Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPI Destiana Puspasari, 0906564076

LAPAROSKOPI

A. Definisi Laparoskopi adalah suatu teknik operasi yang menggunakan alat-alat berdiameter 5 hingga 12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut. Untuk melihat organ di dalam perut tersebut digunakan kamera yang juga berukuran mini dengan terlebih dahulu dimasukkan gas untuk membuat ruangan di rongga perut lebih luas. Dokter bedah melakukan pembedahan dengan melihat layar monitor dan mengoperasikan alat-alat tersebut dengan kedua tangannya.

B.

Tujuan Mendiagnosis adanya kelainan (laparoskopi diagnostik) Diagnosis: untuk melihat adanya kelainan pada kasus infertilitas ( susah punya anak) Tindakan operasi tertentu ( laparoskopi operatif) masalah yang dapat ditangani dengan teknik ini misalnya : mioma uteri tumor ovarium nyeri haid Endometriosis Adenomiosis Infertilitas sterilisasi tuba memperbaiki perlengketan saluran tuba melepaskan perlengketan organ genitalia kehamilan di luar kandungan pengangkatan rahim

Persiapan laparoskopi Pasien di rawat minimal 12 jam pra-operasi dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium Puasa selama 8 jam sebelum tindakan operasi Kulit bagian pusar di bersihkan dan di tutup dengan kain kassa yang telah di bahasi dengan alkohol Di lakukan pengosongan usus besar untuk membuang sisa-sisa kotoran Di berikan obat pencahar, premedikasi , antibiotik profilaksis

C. Prosedur Laparoskopi Sebelum tindakan operasi, dilakukan pembiusan umum. Dalam posisi terlentang, dokter memulai operasi dengan terlebih dahulu membuat ruang rongga perut lebih besar dengan memasukkan gas CO2 melalui jarum yang dimasukkan ke dalam rongga perut. Selanjutnya dokter akan membuat sayatan kecil berukuran 5-10 mm di daerah pusar dan dua hingga tiga buah sayatan berukuran 5 mm lainnya di daerah perut bagian bawah. Kamera teleskop biasanya dimasukkan melalui sayatan di pusar, sehingga dokter dapat melihat seluruh organ di dalam perut melalui layar monitor. elanjutnya instrumen operasi dimasukkan melalui sayatan yang dibuat di perut bagian bawah dan tindakan dilakukan sesuai dengan penyakit yang didapatkan. Prosedur Laparoskopi Dilakukan dengan membuat dua atau tiga lubang kecil (berdiameter 5-10mm) pada dinding perut pasien Satu lubang pada pusar digunakan untuk memasukkan sebuah alat yang dilengkapi kamera untuk memindahkan gambar dalam rongga perut ke layar monitor Dua lubang yang lain untuk instrumen bedah yang lain Selanjutnya di gunakan gas karbondioksida (CO2) untuk mengembangkan rongga perut sehingga mudah melakukan tindakan Teknik anestesi (pembiusan) yang digunakan umumnya anestesi umum

Waktu operasi untuk tindakan laparoskopi sangat tergantung penyakit yang didapatkan.Untuk kasus-kasus kista ovarium, pembebasan perlengketan, operasi dapat berlangsung 30 menit hingga 1 jam. Pada tindakan pengangkatan rahim, endometriosis berat, operasi dapat memakan waktu hingga 4 jam.Keuntungan yang didapatkan dengan teknik ini : Diagnosis yang lebih baik

Kerusakan jaringan lebih ringan Nyeri pasca operasi lebih ringan Lama perawatan lebih singkat Kejadian infeksi luka operasi lebih sedikit Sisi kosmetik lebih baik

Teknik laparoskopi dapat menimbulkan komplikasi yang sama dengan operasi konvensional, misalnya perdarahan, cedera pada organ dalam perut, komplikasi akibat proses pembiusan, infeksi (lebih kecil dibandingkan konvensional), dan pada beberapa pasien harus dilanjutkan dengan operasi konvensional.

Pada umumnya perawatan pasca operasi laparoskopi lebih singkat dibandingkan dengan operasi konvensional. Lama perawatan berkisar antara 1 hingga 3 hari. Pada sterilisasi atau laparoskopi diagnostik dan tindakan ringan lainnya pasien dapat pulang pada hari yang sama.

KOLESISTEKTOMI LAPAROSKOPIK

A. Definisi Suatu tindakan operasi pengangkatan kantong empedu dengan cara invasive minimal melalui endoskopik (laparoskopik). Kolesistektomi adalah tindakan pilihan untuk pasien dengan batu empedu multiple/besar karena berulangnya pembentukan batu secara simtomatologi akut atau mencegah berulangnya pembentukan batu. Kolesistektomi sekarangdapat dilakukan dengan laser melalui insisi laparoskopi. B. Indikasi 1. Penderita dengan simtomatik batu empedu yang telah dibuktikan secara imaging diagnostic terutama melalui USG abdomen 2. Penderita kolesterolosis simtomatik yang telah dibuktikan melalui USG abdomen 3. Adenomyomatosis kantung empedu simtomatik C. Kontra indikasi absolut 1. Peritonitis 2. Obstruksi usus 3. Koagulopati yang tidak terkontrol 4. Hernia diafragmatik yang besar

5. Penyakit Paru obstruktif berat dan penyakit jantung kongestif berat D. Kontra indikasi relatif (tergantung keahlian operator) 1. Cirrhosis hepatis 2. Riwayat operasi abdomen dengan adhesi 3. Kolesistitis akut 4. Gangrene dan empyema gall bladder 5. Biliary enteric fistula 6. Kehamilan 7. Ventriculoperitoneal shunt E. Teknik Operasi 1. Penderita dalam posisi supine dan dalam narkose 2. Desinfeksi pada dada bagian bawah dan seluruh abdomen. 3. Dilakukan insisi lengkung di bawah umbilikus sepanjang 20 mm, insisi diperdalam secara tajam dan tumpul sampai tampak linea alba. 4. Linea alba dipegang dengan klem dan diangkat, dibuat incisi vertikal sepanjang 10 mm 5. Dengan trokar peritoneum ditembus dan dimasukkan port lalu dimasukkan CO2 ke dalam kavum abdomen untuk menimbulkan pneumoperitoneum sehingga abdomen cembung. 6. Melalui port umbilikal dimasukkan videoscope ke dalam cavum abdomen. 7. Tiga buah trocart dimasukkan dengan memperhatikan secara langsung tempat penetrasi intra abdomen. Trocart I dimasukkan di epigastrium 5 cm di bawah procesus xyphoideus dengan penetrasi intraabdomen di sebelah kanan ligamentum falciforme Trocart II dimasukkan pada kwadaran kanan atas abdomen beberapa cm di bawah costa terbawah pada linea midclavicula. Trocart III dimasukkan pada kuadran kanan atas setinggi umbilikus di sebelah lateral dari trocart kedua. (gambar). 8. Posisi pasien diubah menjadi Anti Trendelenburg ringan (10-15) dan sedikit miring ke kiri. 9. Gall bladder dipegang dengan grasper/forcep dari port lateral (4), kemudian didorong ke arah superior dan dipertahankan pada posisi ini.

Gambar Tempat Port Laparoskopik Gambar Tempat Port Laparoskopik 10. Infundibulum dipegang dengan grasper dari port medial (3) dan ditraksi ke arah caudal. Disecting forceps dimasukkan dari port epigastrium (2) dan jaringan di sekitar duktus sistikus dan arteri sistika disisihkan sampai kedua struktur tersebut tampak jelas. 11. Sistika dijepit dengan metal clip di bagian distal dan dua buah metal klip di bagian proksimal kemudian dipotong. 12. Duktus sistikus yang telah terlihat jelas dijepit dengan metal clip sedekat mungkin dengan kandung empedu. Duktus sistikus bagian proksimal dijepit dengan dua buah metal clip dan dipotong. (hati-hati jangan menarik infundibulum keras, dapat menjepit duktus koledokus) 13. Videoscope dikeluarkan dari port umbilikus dan dipindah ke port epigastric. 14. Kantong empedu dibebaskan dengan menarik dengan grasping forceps dari porte umbilikalis (1) F. Mortalitas Mortalitas pasca kolesistektomi laparoskopik 0,1% G. Perawatan pasca bedah

Pasca bedah penderita dirawat di ruangan 3-4 hari, diobservasi komplikasi seperti nyeri pasca operasi, gangguan motilitas usus. Setelah pasase usus baik penderita bisa mulai diet per oral. H. Follow up Terutama ditujukan terhadap tanda-tanda kebocoran empedu, peritonitis, dan perdarahan.

Algoritma batu empedu

I. Prioritas Keperawatan Meningkatkan fungsi pernapasan Mencegah komplikasi Memberikan informasi tentang penyakit, prosedur, prognosis, dan kebutuhan pengobatan J. Tujuan Pemulangan Ventilasi atau oksigenasi adekuat untuk kebutuhan tubuh Komplikasi dicegah atau minimal Proses penyakit, prosedur bedah, prognosis, dan program terapi dipahami

Anda mungkin juga menyukai