Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

DISTOSIA BAHU

Laporan

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatan Maternitas

Oleh

Ayu Amalia Marwah J.0105.20.002

Hani Rahmawati J.0105.20.008

Mayang Indah Sari J.0105.20.017

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI

CIMAHI

2020

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR TABEL.................................................................................................... i

A. Definisi Distosia ...............................................................................................1

B. Etiologi..............................................................................................................2

C. Patofisiologi ......................................................................................................3

D. Manifestasi Klinis ............................................................................................3

E. Komplikasi .......................................................................................................4

F. Klasifikasi distosia...........................................................................................4

G. Pemeriksaan diagnostik ................................................................................10

H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan ..................................................10

I. Pengkajian Asuhan Kepe rawatan ...............................................................11

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Intervensi Keperawatan.....................................................................15

i
A. Definisi Distosia

Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi

setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan

mortalitas bayi akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus

dipikirkan ketika dengan traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirka n

bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks

kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)

Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul

akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak,

2004 : 784)

Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang

timbul akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan

sebagai berikut:

1. Persalinan disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau

akibat upaya mengedan ibu (kekuatan/power)

2. Perubahan struktur pelvis (jalan lahir)

3. Sebab pada janin meliputi kelainan presentasi/kelainan posisi, bayi besar,

dan jumlah bayi

4. Posisi ibu selama persalinan dan melahirkan

5. Respons psikologis ibu terhadap persalinan yang berhubungan dengan

pengalaman, persiapan, budaya, serta sistem pendukung

1
2

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas

sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu

tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum

(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana

tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirka n.

Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan

pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk

(1995) menggunakan sebuah kriteria objektif untuk menentukan adanya distosia

bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal

interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24

detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu

adalah bila interval waktu tersebut lebih dari 60 detik.

B. Etiologi

Distosia dapat disebabkan oleh :

1. Kelainan tenaga/ power

2. Kelainan jalan lahir/ passage

3. Kelainan letak dan bentuk janin/ passager

Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu

untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase

aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala
3

yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir

atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjanga n

kala II sebelah bahu berhasil melipat masuk ke dalam panggul.

C. Patofisiologi

Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala

berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan

berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu

meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu

gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap

berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu

depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.

D. Manifestasi Klinis

1. Dapat dilihat dan diraba, perut terasa membesar kesamping.

2. Pergerakan janin pada bagian kiri lebih dominan.

3. Nyeri hebat dan janin sulit untuk dikeluarkan.

4. Terjadi distensi berlebihan pada uterus

5. Dada teraba seperti punggung, belakang kepala terletak berlawanan dengan

letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar

lebih jelas pada dada.


4

E. Komplikasi

1. Fetal/Neonatal

a) Kematian

b) Hypoxia/Asphyxia Dan Sequelae

c) Perlukaan kelahiran

d) Faktur klavikula- humerus

e) kelumpuhan plexus brakhialis

2. Maternal

a) Perdarahan postpartum

b) Atoni

c) Laseasi jalan lahir

d) Ruptur uteri

F. Klasifikasi distosia

1. Distosia karena kelainan presentasi

malpersentasi adalah semua persentasi janin selain vertex sementara malposis i

adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik

referens,masalah ;janin yang dalam keadaan malpresentasi dan malposis i

kemungkinan menyebabkan partus lama.

Kelainan letak, persentasi atau posisi

a) Posisi oksipitalis posterior persisten yaitu persalinan persentasi belakang

kepala
5

b) Presentasi puncak kepala bila defleksinya ringan sehingga UUB merupakan

bagian terendah

c) Presentasi Muka dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksima l

sehingga oksiput tertekan pada punggung.

d) Presentasi Dahi kedudukan kepala berada antara fleksi maksimal dan

defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah

e) Letak sungsang janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan

bokong di bagian bawah kavum uteri

f) Letak lintang sumbu memanjang janin menyilang, sumbu memanjang ibu

tegak lurus atau mendekati 90 derajat

g) Presentasi Ganda keadaan dimana disamping kepala janin di dalam rongga

panggul dijumpai tangan, lengan atau kaki, atau keadaan di samping

bokong janin dijumpai tangan

2. Distosia Kelainan Tenaga dan / His

a. Inersia uteri atau Hypotonic uterine countraction.

Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal. Keadaan

umum biasanya baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.

b. His terlampau kuat atau Hypertonic uterine contraction (tetania uteri)

His yang terlalu kuat dan sering menyebabkan persalinan berlangsung

singkat tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu karena

terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri)

sedangkan bayi bisa mengalami perdarahan dalam tengkorak karena

mendapat tekanan kuat dalam waktu singkat.


6

c. Aksi uterus inkoordinasi atau uncoordinate hypertonic uterine contraction.

Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan sinkronisas i

antara kontraksi dan bagian-bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam

mengadakan pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin.

3. Distosia karena alat kandungan dan jalan lahir

Meliputi alat kelamin luar dan dalam,adapun yang bisa mempengar uhi

kemajuan persalinan dapat dijabarkan sebagi berikut :

a. Pada vulva

1. edema ditemukan pada persalinan lama yang disebabkan pasien

dibiarkan mengedan terus,jarang mempengaruhi kelangsunga n

persalinan.

2. Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh dan

meninggalkan jaringan perut sehingga mengalami kesulitan pada kala

pengeluaran sehingga diperlukan episiotomy yang cukup luas.

3. Tumor dalam bentuk neoplasma.

b. Pada vagina

1. Septum vagina yang tidak lengkap menyebabkan kadang-kadang

menahan turunnya kepala janin sehingga harus dipotong dahulu.

2. Stenosis vagina yang tetap kaku menyebabkan halangan untuk lahirnya

janin perlu dipertimbangkan seksio sesaria

3. Tumor vagina menyebabkan rintangan persalinan pervaginam,beres iko

kelancaran persalinan pervaginam.

c. Pada uterus
7

1. Posisi anterversio uteri (posisi uterus ke depan)pada kala 1 pembukaan

kurang lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur

pada posisi terlentang.

2. Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang

menyebabkan terjadinya letak lintang dan tidak bisa dikoreksi.biasa nya

jalannya partus kurang lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan

fungsi uterus kurang baik.

d. Kelainan pada ovarium

1. Kista ovarium,jika tempatnya di daerah fundus maka persalinan dapat

berlangsung normal

2. Jika kedudukan kista di pelvis minor,maka dapat menganggu

persalinan dan persalinan diakhiri dengan seksio saesaria.

4. Distosia karena kelainan janin

Klasifikasi :

- Distosia kepala : hydrosefalus (kepala besar,hygromonas koli / tumor leher)

- Distosia bahu : bahu janin lebar seperti anak kingkong

- Distosia perut : hydro post fetalis,asites,akardiakus

- Distosia bokong : meningokel,spina bifida dan tumor pada bokong janin

- Kembar siam (double monster)

- Monster lainnya.

a. Pertumbuhan janin yang berlebihan (janin besar )


8

Dikenal dengan makrosomia,atau giant baby adalah bayi dengan berat

badan diatas 4 kilogram.

b. hydrosefalus

adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam

pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura -

sutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya

antara 500-1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5

liter.hydrosefalus seringkali disertai kelainan bawaan lain seperti misalnya

spinabifida.

c. Anencefalus

Suatu kelainan congenital dimana tulang tengkorak hanya terbentuk dari

bagian basal dari os frontalis,os parietalis,dan os oksipitali,os orbita sempit

hingga Nampak penonjolan bola mata.

d. Kembar siam

Terjadi pada janin kembar ,melekat dengan penyatuan janin secara

lateral.pada banyak kasus biasanya terjadi persalinan premature.apab ila

terjadi kemacetan dapat dilakukan tindakan vaginal dengan merusak janin

atau melakukan section saesaria.

e. Gawat janin

Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen,sehingga mengala mi

hipoksia .

5. Distosia karena kelainan panggul

a. Jenis kelainan panggul (Caldwell moloy) :


9

- Panggul ginekoid

- Panggul anthropoid

- Panggul android

- Panggul platipeloid

b. Perubahan panggul menurut munro kerr

- Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intruretin

- Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi

- Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang

- Perubahan bentuk karena penyakit kaki

c. Perubahan bentuk Karena kelainan pertumbuhan intrauretin

- Panggul naegele

- Panggul Robert

- Split pelvis

- Panggul asimilasi

d. Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi :

- Rakitis

- Osteoplasma

- Neoplasma

- Fraktur

- Atrofi

- Penyakit sendi
10

G. Pemeriksaan diagnostik

1. Tes Prenatal : Untuk memastikan penyulit persalinan seperti : janin besar,

malpresentasi

2. Pelvimetri sinar X : Mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi dan posisi

janin

3. Pengambilan sample kulit kepala janin : mendeteksi atau mencegah asidosis

H. Penatalaksanaan medis dan keperawatan

1. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta

passanger normal,pasien dengan fase laten memanjang sering mendapat

manfaat dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk

tidur,morfin(15 mg) dapat memberikan tidur 6-8 jam. Apabila pasien

terbangun dari persalinan,diagnosa persalinan palsu dapat ditinjau

kembali,berupa perangsangan dengan oksitosin.

2. protraksi : Dapat ditangani dengan penuh harapan,sejauh persalinan mau

dan tidak ada bukti disproporsi sevalopelvik,mal presentasi atau fetal

distress. Pemberian oksitosin sering bermanfaat pada pasien dengan suatu

kontrakti hipotonik.

3. Kelainan penghentian : Apabila terdapat disproporsi sevalopelvik

dianjurkan untuk dilakukan seksio sesarea.perangsangan oksitosin hanya

dianjurkan sejauh pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-

tanda fetal distress


11

I. Pengkajian Asuhan Keperawatan

A. LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN

 DATA KLINIS

Nama : No RM :

Usia : Tanggal Masuk :

Alamat :

Pekerjaan :

Agama :

TB :

BB :

Suhu :

Nadi :

RR :

Penanggung jawab :

Umur :

Hubungan :

Dll.
12

B. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti : Kelainan letak

janin (lintang, sunsang dll) apa yang menjadi presentasi dll.

2. Riwayat kesehatan dahulu

Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia

sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya seperti

hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada

riwayat kembar dll.

3. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,

eklamsi dan pre eklamsi.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe

2. Mata

Biasanya konjungtiva anemis

3. Thorak

Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada

bagian paru yang tertinggal saat pernafasan

4. Abdomen
13

Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal

persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi

dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya

anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/

tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.

5. Vulva dan Vagina

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada

vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan

persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikas i

adanya plasenta previa

6. Panggul

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk

panggul dan kelainan tulang belakang

D. Pola fungsional Gordon

1. Pola persepsi-menajemen kesehatan

klien terkadang tidak mengetahui bagaimana penatalaksaan terhadap

sakitnya ini

2. Pola nutrisi – metabolik

Biasanya pada klien terdapat penurunan nafsu makan karena sakit yang

ia alami
14

3. Pola eliminasi

biasanya pada klien ini distensi usus atau kandung kemih yang

mungkin menyertai

4. Pola latihan dan aktivitas

keadaan biasanya pada klien ini mengalami keletihan,kurang

energi,letargi,penurunan penampilan

5. Pola istirahat dan tidur

biasanya pada klien ini istriharatnya terganggu karena sakit yang

dirasakan.

6. Konsep diri

merasa stress dengan keadaan penyakitnya ini.

7. Pola peran dan hubungan

biasanya ada sedikit masalah karena klien merasa rendah diri karena

selalu merasa bergantung kepada orang di sekitarnya

8. Pola reproduksi

uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi

multipel.

9. Pola kognitif-perseptual

biasanya tidak ada masalah dengan indra.

10. Pola coping

klien biasanya tampak cemas dan keakutan


15

11. Pola keyakinan

pada keadaan ini klien susah menjalankan kewajibannya dalam

beribadah karena sakit yang ia alami

E. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul

1. Resiko Kekurangan Volume Cairan b/d hipermetabolik, peningkata n

kehilangan cairan

2. Kerusakan Pertukaran Gas resiko tinggi terhadap janin berhubunga n

dengan kontraksi uterus yang lama

3. Resiko Cedera tinggi terhadap janin berhubungan dengan hipoksia

jaringan, penekanan kepala pada panggul, partus lama, CPD.

Tabel 1. 1 Intervensi Keperawatan

No Nanda Noc (outcome) Nic (intervensi)

1 Resiko  Keseimbangan  Manajemen Cairan

Kekurangan Cairan - Pantau masukan. perhatikan

Volume Cairan - TD normal berat jenis urin. Anjurkan klien

b/d - Palpasi nadi perifer untuk mengosongkan kandung

hipermetabolik, normal kemih sedikitnya sekali setiap

peningkatan - HT normal hari 1 1 /2 jam

kehilangan

cairan
16

 Status Nutrisi: - Pantau suhu setiap 4 jam lebih

Intake Makanan dan sering bila tinggi. Pantau tanda-

Cairan tanda vital/ DJJ sesuai indikasi

- Intake makanan - Beri cairan jernih dan es batu

dan cairan sesuai izin.

mencukupi - Kaji praktik budaya mengena i

 Hidrasi masukan.

- Pengeluaran urine - Pantau kadar Hematokrit

DBN  Terapi Intra Vena

- Hidrasi kulit - Berikan bolus cairan parentral

normal sesuai indikasi.

- Kelembaban  Pemantauan Cairan

membrane mukosa - Kaji tentang riwayat jumlah dan

normal tipe intake cairan dan pola

eliminasi

- Monitor warna dan kuantitas

urin

- Beri cairan

2 Kerusakan  Status Respiratori:  Monitor Respiratori

Pertukaran Pertukaran Gas - Monitor frekuensi, rata-

Gas resiko - Tidak ada rata, irama, kedalaman dan

tinggi terhadap kegelisahan usaha bernafas

janin
17

berhubungan - Tidak ada - Catat pergerakkan dada,

dengan sianosis lihat kesimetr isa n,

kontraksi uterus - Mudah bernafas penggunaan otot

yang lama tambahan, dan

supraklavikula dan retaksi

otot intercostal

- Monitor bising pernafasan

seperti ribut atau

dengkuran

 Terapi Oksigen

- Berikan terapi oksigen sesuai

indikasi

 Pemberian Posisi

- Posisikan klien miring kiri

gunakan baji di bawah bokong

kanan bila klien terlentang atau

tinggikan klien pada posisi semi

duduk.

3 Resiko Cedera  Status Keamanan:  Peningkatan Keamanan

tinggi terhadap Cedera Fisik

janin  Kontrol Resiko


18

berhubungan - Menunjukan DJJ dan - Melakukan manuver leopold

dengan hipoksia variasi denyut untuk menemukan posisi

jaringan, perdenyut dalam batas janin, berbaring dan presentasi

penekanan normal tidak ada

kepala pada perubahan periodik  Kontrol Resiko

panggul, partus yang menyenangka n - Dapatkan data dasar DJJ

lama, CPD. dalam respon secara manual dan atau

terhadap kontraksi elektronik. Pantau dengan

uterus. sering. Perhatikan variasi DJJ

dan perubahan periodik pada

respon terhadap kontraksi

uterus

- Catat kemajuan persalinan

- Catat DJJ bila ketuban pecah,

kemudian setiap 15 mnt x3.

Pantau perubahan periodik

pada DJJ setelah ruptur

Anda mungkin juga menyukai