik. (seperti takikardia,
Edukasi fluktuasi tekanan
1. Instruksikan darah, dan
keluarga untuk pernafasan cheyne-
mengobservasi stokes)
kulit jika ada isi 3. Peninggian
atau laserasi kepala di tempat
tidur
memungkinkan
terjadinya
gravitasi untuk
peningkatan
aliran darak
serebral, akan
membantu
penurunan ICP.
4. Dengan aktivitas
yang berlebih anak
akan berisiko
mengalami
peningktan TIK.

Kolaborasi
1. Pemberian analgetik
untuk mengurasi
nyeri akibat TIK
Edukasi
1. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
1. perawatan anak
dengan hidrosefalus
Mandiri Mandiri
1. Kaji kulit kepala setiap 2 1. untuk memantau
jam dan monitor terhadap keadaan integumen
area yang tertekan kulit secara dini.
3. Hindari tidak adanya 2. Linen dapat menyerap
linen pada tempat tidur keringat sehingga kulit
Tidak terjadi 4. Baringkan kepala pada tetap kering
gangguan integritas bantal karet busa atau 3. Untuk mengurangi
Potensial terhadap kulit dengan menggunakan tempat tidur tekanan yang
perubahan integritas kriteria : Kulit utuh, air jika mungkin. menyebabkan stess
kulit kepala bersih dan kering.
Kolaborasi mekanik.
berhubungan dengan 1. Kolaborasi dengan ahli Kolaborasi
ketidak mampuan gizi dengan berikan 1. Jaringan akan mudah
II
bayi dalam nutrisi sesuai nekrosis bila kalori dan
mengerakan kepala kebutuhan. protein kurang
akibat peningkatan Edukasi Edukasi
ukuran dan berat 1. Instruksikan pada 1. Untuk meningkatkan
kepala keluarga pasien agar sirkulasi kulit
mengubah posisi tidur
setiap 2 jam sekali

III Potensial komplikasi Mandiri Mandiri


peningkatan tekanan 1. Observasi ketat tanda- 1. Untuk mengetahui
intrakranial b/d tanda peningkatan TIK secara dini
akumulasi cairan 2. Tentukan skala coma peningkatan TIK
2. Penurunan keasadaran
serebrospinal. 3. Hindari pemasangan
infus dikepala menandakakan adanya
4. Hindari sedasi peningkatan TIK
3. Mencegah terjadi
5. Jangan sekali-kali infeksi sistemik
memijat atau memopa 4. Karena tingkat
shunt untuk memeriksa kesadaran merupakan
fungsinya indikator peningkatan
TIK
Kolaborasi 5. Dapat mengakibatan
sumbatan sehingga
1. Berkolaborasi dengan
Tidak terjadi dokter untuk melakukan
peningkatan TIK pembedahan, untuk terjdi nyeri kepala
dengan kriteria mengurangi peningkatan. karena peningkatan
:Tanda vital normal, CSS atau obtruksi
pola nafas efektif, Edukasi pada ujung kateter
reflek cahaya diperitonial
1. Ajari keluarga mengenai
positif,tidak tejadi
tanda-tanda peningkatan Kolaborasi
gangguan kesadaran,
TIK.
tidak muntah dan
1. Dengan dilakukan
tidak kejang.
pembedahan, diharapkan
cairan cerebrospinal
berkurang, sehingga TIK
menurun, tidak terjadi
penekanan pada lobus
oksipitalis dan tidak
terjadi pembesaran pada
kepala.

Edukasi

1. Keluarga dapat
berpatisipasi dalam
perawatan anak dengan
hidrosefalus.

Mandiri Mandiri
Keluarga menerima 1. Jelaskan secara rinci 1. Pengetahuan dapat
keadaan anaknya, tentang kondisi penderita, mempersiapkan keluarga
mampu menjelaskan prosedur, terapi dan dalam merawat penderita.
Ansietas keadaan penderita prognosanya. 2. Keluarga dapat
berhubungan dengan dengan kriteria : 2. Ulangi penjelasan menerima seluruh
Keluarga tersebut bila perlu dengan informasi agar tidak
IV. kurang pengetahuan
berpartisipasi dalam contoh bila keluarga belum menimbulkan salah
orang tua (situasi merawat anaknya mengerti persepsi
krisis) tentang dan secra verbal 3. Klarifikasi kesalahan 3. Untuk menghindari
keluarga dapat asumsi dan misskonsepsi salah persepsi
penyakit anaknya.
mengerti tentang 4. Berikan kesempatan 4. Keluarga dapat
penyakit anaknya. keluarga untuk bertanya. mengemukakan
perasaannya.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA An.BI
DENGAN
PENYAKIT HIDROSEFALUS

4.1 KASUS
Klien BI,usia 9Tahun masuk ke Rumah Sakit dirawat di ruang bedah anak,klien dibawah kerumah sakit dengan keluhan
mata terasa kabur. Mula –mula klien mengeluh badan terasa panas dan sakit kepala kemudian pandangan terasa kabur
disertai muntah-muntah. Sakit dibagian belakang kepala kemudian timbul pembesaran pada daerah dahi yang makin lama
makin membesar. Klien pernah berobat ke RSDS kemudian disarankan untuk dioperasi tetapi keluarga menolak oleh
karena alasan biaya, pada tahun 2014 (4 tahun yang lalu). Sejak 1 tahun yang lalu klien sulit untuk berjalan.

PENGKAJIAN DASAR KEPERAWATAN


Nama Mahasiswa : Tempat Praktik :
NIM : Tgl. Praktik :

A. Identitas Klien
Nama : An.BI No. RM : 12345
Usia : 9tahun Tgl. Masuk : 13 November 2019
Jenis kelamin : Laki Laki . Tgl. Pengkajian : 13 November 2019
Alamat : Tlogomas Sumber informasi : Keluarga
No. telepon : 085754812452 Nama klg. dekat yg bisa dihubungi:
Status pernikahan : Belum Menikah Ny. R
Agama : Islam Status : Menikah
Suku : Jawa Alamat : Tlogomas
Pendidikan : SD No. telepon : 085754812452
Pekerjaan : Pelaja Pendidikan : S1
Lama berkerja : Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Utama
a. Saat MRS : Mata terasa kabur kemudian tidak bisa melihat total.
b. Saat Pengkajian : Ada benjolan /pembesaran di daerah dahi, kepala terasa sakit di bagian belakang
kepala, lalu muntah-muntah.
2. Riwayat Kesehatan Saat ini
Mula –mula klien mengeluh badan terasa panas dan sakit kepala kemudian pandangan terasa kabur disertai muntah-muntah. Sakit
dibagian belakang kepala kemudian timbul pembesaran pada daerah dahi yang makin lama makin membesar. Klien pernah berobat ke
RSDS kemudian disarankan untuk dioperasi tetapi keluarga menolak oleh karena alasan biaya, pada tahun 2014 (4 tahun yang lalu).
Sejak 1 tahun yang lalu klien sulit untuk berjalan.

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1. Penyakit yg pernah dialami:tidak ada
a. Kecelakaan (jenis & waktu) :Tidak ada
b. Operasi (jenis & waktu) :Tidak ada
c. Penyakit:
 Kronis :Tidak ada
 Akut : Klien sering menderita sakit batuk pilek dan badan panas
 Terakhir masuki RS
2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Tipe Reaksi Tindakan
3. Imunisasi:
(v) BCG (v) Hepatitis
(v) Polio (v) Campak
(v) DPT ( )
4. Kebiasaan:
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Merokok tidak merokok - -
Kopi tidak minum kopi
Alkohol tidak mengkonsumsi alkkohol
5. Obat-obatan yg digunakan:
Jenis Lamanya Dosis
Tidak ada - -
D. Riwayat Keluarga
Anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti yang dialami oleh klien.

GENOGRAM
GENOGRAM

Keterangan :

Pria Wanita Pasien yang teridentifikasi Meninggal

Anak kandung Tinggal serumah


Menikah

E. Riwayat Lingkungan
Rumah Pekerjaan

 Kebersihan Kurang Baik


 Bahaya kecelakaan Tidak Ada Tidak Ada
 Polusi Jalan Raya Tidak Ada
 Ventilasi Baik Baik
Pencahayaan Baik Baik
F. Pola Aktifitas-Latihan
Rumah Rumah Sakit

 Makan/minum 2x/sehari 2x/sehari


 Mandi 2x/sehari 2x/sehari
 Berpakaian/berdandan 2x/sehari 2x/sehari
 Toileting 1x/sehari 2x/sehari
 Mobilitas di tempat tidur 2x/sehari 2x/sehari
 Berpindah 2 2
 Berjalan 2 2
 Naik tangga 2 2
Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain (1 orang) , 3 = dibantu orang lain
(min. 2 orang), 4 = tidak mampu

G. Pola Nutrisi Metabolik


Rumah Rumah Sakit

 Jenis diit/makanan nasi, sayur, lauk, buah nasi, sayur, lauk, buah
 Frekuensi/pola 3x1 3 x 1 Hari
 Porsi yg dihabiskan Setengah piring Setengah Piring
 Komposisi menu Nasi dan Sayur Nasi dan Sayur
 Pantangan Tidak Ada Tidak Ada
 Napsu makan Tidak Baik Tidak Baik
 Fluktuasi BB 6 bln. terakhir ........................................................ ...................................................
 Jenis minuman Air putih Air Putih
 Frekuensi/pola minum 8 Gelas Per Hari 8 Gelas Per Hari
 Gelas yg dihabiskan 1 Gelas Penuh 1 Gelas Penuh
 Sukar menelan (padat/cair) Tidak Tidak
 Pemakaian gigi palsu (area) Tidak Tidak Ada
 Riw. masalah penyembuhan luka Tidak Ada Tidak Ada
H. Pola Eliminasi
Rumah Rumah Sakit
 BAB:
- Frekuensi/pola 500 cc 500 cc
- Konsistensi Cair Cair
- Warna & bau Kuning Berbau Kuning Berbau
- Kesulitan Tidak Tidak
- Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada
 BAK:
- Frekuensi/pola 150 cc Terpasang Katheter
- Warna & bau Kuning Kuning
- Kesulitan Tidak Tidak
- Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada
- Kesulitan Tidak Tidak
- Upaya mengatasi Tidak Ada Tidak Ada
I. Pola Tidur-Istirahat
Rumah Rumah Sakit

 Tidur siang:Lamanya 3 Jam 3 Jam


- Jam …s/d… 12.00 – 15.00 12.00 – 15.00
- Kenyamanan stlh. tidur Nyaman Nyaman
 Tidur malam: Lamanya 8 Jam 8 Jam
- Jam …s/d… 21.00 – 05.00 21.00 – 05.00
- Kenyamanan stlh. tidur Nyaman Nyaman
- Kebiasaan sblm. tidur memakai bantal lebih dari tiga memakai bantal lebih dari tiga
- Kesulitan nyeri menjelang tidur nyeri menjelang tidur
- Upaya mengatasi Tidak ada Nafas Dalam
J. Pola Kebersihan Diri
Rumah Rumah Sakit

 Mandi:Frekuensi 2 x 1 Hari 2 x 1 Hari


- Penggunaan sabun Iya Iya
 Keramas: Frekuensi 2 x 1 Hari 2 x 1 Hari
- Penggunaan shampoo Iya Iya
 Gosok gigi: Frekuensi 2 x 1 Hari 2 x 1 Hari
- Penggunaan pasta gigi Iya Iya
 Ganti baju:Frekuensi 2 x 1 Hari 2 x 1 Hari
 Memotong kuku: Frekuensi 1 x Seminggu 1 X Seminggu
 Kesulitan Tidak Ada Tidak Ada
Upaya yg dilakukan Tidak Ada Tidak Ada
K. Pola Toleransi-Koping Stres
1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (v) dibantu orang lain, sebutkan, diskusi dengan keluarga
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri, dll):
Biaya yang terlalu memberatkan pasien dan keluarga
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Istirahat
4. Harapan setelah menjalaniperawatan: ingin merubah semua kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatannya
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: semua kebiasaan dibatasi
L. Konsep Diri
1. Gambaran diri: ceman dan pasrah dengan penyakitnya
2. Ideal diri: Merasa tidak ada harapan
3. Harga diri: Malu dengan penyakit yang di derita
4. Peran: Anak
5. Identitas diri : Anak Kandung
M. Pola Peran & Hubungan
1. Peran dalam keluarga: Anak
2. Sistem pendukung:suami/istri/anak/tetangga/teman/saudara/tidak ada/lain-lain, sebutkan: Orang Tua
3. Kesulitan dalam keluarga: ( ) Hub. dengan orang tua ( ) Hub.dengan pasangan
( ) Hub. dengan sanak saudara ( ) Hub.dengan anak
( ) Lain-lain sebutkan, ......................................................................................
4. Masalah tentang peran/hubungan dengan keluarga selama perawatan di RS:tidak ada
5. Upaya yg dilakukan untuk mengatasi: tidak ada

N. Pola Komunikasi
1. Bicara: (v) Normal ( )Bahasa utama: Indonesia
( ) Tidak jelas ( ) Bahasa daerah: Jawa
( ) Bicara berputar-putar ( ) Rentang perhatian: sangat rentang
( ) Mampu mengerti pembicaraan orang lain ( ) Afek :
2. Tempat tinggal: ( ) Sendiri
( )Kos/asrama
(v)Bersama orang lain, yaitu: Orang Tua
3. Kehidupan keluarga
a. Adat istiadat yg dianut : Jawa
b. Pantangan & agama yg dianut : Tidak Ada
c. Penghasilan keluarga: ( ) < Rp. 250.000 ( ) Rp. 1 juta – 1.5 juta
(v) Rp. 250.000 – 500.000 ( ) Rp. 1.5 juta – 2 juta
( ) Rp. 500.000 – 1 juta ( ) > 2 juta
O. Pola Seksualitas
1. Masalah dalam hubungan seksual selama sakit: ( v) tidak ada ( ) ada
2. Upaya yang dilakukan pasangan:
(v ) perhatian ( ) sentuhan ( ) lain-lain, seperti
P. Pola Nilai & Kepercayaan
1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya
2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi): Sholat 5 Waktu
3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: Berwudhu dengan air
4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya : Agar bisa beribadah dengan nyaman dan
mudah
Q. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Klien tampak lemah, terpasang infus RL – 14 tts/m, posisi tidur terlentang dengan kepala
ditinggikan 30 º.

1. Kesadaran: Baik
 Tanda-tanda vital : - Tekanan darah : 110/60 mmHg - Suhu : 36 oC
- Nadi : 100 x/menit - RR : 20 x/menit
 Tinggi badan : 110cm - Berat Badan: 20kg
2. Kepala & Leher
a. Kepala:
Tampak ada pembesaran pada daerah dahi dan bentuk kepala agak membesar. Bentuk bulat
lonjong Keluhan yang berhubungan : pusing . Ada Luka Operasi tertutup Kassa pada daerah
tulang .
b. Mata:
Sclera : putih ; conjunctiva : merah muda ; pupil: isokor ; reflek cahaya : -/-
Ukuran pupil : isokor : - Reaksi terhadap cahaya : baik, akomodasi : baik, bentuk:
simetris, Konjungtiva : anemis, Fungsi penglihatan : Kabur melihat jauh, Tanda-tanda radang :
tidak ada, Pemeriksaan mata terakhir : Tidak pernah memeriksakan mata , operasi : tidak, Kaca
mata : Tidak lensa kotak : tidak.

c. Hidung:
Reaksi alergi : tidak, cara mengatasinya:tidak, pernah mengalami flu :pernah, bagaimana
frekuensinya dalam setahun : 3 X setahun,sinus : - , perdarahan :tidak ada.
d. Mulut & tenggorokan:
Gigi geligi : Kesulitan/gangguan pembicaraan : tidak, kesulitan menelan : tidak,
pemeriksaan gigi terakhir : tidak

e. Telinga:
Simetris,fungsi pendengaran normal
f. Leher:
Tidak ada pembengkakkan limfe bagian destra.

3. Thorak & Dada:


 Jantung
- Inspeksi: Perubahan warna kulit : icterus/pucat, Keadaan ektremitas : Baik
- Palpasi :
- Perkusi:
- Auskultasi : Nadi perifer : baik, Capilary refilling : lebih dari 2 detik, Distensi vena jugularis : - ,
Suara jantung : aritmia (-), Suara jantung tambahan : (-), Irama jantung (monitor) : (-), Nyeri :(-),
Edema : (-), Palpitasi : (-), Baal : (+), , Clubbing : (-), Syncope : (-), Rasa pusing : (+), Monitoring
hemodinamika : CVP: tidak dipasang.
 Paru
Inspeksi:
- Palpasi:
- Perkusi:
- Auskultasi: Suara paru : whezing (-), Sonor (+), pola napas : teratur, Batuk (+), sputum :(+), nyeri : ()
, kemampuan melakukan aktifitas : terbatas, Batuk darah : (-), Ro terakhir : 17 April 2001 Hasil :
Multi Nodul pada kedua paru (metastase sekunder)
4. Payudara & Ketiak
Simetris ,tidak ada benjolan,tidak ada nyeri tekan
5. Punggung & Tulang Belakang
Tidak ada benjolan,bersih
6. Abdomen
 Inspeksi : tidak terdapat lesi namun terdapat splenomegali pada abdomen kuadran III.
 Palpasi : tidak terdapat asites ,terdapat nyeri tekan.
 Perkusi : bunyi timpani dan redup pada kuadran III .
 Auskultasi :peristaltic usus 12x/mnt
7. Genetalia & Anus
 Inspeksi :keadaan bersih,tidak terdapat inflamasi.
 Palpasi :

8. Ekstermitas
1) Atas : 4 4
4 4
 Atas :
 Bawah :
9. Sistem neurologi
Sadar penuh compos mentis,sistem neurologi dari sistem 1 sampai 12.
10. Kulit & kuku
 Kulit : kulit bersih,tidak ada benjolan,kulit hitam
 Kuku : pendek dan normal lesi (-)
 Hasil pemeriksaan penunjang

R. Hasil Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Darah (31-5-2001)
Hb : 13,3
Eritrosit : 8,8
HCT : 36,9 %
SGOT : 19
Urea-N : 12
Kreatinin serum : 0,27
APTT : 30,7/35,1
PTT : 10,3/8,8
Terapi
Infus RL:D5% : 2:1 --- /hari
Injeksi Cimetidine : 3 x ½ ampul
Injeksi Dexamethasone : 4 x1/2 ampul
Injeksi Tramadol : 3 x ½ ampu
Diet : TKTP

S. Terapi
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
.........................................................................................................................................................................................
Persepsi Klien Terhadap Penyakitnya
Penyakit yang diderita dapat sembuh.
Kesan perawat terhadap klien
Klien nampak gelisah karena proses penyakitnya

A. ANALISA DATA
Nama Pasien : An BI
Umur : 9thn
No. Register :
DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. Data Subjektif : tekanan pada kulit yang dilakukan Nyeri
Klien Mengatakan nyeri pada daerah dekat
shunt
telinganya, Mengatakan nyerinya pada skala 7.

Data Obyektif : Klien meringis, sering


memejamkan matanya, Kadang – kadang
memegang tempat dialkukan pemasangan shunt,
Nadi 104 kali/menit, berkeringat. RR 26
kali/menit,

2. Data Subyektif :Klien mengatakan kurang


minum karena tidak merasa haus, sering
berkeringat Kurangnya intake peroral Kurang Volume Cairan

Data Obyektif : Suhu 38,5 oC, Nadi 104


Kali/menit, mukosa membran lembab

3. Data Subyektif :Klien mengatakan ia cemas


dengan penyakitnya, Bertanya apakah Perubahan Status Kesehatan
penyakitnya dapat sembuh atau tidak
Cemas
Data Obyektif :Ekspresi wajah menunjukkan
kecemasan, Nadi 104 kali/menit, RR 26
kali/menit, Keringat dingin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


BERDASARKAN PRIORITAS

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi


Gangguan Rasa Nyaman (Nyeri) Berhubungan Dengan 13 November 2019
1
Hidrosefalus
Gangguan perfusi jaringan serebral b.dpeningkatan tekanan
2
intrakanial.
C. PERENCANAAN
PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan No.: 2

Tujuan:Setelah dilakukkan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan kondisi pasien segera membaik.

NOC:Perfusi jaringan serebral


No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji status nyeri (PQRST)
3. Berikan lingkungan yang nyaman
4. Ajarkan tehnik manajemen nyeri seperti tehnik relaksasi napas dalam
5. Jelaskan pada klien dan keluarga sebab munculnya nyeri
6. Atur posisi senyaman mungkin
7. Lakukan kompres dan massage dengan BWT saat rawat luka
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic sesuai indikasi.

Keterangan Penilaian :
1 : Beratidak sesuai
2 :Cukup berat tidak sesuai
3 : Sedangadang tidak sesuai
4 :Ringan ang tidak sesuai
5 :Tidak esuai

Intervensi NIC : Monitor tekanan intrakranial


1. Sesuaikan kepala tempat tidur untuk mengoptimalkan perfusi serebral
2. Monitor tekanan aliran darah ke otak
3 .Bantu menyisipkanperangkat TIK
4. Monitor intake dan output
5. Berikan informasi kepada keluarga pasien
2. Tujuan, Kriteria Standar, Intervensi, Rasional

IMPLEMENTASI
Nama Klien :An.BI Tanggal Pengkajian :13NOVEMBER2019
No Reg : Diagnosa Medis :HIDROSEFALUS
No. Dx. TTD & Nama
Tgl Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien
Kep. Terang
1. Observasi tanda-tanda vital Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7
2. Kaji status nyeri (PQRST) jam, maka diharapkan nyeri berkurang atau terkontrol
3. Berikan lingkungan yang nyaman dengan criteria hasil :
4. Ajarkan tehnik manajemen nyeri seperti tehnik
1. Klien tampak tenang
relaksasi napas dalam
5. Jelaskan pada klien dan keluarga sebab munculnya 2. Nyeri berkurang atau terkontrol
nyeri 3. Skala nyeri 3 - 4 (ringan)
6. Atur posisi senyaman mungkin 4. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang dapat
7. Lakukan kompres dan massage dengan BWT saat rawat meningkatkan nyeri atau menurunkan nyeri
luka 5. Tanda-tanda vital dalam batas stabil :
8. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic TD : 120/80 mmHg
sesuai indikasi.
HR : 60-80 x/mnt
RR : 16-20 x/mnt
T : 36,5-37,5 ̊C
E. EVALUASI
EVALUASI

Hari/Tanggal
No. Dx Kep Evaluasi TTD
Jam
Selasa S : Ibu mengatakan tidak ada demam dan ttd
13 November 2019 muntah pada anaknya.
18.00 – 19.00 O :.Klien tampak meringis
1. Klien post op remove infalant ec union
fraktur tibia sinistra hari ke 0 pada
tanggal 01-09-2015
2. Klien tampak berbaring dengan posisi
supinasi
3. Tanda-tanda Vital
TD : 140/100 mmHg
HR : 102 x/mnt
RR : 26 x/mnt
T : 36 ͦ C
A : Masalah belum teratasi
P:
BAB V
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan.

Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya


cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra kranial yang meninggi
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. Merupakan sindroma klinis
yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi
gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang
meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan
serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan
ruang – ruang tempat mengalirnya liquor. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada
bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagian yaitu :
 Hidrochepalus komunikan
 Hidrochepalus non-komunikan
Dan berdasarkan waktu pembentukan hidrosefalus pada bayi dan anak juga terbagi dalam dua
bagian, yaitu :
 Kongenital
 Di dapat
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing rumah
sakit.
4.2 Saran

Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang yang
mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan terapeutik
semacan ini perlu.

. DAFTAR PUSTAKA
.
78. Mc Closky & Bulechek. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). United States
of America:Mosby.
79.
80. Meidian, JM. (2013). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of
America:Mosby.
81.
82. Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
84. Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta:
Salemba Medika.
85.
86. Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses
penyakit,Jakarta;EGC.
87.
88. Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu
89.
90. Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012
91.
92. Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol,

Anda mungkin juga menyukai