Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BENIGN PROSTATIC
HYPERPLASY (BPH)
DEFINISI

● Benigna Prostat Hyperplasy


● Benigna Prostat Hyperplasy adalah terjadinya pelebaran pada
(BPH) adalah suatu keadaan prostat yang menimbulkan
dimana kelenjar prostat penyempitan saluran kencing dan
mengalami pembesaran sehingga tekanan di bawah kandung kemih
dapat menyumbat uretra pars dan menyebabkan gejala-gejala
prostatika dan menyebabkan seperti sering kencing dan retensi
terhambatnya aliran urine keluar urin (Aulawi, 2014).
dari vesika (Purnomo, 2011). ● Jadi, Benigna Prostat Hyperplasy
(BPH) adalah suatu pembesaran
atau hipertrofi kelenjar prostat
yang meluas ke atas menuju
kandung kemih dan menghambat
aliran keluar urine.
ETIOLOGI

Menurut Prabowo dan Pranata (2014), sampai sekarang


BPH masih belum diketahui secara pasti etiologi atau
penyebab terjadinya. Namun, ada beberapa hipotesis
yang menyebutkan penyebab terjadinya BPH diantaranya
yaitu:
1. Peningkatan DHT (Dehidrotestosteron)
2. Ketidakseimbangan estrogen-testosteron berhubungan
dengan proses degeneratif.
3. Interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat
4. Berkurangnya kematian sel (apoptosis)
5. sistem sel, yang menyebabkan proliferasi abnormal sel
stem sehingga dapat memicu terjadi BPH.
Patofisiologi

Dihidrotestosteron (DHT) adalah metabolit hormon testosteron yang


merupakan mediator pokok pertumbuhan kelenjar prostat. Hormon ini
disintesis di dalam kelenjar prostat dari hormon testosteron yang beredar
dalam darah, proses tersebut terjadi melalui kerja enzim 5α-reduktase tipe 2.
Walaupun DHT terlihat sebagai faktor trofik utama yang memediasi
hyperplasia kelenjar prostat, hormon estrogen juga ikut terlibat. Interaksi
stroma-epitel yang dimediasi oleh faktor-faktor pertumbuhan peptide juga
memberikan kontribusinya. Gejala klinis obstruksi traktus urinarius inferior
terjadi karena kontraksi kelenjar prostat yang dimediasi oleh otot polos
kelenjar tersebut. Tegangan otot polos kelenjar prostat dimediasi oleh
adenoreseptor α1 yang hanya terdapat di dalam stroma kelenjar prostat
Lanjutan….

Secara makroskopik, pembesaran kelenjar terjadi karena adanya nodul-nodul


dengan ukuran bervariasi dalam zona transisi (daerah periuretral) (Mitchell et al,
2008). Hiperplasia prostatika adalah pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat. Pertumbuhan tersebut dimulai dari
bagian periuretral sebagai poliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan menekan
kelenjar normal yang tersisa. Jaringan hiperplastik terutama terdiri dari kelenjar
dengan stroma fibrosa dan otot polos yang jumlahnya berbeda-beda. Prostat
tersebut mengelilingi uretra, dan pembesaran bagian peri uretral akan
menyebabkan obstruksi leher vesika urinaria dan uretra pars prostatika, yang
mengakibatkan berkurangnya aliran urin dari vesika urinaria. Penyebab BPH
kemungkinan berkaitan dengan penuaan, kadar testosteron serum menurun dan
kadar esterogen serum meningkat. Terdpat teori bahwa rasio esterogen yang
lebih tinggi akan merangsang hiperplasia jaringan prostat (Price & Wilson,
2005).
TANDA GEJALA
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
(LUTS), pada gejala obstruksi ditandai dengan
retensi urin
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas, berupa
adanya gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
benjolan dipinggang
3. Gejala diluar saluran kemih, meliputi hernia
inguinalis atau hemoroid, sehingga mengakibatkan
penekanan intra abdomen. Selain itu, juga adanya
perubahan prostat yang membesar, dan
kemerahan.
Klasifikasi

Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin


I Penojolan prostat, batas atas <50 ml
dapat diraba
II Penonjolan prostat jelas, 50-100 ml
batas atas dapat dicapai
III Batas atas prostat tidak >100 ml
dapat diraba
IV Batas atas prostat tidak Retensi urin total
dapat diraba
Menurut R. Sjamsuhidayat dan Wim de Jong (2010) :
● Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan-tindakan bedah,
namun hanya diberi pengobatan konservatif
● Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan
biasanya dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (trans urethral
resection/TUR)
● Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan
prostat sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya dengan
pembedahan terbuka, melalui trans retropublik/perianal
● Derajat empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien
dari retensi urine total dengan pemasangan kateter.
PENGKAJIAN
 Keluhan utama : Nyeri saat miksi
Keluhan utama yang menjadikan alasan pasien karena biasanya nyeri  saat miksi,
pasien juga sering mengeluh saat miksi, pasien juga sering BAK berulang ulang
(anyang-anyangan), terbangun ingin miksi saat malam hari, perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak, kalau miksi harus menunggu lama, harus mkencing
terputus putus. (Wijaya A. S., 2013, hal. 103)
● Riwayat Penyakit Sekarang
Pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien melalui metode PQRST 
dalam bentuk narasi
● P (paliatif dan profokatif) : pasien mengeluh sakit pada saat miksi dan harus
menunggu lama dan harus mengedan.
● Q (Quality atau Quanty): pasien mengatakan tidak bisa melakukan hubungan
seks.
● R (Regio dan Radiasi) :keluhan tersebut tempatnya , yaitu di bawah kandung
kemih
● S (Saverit atau Scale) : keluhan tersebut mengganggu aktifitas dan mengeluh
sering BAK berulang-ulang.
● T (Timing) : saat pasien ingin miksi dan lebih sering terbangun pada saat
malam hari.
● Riwayat penyakit keluarga:
Mungkin diantara keluarga pasien sebelumnya ada yang
menderita penyakit yang sama dengan penyakit sekarang
● Riwayat pengobatan :
Pemberian obat golongan reseptor alfa-adrenergik inhibitor
mampu merelaksasikan otot polos prostat dan saluran kemih
akan lebih terbuka.obat golongan 5-alfa-reduktase inhibitor
mampu menurunkan kadar  dehidrotestosteron intraprostat,
sehingga dengan turunya kadar testosteron dalam plasma
maka prostat akan mengecil.
PEMERIKSAAN FISIK
TTV
1. Tekanan darah : mengalami peningkatan pada tekanan
darah
2. Nadi : adanya peningkatan nadi. Hal ini merupakan
bentuk kompensasi dari nyeri yang tibul akibat opstruksi
meatus uretalis dan adanya distensi bladder.
3. Respirasi : terjadi peningkatan frekuensi nafas akibat
nyeri yang dirasakan pasien.
4. Suhu : terjadi peningkatan suhu akibat retensi urin
berlangsung lama seiring ditemukan adanya tanda
gejala urosepsis.
Pemeriksaan body sistem
• Sistem pernafasan
Inspeksi : biasanya klien terjadi sesak nafas ,frekuensi
pernafasan
Palpasi : pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi
badder.
Auskultasi : biasanya terdengar suara nafas tambahan
seperti ronchi,wheezing,suara nafas menurun, dan
perubahan bunyi nafas.

• Sistem kardiovaskular
Inspeksi : tidak terdapat sianosis , tidak terdapat perubahan
letak maupun pemeriksaan pada inspeksi.
Palpasi : biasannya denyut nadi meningkat akral hangat
Perkusi : pada pemeriksaan manusia normal pemeriksaan
perkusi yang didapatkan pada thorax adalah redup. (
• Sistem persyarafan
Inspeksi : klient menggigil, kesadaran menurun dengan adanya infeksi dapat
terjadi urosepsis berat sampai pada syok septik.
• Sistem perkemihan
Inspeksi : terdapat massa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung
kemih)
Palpasi : pada palpasi bimanual ditemukan adanya rabaan pada ginjal. Dan
pada palpasi supra simfisis akan teraba distensi bladder dan terdapat nyeri
tekan.
Perkusi :dilakukan untuk mengetahui adatidaknya residual urin terdapat
suara redup dikandung kemih karena terdapat residual (urin). (Prabowo &
Pranata, 2014, hal. 137)
• Sistem pencernaan
Mulut dan tenggorokan : hilang nafsu makan mual dan muntah.
Abdomen : datar (simetris)
Inspeksi : bentuk abdomen datar , tidak terdapat masa dan benjolan.
Auskultasi : biasanya bising usus normal.
Palpasi ; tidak terdapat nyeri tekan dan tidak terdapat pembesaran
permukaan halus.
Perkusi ; tympani
• Sistem integumen
Palpasi : kulit terasa panas karena peningkatan suhu tubuh
karena adanya tanda gejala urosepsis klien menggigil ,
kesadaran menurun.
Sistem endokrin
Inspeksi : adanya perubahan keseimbangan hormon
testosteron dan esterogen pada usia lanjut.  

• Sistem reproduksi
Pada pemeriksaan penis, uretra, dan skrotum tidak
ditemukan adanya kelainan, kecuali adanya penyakit
penyerta seperti stenosis meatus. Pemeriksaan RC (rectal
toucher) adalah pemeriksaan sederhana yangpaling mudah
untuk menegakan BPH. Tujuannya adalah untuk
menentukan konsistensi sistem persarafan unut vesiko
uretra dan besarnya prostate. 
Penatalaksannan Klinis
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai