Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“HYDROCEPHALUS”

RUANG 12 HCU RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG


Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu
Profesi Ners Departemen Surgical

Oleh:
Agnes Arisca
190030700111027
Kelompok 1A

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019

A. DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus merupakan keadaan yang disebabkan gangguan
keseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan serebrospinal dalam sistem
ventrikel otak. Jika produksi CSS lebih besar daripada absorpsi, CSS akan
terakumulasi dalam sistem ventrikel, dan biasanya peningkatan tekanan akan
menghasilkan dilatasi pasif ventrikel (Wong,2009).
Hidrocephalus adalah kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan
cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal (Mansjoer, 2008).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertmbahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan
intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat
mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan –
jaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan
absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan
meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang –
ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua.
 Kongenital
Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga ;
o Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil
o Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan
intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu.
 Didapat
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan
penyebabnya adalah penyakit-penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang
menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di
dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh
sebab adanya peninggian tekanan intrakranial.Sehingga perbedaan
hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan
pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.

Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi
dalam dua bagian yaitu:
 Hydrocephalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga
terdapat aliran bebas CSF dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan.
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –
gejala peningkatan ICP).
Jenis ini tidak terdapat obstruksi pada aliran CSF tetapi villus arachnoid
untuk mengabsorbsi CSF terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien memperkembangkan tanda dan gejala –
gejala peningkatan ICP).
 Hydrocephalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel
sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi
pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi
bentuk hidrosefalus non komunikan.
Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem ventrikuler yang mencegah
bersikulasinya CSF. Kondisi tersebut sering dijumpai pada orang lanjut usia
yang berhubungan dengan malformasi congenital pada system saraf pusat atau
diperoleh dari lesi (space occuping lesion) ataupun bekas luka. Pada klien
dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari obstruksi lesi pada sistem ventricular
atau bentukan jaringan adhesi atau bekas luka didalam system di dalam system
ventricular. Pada klien dengan garis sutura yag berfungsi atau pada anak –
anak dibawah usia 12 – 18 bulan dengan tekanan intraranialnya tinggi
mencapai ekstrim, tanda – tanda dan gejala – gejala kenaikan ICP dapat
dikenali. Pada anak – anak yang garis suturanya tidak bergabung terdapat
pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala.
 Hidrocephalus Bertekan Normal ( Normal Pressure Hidrocephalus )
Di tandai pembesaran sister basilar dan fentrikel disertai dengan
kompresi jaringan serebral, dapat terjadi atrofi serebral. Tekanan intrakranial
biasanya normal, gejala – gejala dan tanda – tanda lainnya meliputi ; dimentia,
ataxic gait, incontinentia urine. Kelainan ini berhubungan dengan cedera kepala,
hemmorhage serebral atau thrombosis, mengitis; pada beberapa kasus
(Kelompok umur 60 – 70 tahun) ada kemingkinan ditemukan hubungan
tersebut.
C. ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Penyebab pasti terjadinya kelainan bawaan sampai sekarang masih belum
jelas. Biasanya terjadi pada kehamilan yang si ibu masih muda usianya, dan
disebabkan oleh:
1. Kekurangan oksigen (hipoksia)
2. Radiasi
3. Kekurangan nutrisi
4. Radang atau infeksi
5. Cedera atau trauma
6. Obat-obatan
7. Hormonal
Pada hidrosefalus, pengumpulan cairan otak yang berlebihan dalam
ruangan otak dapat terjadi karena:
1. Produksi cairan otak yang berlebihan
2. Gangguan aliran cairan otak
3. Gangguan proses penyerapan (absorbsi) cairan otak

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan
anak ialah:
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)
a. Stenosis akuaduktus Sylvii
Merupakan penyebab yang terbanyak pada hidrosefalus bayi dan
anak (60-90%). Insidensinya berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran.
Stenosis ini bukan berasal dari tumor. Ada tiga tipe stenosis :
 Gliosis akuaduktus: berupa pertumbuhan berlebihan dari glia fibriler
yang menyebabkan konstriksi lumen.
 Akuaduktus yang berbilah (seperti garpu) menjadi kanal-kanal yang
kadang dapat tersumbat.
 Obstruksi akuaduktus oleh septum ependim yang tipis (biasanya pada
ujung kaudal).
Akuaduktus dapat merupakan saluran buntu sama sekali atau
abnormal lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosefalus terlihat
sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama
setelah lahir. Stenosis ini bisa disebabkan karena kelainan metabolisme
akibat ibu menggunakan isotretionin (Accutane) untuk pengobatan acne
vulgaris. Oleh karena itu penggunaan derivat retinol (vitamin A) dilarang
pada wanita hamil. Hidrosefalus iatrogenik ini jarang sekali terjadi, hal ini
dapat disebabkan oleh hipervitaminosis A yang akut atau kronis, di mana
keadaan tersebut dapat mengakibatkan sekresi likuor menjadi meningkat
atau meningkatnya permeabilitas sawar darah otak. Stenosis ini
biasanya dapat bersamaan dengan malformasi lain seperti: malformasi
Arnold chiari, ensefalokel oksipital (Lott et al, 1984).
b. Spina bifida dan kranium bifida
Hidrosefalus pada kelainan ini biasanya berhubungan dengan
sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula
oblongata dan serebelum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. Anomali Arnold-
chiari ini dapat timbul bersama dengan suatu meningokel atau suatu
meningomielokel.
c. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasi vermis serebelum. Kelainan berupa atresia kongenital foramen
Luschka dan Magendie dengan akibat hidrosefalus obstruktif dengan
pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV yang dapat sedemikian
besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior.
Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan antara dilatasi ventrikel
IV dan rongga subarakhnoid yang tidak adekuat, dan hal ini dapat tampil
pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam tiga bulan
pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali
lainnya seperti: agenesis korpus kalosum, labiopalatoskisis, anomali okuler,
anomali jantung, dan sebagainya.
d. Kista araknoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma
sekunder suatu hematoma.
e. Anomali pembuluh darah
Dalam kepustakaan dilaporkan terjadinya hidrosefalus akibat
aneurisma arterio-vena yang mengenai arteria serebralis posterior dengan
vena Galeni atau sinus transversus dengan akibat obstruksi akuaduktus.

2. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen sehingga dapat terjadi
obliterasi ruangan subaraknoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis
purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat
purulen di akuaduktus Sylvii atau sisterna basalis. Lebih banyak hidrosefalus
terdapat pasca meningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu
sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitisnya. Secara patologis
terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan
daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama
terdapat di daerah basal sekitar sisterna kiasmatika dan interpedunkularis,
sedangkan pada meningitis purulenta lokalisasinya lebih tersebar. Selain karena
meningitis, penyebab lain infeksi pada sistem saraf pusat adalah karena
toxoplasmosis (Ngoerah, 1991). Infeksi toxoplasmosis sering terjadi pada ibu
yang hamil atau penderita dengan imunokompeten (Pohan, 1996). Penularan
toxoplasmosis kepada neonatus didapat melalui penularan transplasenta dari
ibu yang telah menderita infeksi asimtomatik. Dalam bentuk infeksi subakut,
tetrade yang menyolok adalah perkapuran intraserebral, chorioretinitis,
hidrosefalus atau mikrosefalus, dan gangguan psikomotor dan kejang-kejang
(Pribadi, 1983).
3. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. Pengobatan dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan
apabila tumor tidak mungkin dioperasi, maka dapat dilakukan tindakan paliatif
dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak yang
terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii
bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, sedangkan
penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu
kraniofaringioma.
4. Perdarahan
Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir
dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah
basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu
sendiri. Hal tersebut juga dapat dipicu oleh karena adanya trauma kapitis
(Hassan et al, 1985).
Selanjutnya hidrosefalus dengan penyebab pertama tersebut diatas
dikelompokan sebagai hidrosefalus kongenitus, sedangkan penyebab kedua
sampai ke empat dikelompokkan sebagai hidrosefalus akuisita. Sebab-sebab
prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus
kongenital yang timbul in-utero dan kemudian bermanifestasi baik in-utero
ataupun setelah lahir. Sebab-sebab ini mencakup malformasi (anomali
perkembangan sporadis), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada sebagian besar
pasien banyak yang etiologinya tidak dapat diketahui, dan untuk ini diistilahkan
sebagai hidrosefalus idiopatik. Dari bukti eksperimental pada beberapa spesies
hewan mengisyaratkan infeksi virus pada janin terutama parotitis dapat sebagai
faktor etiologi (Ngoerah, 1991).

D. MANIFESTASI KLINIS HIDROSEFALUS (Mansjoer, 2008)


 Masa bayi, tahap awal :
1. Pertumbuhan kepala cepat dan abnormal
2. Fontanela menonjol (terutama fontanela anterior) kadang-kadang tanpa
pembesaran kepala: tegang,tidak berdenyut
3. Dilatasi vena-vena kulit kepala
4. Sutura terpisah
5. Tanda macewen (bunyi perkusi seperti pot retak)
6. Penipisan tulang tengkorak

 Masa bayi, tahap lanjut;


1. Pembesaran frontal atau penonjolan dahi
2. Mata yang masuk ke dalam
3. Tanda setting sun – sklera terlihat di atas iris
4. Refleks pupil lamban, respon terhadap cahaya tidak sama
5. Mengalami kesulitan pergerakan
6. Kerusakan saraf yang memberikan gejala kelainan neurologis berupa
gangguan kesadaran, motoris atau kejang, kadang – kadang gangguan
pusat vital, bergantung pada kemampuan kepala untuk membesar dalam
mengatasi tekanan intrakranial yang meninggi.
 Masa bayi, Umum :
1. Iritabilitas
2. Letargi
3. Bayi menangis ketika digendong atau ditimang dan diam ketika dibiarkan
berbaring tenang
4. Refleks infantil awal mungkin masih ada
5. Respons yang normalnya terjadi tidak muncul, dapat memperlihatkan :
perubahan tingkat kesadaran, opistotonos (sering berlebihan),
spastisitas ekstremitas bawah, muntah
6. Kesulitan menghisap dan minum susu, tangisan yang melengking,
singkat, dan bernada tinggi, serta gangguan kardiopulmonal.
E. PATOFISIOLOGI HIDROSEFALUS

F. KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
Komplikasi Hidrosefalus (Whaley and Wong, 2009)
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK HIDROSEFALUS (Wong, 2009)


 Scan temografi komputer (CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel
dan membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya
(neoplasma, kista, malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial)
 Pungsi ventrikel kadang digunakan untuk mengukur tekanan intra kranial,
mengambil cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk
pengulangan pengaliran).
 EEG: untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik
 Transluminasi: untuk mengetahui adanya kelainan dalam kepala
 MRI (Magnetik Resonance Imaging): memberi informasi mengenai struktur
otak tanpa kena radiasi

H. PENATALAKSANAAN MEDIS HIDROSEFALUS (Layono, 2003)


1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan Caesar
suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala bayi
sewaktu lahir.
2. Terapi
 Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya
mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya. Dapat dicoba pada pasien yang tidak gawat, terutama pada
pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf tidak ada. Obat yang sering
digunakan adalah:
 Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini
dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
 Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau
injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu
pasien diprogramkan untuk operasi.
 Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan
progresivitas hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal
berulang akan terjadi penurunan tekanan CSS secara intermiten yang
memungkinkan absorpsi CSS oleh vili arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventricular
intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus
komunikan dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan
terjadi herniasi (impending herniation)
Cara:
a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3
atau L3-4 dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya
gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai
cara setiap LP CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5
ml, LP diperjarang (2-3 hari).Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT
scan kepala setiap minggu.
d. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan
3 minggu berturut-turut.
e. Tindakan ini dianggap gagal jika :
 Dilatasi ventrikel menetap
 Cortical mantel makin tipis
 Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
 Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi,
hipoproteinemia dan gangguan elektrolit.
 Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus.
Pada penderita gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol
per infus 0,5-2 g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
1. “Third Ventrikulostomi”/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma
optikum, dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang
sehingga CSS dari ventrikel III dapat mengalir keluar.
2. Operasi pintas/”Shunting”
Ada 2 macam :
 Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara. Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk
terapi hidrosefalus tekanan normal.
 Internal
a. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(ThorKjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
- Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
b. “Lumbo Peritoneal Shunt”
CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke rongga
peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy
secara perkutan.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIDROSEFALUS


PENGKAJIAN KEPERAWATAN HIDROSEFALUS
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau
tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
- Anak dapat melihat keatas atau tidak.
- Pembesaran kepala.
- Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi:
- Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
- Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela
tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata:
- Akomodasi.
- Gerakan bola mata.
- Luas lapang pandang
- Konvergensi.
- Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
- Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
 Peningkatan tekanan darah.
 Penurunan nadi / Bradicardia.
 Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan 12omputer. ( Transsimulasi terang )
 Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
 Opthalmoscopy : Edema Pupil.
 CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type alus dengan nalisisi
 Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

Diagnosa keperawatan, Intervensi dan Rasional.


Diagnosa Tujuan &
No Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil

1. Risiko Tidak terjadi  Kaji kulit kepala  Untuk memantau


perubahan gangguan setiap 2 jam dan keadaan integumen
integritas kulit integritas kulit. monitor kulit secara dini.
kepala b/d terhadap area
Kriteria:
ketidakmampua yang terte-kan
n bayi dalam Kulit utuh,  Ubah posisi tiap  Untuk meningkat-kan
mengerakan bersih dan 2 jam dapat di- sirkulasi kulit.
kepala akibat kering. pertimbangkan
peningkatan untuk mengubah
ukuran dan poisisi kepala
berat kepala setiap jam.
 Hindari tidak  Linen dapat
adanya linen menyerap keringat
pada tempat sehingga kulit tetap
tidur kering
 Baringkan  Untuk mengurangi
kepala pada tekanan yang
bantal karet menyebabkan stres
busa atau mekanik.
menggunakan
tempat tidur air  Jaringan mudah
jika mungkin. nekrosis bila kalori
 Berikan nutrisi dan protein kurang.
sesuai
kebutuhan.
2. Perubahan Keluarga  Jelaskan secara  Pengetahuan dapat
fungsi keluarga menerima rinci tentang mempersiapkan
b/d situasi krisis keadaan kondisi klien, keluarga dalam
(anak dalam anaknya, prose-dur terapi merawat penderita.
catat fisik) mampu dan
menjelaskan prognosanya.  Keluarga dapat
keadaan  Ulangi menerima seluruh
penderita. penjelasan informasi agar tidak
tersebut bila menimbulkan salah
Kriteria:
perlu dengan persepsi
- Keluarga contoh bila
berpartisipasi keluarga belum
 Untuk menghindari
dalam mengerti
salah persepsi
merawat  Klarifikasi
anaknya kesalahan
- Secara asumsi dan
verbal misinterpretasi  Keluarga dapat
keluarga  Berikan mengemukakan
dapat kesempatan perasaannya
mengerti keluarga untuk
tentang bertanya.
penya-kit
anaknya.
3. Resiko tinggi Tidak terjadi  Observasi ketat  Untuk mengetahui
terjadi cidera peningkatan tanda-tanda secara dini
b/d peningkatan peningkatan TIK peningkatan TIK
tekanan intra TIK Kriteria:  Tentukan skala  Penurunan
kranial coma kesadaran
Tanda vital
menandakakan
dalam batas
adanya peningkatan
normal, pola  Hindari
TIK
nafas efektif, pemasangan
reflek cahaya infus di kepala
 Mencegah terjadi
positif, tidak  Hindari sedasi
infeksi sistemik
tejadi
gangguan
 Jangan sekali-  Tingkat kesadaran
kesadaran,
kali memijat atau merupakan indikator
tidak muntah
memompa shunt peningkatan TIK
dan tidak
untuk  Dapat mengakibat-
kejang.
memeriksa kan sumbatan sehing-
fungsinya ga terjadi pening-
katan CSS atau
 Ajari keluarga obtruksi pada ujung
mengenai tanda- kateter di peritonial.
tanda  Keluarga dapat ber-
peningkatan TIK patisipasi dalam pe-
rawatan klien anak
hidrosefalus.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta:EGC
Lynda Juall Carpenito. 2000. Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC, Jakarta
Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3 jilid 2. Jakarta : Media
Aesculopius
Meddoy, R, and Newell,S. 2007. Lecture Note Pediatrik. Jakarta: EMS
Soetomenggolo,T.S . Imael .S. 1999. Neorologi anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Whaley and Wong. 1995. Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year
Book
Wong, D. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Edisi 6 Vol 2. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai