Anda di halaman 1dari 12

KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

HUKUM MEMAKAI PENANGKAL ATAU RAJAH PADA BALITA DI


DESA SAMPANG MENURUT PANDANGAN ISLAM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik


Klinik Keperawatan Komunitas

Disusun Oleh:
Kelompok 9 KMB
1. Ari Destriani
2. Dwi Dian Pratama
3. Dwikoro P
4. Esy Dahlia Sari
5. Febri Miftahul Mubarok
6. Firman Hidayat
7. Juad
8. Khoerur Rosid Al Islam
9. Melia Dwi K
10. Riska Anis
11. Sarah wendi
12. Tiyas gita

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan
Makalah ini Sebatas Pengetahuan Dan Kemampuan Yang Dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Sempor, 15 Oktober 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG .............................................................................. 2
B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................... 2
C. TUJUAN ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN KASUS ................................................................................ 3
BAB III TINJAUAN HUKUM/ KAIDAH/ TEORI ............................................. 4
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 8
A. Kesimpulan ............................................................................................... 8
B. Saran .......................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sering kita jumpai di masyarakat bahwa ibu hamil ataupun bayi
yang baru lahir menggunakan peniti yang dikaitkan gunting lipat dan
semacam rempah yang bernama bangle. Menurut masyarakat indonesia,
benda-benda tersebut biasa dilekatkan pada ibu hamil dan bayi sebagai
penangkal untuk mencegah agar tidak mudah tertular berbagai penyakit dan
sebagai pelindung dari gangguan makhluk halus. Pada dasarnya, peniti
hanya digunakan untuk mengaitkan gunting lipat dan rempah bangle pada
tubuh ibu hamil dan bayi. Menurut sebagian masyarakat, benda-benda
tersebut digunakan sebagai penangkal berbagai macam penyakit yang tidak
diketahui penyebabnya. Penyebab penyakit yang tidak jelas ini konon
disebabkan oleh gangguan mahluk halus (Karunia, 2018).
Berdasarkan kepercayaan banyak orang, gunting dan benda tajam
lainnya seperti pisau dan peniti mampu mengusir makhluk halus yang ingin
berbuat jahat kepada ibu hamil dan janin ataupun bayi yang baru lahir.
Selain itu, rempah bangle yang dikaitkan dengan peniti juga dianggap
memiliki kemampuan yang demikian. Menurut kepercayaan masyarakat,
bangle dapat mengusir makhluk halus jahat karena memiliki rasa dan aroma
yang tidak enak. Bangle atau Zingiber casumounar merupakan tanaman obat
yang memiliki banyak khasiat, seperti menghilangkan sakit kepala dan nyeri
tubuh, obat untuk pasien dengan gangguan fungsi hati, gangguan
pencernaan, serta berkhasiat untuk melangsingkan tubuh. Jika dikonsumsi,
tentu saja tanaman ini memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita.
Namun demikian, di Indonesia tumbuhan ini justru jarang dikonsumsi,
tetapi digunakan oleh sebagian masyarakat untuk menghilangkan gangguan
gaib. Menurut pandangan medis, melekatkan benda-benda tersebut pada
pakaian ibu dan bayi tidak memiliki efek sama sekali. Pasalnya, benda-
benda tersebut tidak menimbulkan pengaruh pada status kesehatan ibu

1
hamil, janin ataupun bayi. Meskipun demikian, bagi masyarakat yang
mempercayai bahwa benda-benda tersebut dapat bermanfaat untuk menjaga
keluarga mereka, dan berkeinginan untuk tetap melekatkan benda-benda
tersebut pada ibu hamil maupun bayi tentunya dipersilakan (Amin et al,
2014).
Pemasangan peniti yang tidak sempurna, atau tidak benar dalam
melipat gunting dapat menyebabkan risiko tertusuk sehingga dapat
menimbulkan luka bagi penggunanya. Luka tersebut dapat menyebabkan
komplikasi, seperti infeksi serius pada luka yang menjalar ke seluruh
tubuh (sepsis), serta dapat menyebabkan tetanus. Jadi, ada baiknya jika
segala sesuatu dikembalikan kepada pemilik semesta, termasuk dalam
memohon perlindungan dari segala bahaya. Apakah Anda masih ingin
menggunakan benda-benda tersebut pada keluarga Anda? Semua keputusan
ada di tangan Anda.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana hukum pemberian penangkal dengan peniti/rempah-rempah jawa
menurut pandangan islam”?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai bahan pembelajaran agar kita dapat mengetahui hukum
fikih sesuai dengan syariat islam.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hukum pemberian penangkal sakit/gangguan gaib
dengan peniti/rempah-rempah jawa menurut pandangan islam.
b. Untuk menambah ilmu dan pengetahuan terkait dalil yang melarang/
membolehkan pemberian penangkal sakit/gangguan gaib dengan
peniti/rempah-rempah jawa.

2
BAB II
TINJAUAN KASUS

Di desa sampang mayoritas pada anak balita, masih banyak orang tua
percaya dengan penangkal sakit/gangguan gaib dengan memberikan peniti
dengan rempah-rempah jawa pada balitanya. Hal demikian dalam medis tidak
dibenarkan karena tidak ada khasiat dalam dunia pengobatan. Adapun dengan
pemberian peniti sangat membahayakan balita karena dapat mengakibatkan
celaka atau melukai balita apabila penitinya terlepas.

3
BAB III
TINJAUAN HUKUM/ KAIDAH/ TEORI

A. Hukum memakai penangkal dengan peniti (rempah-rempah) pada bayi


1. Penangkal/rajah
Memakai penangkal/rajah atau sejenisnya untuk
menghilangkan bala` atau menolaknya, maupun untuk mendatangkan
manfaat hukumnya haram.
Allah SWT berfirman:

« ‫ش َفاتُ ض ُِر ِه أَ ْو أَ َرا َد ِني‬ ‫َّللاِ ِإ ْن أ َ َرا َد ِن َي ه‬


ِ ‫َّللاُ ِبض ٍُّر َه ْل هُنه كَا‬ ‫ُون ه‬ ُ ‫قُ ْل أَفَ َرأ َ ْيت ُ ْم َما ت َ ْد‬
ِ ‫عونَ ِم ْن د‬
َ‫علَ ْي ِه يَتَ َو هك ُل ا ْل ُمت َ َو ِكلُون‬
َ ُ ‫َّللا‬
‫ه‬ ْ ‫سكَاتُ َرحْ َمتِ ِه قُ ْل َح‬
‫سبِ َي‬ ِ ‫»بِ َرحْ َم ٍّة َه ْل هُنه ُم ْم‬
“Katakanlah, ‘Bagaimana menurut kalian tentang apa-apa (sesembahan)
yang kalian seru selain Allah jika Allah menghendakiku bahaya, apakah
mereka mampu menghilangkan bahaya tersebut, atau jika Dia
menghendakiku mendapat rahmat apakah mereka mampu menahan
ramhat-Nya (dariku)?’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku. Hanya
kepada-Nya orang-orang pasrah bertawakkal. (QS. Az-Zumar 39-38).
Ayat ini dalil bahwa keyakinan ada selain Allah yang mampu
menghilangkan dan menolak dhurr/bala` (bahaya/musibah/penyakit)
atau mendatangkan rahmat/manfaat adalah syirkul akbar (syirik besar
yang membatalkan keislaman), karena Allah dalam awal ayat
menyebutkan, “Apa-apa (sesembahan) yang kalian seru selain Allah.
Allah menyebutkan keyakinan yang benar dan diikuti oleh
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam atas perintah Allah, yaitu
pasrah dengan menyerahkan diri dan urusannya kepada Allah karena
tidak ada dhurr/bala` maupun rahmat/manfaat kecuali atas izin Allah
dan dari sisi Allah jalla tsanâ`uh. Untuk itu Allah menutup dengan
firman-Nya, “Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku. Hanya kepada-Nya
orang-orang pasrah bertawakkal.

4
2. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dikisahkan dari ‘Imran bin
Hushain radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melihat seorang lelaki yang memakai gelang dari kuningan lalu
bertanya: “Hah, apa ini?” Dia menjawab, “Untuk melemahkan
(penyakit).” Beliau bersabda, “Ia tidak akan menambahmu kecuali
justru kelemahan (iman dan kesehatan). Buanglah darimu. Sungguh
andai saja kamu meninggal dalam keadaan memakainya (yakni
keyakinan salah), kamu tidak akan beruntung selamanya (masuk
neraka).” [Hasan: HR. Ahmad (no. 20000, XXXIII/204), Ibnu Majah
(no. 3531), dan Ibnu Hibban (no. 6085). Dinilai hasan oleh al-Haitsami,
shahih al-Hakim, dan disepakati adz-Dzahabi.
Hadits ini dalil bahwa segala penangkal dharr/bala` tidak
bermanfaat dan bereaksi sama sekali kepada pelakunya bahkan justru
menambah kelemahan, karena Nabi bersabda, “Ia tidak akan
menambahmu kecuali justru kelemahan (iman dan kesehatan).” Juga
dalil bahwa hal ini dilarang karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyuruh membuangnya. Juga dalil bahwa perbuatan ini syirik karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh andai saja kamu
meninggal dalam keadaan memakainya, kamu tidak akan beruntung
selamanya (masuk neraka). As-Sindi menjelaskan, “Dia memakainya
karena (keyakinan) bisa menjaganya dari penyakit. Tetapi menurut Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam termasuk jimat yang terlarang.” (Hasyisyah
as-Sindi (II/361).
3. Hadits
َ ‫ فَ ََل َو َد‬،ً‫ق َو َدعَة‬
«ُ‫ع هللاُ لَه‬ َ ‫ َو َم ْن تَعَله‬،ُ‫ فَ ََل أَت َ هم هللاُ لَه‬،ً‫ق ت َ ِمي َمة‬
َ ‫» َم ْن تَعَله‬
“Siapa yang menggantungkan tamimah maka Allah tidak
menyempurnakan itu untuknya (karena mereka menyangka tamimah
merupakan obat dan penangkal yang paling sempurna). Barang siapa
yang menggantungkan wada’ah (jenis penangkal) maka Allah tidak
akan memberikan perlindungan kepadanya.” (Hasan: HR. Ahmad (no.
17404, XVIII/623), Ibnu Hibban (no. 6086), dan al-Hakim (no. 7501)

5
dari ‘Uqbah bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu. Dinilai hasan oleh al-
Arna`uth dan shahih oleh al-Hakim dan disetujui adz-Dzahabi)
“Barangsiapa yang menggantungkan tamimah maka dia telah syirik.”
[Shahih: HR. Ahmad (no. 17422, XXVIII/637) dan al-Hakim (no.
7513). Dinilai kuat oleh al-Arna`uth] As-Sindi menjelaskan, “Tamimah
adalah jimat yang biasa dipakai orang Jahiliyah atau penangkal yang
orang ‘Arab gantungkan di anak-anak mereka untuk menolak ‘ain
(penyakit), lalu Islam membatalkannya.” (Tahqiq Musnad Ahmad
(28/624) cet. ar-Risalah).
Praktek shahabat diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu melihat seseorang yang memakai benang
di tangannya untuk menangkal demam, beliau pun memutusnya dan
membaca:
« ‫مُ شْ ِر ك ُو َن‬ ْ‫َو ه ُ م‬ ‫إ ِ هَّل‬ ِ ‫اَّلل‬
‫بِ ه‬ ْ‫أ َ ك ْ ث َ ُر ه ُ م‬ ُ ‫ي ُ ْؤ ِم‬
‫ن‬ ‫» َو مَ ا‬
“Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka
berbuat syirik.” [QS. Yûsûf [12]: 106] [Fathullah al-Hamîd (hal. 195)
dengan tahqiq Bakar Abu Zaid]
4. Tamimah Antara Syirik Besar dan Syirik Kecil
Jika seseorang meyakini bahwa tamimah bisa menghilangkan/menolak
dharr/bala` atau mendatangkan manfaat, maka hukumnya syirik besar
yang mengeluarkannya dari Islam. Namun, jika meyakini hanya Allah
yang kuasa dan tamimah hanya pelantara, maka hukumnya khilaf di
antara syirik besar dan kecil, tetapi yang masyhur masuk syirik kecil
yang tidak membatalkan keislaman. Setelah diperhatikan, tamimah ini
berhubungan dengan keyakinan sebab. Untuk itu, orang Islam harus
memahami 3 kaidah sebab sehingga bisa terbebas dari syirik jenis ini
yaitu:
a. Tidak boleh menjadikan sesuatu sebagai sebab yang mampu
menghilangkan/menolak dharr/bala` atau mendatangkan manfaat,
kecuali ada dalilnya dari syariat atau pembuktian ilmiah. Misalnya

6
kebolehan madu menghilangkan penyakit karena ada nashnya, begitu
juga kebolehan bodrek menghilangkan sakit kepala menurut medis.
b. Sesuatu yang diandalkan dan dijadikan sandaran bukan sebab, tetapi
yang mencipta sebab dan takdir yakni Allah, dengan tetap berusaha
memanfaatkannya. Hal ini dimaksudkan agar hati tidak bergantung
kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.
c. Meyadari bahwa sekuat dan sebesar apapun sebab, tidak akan keluar
dari takdir Allah. Jika Allah menghendaki maka sebab itu bereaksi
tetapi jika tidak menghendaki maka tidak bereaksi.

7
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Memakai penangkal atau rajah dengan peniti/rempah-rempah jawa
(tulisan-tulisan aksara/’Arab) atau sejenisnya untuk menghilangkan
dharr/bala` atau menolaknya, maupun untuk mendatangkan manfaat
hukumnya haram. Allahu a’lam.
B. Saran
Supaya hamba tidak tergantung hatinya kepada selain Allah. Karena selain
Allah SWT adalah lemah dan miskin. Siapa yang menggantungkan hatinya
kepada selain Allah akan dikecewakan, tetapi siapa yang menggantungkan
hatinya kepada Allah tidak akan dikecewakan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, Gama Media, Yogyakarta, 2014. Abdullah
Ciptoprawira, Filsafat Jawa, Balai Pustaka, Jakarta.

An-Nawawi, Imam, Syarah Shahih Muslim Jilid 10, Terj. Fathoni Muhammad,dkk, Darus
Sunnah Press, Jakarta Timur, 2011.

Chuzaimah T. dan Hafiz A. (2010). Problematika Hukum Islam Kontemporer.


Jakarta: PT. Pustaka Firdaus.

Karunia (2018). Peniti Pada Ibu Hamil Dan Bayi, Perlukah. Diakses pada tanggal
15 Oktober 2019. https://www.klikdokter.com

Mahjudin, Masailul Fiqhiyah. (2009). Berbagai Kasus yang Dihadapi Hukum Islam
Masa Kini. Jakarta: Kalam Mulia.

Anda mungkin juga menyukai