DISTOSIA BAHU
Laporan
Oleh
CIMAHI
2020
1
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL.................................................................................................... i
B. Etiologi..............................................................................................................2
C. Patofisiologi ......................................................................................................3
E. Komplikasi .......................................................................................................4
F. Klasifikasi distosia...........................................................................................4
DAFTAR TABEL
i
A. Definisi Distosia
setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan
mortalitas bayi akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus
dipikirkan ketika dengan traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirka n
bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks
Distosia adalah persalinan yang panjang, sulit atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan lima factor persalinan. (Bobak,
2004 : 784)
Distosia didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal, yang
sebagai berikut:
1
2
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas
sacral promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu
tersebut bisa lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum
tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat dilahirkan setelah kepala janin dilahirka n.
Salah satu kriteria diagnosis distosia bahu adalah bila dalam persalinan
pervagina untuk melahirkan bahu harus dilakukan maneuver khusus. Spong dkk
bahu yaitu interval waktu antara lahirnya kepala dengan seluruh tubuh. Nilai normal
interval waktu antara persalinan kepala dengan persalinan seluruh tubuh adalah 24
detik , pada distosia bahu 79 detik. Mereka mengusulkan bahwa distosia bahu
B. Etiologi
untuk “melipat” ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase
aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala
3
yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir
atau kepala telah melalui pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjanga n
C. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang menyebabkan kepala
berada pada sumbu normal dengan tulang belakang bahu pada umumnya akan
berada pada sumbu miring (oblique) di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu
meneran akan meyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi benturan bahu
depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir mengikuti kepala.
D. Manifestasi Klinis
letak dada, teraba bagian – bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar
E. Komplikasi
1. Fetal/Neonatal
a) Kematian
c) Perlukaan kelahiran
2. Maternal
a) Perdarahan postpartum
b) Atoni
d) Ruptur uteri
F. Klasifikasi distosia
adalah posisi kepala janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik
kepala
5
bagian terendah
e) Letak sungsang janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
Kontraksi uterus lebih lemah, singkat dan jarang daripada normal. Keadaan
singkat tanpa relaksasi rahim. Hal ini dapat membahayakan bagi ibu karena
terjadinya perlukaan luas pada jalan lahir (dapat menyebabkan ruptura uteri)
Sifat his yang tidak berubah dimana tidak ada koordinasi dan sinkronisas i
Meliputi alat kelamin luar dan dalam,adapun yang bisa mempengar uhi
a. Pada vulva
persalinan.
2. Stenosis pada vulva yang diakibatkan oleh radang dapat sembuh dan
b. Pada vagina
c. Pada uterus
7
kurang lancar sehingga tenaga his salah arah,ajurkan ibu untuk tidur
2. Kelainan uterus seperti uterus sub septus dan uterus arkuatus yang
jalannya partus kurang lancar dan his kurang lancar yang menyebabkan
berlangsung normal
Klasifikasi :
- Monster lainnya.
b. hydrosefalus
spinabifida.
c. Anencefalus
d. Kembar siam
e. Gawat janin
hipoksia .
- Panggul ginekoid
- Panggul anthropoid
- Panggul android
- Panggul platipeloid
- Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi
- Panggul naegele
- Panggul Robert
- Split pelvis
- Panggul asimilasi
d. Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang panggul dan atau sendi :
- Rakitis
- Osteoplasma
- Neoplasma
- Fraktur
- Atrofi
- Penyakit sendi
10
G. Pemeriksaan diagnostik
malpresentasi
janin
1. Fase laten yang memanjang : Selama ketuban masih utuh dan passage serta
manfaat dari hidrasi dan istirahat terapeutik. Apabila dianggap perlu untuk
kontrakti hipotonik.
dianjurkan sejauh pelviks memadai untuk dilalui janin dan tidak ada tanda-
DATA KLINIS
Nama : No RM :
Alamat :
Pekerjaan :
Agama :
TB :
BB :
Suhu :
Nadi :
RR :
Penanggung jawab :
Umur :
Hubungan :
Dll.
12
B. Pengkajian
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami distosia
hipertensi, anemia, panggul sempit, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan darah, DM,
C. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
2. Mata
3. Thorak
4. Abdomen
13
Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal
dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya
anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/
6. Panggul
sakitnya ini
Biasanya pada klien terdapat penurunan nafsu makan karena sakit yang
ia alami
14
3. Pola eliminasi
biasanya pada klien ini distensi usus atau kandung kemih yang
mungkin menyertai
energi,letargi,penurunan penampilan
dirasakan.
6. Konsep diri
biasanya ada sedikit masalah karena klien merasa rendah diri karena
8. Pola reproduksi
multipel.
9. Pola kognitif-perseptual
kehilangan cairan
kehilangan
cairan
16
Hidrasi masukan.
eliminasi
urin
- Beri cairan
janin
17
otot intercostal
dengkuran
Terapi Oksigen
indikasi
Pemberian Posisi
duduk.
uterus