Anda di halaman 1dari 94

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN ANAK W

BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG KENANGA RSUD


SOREANG KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Oleh

Hani Rahmawati

NIM G1A160020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALE BANDUNG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN ANAK W


BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG KENANGA RSUD SOREANG
KABUPATEN BANDUNG

Hani Rahmawati
G1A160020

Laporan Praktek Rumah Sakit ini telah disetujui oleh

Pembimbing Lapangan dan Pembimbing Akademik

Bandung,……………………..2019

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

Ganjar Safari, S.Kep., Ners. MM Weni Tresnawati, S.Kep., Ners


0428108602 NIP 197204152005012008

Menyetujui :

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Bale Bandung

Tri Nugroho S.Kp., MPH


LEMBAR PENILAIAN TUGAS

LAPORAN INI TELAH DIPERIKSA

di Bandung tanggal : ………………………….

dengan Nilai Angka : ………………………….

Dosen Mata Kuliah,

Ganjar Safari, S.Kep., Ners. MM


0428108602

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehinga kami dapat menyelesaikan
laporan Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Anak Bronchopneumonia Di Ruang
Kenanga RSUD Soreang Kabupaten Bandung guna memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan anak II.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu, sehingga laporan ini selesai sesuai dengan waktunya. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan, guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi penyusun untuk lebih baik di masa yang akan
datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi para mahasiswa keperawatan yang
ingin menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan
Dengan Pasien Anak Bronchopneumonia. Penulis juga mengharapkan laporan ini
dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan kita semua.

Bandung, April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................1
LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA..............................................1
A. Definisi.......................................................................................................................1
B. Etiologi.......................................................................................................................2
C. Manifesfestasi Klinis..................................................................................................3
D. Faktor Risiko..............................................................................................................8
E. Masalah yang Lazim Muncul.....................................................................................9
F. Discharge Planning..................................................................................................10
G. Patofisiologi.............................................................................................................11
.........................................................................................................................................12
H. Intervensi..................................................................................................................13
BAB II.............................................................................................................................21
LAPORAN KASUS.........................................................................................................21
LAPORAN KASUS PROGRAM ORIENTASI KLINIK KEPERAWATAN ANAK II DI
RUANG KENANGA RSUD SOREANG KABUPATEN BANDUNG.........................21
I. Pengkajian................................................................................................................21
II. Riwayat Kesehatan...................................................................................................23
III. Pemeriksaan Fisik................................................................................................32
IV. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 Tahun)................................................39
V. Data Penunjang........................................................................................................40
VI. Analisa Data.........................................................................................................42
VII. Rencana Asuhan Keperawatan.............................................................................44
VIII. Catatan Perkembangan.........................................................................................75
DISCHARGE PLANNING..............................................................................................79

ii
BAB III............................................................................................................................80
PENUTUP.......................................................................................................................80
A. Kesimpulan..............................................................................................................80
B. Saran........................................................................................................................80
LAMPIRAN- LAMPIRAN..............................................................................................82
SATUAN ACARA PENYULUHAN BRONCHOPNEUMONIA...................................83
Lampiran Materi..............................................................................................................85

iii
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PENDAHULUAN BRONCHOPNEUMONIA

A. Definisi
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam salah satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002)
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronbkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuik bercak-bercak konsolidasi di lobuli
yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi
saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang
melemahkan daya tahan tubuh. (Sudigdio dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus berupa distribusi berbentuk bercakbercak
(patchy distribution) (Bradley et al., 2011). Bronkopneumonia merupakan
inflamasi paru yang terfokus pada inflamasi paru pada area bronkiolus dan
memicu produksi eksudat mukopurulen yang dapat mengakibatkan obstruksi
saluran respiratori berkaliber kecil dan menyebabkan konsolidasi yang merata
ke lobulus yang berdekatan (Marcdante et al., 2014). Bronkopneumonia

1
adalah radang saluran pernapasan yang terjadi dari bronkus sampai alveolus
paru (Samuel, 2014).

2
2

B. Etiologi
Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia
yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,


protozoa, mikobakteri, mikoiplasma dan riketsia. (Sandra M. Nettiria) antara
lain :

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.


2. Virus : Legionella Pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karen kongesti paru yang lama.

Sebagian besar bronkopneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti


virus atau bakteri dan sebagian kecil lainnya disebabkan oleh hal lain seperti
aspirasi, radiasi dan lain-lain (Rahajoe, Supriyanto dan Setyanto, 2010).
Secara garis besar penyebab bronkopneumonia dapat dibedakan menjadi dua
yaitu faktor infeksi dan non infeksi (Fadhila, 2013) :

1. Faktor infeksi
Di negara berkembang pneumonia pada anak terutama disebabkan
oleh bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae, dan
Staphylococcus aureus. Sedangkan di negara maju, pneumonia pada anak
paling sering disebabkan oleh virus, selain bakteri atau campuran virus
dan bakteri.Virus yang terbanyak ditemukan adalah Respiratory
Syncytical Virus (RSV), Rhinovirus, dan virus Parainfluenza. Bakteri
3

yang terbanyak adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophillus


influenzae tipe B, dan Mycoplasma pneumoniae (Rahajoe, Supriyanto
dan Setyanto, 2010). Usia pasien adalah faktor yang memegang peranan
penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama dalam
spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan. Pola bakteri
penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi umur
pasien. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus group B dan bakteri Gram negatif seperti E.coli,
Pseudomonas sp, atau Kliebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak
balita, pneumonia sering disebabkan oleh infeksi Streptococcus
pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus,
sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut,
sering juga disebabkan infeksi Mycoplasma pneumoniae (Rahajoe,
Supriyanto dan Setyanto, 2010).
2. Faktor non-infeksi
Faktor non-infeksi dapat terjadi karena disfungsi menelan atau
refluks esophagus seperti bronkopneumonia hidrokarbon dan
bronkopneumonia lipoid. Bronkopneumonia hidrokarbon terjadi karena
anak menelan zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin.
Bronkopneumonia lipoid terjadi karena pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal atau pemaksaan pemberian
makanan seperti minyak ikan kepada anak yang sedang menangis
(Fadhila, 2013)

C. Manifesfestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis. (Barbara C. Long,
1996 : 35)
4

Gejala dan tanda klinis bronkopneumonia bervariasi tergantung dari


kuman penyebab, usia pasien dan beratnya penyakit (Supriyatno, 2008).
Gejala klinis pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi,
tetapi secara umum gejala bronkopneumonia meliputi gejala infeksi umum
dan gejala respiratori. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala,
gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal seperti
mual, muntah atau diare, kadang-kadnag disertai gejala infeksi
ekstrapulmoner. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi
dada, takipnea, napas cuping hidung, perasaan sulit bernapas (air hunger),
merintih, dan sianosis (Rahajoe, Supriyanto dan Setyanto, 2010). Pada
pemeriksaan fisik ditemukan tanda klinis seperti perkusi pekak, suara napas
melemah dan ronki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil gejala dan tanda
pneumonia lebih beragam dan tidak selalu terlihat jelas. Pada perkusi dan
auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan. Berikut manifestasi klinis
bronkopneumonia berdasarkan tingkatan umur dan penyebabnya (Rahajoe,
Supriyanto dan Setyanto, 2010) yaitu :

1. Bronkopneumonia pada neonatus dan bayi kecil


Gambaran klinis bronkopneumonia pada neonatus dan bayi kecil
tidak khas, seperti serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping
hidung, takipnea, letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau
bradikardi, retraksi subkosta, demam dan pada bayi BBLR sering terjadi
hipotermi. Pada infeksi perinatal yang disebabkan Chlamydia trachomatis
yang didapatkan dari ibu pada saat persalinan gejala baru timbul pada
usia 4-12 minggu. Gejala umumnya berupa gejala respiratori ringan-
sedang seperti batuk staccato (inspirasi diantara setiap satu kali batuk),
kadang-kadang disertai muntah, dan umumnya anak tidak demam. Saat
bronkopneumonia ini berubah menjadi berat timbul gejala ronki atau
mengi, takipnea dan sianosis.
5

2. Bronkopneumonia pada balita dan anak yang lebih besar


Timbul keluhan seperti demam, menggigil, batuk, sakit kepala,
anoreksia, dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah
dan diare. Secara klinis ditemukan gejala respiratori seperti takipnea,
retraksi subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, dan
sianosis. Anak besar yang sianosis lebih suka berbaring pada sisi yang
sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada akibat iritasi pleura.
Terkadang ditemukan nyeri abdomen bila terdapat bronkopneumonia
lobus kanan bawah yang menimbulkan iritasi diafragma. Hati mungkin
teraba karena tertekan oleh diafragma, atau memang membesar karena
terjadi gagal jantung kongestif sebagai komplikasi bronkopneumonia.
3. Bronkopneumonia atipik
Bronkopneumonia atipik (walking pneumonia) adalah pneumonia
yang disebabkan oleh mikroorganisme yang tidak dapat diidentifikasi
dengan teknik standar pneumonia pada umumnya dan tidak
menununjukkan respon terhadap antibiotik b-laktam karena tidak
memiliki dinding sel. Bronkopneumonia atipik ini biasanya terjadi pada
anak usia sekolah dan remaja. Mikroorganisme pathogen penyebab
bronkopneumonia atipik pada umumnya adalah Mycoplasma
pneumoniae, Chlamydia pneumoniae, Legionella pneumophila, dan
Ureaplasma urealyticum. Manifestasi klinis bronkopneumonia atipikal
ditandai dengan demam yang tidak terlalu tinggi, batuk non produktif dan
didominasi oleh gejala konstitusi.

Pemeriksaan penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara :

1. Pemeriksaan Laboraturium
- Pemeriksaan darah
- Pemeriksaan sputum
- Analisa gas darah
6

- Kultur darah
- Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
- Rontgenogram Thoraks
- Laringoskopi / bronkospi

Untuk mendiagnosis bronkopneumonia dapat dilakukan pemeriksaan


penunjang yaitu sebagai berikut (Rahajoe, Supriyanto dan Setyanto, 2010) :

1. Darah perifer lengkap


Secara umum pemeriksaan darah perifer lengkap tidak dapat
membedakan infeksi bakteri dan virus secara pasti. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk memperkirakan penyebab dan melihat prognosis keadaan
pasien. Pada bronkopneumonia yang disebabkan virus dan mikoplasma
umumnya leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi
pada bronkopneumonia karena bakteri didapatkan leukositosis sekitar
15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN. Leukopenia ( 2,5 g/dl, dan
glukosa relatif rendah daripada glukosa darah. Kadang-kadang ditemukan
anemia dan laju endap darah (LED) yang meningkat.
2. C-Reactive Protein (CRP)
CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit sebagai
respon infeksi atau inflamasi ringan, produksi CRP secara cepat distimulasi
oleh sitokin terutama oleh interleukin-6 (IL-6), interleukin-1 (IL-1), dan
tumor necrosis factor (TNF). Fungsi pasti dari CRP belum diketahui,
mungkin CRP berperan dalam opsonisasi mikroorganisme atau sel rusak.
Secara klinis CRP digunakan untuk membedakan faktor infeksi dan faktor
non-infeksi, infeksi bakteri dan virus, atau infeksi bakteri superfisialis dan
profunda. CRP juga digunakan untuk evaluasi respon terapi antibiotik.
3. Uji serologis
Secara umum uji serologis tidak terlalu untuk mendiagnosis infeksi
bakteri tipik. Namun untuk mendiagnosis infeksi bakteri atipik seperti
Mikoplasma dan Klamidia, serta beberpa virus seperti Respiratory
7

syncytical virus (RSV), Cytomegalovirus (CMV), campak, Parainfluenza


1,2,3, Influenza A dan B, dan Adenovirus peningkatan Ig G dan Ig M dapat
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
4. Pemeriksaan mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan pada anak karena
jarang yang postif. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada pneumonia
berat di rumah sakit. Diagnosis dikatakan definitif bila ditemukan kuman
pada spesimen. Untuk pemeriksaan mikrobiologis spesimen dapat berasal
dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi
pleura, atau aspirasi paru. Pada anak besar dan remaja spesimen dapat
berasal dari sputum.
5. Foto toraks
Foto toraks tidak rutin dilakukan pada pneumonia ringan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Foto toraks
dilakukan untuk menunjang diagnosis, menentukan lokasi anatomik
dalam paru, luasnya kelainan, dan kemungkinan adanya komplikasi
seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, dan efusi pleura. Umumnya
pemeriksaan foto toraks untuk menunjang diagnosis pneumonia di
Instalasi Gawat Darurat dilakukan pada posisi AP. Foto toraks untuk
posisi AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien dengan gejala klinik
distress pernapasan seperti takipnea, batuk, dan ronki dengan atau tanpa
suara napas yang melemah. Bronkopneumonia ditandai dengan gambaran
difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial. Gambaran radiologis bronkopneumonia bervariasi
tergantung pada tingkat keparahan penyakit. Penyakit ringan dapat
bermanifestasi sebagai penebalan peribronkial dan kekeruhan ruang udara
yang buruk. Pada penyakit yang lebih berat didapatkan patchy areas yang
tidak homogen dari beberapa lobus. Ketika konfluens, bronkopneumonia
dapat menyerupai pneumonia lobaris (O’Grady et al., 2014).
8

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
1. Menjaga kelancaran pernafasan
2. Kebutuhan Istirahat
Pasien ini sering hiperpireksia maka pasien perlu cukup istirahat, semua
kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur.
3. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Pasien bronchopneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan
yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa hari dan masukan
cairan yang kurang dapat menybabkan dehidrasi. Untuk mencegah
dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5 %
dan NaCl 0,9 %.
4. Mengontrol Suhui Tubuh
5. Pengobatan
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan tetapi,
karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka
biasanya dibnerikan Penisilin ditamhbah dengan Cloramfenikol atau
diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti Ampisilin.
Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian
besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan
hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri.

D. Faktor Risiko
Banyak faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
bronkopneumonia di negara berkembang. Faktor risiko tersebut antara lain
adalah : pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah
(BBLR), tidak mendapat imunisasi campak, tidak mendapat ASI eksklusif,
malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalensi kolonisasi bakteri
patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi
industri atau asap rokok) (Rahajoe, Supriyanto dan Setyanto, 2010).
9

Faktor risiko terkait host dan lingkungan yang mempengaruhi kejadian


bronkopneumonia anak di negara berkembang dapat dibagi menjadi tiga
golongan (Rudan et al., 2008) yaitu :
a. Definite risk factors
1. Malnutrisi (Z-score untuk BB/U < -2)
2. BBLR (≤ 2500 g)
3. Tidak ASI eksklusif
4. Kurangnya imunisasi campak
5. Polusi udara dalam ruangan
6. Sesak
b. Likely risk factors
1. Orang tua yang merokok
2. Defisiensi zinc
3. Ibu mengalami pneumonia saat mengasuh anak
4. Penyakit penyerta (diare, penyakit jantung dan asma)
c. Possible risk factors
1. Pendidikan ibu
2. Tempat penitipan anak
3. Curah hujan (kelembaban)
4. Dataran tinggi (udara dingin)
5. Defisiensi vitamin A
6. Urutan kelahiran
7. Polusi udara di luar ruangan

E. Masalah yang Lazim Muncul


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial,
pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen.
10

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kebutuhan


metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang
berhubungan dengan toksin bakteri baud an rasa sputum, distensi abdomen
atau gas.
4. Intoleransi aktivitas b.d insufisiensi O2 untuk aktifitas sehari-hari.
5. Resiko ketidakseimbangan eletrolit b.d perubahan kadar elektrolit dalam
serum (diare)

F. Discharge Planning
1. Berhenti merokok
2. Minum banyak air putih dan berhenti minum minuman yang beralkohol
3. Hindari iritan atau allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap
rokok
4. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang mengandung
nutrisi seimbang, berolahraga dan cukup istirahat serta mengurangi stress
5. Jika penyakit bertambah parah segera berkonsultasi dengan dokter.
11

G. Patofisiologi

Jamur, virus, bakteri,


- Penderita yang dirawat di RS
protozoa
- Penderita yang mengalami supresi sistem pertahanan tubuh
- Kontaminasi peralatan RS

Infeksi saluran pernapasan bawah Saluran pernapasan atas

Proses peradangan Kuman berlebih dibronkus Kuman terbawa disaluran cerna

Akumulasi secret Ketidakefektifan bersihan


dibronkus jalan nafas Infeksi saluran pencernaan

Mucus bronkus meningkat Peningkatan flora normal


Peningkatan peristatik usus
Malabsorbsi dalam usus

Bau mulut tidak sedap Resiko ketidakseimbangan


elektrolit
Diare

Anoreksia
Eksplorasi meningkat

Ketidakseimbangan nutrisi
Intake kurang kurang dari kebutuhan tubuh Peningkatan metabolisme

Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu Septikimia

Eksudat plasma masuk Gangguan difusi dalam Ketidakefektifan bersihan jalan


alveoli plasma nafas
12

Edema antara kapiler Edema paru


Iritan PMN eritrosit pecah
dan alveoli

Suplai O2 menurun Penurunan capliance paru Pergeseran dinding paru

Hipoksia Hiperventilasi Dyspnea

Metabolic anaerob Retraksi dada/ nafas cuping


Akumulasi asam laktat hidung
meningkat

Intoleransi aktivitas Fatique Gangguan perrtukaran gas


13

H. Intervensi
DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
 Respiratory status : Ventilation Airway Suction
 Respiratory status : Airway patency
Ketidakefektifan bersihan - Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
jalan nafas b.d inflamasi Kriteria Hasil : - Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
trakeobronkial, pembentukan - Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
edema, peningkatan produksi - Minta klien nafas dalam sebelum suctioning dilakukan
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
sputum. - Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction
dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
nasotrakeal
mampu bernafas dengan mudah, tidak pursed
- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
lips)
- Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
dikeluarkan dari nasotrakeal
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
- Monitor status oksigen pasien
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction
suara nafas abnormal)
- Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
 Mampu mengidentifikasi dan mecegah faktor
bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
yang dapat menghambat jalan nafas
Airway Management
14

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Keluarkan secret dengan batuk atau suction
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
- Monitor respirasi dan status O2

Gangguan pertukaran gas  Respiratory Status : Gas exchange Airways Management


b.d perubahan membran  Respiratory Status : Ventilation
- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau juw trust bila perlu.
alveolus kapiler, gangguan  Vital Sign Status
- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
kapasitas pembawa Kriteria Hasil :
- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
oksigen darah, gangguan
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi - Pasang mayo bila perlu
pengiriman oksigen.
dan oksigen yang adekuat - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
15

dari tanda distress pernafasan - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara - Lakukan suction pada mayo
nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan - Berika bronkodilator bial perlu
dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
- Barikan pelembab udara
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
pursed lips)
- Monitor respirasi dan status O2
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Respiratory Monitoring

- Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi


- Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal
- Monitor suara nafas, seperti dengkur
- Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
- Catat lokasi trakea
- Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)
- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas utama
16

- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya


Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan NOC : NIC :
tubuh b.d kebutuhan
metabolik sekunder Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Management
terhadap demam dan
proses infeksi, anoreksia
- Kaji adanya alergi makanan
yang berhubungan dengan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
toksin bakteri baud an rasa nutrisi yang dibutuhkan pasien.
Kriteria Hasil :
sputum, distensi abdomen - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
atau gas - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Adanya peningkatan berat badan sesuai
dengan tujuan - Berikan substansi gula
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
 Tidak terjadi penurunan berat badan yang gizi)
berarti - Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
17

- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi


- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring

- BB pasien dalam batas normal


- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
18

- Monitor makanan kesukaan


- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Intoleransi aktivitas b.d NOC NIC
insufisiensi O2 untuk
 Energy conversation - Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan
aktifitas sehari-hari.  Activity tolerance program terapi tepat
 Self Care : ADLs - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
Kriteria Hasil :
kemampuan fisik, psikologi dan social.
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan diperlukan untuk aktivitasyang diinginkan.
RR. - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan
 Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
- Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
(ADLs) secara mandiri
- Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
 Tanda-tanda vital normal
19

 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah : dengan atau tanpa
bantuan alat
 Status kardiopulmonari adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi
adekuat

Resiko ketidakseimbangan NOC NIC


eletrolit b.d perubahan
 Fluid balance Fluid management
kadar elektrolit dalam  Hydration
serum (diare) - Timbang popok / pembalut jika diperlukan
 Nutritional Status : Food and Fluid
- Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Intake
- Monitor status hidrasi, jika perlu.
Kriteria Hasil : - Monitor vital sign
- Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
 Mempertahankan urine outpute sesuai
- Kolaborasi pemberian cairan IV
dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
- Monitor status nutrisi
normal
- Berikan cairan IV suhu ruangan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
- Dorong masukan oral
normal
20

 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas - Dorong keluarga pasien untuk membantu pasien makan
turgor kulit baik, membrane mukosa lembab, - Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
tidak ada rasa haus yang berlebihan. Hypovolemia Management
- Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan
- Monitor tingkat Hb dan hematocrit
- Monitor TTV
- Monitor BB
- Monitor adanya tanda gagal ginjal
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda


Nic-Noc, Edisi Revisi Jilid 1, Januari 2015, Penerbit Mediaction
2. http://digilib.unila.ac.id/55347/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf
BAB II

LAPORAN KASUS

TINJAUAN KASUS

An. Willy ( Laki-laki, 3 tahun ) dirawat di RSUD Soreang Kabupaten


Bandung dengan keluhan sesak nafas 2 hari sebelum masuk RS. Awalnya 4 hari
demam, demam dikatakan naik turun selama 4 hari dan batuk berdahak 3 hari
sebelum masuk RS. Batuk sempat keluar dahaknya warna putih, ibu klien juga
mengeluh klien sesak. Tidak mengalami mual, tidak mengalami muntah, tidak
mengalami diare, nafsu makan menurun.

LAPORAN KASUS PROGRAM ORIENTASI KLINIK KEPERAWATAN


ANAK II DI RUANG KENANGA RSUD SOREANG KABUPATEN
BANDUNG

I. Pengkajian
1. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama / Nama panggilan : Willy Azka Putra
2. Tempat tgl lahir / usia : Bandung 16 Maret 2016
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Belum sekolah
6. Alamat : Kp. Sekartejo RT : 02
RW : 03. Desa Pasirhuni
Kecamatan Cimaung
Kabupaten Bandung.
7. Tgl masuk : 04 April 2019 (Jam 10.30

22
23

WIB)
8. Tgl pengkajian : 04 April 2019
9. Diagnosa medik : Bronchopneumonia
10. Rencana terapi :

N Nama Obat / Cairan Infus Dosis Frekuensi


O
1. RL 40 tpm
2. Cefotaxime 3x400 mg
3. Amikasin 3x40 mg
4. Dexa 3x0,4 mg
5. Nebulisasi 3x1/2 amp Combivent

B. Identitas Orang Tua


1. Ayah
a. Nama : Gungun Gunawan
b. Usia : 29 Tahun
c. Pendidikan : SLTP
d. Pekerjaan : Buruh
e. Sumber penghasilan : Tidak menentu
f. Agama : Islam
g. Alamat : Kp. Sekartejo RT : 02
RW : 03. Desa Pasirhuni
Kecamatan Cimaung
Kabupaten Bandung.
2. Ibu
a. Nama : Nendi Kusnadi
b. Usia : 25 Tahun
c. Pendidikan : SLTP
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : Ibu rumah tangga
e. Agama : Islam
f. Alamat : Kp. Sekartejo RT : 02
RW : 03. Desa Pasirhuni
24

Kecamatan Cimaung
Kabupaten Bandung.

C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

- - - - -

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat Kesehatan Sekarang :
- Keluhan Utama : Sesak
- Riwayat Keluhan Utama :
An. Willy ( Laki-laki, 3 tahun ) dengan keluhan sesak nafas 2 hari
sebelum masuk RS. Awalnya 4 hari demam dan lemas, demam dikatakan
naik turun selama 4 hari dan batuk berdahak 3 hari sebelum masuk RS.
Batuk sempat keluar dahaknya warna putih, ibu klien juga mengeluh
klien sesak.
- Keluhan Pada Saat Pengkajian : Batuk dan sesak, klien tampak sesak
B. Riwayat Kesehatan Lalu (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1. Prenatal Care
a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di : Bidan
Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu, tapi oleh
dokter dianjurkan untuk : Ibu klien
mengatakan klien lahir secara normal  dan spontan, tidak ada
kelainan bawaan dan tidak mempunyai gangguan selama
proses persalinan. Klien lahir pada usia kehamilan 9 bulan.
b. Riwayat terkena radiasi : USG
c. Riwayat berat badan selama hamil : Ibu klien
mengatakan lupa.
25

d. Riwayat imunisasti TT : Imunisasi TT pada


saat ibu hamil diberikan 2 kali, imunisasi TT sebelum usia
kehamilan 8 bulan.
e. Golongan darah ibu : Ibu klien
mengatakan lupa.
Golongan darah ayah : Ayah klien
mengatakan lupa.
2. Natal
a. Tempat melahirkan : Di bidan, lahir normal, BB :
2.900 gram, TB : 50 cm.
b. Jenis persalinan : Ibu klien mengatakan klien
lahir secara normal  dan spontan, tidak ada kelainan bawaan
dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan.
Klien lahir pada usia kehamilan 9 bulan.
c. Penolong persalinan : Bidan
d. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan
dan setelah melahirkan : Tidak ada
3. Post Natal
a. Kondisi bayi : Normal
APGAR : Nilai 8 dari 10 (normal)
b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : Tidak

(Untuk Semua Usia)


 Klien pernah mengalami penyakit : Bronchopneumonia
Pada umur : 3 Tahun
Diberikan obat oleh : Dokter
 Riwayat kecelakaan : Tidak ada
 Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa
anjuran dokter dan menggunakan zat / substansi kimia
yang berbahaya : Tidak
26

 Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya


: Tidak memiliki saudara

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


 Genogram

Keterangan:
= Laki-laki = Perempuan

= Tinggal serumah = Penderita Bronchopneumonia


(klien)

D. Riwayat Imunisasi (imunisasi lengkap)

N Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Frekuensi Reaksi setelah pemberian Frekuensi


o

1. BCG Diberikan sesuai usia 1 kali Demam 1 hari

2. DPT (I, II, III) Diberikan sesuai usia 3 kali Tidak -

3. Polio (I, II, III, Diberikan sesuai usia 4 kali Tidak -


IV)

4. Campak Diberikan sesuai usia 1 kali Demam ringan 1 hari

5. Hepatitis B (I, II, Diberikan sesuai usia 3 kali Tidak -


III)
27

6. Hepatitis A Diberikan sesuai usia 2 kali Tidak -

E. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : Sebelum sakit 12,5 kg, setelah
sakit 11,5 kg.
b. Tinggi badan : 110 cm.
c. Waktu tumbuh gigi : 12 bulan, gigi tanggal : -
Jumlah gigi : 2 buah.
2. Perkembangan Tiap Tahap
Usia anak saat
a. Berguling : 6 bulan
b. Duduk : 6/7 bulan
c. Merangkak : 8 bulan
d. Berdiri : 12 bulan
e. Berjalan : 14 bulan
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 1 bulan
g. Bicara pertama kali : 6 bulan, dengan
menyebutkan : ba-ba
h. Berpakaian tanpa bantuan : 3 tahun

F. Riwayat Nutrisi
1. Pemberian ASI : 1 kali diberikan sejak lahir namun ASI tidak keluar.
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian : ASI tidak keluar
b. Jumlah pemberian : Tidak tentu
c. Cara pemberian : Diberikan susu formula melalui botol susu
(DOT)
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian


28

0-1 tahun Susu formula Sampai usia 1 tahun

1- 2 tahun Susu formula + makanan Sampai usia 1 tahun


pendamping bubur / nasi
tim

2-3 tahun Nasi + lauk pauk Sampai sekarang

G. Riwayat Psikososial
1. Anak tinggal bersama : Orang tua, di : rumah
2. Lingkungan berada di : Kp. Sekartejo RT : 02 RW : 03. Desa
Pasirhuni Kecamatan Cimaung Kabupaten Bandung.
3. Rumah dekat dengan : Pesawahan, tempat bermain : di sekitar
rumah
4. Kamar klien : Bersama orang tuanya.
5. Rumah ada tangga : Tidak
6. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
7. Pengasuh anak : Oleh orang tuanya.

H. Riwayat Spiritual
1. Support sistem dalam keluarga : Orang tua dan keluarga.
2. Kegiatan keagamaan : Anaknya terkadang suka ikut
mengaji di masjid.

I. Reaksi Hospitalisasi
1. Pengalaman keluarga tentang sakit dan riwayat inap
a. Ibu membawa anak ke RS karena : Klien demam naik turun
selama 4 hari dan batuk berdahak 3 hari sebelum masuk RS,
dahak berwarna putih.
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :
Dokter mendiagnosa Bronchopneumonia.
c. Perasaan orang tua saat ini : Cemas dan sedih
29

d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : Ya, klien di temani


orangtua di RS.
e. Yang akan tinggal dengan anak : Orangtuanya.
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap :
Klien tidak mengetahui apa penyebab klien masuk RS, klien
tampak rewel, sulit makan saat di RS.

J. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

No Activity Daily Living Sebelum Sakit Ketika Sakit

1. NUTRISI

A. Makan

1. Jenis Nasi dan lauk pauk Nestle / Nasi

2. Frekuensi 2-3 kali /hari 2-3 kali /hari

3. Porsi/jumlah kalori 1/2 piring sedang ± 2 botol / hari

4. Makanan kesukaan Apa saja Nestle

5. Makanan pantangan Jagung (alergi) Jagung (alergi)

6. Nafsu makan Normal Berkurang

7. Cara makana sendiri/bantuan Dibantu Dibantu

8. Kesulitan menelan /tidak Tidak Tidak

MASALAH Tidak ada Klien sulit makan

B. Minum

1. Jenis Air putih Air putih

2. Frekuensi Tidak tentu Tidak tentu

3. Jumlah (cc) Tidak tentu Tidak tentu

4. Cara minum sendiri/bantu Dibantu Dibantu

MASALAH Tidak ada Tidak ada


30

2. ELIMINASI

A. Buang Air Besar (BAB)

1. Frekuensi 1 kali/hari Tergantung asupan


makanan

2. Waktu Pagi Pagi / Siang /


Malam

3. Warna Warna kuning Warna kuning /


Kecoklatan

4. Bau, darah, lendir Bau khas Bau khas

5. Konsistensi Konsistensi lembek Konsistensi lembek

6. Ada tidak kesulitan Tidak ada Tidak ada

7. Obstipasi Tidak Tidak

8. Diare Tidak Tidak

9. Kolostomi Tidak Tidak

10. Pengeluaran sendiri/dibantu Dibantu Dibantu

11. Penggunaan pencahar Tidak Tidak

B. Buang Air Kecil (BAK)

1. Frekuensi Tidak tentu 4 kali/hari

2. Jumlah urine output (cc) Tidak tentu Tidak tentu

3. Warna Kuning Kuning

4. Ada tidaknya bau Bau khas Bau khas

5. Ada tidak darah/hematuria Tidak ada Tidak ada

6. Ada tidak kesuliatan Tidak ada Tidak ada

7. Inkontinensia Tidak ada Tidak ada

8. Penggunaan kateter Tidak Tidak

9. Cara penggeluaran Dibantu Dibantu


(dibantu/sendiri)
31

MASALAH Tidak ada Tidak ada

3. ISTIRAHAT DAN TIDUR

1. Waktu tidur sendiri Klien tidur jam Sulit tidur / kadang


20.00 WIB sering.

2. Waktu tidur siang Tidur siang kurang Tidak / suka


Jam 14.00 WIB menangis.

3. Lamanya Klien tidur 10 jam Tidak menentu.


sehari, tidur siang ±
2 jam.

4. Kebiasaan penghantar tidur Tidak ada Tidak ada

5. Ada tidak masalah tidur Tidak ada Ada, sulit tidur.

6. Kebiasaan yang dilakuan saat Bermain Diam dikasur/


istirahat kadang menangis
(rewel).

MASALAH Tidak ada Klien sulit tidur dan


rewel.

4. A. Mandi

1. Frekuensi 2 hari sekali Tidak mandi

2. Penggunanan sabun/tidak Sabun Tidak

3. Cara melakukan Dibantu Dibantu


(sendiri/dibantu)

B. Oral Higiene

1. Frekuensi 2/3 kali/hari Tidak

2. Waktu Pagi, sore dan Tidak


sebelum tidur.

3. Menggunakan sikat gigi Ya Tidak

4. Menggunakan pasta gigi Ya Tidak

MASALAH Tidak ada Tidak mandi


32

5. AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. Olah Raga

1. Jenis Bermain Tidak

2. Frekuensi Tidak tentu Tidak

B. Kegiatan di waktu luang Bermain Tidak ada

C. Cara melakukan sendiri/dibantu Sendiri Tidak

MASALAH Tidak ada Tidak bermain

III. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : Klien tampak lemas, klien tampak rewel.
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital :
a. Tekanan darah : - mmHg
b. Denyut Nadi : 112 x/menit
c. Suhu : 38 oC
d. Pernafasan : 44 x/menit
4. Berat badan : 11,5 kg
5. Tinggi badan : 80 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut dan Hygiene kepala :
a. Warna rambut : Hitam
b. Penyebaran : Baik
c. Mudah rontok : Tidak rontok
d. Kebersihan rambut : Bersih

Palpasi

Benjolan : ada / tidak ada : Tidak ada benjolan


33

Nyeri tekan : ada / tidak : Tidak ada nyeri tekan

Tekstur rambut : kasar/halus : Halus

7. Muka
Inspeksi
a. Simetris / tidak : Simetris
b. Bentuk wajah : Oval
c. Gerakan abnormal : Taka ada keluhan
d. Ekspresi wajah : Terlihat murung

Palpasi

Nyeri tekan / tidak : Tidak ada

Data lain : Tidak ada

8. Mata
Inspeksi
a. Pelpebra : Tidak edema, tidak radang
b. Sclera : Tidak icterus
c. Conjungtiva : Tidak radang, tidak anemis.
d. Pupil : Isokor, refleks pupil terhadap
cahaya
normal membesar dan mengecil
e. Posisi mata : Simetris / tidak : Simetris
f. Gerakan bola mata : Normal
g. Penutupan kelopak mata : Normal
h. Keadaan bulu mata : Tipis
i. Keadaan visus : Normal ( penglihatan tajam)
j. Penglihatan : Tidak kabur

Palpasi :

Tekan bola mata : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada


34

benjolan.

Data lain : Tidak ada

9. Hidung & sinus


Inspeksi
a. Posisi hidung : Normal / Simetris
b. Bentuk hidung : Simetris
c. Keadaan septum : Lurus, lubangnya berjumlah dua
d. Secret / cairan : Tidak ada secret

Data lain : Tidak ada

10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga : Normal (sejajar dengan ujung mata)
b. Ukuran / bentuk telinga : Melengkung sempurna
c. Aurikel : Daun telinga sempurna
d. Lubang telinga : Bersih
e. Pemakaian alat bantu : Tidak
Palpasi
Nyeri tekan / tidak : Tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan uji pendengaran
a. Rinne : Normal
b. Weber : Normal
c. Swabach : Normal

Pemeriksaan vestibuler : Tidak ada kerusakan

Data lain : Tidak ada

11. Mulut

Inspeksi

a. Gigi
35

- Keadaan gigi : Cukup baik


- Karang gigi / karies : Gigi putih rata, tidak ada karies.
- Pemakaian gigi palsu : Tidak memakai gigi palsu.
b. Gusi

Merah, tidak ada peradangan.

c. Lidah
Kotor / tidak : Tidak kotor

d. Bibir

- Sianosis / pucat / tidak : Pucat


- Basah / kering / pecah : Basah
- Mulut berbau / tidak : Tidak Berbau
- Kemampuan bicara : Pendiam
Data lain : Gigi tidak goyang dan tidak ditambal
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : Merah muda
b. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
c. Nyeri menelan : Tidak ada nyeri menelan
13. Leher
Inspeksi
Kelenjar thyroid : Tidak membesar
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Tidak ada pembesaran
b. Kaku kuduk/ tidak : Tidak kaku kuduk
c. Kelenjar limfe : Tidak membesar
Data lain : Tidak ada
14. Thorax dan pernafasan
a. Bentuk dada : Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri
b. Irama pernafasan : Vesikuler +/+, ronchi +/+
c. Pengembangan di waktu bernafas : Pengembangan dada
36

mengikuti irama nafas


d. Tipe pernafasan : Pernafasan dada
Data lain : Tidak ada
Palpasi
a. Vocal premitus : Getarannya seimbang antara dada kiri dan
kanan
b. Massa/nyeri : Tidak ada
Auskuktasi
a. Suara nafas : Vesikuler +/+
b. Suara tambahan : Ronchi +/+
Perkusi : Sonor
Terdengar bunyi sonor pada lapang paru
Data lain : Tidak ada
15. Jantung
Palpasi
Ictus cordis :-
Perkusi
Pembesaran jantung :-
Auskultasi
a. BJ I :-
b. BJ II :-
c. BJ III :-
d. Bunyi jantung tambahan : Tidak ada bunyi tambahan
16. Abdomen
Inspeksi
a. Membucit / tidak : Tidak
b. Ada luka/tidak : Tidak ada luka
Palpasi
a. Hepar :-
b. Lien :-
c. Nyeri tekan :-
37

Auskultasi
Peristaltik :-
Perkusi
a. Tympani :-
b. Redup/pekak : -
c. Data lain :-
17. Genetalia dan anus : Tidak ada kelainan
18. Ekstermitas
Ekstermitas atas
a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : Baik
- Pergerakan abnormal : Tidak ada pergerakan abnormal
- Kekuatan otot kanan/kiri : Kekuatan otot tangan kanan dan kiri
baik
- Tonus otot kanan/kiri : Tonus otot tangan kanan dan kiri
baik
- Koordinasi gerak : Koordinasi gerak sesuai
b. Reflex
- Biceps kanan/kiri : Baik
- Triceps kanan/kiri : Baik
c. Sensori
- Nyeri : Tidak ada nyeri
- Rangsang suhu : Baik
- Rasa raba : Normal
Ekstrermitas bawah
a. Motorik
- Gaya berjalan : Berjalan pelan-pelan
- Kekuatan kanan/kiri : Kekuatan otot kaki kanan dan kiri
baik.
- Tonus otot kanan/kiri : Tonus otot kaki kanan dan kiri baik
b. Refleks
38

- KPR kanan/kiri :-
- APR kanan/kiri :-
- Babinsky : Baik
c. Sensori
- Nyeri : Tidak ada nyeri
- Rangsang suhu : Baik
- Rasa raba : Baik
Data lain : Tidak ada
19. Status Neorologin
Saraf-saraf cranial
a. Nervus I (olfactorius) :penghidu : Klien dapat membedakan
bau
b. Nervus II (opticus) :penglihatan : Normal
c. Nervus III,IV,VI (oculomotorius, Trochlearis,Abducens)
- Konstriksi pupil : Refleks pupil mengecil saat terkena
cahaya senter
- Gerakan kelopak mata : Mata dapat digerakan ke atas
ke bawah mengikut objek
- Pergerakan bola mata : Mata dapat di gerkana lateral ke kiri
dan kanan mengikuti objek
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : Mata dapat digerakan ke
bawah dan kedalam
mengikuti objek
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : Klien dapat menampakan
ekspresi meringis
- Refleks dagu : Klien dapat mengatupkan
rahang dan mengunyah
dengan baik.
- Refleks cornea : Reflex kornea baik
39

e. Nervus VII (Faciallis)


- Gerakan mimic : Gerakan mimik baik dapat
menggerakan dahi
- Pengecapan 2/3 lidah bagian depan: Rasa pengecapan baik
dapat
merasakan asin, manis
dan asam
f. Nervus VIII (Acusticus)
- Fungsi pendengaran : Fungsi pendengaran baik, dapat
mendengar gesekan tangan perawat
dengan jarak 20 cm.
g. Nervus IX dan X (Glosopharingues danVagus)
- Refleks menelan : Refleks menelan baik
- Refelks muntah :-
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : Dapat mengenal rasa
asin, manis dan pahit
- Suara : Suara ada
h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : -
- Mengangkat bahu :-
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : Gerakan lidah baik

Tanda-tanda perangsangan sel selapaut otak

a. Kaku kuduk :-
b. Kerning sign :-
c. Reflex brudzinski :-
d. Reflex lasegu :-

Data lain :-
40

IV. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0-6 Tahun)


Dengan menggunakan DDST:
Tanggal pengkajian : 04-04-2019
Tanggal lahir : 16-03-2016
30 + 4 = 34 – 16 = 18
2019 04 04
2016 03 16
3 0 18

1. Personal sosial :
1) Gosok gigi tanpa bantuan =p
2) Bermain ular tangga =p
3) Bermain tanpa bantuan =p
4) Memakai T-Shirt =p
2. Motorik halus :
1) Menggunakan jari =p
2) Menara dari kubus =p
3) Meniru jenis vertical =p
4) Menara dari 5 kubus =p
3. Bahasa :
1) Mengetahui 3 kata sifat =p
2) Mengartikan 5 kata =p
3) Menyebut 6 warna =p
4) Mengerti 4 kata depan =p
4. Motorik kasar :
1) Berdiri 1 kaki 3 detik =p
2) Melompat dengan 1 kaki =p
3) Berdiri 1 kaki 2 detik =p
4) Berdiri 1 kaki 1 detik =p
41

V. Data Penunjang
A. Laboraturium

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Darah Rutin

Hemoglobin 12,1 g/dl 10-14

Hematokrit 37 % 37-43

Leukosit 6.500 /mm3 6.000 – 15.000

Trombosit 249.000 /mm3 150.000 – 400.000

Kimia Klinik

Glukosa Rapid Sewaktu 107,0 Mg/dl 70-160

B. Rontgen

Jenis Hasil Kesan


Rontgen THX 095 – Willy – is Bronkhopneumonia bilateral
Cor tidak membesar terutama kiri
Sinuses dan diafragma normal Tidak tampak kardiomegali
Pulmo
Hill normal
Corakan bronkovaskular normal
Tampak infikrat dikedua perihillar
bilateral terutama kiri

C. Terapi dan Pengobatan


No Jenis Dosis Waktu Cara Pemberian
1. Cefotaxime 300 mg Jam 16.00, 24.00, 08.00 IV / 3 x
2. Amikasin 30 mg Jam 16.00, 24.00, 08.00 IV / 3 x
3. Dexa methasone 4 mg Jam 16.00, 24.00, 08.00 IV / 3 x
4. Nebulisasi ½ amp Combivent Jam 16.00, 24.00, 08.00 Inhalasi / 3 x

5. RL 20 tpm / mikro 1000 cc/ 24 jam IV


6. O2 1-2 lpm Nasal kanul
42

VI. Analisa Data


No DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas
- Ibu klien - Penderita yang dirawat di RS
mengatakan - Penderita yang mengalami
supresi sistem pertahanan
anaknya sesak
tubuh
- Ibu klien - Kontaminasi peralatan RS
mengatakan
anaknya batuk
berdahak
- Ibu klien Jamur, virus, bakteri,
mengatakan protozoa
anaknya sulit
tidur karena
rewel Saluran pernapasan atas
- Ibu klien
mengatakan
anaknya demam
Kuman berlebih dibronkus
DO :

- Keadaan umum
klein tampak Proses peradangan
lemah
- Kesadaran klien
composmentis Akumulasi secret
- GCS : E = 4, M dibronkus
= 6, V = 5.
- Klien tampak
terpasang O2 Ketidakefektifan bersihan
- Klien tampak jalan nafas
sesak
- Klien tampak
43

batuk berdahak
- Tidak tampak
sianosis
- TTV :

N = 112x/menit

R = 45x/menit

Suhu : 38 oC

- Klien
tampak
rewel

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi trakeobronkial,


pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. Yang di tandai
dengan klien tampak sesak, klien tampak batuk berdahak.
44

VII. Rencana Asuhan Keperawatan


No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan bersihan jalan Tupan : 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Bermanfaat dalam
nafas b.d inflamasi trakeobronkial, Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor tetesan infus menentukan pilihan
pembentukan edema, peningkatan keperawatan selama 5x24 jam 3. Lihat keadaan umum klien intervensi, menentukan
produksi sputum. diharapkan masalah ketidakefektifan 4. Anjurkan kompres air hangat efektivitas terapi.

DS : bersihan jalan nafas dapat teratasi jika klien demam pada 2. Untuk mengetahui
- Ibu klien mengatakan dengan orangtuanya masuknya cairan ke dalam
anaknya sesak Kriteria hasil : 5. Identifikasi pasien perlunya tubuh.
- Ibu klien mengatakan  Menunjukkan jalan nafas yang pemasangan alat jalan nafas 3. Untuk mengetahui keadaan
anaknya batuk berdahak paten (klien tidak merasa tercekik, buatan umum klien
- Ibu klien mengatakan
irama nafas, frekuensi pernafasan 6. Auskultasi suara nafas, catat 4. Untuk mengurangi panas
anaknya sulit tidur
dalam rentang normal, tidak ada adanya suara tambahan karena air hangat
karena rewel
suara nafas abnormal) 7. Kolaborasi mengontrol pemindahan
- Ibu klien mengatakan
anaknya demam  Mampu mengidentifikasi dan Beri obat : panas secara perlahan.
DO : mecegah faktor yang dapat 1) Cefotaxime 300 mg IV / 3 x 5. Untuk mengetahui pilihan
- Keadaan umum klein menghambat jalan nafas 2) Amikasin 30 mg IV / 3 x terapi yang tapat
tampak lemah 3) Dexa methasone 4 mg IV / 3 x 6. Untuk mengetahui bunyi
- Kesadaran klien 4) Nebulisasi ½ amp Combivent suara nafas abnormal seperti
45

composmentis Inhalasi / 3 x ronchi.


- GCS : E = 4, M = 6, V = 5) RL 20 tpm / mikro IV 7. Beri obat sesuai
5. 6) O2 1-2 lpm nasal kanul kebutuhannya
- Klien tampak terpasang
O2
- Klien tampak sesak
- Klien tampak batuk
berdahak
- Tidak tampak sianosis
- TTV :
N = 112x/menit
R = 45x/menit
Suhu : 38 oC
- Klien tampak rewel

IMPLEMENTASI

Tanggal Kode DX Jam Tindakan keperawatan dan Hasil

Kamis 1 11.00 1. Operan dinas


46

04-04-2019 2. Mengobservasi TTV


Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 44x/menit, Suhu = 38,0 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Menganjurkan kompres jika klien demam pada orangtuanya
Respon : Orangtua klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Orangtua klien mengatakan akan mengompres anaknya jika demam.
6. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
7. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
47

8. Berkolaborasi pemeriksaan laboraturium


Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien mau untuk diambil darah
9. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
10. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
11. Operan dinas

Kamis 1 14.00 1. Operan dinas


04-04-2019 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 44x/menit, Suhu = 37,6 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
48

Respon : Klien dapat diajak bekerjasama


Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Menganjurkan kompres jika klien demam pada orangtuanya
Respon : Orangtua klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Orangtua klien mengatakan akan mengompres anaknya jika demam.
6. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
7. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
9. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
49

3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
10. Operan dinas

Kamis 1 20.00 1. Operan dinas


04-04-2019 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 45x/menit, Suhu = 36,6 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Menganjurkan kompres jika klien demam pada orangtuanya
50

Respon : Orangtua klien dapat diajak bekerjasama


Hasil : Orangtua klien mengatakan akan mengompres anaknya jika demam.
6. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
7. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
9. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
10. Operan dinas
51

Jum’at 1. Operan dinas


05-04-2019 1 08.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 112 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 36,3 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
52

Respon : Klien dapat diajak bekerjasama


Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas

Jum’at 1. Operan dinas


05-04-2019 1 14.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 44x/menit, Suhu = 36,7 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
53

= 15.
5. Menganjurkan kompres jika klien demam pada orangtuanya
Respon : Orangtua klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Orangtua klien mengatakan akan mengompres anaknya jika demam.
6. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
7. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
9. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
54

10. Operan dinas

Jum’at 1. Operan dinas


05-04-2019 1 20.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 36,5 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
55

8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas

Sabtu 1. Operan dinas


06-04-2019 1 08.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 112 x/menit, RR = 42x/menit, Suhu = 35,2 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
56

Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas
57

Sabtu 1. Operan dinas


06-04-2019 1 14.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 41x/menit, Suhu = 36,4 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Ada suara nafas tambahan ronchi +/+
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
58

Respon : Klien dapat diajak bekerjasama


Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas

Sabtu 1. Operan dinas


06-04-2019 1 20.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 112 x/menit, RR = 42x/menit, Suhu = 36,3 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
59

= 15, akral hangat.


5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian O2 2 lpm
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas

Minggu 1. Operan dinas


60

07-04-2019 1 08.00 2. Mengobservasi TTV


Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 100 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 35,8 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15, akral hangat.
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian O2 1 lpm
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
61

Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi


8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas

Minggu 1. Operan dinas


07-04-2019 1 14.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 100 x/menit, RR = 40x/menit, Suhu = 36,5 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
62

5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan


Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian O2 1 lpm
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien dapat bernafas dengan baik.
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
8. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
9. Operan dinas

Minggu 1. Operan dinas


07-04-2019 1 20.00 2. Mengobservasi TTV
63

Respon : Klien dapat diajak bekerjasama


Hasil : N = 100 x/menit, RR = 35x/menit, Suhu = 36,5 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Mengidentifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien akan mendapatkan terapi sesuai advis dokter
6. Berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Klien sudah diberikan nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi
7. Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV /
3 x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
Respon : Klien mau diberikan injeksi obat dan klien tampak meringis ketika di berikan injeksi
64

IV
Hasil : Klien sudah diberikan obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3 x, dexa
methasone 4 mg IV / 3 x via IV Chateter.
8. Operan dinas

Senin 1. Operan dinas


08-04-2019 1 08.00 2. Mengobservasi TTV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : N = 110 x/menit, RR = 33x/menit, Suhu = 36,2 oC
3. Memonitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
Respon : Klien dapat diajak bekerjasama
Hasil : Tetesan infus menetes dengan baik
4. Melihat keadaan umum klien
Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas
Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
5. Operan dinas

Sabtu 1. Operan dinas


08-04-2019 1 16.00 2. Melihat keadaan umum klien
65

Respon : Orangtua klien mengatakan klien masih lemas


Hasil : Keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5
= 15.
66

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/ Waktu Masalah S.O.A.P


Tanggal

Kamis 11.00 Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan anaknya sesak


04-04-2019 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 44x/menit, Suhu = 38,0 oC, infusan terpasang, infusan terpasang,
klien terlihat sesak, keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4,
M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
67

Kamis 14.00 Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya masih ada
04-04-2019 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 44x/menit, Suhu = 37,6 oC, infusan terpasang, infusan terpasang,
klien terlihat sesak, keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4,
M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Kamis 20.00 Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak


04-04-2019 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 45x/menit, Suhu = 36,6 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
68

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Jum’at Ketidakefektifan S : Keluarga klien mengatakan sesak klien masih ada


05-04-2019 08.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 112 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 36,3 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.
69

Jum’at Ketidakefektifan S : Keluarga klien mengatakan sesak klien masih ada


05-04-2019 14.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 44x/menit, Suhu = 36,7 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Jum’at Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak


05-04-2019 20.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 36,5 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


70

- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV


- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Sabtu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya masih ada


06-04-2019 08.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 112 x/menit, RR = 42x/menit, Suhu = 35,2 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Sabtu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya masih ada


71

06-04-2019 14.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 41x/menit, Suhu = 36,4 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian O2 2 lpm
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Sabtu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya masih ada


06-04-2019 20.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 112 x/menit, RR = 42x/menit, Suhu = 36,3 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, Keadaan umum klien terlihat lemah,
kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15, akral hangat.
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
72

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian O2 1 lpm
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Minggu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya batuk dan masih sesak
07-04-2019 08.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 100 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 35,8 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian O2 1 lpm
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
73

- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3


x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Minggu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya batuk dan masih sesak
07-04-2019 14.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 100 x/menit, RR = 40x/menit, Suhu = 36,5 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Minggu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan batuk anaknya berkurang


07-04-2019 20.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 100 x/menit, RR = 35x/menit, Suhu = 36,5 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
74

P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV

Senin 08.00 Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan batuk dan sesak anaknya berkurang
08-04-2019 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 33x/menit, Suhu = 36,2 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien

Sabtu Ketidakefektifan S : Ibu klien mengatakan batuk dan sesak anaknya berkurang
08-04-2019 16.00 bersihan jalan nafas O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 33x/menit, Suhu = 36,2 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas sudah teratasi
P : Hentikan intervensi
75

VIII. Catatan Perkembangan


Nama Klien : An. W
No. Rekam Medik : 660144
Ruang Rawat : 1 bed 2 Kelas III (Kenanga)
KODE
Hari/ Tanggal JAM S.O.A.P
Dx

Kamis 1 20.00 S : Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak


04-04-2019 O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 45x/menit, Suhu = 36,6 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
76

x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Jum’at 1 20.00 S : Ibu klien mengatakan anaknya masih sesak


05-04-2019 O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 43x/menit, Suhu = 36,5 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Sabtu 1 20.00 S : Ibu klien mengatakan sesak anaknya masih ada


06-04-2019 O : TTV ; N = 112 x/menit, RR = 42x/menit, Suhu = 36,3 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, Keadaan umum klien terlihat lemah,
77

kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15, akral hangat.


A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


- Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV
- Kolaborasi dengan dokter pemberian O2 1 lpm
- Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi nebulisasi ½ amp Combivent inhalasi / 3 x setiap
8 jam
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat cefotaxime 300 mg IV / 3 x, amikasin 30 mg IV / 3
x, dexa methasone 4 mg IV / 3 x.

Minggu 1 20.00 S : Ibu klien mengatakan batuk anaknya berkurang


07-04-2019 O : TTV ; N = 100 x/menit, RR = 35x/menit, Suhu = 36,5 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

- Observasi TTV dan keluhan klien


78

Monitor tetesan infus RL untuk 20 tpm / mikro IV

Sabtu 16.00 S : Ibu klien mengatakan batuk dan sesak anaknya berkurang
08-04-2019 O : TTV ; N = 110 x/menit, RR = 33x/menit, Suhu = 36,2 oC, infusan terpasang, klien terlihat sesak,
1 keadaan umum klien terlihat lemah, kesadaran compos mentis, GCS E : 4, M : 6, V : 5 = 15
A : Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas sudah teratasi
P : Hentikan intervensi
79

DISCHARGE PLANNING

1. Minum banyak air putih.


2. Hindari iritan / allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap
rokok.
3. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang mengandung
nutrisi seimbang, cukup istirahat.
4. Jika penyakit bertambah parah segera berkonsultasi dengan dokter.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai


pola penyebaran berbercak, teratur dalam salah satu atau lebih area
terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan
di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002)
Pemeriksaan Diagnostik yang biasanya dilakukan antara lain: Pemeriksaan
fisik, pemeriksaan laboraturium seperti pemeriksaan darah, pemeriksaan
radiologi seperti rontgenogram thoraks.

B. Saran
1. Petugas Kesehatan

Dengan adanya penulisan Asuhan Keperawatan pada pasien anak

bronchopneumonia ini disarankan petugas kesehatan lebih peka dengan

masalah kesehatan yang diderita pasien dan memberikan pelayanan yang

terbaik pada setiap pasien di Rumah Sakit dari awal pasien masuk sampai

pasien pulang.

2. Mahasiswa

Diharapkan mampu memahami tentang pengelolahan Asuhan Keperawatan

pada pasien anak bronchopneumonia dari mulai tahap pengkajian hingga

ke tahap akhir evaluasi.

3. Instutusi

80
81

Diharapkan dapat memberikan penjelasan yang lebih luas tentang Asuhan

keperawatan dan lebih banyak menyediakan referensi-referensi buku

tentang kasus-kasus beserta asuhannya salah satunya tentang kasus

penyakit yang penulis angkat yaitu tentang bronchopneumonia.


82

LAMPIRAN- LAMPIRAN
83

SATUAN ACARA PENYULUHAN BRONCHOPNEUMONIA

Masalah : Kurangnya pengetahuan klien tentang pencegahan


penyakit bronchopneumonia
Pokok Bahasan : Bronchopneumonia
Sub Pokok Bahasan : Bronchopneumonia dan pencegahannya
Sasaran : Keluarga
Waktu : 15 Menit
Pertemuan Ke : 1 (pertama)
Tanggal : 04 April 2019
Tempat : Di Ruang Kenanga Rsud Soreang Kabupaten Bandung

1. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu memahami tentang
pencegahanpenyakit bronchopneumonia.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Menyebutkan pengertian bronchopneumonia
2. Menyebutkan tanda dan gejala bronchopneumonia
3. Menyebutkan penyebab bronchopneumonia
4. Menyebukan pencegahan bronchopneumonia

3. Pokok Materi
1. Pengertian bronchopneumonia
2. Tanda dan gejala bronchopneumonia
3. Penyebab bronchopneumonia
4. Pencegahan bronchopneumonia

4. Media Dan Sumber


 Media : Leaflet
 Sumber :
- Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-
Noc, Edisi Revisi Jilid 1, Januari 2015, Penerbit Mediaction
84

- https://www.alodokter.com/kenali-bronkopneumonia-pada-anak-dan-cara-
mencegahnya
- http://gizi.depkes.go.id/download/pedoman%20gizi/pgs%20ok.pdf?opwvc=1
- https://www.alodokter.com/komunitas/topic/pantangan-makanan-pneumonia

5. Metode
Ceramah, tanya jawab

6. Kegiatan Belajar Mengajar


Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Kontrak waktu
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan
1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan pokok bahasan 3. Memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
2 7 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian 1. Mendengarkan dan
bronchopneumonia memperhatikan
2. Menjelaskan tanda dan gejala 2. Mendengarkan dan
bronchopneumonia memperhatikan
3. Menjelaskan penyebab 3. Mendengarkan dan
bronchopneumonia memperhatikan
4. Menjelaskan pencegahan 4. Mendengarkan, memperhatikan
bronchopneumonia bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan
3 3 menit Evaluasi
1. Sebutkan pengertian 1. Menjawab pertanyaan
bronchopneumonia
2. Sebutkan tanda dan gejala 2. Menjawab pertanyaan
bronchopneumonia
3. Sebutkan penyebab 3. Menjawab pertanyaan
bronchopneumonia
4. Sebutkan pencegahan
4. Menjawab pertanyaan
85

bronchopneumonia
4 2 menit Terminasi
1. Mengucapkan terimakasih atas 1. Mendengarkan
peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam penutup 2. Menjawab salam

Lampiran Materi

A. Pengertian
Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam salah satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002)

B. Tanda dan Gejala

Beberapa gejala bronkopnumonia pada anak:

 Batuk berdahak
 Demam
 Sesak nafas atau naeas menjadi cepat
 Menggigil
 Dada terasa sakit
 Rewel atau sulit untuk tidur
 Kehilangan nafsu makan
 Gelisah
 Muntah
 Wajah terlihat pucat
 Perubahan warna di bagian bibir dan kuku yang menjadi kebiruan
 Mengi
86

C. Penyebab

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,


protozoa, mikobakteri, mikoiplasma dan riketsia. (Sandra M. Nettiria) antara
lain :

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.


2. Virus : Legionella Pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-
paru
5. Terjadi karen kongesti paru yang lama.

D. Pencegahan
Berikut beberapa langkah sederhana untuk mencegah brokopneumonia pada anak,
seperti:
1. Minum banyak air putih.
2. Usahakan untuk selalu menjaga kebersihan tangan anak untuk mengurangi
penularan penyakit.
3. Hindari iritan / allergen yang dapat memperparah penyakit seperti asap rokok.
4. Tingkatkan imunitas tubuh dengan makan makanan yang mengandung nutrisi
seimbang, cukup istirahat.
5. Jika penyakit bertambah parah segera berkonsultasi dengan dokter.
Nutrisi seimbang yang bagus untuk penderita bronchopneumonia
1) Buah dan sayuran berwarna-warni
Buah-buahan dan sayuran yang berwarna cerah dan beragam adalah
sumber antioksidan yang akan membantu tubuh melawan infeksi dan
penyakit. Meningkatkan asupan diet ini juga dapat membantu mencegah
komplikasi infeksi.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Public Health Nutrition pada 2010
yang melibatkan 1.034 wanita menunjukkan bahwa wanita yang
mengonsumsi diet kaya buah-buahan dan sayuran tidak mudah
mengembangkan infeksi saluran pernapasan, seperti pneumonia, selama
kehamilan.
87

2) Makanan dari biji-bijian utuh


Makanan dari biji-bijian utuh (whole grain) memberikan karbohidrat,
sumber bahan bakar utama tubuh, serta sejumlah vitamin, mineral dan
antioksidan dalam jumlah yang tinggi. Vitamin B dalam biji-bijian
memainkan peran penting dalam produksi energi dan kontrol suhu tubuh,
yang penting ketika lelah dan demam.
Biji-bijian juga merupakan sumber selenium, yaitu mineral yang
mendukung fungsi sistem kekebalan tubuh. Contoh bahan biji-bijian utuh
meliputi gandum dan beras merah yang bisa dimakan dalam bentuk sereal,
roti dan lainnya.
3) Makanan kaya protein rendah lemak
Protein memainkan peran penting dalam perbaikan jaringan dan fungsi
kekebalan tubuh. Pilih sumber protein rendah lemak jenuh, seperti kacang-
kacangan, daging unggas tanpa kulit dan ikan. Hindari sumber lemak jenuh,
seperti daging merah dan daging olahan yang dapat meningkatkan
peradangan.
Ikan air dingin, seperti salmon dan sarden, memberikan tubuh jumlah
protein dan lemak omega-3 yang tinggi, yang berperan sebagai anti-inflamasi
yang dibutuhkan tubuh.
4) Cairan tambahan
Jaga tubuh tetap berhidrasi dengan baik untuk memulihkan kondisi
bronchopneumonia. The University of Maryland Medical Center
merekomendasikan untuk minum enam sampai sepuluh gelas cairan, seperti
air, jus, kaldu dan teh per hari. Hindari minuman yang dapat memperburuk
kondisi paru-paru dan tubuh secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai