Anda di halaman 1dari 72

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

T YANG MENGALAMI
BRONKOPNEUMONIA DENGAN BERSIHAN JALAN
NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUANG HYASINTA
RS MISI LEBAK

OLEH :
SRI MULYANI
21-1156

RUMAH SAKIT MISI LEBAK


JL. MULTATULI NO. 41 MUARA CIUJUNG BARAT
KECAMATAN RANGKASBITUNG KABUPATEN LEBAK - BANTEN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan Rahmat-Nya yang telah memberikan kesempatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul : “Asuhan Keperawatan Pada An. T Yang
Mengalami Bronkopneumonia Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna,
terdapat banyak hambatan dan rintangan namun semua itu dapat di atasi berkat bantuan
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kesempurnaan makalah ini. Penulis ingin mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
bimbingan, bantuan berupa materi atau moril

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Rangkasbitung, 4 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................................1
1.2. Batasan Masalah..............................................................................................................4
1.3. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
1.4. Tujuan..............................................................................................................................4
1.5. Manfaat............................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Medis..................................................................................................................6
2.1.1. Definisi..............................................................................................................6
2.1.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan...............................................................6
2.1.3. Etiologi............................................................................................................10
2.1.4. Patofisiologi....................................................................................................10
2.1.5. Pathway...........................................................................................................14
2.1.6. Manifestasi Klinik...........................................................................................15
2.1.7. Komplikasi......................................................................................................15
2.1.8. Test Diagnostik...............................................................................................16
2.1.9. Penatalaksanaan..............................................................................................16
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan.......................................................................................18
2.2.1. Pengkajian.......................................................................................................18
2.2.2. Diagnosa Keperawatan....................................................................................21
2.2.3. Rencana Keperawatan.....................................................................................22
2.2.4. Implementasi Keperawatan.............................................................................25
2.2.5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................................25
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Pengkajian.....................................................................................................................27
3.2. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................42
3.3. Rencana Keperawatan...................................................................................................42
3.4. Implementasi Keperawatan...........................................................................................46
3.5. Evaluasi Keperawatan...................................................................................................46

ii
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan...................................................................................................................68
4.2. Saran..............................................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernafasan yang terjadi
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak dan bayi. Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu
akan menderita bronkopneumonia berulang atau bahkan anak tersebut bisa tidak
mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Jika bronkopneumonia
terlambat ditangani atau tidak diberikan antibiotik secara cepat akan
menimbulkan komplikasi seperti emfisema, otitis media akut dan lain
sebagainya (Maharani, 2018). Bronkopneumonia merupakan salah satu bagian
dari penyakit pneumonia. Bronkopneumonia juga merupakan penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian pada anak, terutama pada negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Proses peradangan dari proses penyakit
bronkopneumonia mengakibatkan produksi secret meningkat sampai
menimbulkan manifestasi klinis yang ada sehingga muncul masalah. Salah satu
masalah tersebut adalah Bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan nafas
tidak efektif merupakan masalah utama yang selalu muncul pada pasien dengan
bronkopneumonia. Karena pada umumnya pasien mengalami batuk.
Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000
hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia.
Bahkan, United Nations Children`s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan
bahwa bronkopnuemonia sebagai penyebab kematian tertinggi pada anak balita,
melebihi penyakit-penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired
Immunodeficiency syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia
setidaknya membunuh 808.694 anak dibawah usia 5 tahun (WHO, 2019).
Diindonesia sendiri, prevalensi penyakit Bronkopneumonia pada tahun 2013
sebesar 4,5%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018, ada lima provinsi
yang mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi yaitu DKI Jakarta
(95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten
(67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%). Sedangkan Prevalensi di
Kalimantan Timur yaitu (29,02%). Insiden penyakit bronkopneumonia pada

1
negara berkembang termasuk Indonesia hampir 30% terjadi pada anak-anak
dibawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi (Kemenkes RI,
2015).
Dalam Profil Kesehatan Provinsi Banten, kasus penyakit
bronkopneumonia sebanyak 20.475, sementara pada tahun 2010 kasus
bronkopnemonia pada balita di provinsi Banten ditemukan sebanyak 35.767
dengan yang ditangani 16.639 (46,5%) (Profil Kesehatan Provinsi Banten,
2011). Data yang di dapatkan di Rumah Sakit Misi Lebak, tercatat adanya 877
pasien dari bulan Januari sampai Desember 2021 yang mengalami penyakit
bronkopneumonia (Sumber dari Rumah Sakit Misi Kabupaten Lebak, 2021).
Virus dan bakteri dapat menyebar lewat batuk, bersin atau kontak dengan
kuman yang terdapat pada alat-alat atau tisu bekas. Kuman penyebab
bronkopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru melalui saluran
pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam alveolus ke
alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan pada dinding
bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya, yang kemudian proses
radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar secara progresif ke
perifer sampai seluruh lobus (Ridha, 2014).
Masalah yang sering muncul pada anak yang mengalami
bronkopneumonia yang dirawat di rumah sakit yaitu distress pernafasan yang
ditandai dengan nafas cepat, retraksi dinding dada, nafas cuping hidung, dan
disertai stidor. Distress pernafasan merupakan kompensasi tubuh terhadap
kekurangan oksigen karena konsentrasi oksigen yang rendah. Penurunan
konsentrasi oksigen ke jaringan sering disebabkan karena adanya obstruksi jalan
nafas atas atau bawah pada anak dengan bronkopneumonia yaitu karena
peningkatan produksi sekret sebagai salah satu manifestasi adanya inflamasi
pada saluran napas (Hockenberry, 2012). Melihat keluhan yang tampak pada
anak dengan bronkopneumonia seperti adanya retraksi dinding dada, frekuensi
nafas yang cepat, adanya suara nafas tambahan, belum mampu batuk efektif
menimbulkan masalah bersihan pada jalan nafasnya (Paramanindi, 2014). Anak
sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan
cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak

2
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula
kering kemudian menjadi produktif. Pada perkusi sering ditemukan kelainan dan
pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus dan
sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada
perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasanpada auskultasi terdengar
mengeras. Kumpulan gejala tersebut mengakibatkan anak mengalami masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dimana anak mengalami
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari seluruh
pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas (Wilkinson, 2011).
Peran perawat dalam pemberi asuhan keperawatan adalah dengan
melakukan penatalaksanaan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif yaitu dengan manajemen Jalan Nafas, peningkatan batuk dan pemantauan
pernafasan. Manajemen jalan nafas antara lain dengan membantu anak dengan
memberikan posisi untuk memaksimal ventilasi dengan memberikan bantalan
pada kepala atau posisi digendong, memberikan fisioterapi dada seperti clapping
dada, memberikan dan mengatur oksigen, auskultasi suara nafas dan mencatat
area terdapatnya penurunan suara nafas, memberikan bronkodilator dan
nebulizer (Wilkinson, 2011).
Selain itu upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah diatas
yaitu dengan menggunakan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Promotif yaitu dengan memberikan edukasi kepada orang tua untuk
dapat melakukan upaya pencegahan ulang di rumah. Preventif yaitu dengan
memberikan nutrisi yang baik dan menjauhkan anak dari pajanan asap rokok.
Kuratif yaitu dengan cara melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat-obatan seperti halnya inhalasi combiven dan injeksi ceftriaxon.
Sedangkan dalam upaya rehabilitatif yaitu perawat menganjurkan untuk
melakukan rehabilitasi fisik atau pengistirahatan sejenak untuk memaksimalkan
proses penyembuhan dan membiasakan untuk menjalani pola hidup yang baik
dan sehat (Aini, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
“Asuhan Keperawatan Pada An. T Yang Mengalami Bronkopneumonia Dengan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Ruang Hyasinta RS Misi Lebak”.

3
1.2. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi Asuhan Keperawatan Pada An. T
Yang Mengalami Bronkopneumonia Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
di Ruang Hyasinta RS Misi Lebak.
1.3. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada An. T Yang Mengalami
Bronkopneumonia Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak?
1.4. Tujuan
1.4.1. Tujuan Umum
Tujuannya adalah melaksanakan Asuhan Keperawatan Pada An. T
Yang Mengalami Bronkopneumonia Dengan Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif di Ruang Hyasinta RS Misi Lebak.
1.4.2. Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian keperawatan pasien yang mengalami
bronkopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak.
2) Menetapkan diagnosa keperawatan pasien yang mengalami
bronkopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak.
3) Menyusun perencanaan keperawatan pasien yang mengalami
bronkopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak.
4) Melaksanakan tindakan keperawatan pasien yang mengalami
bronkopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak.
5) Melakukan evaluasi keperawatan pasien yang mengalami
bronkopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di Ruang
Hyasinta RS Misi Lebak.

4
1.5. Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi serta dapat dijadikan pedoman untuk
pengembangan ilmu asuhan keperawatan pasien dengan
bronkopneumonia.
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Perawat
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam proses kegiatan
asuhan keperawatan dalam melaksanakan pelayanan keperawatan
dengan bronkopneumonia.
2) Bagi Rumah Sakit
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan serta
sebagai bahan rujukan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya
pada asuhan keperawatan pasien dengan bronkopneumonia.
3) Bagi Pasien
Dapat digunakan untuk menambah pengetahuan pasien atau
keluarga pasien tentang penyakit bronkopneumonia, tanda dan gejala
bronkopnemonia dan tindakan atau penatalaksanaan yang harus
dilakukan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Medis


2.1.1. Definisi
“Bronkopneumonia adalah radang pada paru-paru yang mempunyai
penyebaran bercak-bercak, teratur dalam area-area atau lebih yang
berlokasi di dalam bronki dan meluas ke parenkim paru (Wijayaningsih,
2013).”
“Bronkopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru
yang meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang
terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui
saluran pernafasan atau melalui hematogen sampai ke bronkus (Budi,
2017).”
“Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang
ditandai dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, nafas cepat
dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Maharani,
2018).”
Penulis dapat menyimpulkan bahwa bronkopneumonia merupakan
peradangan yang terjadi pada paru-paru yang bisa di sebabkan oleh
baktri, jamur, virus atau benda asing lainnya yang ditandai dengan
adanya bercak-bercak infiltrat, demam tinggi, gelisah, dispnea, napas
cepat dan dangkal (terdengar adanya ronkhi), muntah, diare, batuk kering
dan produktif.
2.1.2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Menurut James (2018) bagian-bagian sistem pernafasan yaitu
Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina, bronchus principalis, bronchus
lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus terminalis, bronchiolus
respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli. Terdapat
Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus
inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.

6
Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior
dan lobus media, sedangkan fissura oblique membagi lobus media
dengan lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang
membagi lobus superior dan lobus inferior. Pembungkus paru (pleura)
terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis (dalam), diantara 2
lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura).
a) Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior
yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang
rawan. Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea
besar dan rambut. Terdapat epitel respirasi: epitel berlapis silindris
bersilia bersel goblet dan mengandung sel basal. Didalamnya ada
konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria pada
mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh
darah.
b) Alat penghidu
Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet,
dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis
sel: sel penyokong, sel basal dan sel olfaktoris.
c) Sinus paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang
tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus:
maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.
d) Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan
menyatu dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke
oesophagus. Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3
rongga : nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Mukosa pada
nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan orofaring dan
laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak
memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung
serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat

7
interstisiel. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel berlapis
gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
e) Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm.
Terletak antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang
rawan tiroid dan krikoid. Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada
tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring pada tulang tiroid
dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring merupakan
epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak
ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup
trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita
suara palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah
diantara pita suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat
mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat,
otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan
Inferior. Inervasi: N Laringealis superior. [4] 6. Trakea Tersusun atas
16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa,
epitel bersilia, jaringan limfoid dan kelenjar.
f) Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama.
Bronki primer bercabang menjadi bronki lobar, bronki segmental,
bronki subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan trakea
hanya cincin berupa lempeng tulang rawan tidak teratur. Makin ke
distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental hilang sama
sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun
atas lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan
banyak sel goblet dan kelenjar submukosa. Lamina propria : serat
retikular, elastin, limfosit, sel mast, eosinofil.
g) Bronchiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang
rawan, tidak mengandung kelenjar submukosa. Otot polos

8
bercampur dengan jaringan ikat longgar. 8 Epitel kuboid bersilia dan
sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak
mengandung sel goblet.
h) Bronchiolus respiratorius
Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru.
Lapisan : epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung
kantong tipis (alveoli).
i) Duktus alveolaris
Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat
alveoli bermuara.
j) Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat
terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan
udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat
poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan elastis
halus.
Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng (sel alveolar tipe I), sel alveolar
besar (sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng (tipe I) jumlahnya
hanya 10%, menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe
II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng
terletak di dekat septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat,
ditutupi mikrovili pendek, permukaan licin, memilki badan berlamel.
Sel alveolar besar menghasilkan surfaktan pulmonar. Surfaktan ini
fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi.
Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung
serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis
diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar
disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma sel ini terisi
badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel
lainnya.

9
k) Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung
serat elastin, fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut
pleura viseral, yang melekat pada dinding toraks disebut pleura
parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe.
Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.
2.1.3. Etiologi
Penyebab tersering bronkopneumonia pada anak adalah
pneumokokus sedang penyebab lainnya antara lain: streptococcus
pneumoniae, stapilokokus aureus, haemophillis influenzae, jamur (seperti
candida albicans) dan virus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan
staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius dan sangat
progresif dengan mortalitas tinggi. Sedangkan virus yang sering
menyerang penyakit ini adalah respiratorik syncytial virus. Penyebab lain
yang jarang terjadi adalah mykoplasma, aspirasi benda asing, dan jamur
(Marni, 2014).
Terjadinya bronkopneumonia bermula dari adanya peradangan paru
yang terjadi pada jaringan paru atau alveoli yang biasanya didahului oleh
infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Faktor
penyebab utama adalah: bakteri, jamur, virus, dan benda asing (Ridha,
2014).
2.1.4. Patofisologi
Bakteri masuk kedalam jaringan paru- paru melalui saluran
pernafasan dari atas untuk mencapai bronchiolus dan kemudian alveolus
sekitarnya. Kelainan yang timbul berupa bercak konsolidasi yang
tersebar pada kedua paru- paru, lebih banyak pada bagian basal
(Rusdianti, 2019).
Bronkopneumonia dapat terjadi akibat inhalasi mikroba yang ada di
udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen
dari fokus infeksi jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas
masuk ke bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan hebat
dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan

10
jaringan interstitial. Kuman pneumokokus dapat meluas melalui porus
kohn dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami
perembesan dan beberapa leukosit dari kepiler paru- paru. Alveoli dan
septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin
serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar.
Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal dan berwarna merah. Pada
tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit
dan relatif sedikit eritrosit. Kuman pneumokokus di fagositosis oleh
leukosit dan sewaktu resolusi berlangsung, makrofag masuk kedalam
alveoli dan menelan leukosit bersama kuman pneumokokus di dalamnya.
Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu- abu dan tampak berwarna abu-
abu kekuningan. Secara perlahan- lahan sel darah merah yang mati dan
eksudat fibrin di buang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru
menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuan dalam pertukaran
gas (Rusdianti, 2019).
Bakteri penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam jaringan
paru-paru melalui saluran pernafasan atas ke bronchioles, kemudian
kuman masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn,
sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronkhiolus dan
alveolus sekitarnya. Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada
hilus paru yang menyebar secara progresif ke perifer sampai seluruh
lobus (Ridha, 2014).
Akan tetapi apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung
dengan baik maka setelah edema dan terdapatnya eksudat pada alveolus
maka membran dari alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat
mengakibatkan gangguan proses diffusi osmosis oksigen pada alveolus.
Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen
yang dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis penderita
mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada
alveolus juga dapat mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru,
selain dapat berakibat penurunan kemampuan mengambil oksigen dari
luar juga mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Penderita akan

11
berusaha melawan tingginya tekanan tersebut menggunakan otot- otot
bantu pernafasan (otot interkosta) yang dapat menimbulkan peningkatan
retraksi dada (Rusdianti, 2019).
Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel)
mikroorganisme yang terdapat didalam paru dapat menyebar ke bronkus.
Setelah terjadi fase peradangan lumen bronkus bersebukan sel radang
akut, terisi eksudat (nanah) dan sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya
penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang banyak pada saat awal
peradangan dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat fibrinosa.
Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan
nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu organisme eksudat
dapat terjadi karena absorbsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-
mula encer dan keruh, mengandung banyak kuman penyebab
(streptokokus, virus, dan lain- lain). Selanjutnya eksudat berubah menjadi
purulen, dan menyebabkan sumbatan pada lumen bronkus. Sumbatan
tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar sehingga penderita
mengalami sesak nafas (Rusdianti, 2019).
Terdapatnya peradangan pada bronkus dan paru juga akan
mengakibatkan peningkatan produksi mukosa dan peningkatan gerakan
silia pada lumen bronkus sehingga timbul peningkatan reflek batuk
(Rusdianti, 2019).
Perjalanan patofisiologi diatas bisa berlangsung sebaliknya yaitu
didahului dulu dengan infeksi pada bronkus kemudian berkembang
menjadi infeksi pada paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun,
terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau jalan nafas. Pneumatokel
atau abses-abses kecil sering disebabkan oleh streptokokus Aureus pada
neonatus atau bayi kecil karena Streptokokus Aureus menghasilkan
berbagai toksin dan enzim seperti hemolizin, leukosidin, stafilokinase,
dan koagulase. Toksin dan enxim ini menyebabkan nekrosis, perdarahan
dan kavitasi, koagulase berinteraksi dengan faktor plasma dan
menghasilkan bahan aktif yang mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin
hingga terjadi eksudat fibrinopurulen.

12
Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme dalam suatu mahluk
hidup yang melindunginya terhadap infeksi dengan mengidentifkasi dan
membunuh substansi patogen. Sistem ini dapat mendeteksi bahan
patogen, mulai dari virus sampai parasit dan cacing serta
membedakannya dari sel dan jaringan normal. Pembuluh limfe dan
kelenjar limfe merupakan bagian dari sistem sirkulasi khusus yang
membawa cairan limfe, suatu cairan transparan yang berisi sel darah
putih terutama limfosit. Cairan limfe membasahi jaringan tubuh,
sementara pembuluh limf mengumpulkan cairan limfe serta
membawanya kembali ke sirkulasi darah. Kelenjar limfe berisi jala
pembuluh limfe dan menyediakan media bagi sel sistem imun untuk
mempertahankan tubuh terhadap agen penyerang. Limfe juga merupakan
media dan tempat bagi sel sistem imun memerangi benda asing. Sel imun
dan molekul asing memasuki kelenjar limfe melalui pembuluh darah atau
pembuluh limfe. Semua sel imun keluar dari sistem limfatik dan akhirnya
kembali ke aliran darah. Begitu berada dalam aliran darah, sel sistem
imun, yaitu limfosit dibawa ke jaringan di seluruh tubuh, bekerja sebagai
suatu pusat penjagaan terhadap antigen asing (Sudiono, 2014).

13
2.1.5. Pathway

Penyebab (virus, bakteri, jamur)

Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di Kuman Terbawa ke Infeksi Saluran


Bronkus Saluran Cerna Pernafasan Bawah

Proses peradangan Infeksi Saluran Cerna Dilatasi Peradangan


pembuluh

Akumulasi Sekret di Peningkatan Flora Eksudat masuk Peningkatan


Bronkus Normal di Usus alveoli suhu tubuh

Mobilisasi Mukus di Peristaltik Usus Gangguan Hipertermia


Yang terganggu Bronkus Meningkat difusi gas

Batuk Tidak Bau mulut Malabsorps Analisis gas Hipoksi


efektif tidak sedap darah <
i a

Bersihan Jalan Anoreksia Diare Gangguan Fatique


Nafas Tidak Pertukaran gas

Intake menurun Gangguan Keseimbangan Intoleransi


Cairan Tubuh Aktivitas

Berat badan menurun

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Sumber :
Ngemba (2015)

14
2.1.6. Manifestasi Klinik
Menurut Wulandari & Erawati (2016) manifestasi klinik dari
bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
1) Biasanya di dahului infeksi traktus respiratori atas
2) Demam (39˚C –40˚C) kadang di sertai kejang
3) Takipneu (25-45/ menit) dan dispnea.
4) Gelisah karna adanya nyeri dada yang terasa di tusuk – tusuk, yang
dicetuskan oleh pernapasan dan batuk.
5) Pernafasan kusmaul disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis
sekitar hidung dan mulut.
6) Terdapat suara nafas tambahan seperti ronchi dan wheezing
7) Sianosis ditandai dengan dasar warna kuku berwarna ungu
8) Fatigue karena gangguan difusi gas dan hipoksia
9) Gangguan sistem percernaan diare dan muntah
10) Obtruksi bronkiolus oleh mukus yang berlebih sehingga terjadi
atelectasis absorbsi
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi Bronkopneumonia menurut Wulandari & Endawati (2016)
adalah :
1) Abses paru
Penumpukan pus dalam paru yang meradang.
2) Atelektakis
Pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolops paru akibat
kurangnya mobilisasi reflek batuk hilang, apabila penumpukan
secret mengakibatkan kurangnya perkembangan paru-paru.
3) Empisema
Terkumpulnya nanah dalam rongga pleura di suatu tempat atau
seluruh rongga pleura.
4) Endocarditis
Adanya peradangan pada katub endocardial.
5) Infeksi sistemik
6) Menigitis

15
Infeksi yang menyerang selaput otak.
2.1.8. Test Diagnostik
Menurut Nurarif & Kusuma (2015)
1) Foto thoraks, terdapat bercak bercak infiltrat pada satu atau beberap
alobus.
2) Gas Darah Arteri (GDA) bisa menunjukan asidosis metabolik
dengan atau tanpa retensi CO2
3) Leukosit 15.000 – 40.000 mm3
4) Laju Endap Darah (LED) meningkat karna terjadi infeksi
5) Bilirubin mungkin meningkat
6) Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
7) Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia.
8) WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 mm3
2.1.9. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan keperawatan
Menurut Budi (2017) penatalaksanaan keperawatan dalam hal ini
yang di lakukan adalah :
a) Menjaga kelancaran pernafasan
b) Klien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis
karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam
bronkus atau paru. Agar klien dapat bernafas secara lancar, lendir
teersebut harus di keluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2
perlu di bantu dengan memberikan O2.
c) Kebutuhan istirahat
Klien pneumonia adalah klien yang suhu tubuhnya tinggi, sering
hiperpireksia maka klien perlu istirahat yang cukup, semua
kebutuhan klien harus di tolong di tempat tidur. Usahakan
pemberian obat secara tepat, usahakan keadaan tenang dan
nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik- baiknya.
d) Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa

16
hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan
dehidarsi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori di
pasang infuse dengan cairan glukosa 5% dan Nacl 0,9%.
e) Mengontrol suhu tubuh
Pasien bronkopneumonia sewaku- waktu dapat mengalami
hiperpireksia. Untuk ini maka harus dikontrol suhu tiap jam. Dan
dilakukan kompres serta obat- obatan satu jam setelah di kompres
di cek kembali apakah suhu telah turun
2) Penatalaksanaan Medis
Menurut Maharani (2018) penatalaksanaan medisnya adalah sebagai
berikut :
1) Farmakologi
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi.
Akan tetapi karena hal itu perlu waktu dan klien perlu terapi
secepatnya maka biasanya diberikan antibiotika Prokain 50.000
U/kgBB/hari secara IM, dan Kloramfhenikol 75 mg/kgBB/hari
dalam 4 dosis secara IM/IV atau Ampicilin 100 mg/kgBB/hari
diagi dalam 4 dosis IV dan Gentamicin 5 mg/kgBB/hari secara
IM dalam 2 dosis perhari. Pengobatan ini diteruskan sampai
bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian besar klien jatuh kedalam
asidosis metabolik akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat
diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas darah arteri
(Nurarif & Kusuma, 2015).
2) Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan
cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan
Nacl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan Kcl 10
mEq/500ml/botol infus.
3) Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik
akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi
sesuai dengan hasil analis gas darah arteri. d. Pemberian makanan
enternal bertahap melalui selang nasogastrk pada penderita yang
sudah mengalami perbaikan sesak nafasnya.

17
4) Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan
salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport
mukosilier seperti pemberian terapi nebulizer. Selain bertujuan
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatan
lebar lumen bronkus.
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan
Menurut Susanti (2017) asuhan keperawatan adalah proses atau tahapan
kegiatan dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan
dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang
didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan berdasarkan
kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta
dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan.
2.2.1. Pengkajian
Menurut Wijaya & Putri (2013) :
1) Identitas klien dan keluarga
2) Keluhan utama
Adanya demam, kejang, sesak nafas, batuk produktif, tidak mau
makan, anak rewel dan gelisah, sakit kepala.
3) Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Riwayat kehamilan : penyakit infeksi yang pernah di derita ibu
selama hamil, perawatan ANC, imunisasi, TT.
b) Riwayat persalinan : apakah usia kehamilan cukup, lahir
prematur, bayi kembar, penyakit persalinan, Apgar Score.
4) Riwayat Imunisasi
Kelengkapan imunisasi pada klien, yaitu meliputi :
a) 0-7 Hari : HB0
b) 1 Bulan : BCG, Polio 1
c) 2 Bulan : DPT-HB-Hib 1, Polio 2
d) 3 Bulan : DPT-HB-Hib 2, Polio 3
e) 4 Bulan : DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV

18
f) 9 Bulan : Campak
g) 18 Bulan : DPT-HB-Hib
h) 24 Bulan : Campak
5) Keadaan kesehatan saat ini
Anak lemah, tidak mau makan, sianosis, sesak nafas dan dangkal,
gelisah, ronchi (+), wheezing (+), batuk, demam, sianosis daerah
mulut dan hidung, muntah, diare.
6) Riwayat keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, pneumonia dan penyakit-penyakit
infeksi saluran nafas lainnya.
7) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : tampak lemah, sakit berat
b) Tanda-tanda vital
TD Menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu meningkat,
distress pernafasan sianosis.
c) TB/BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan.
d) Kulit
Tampak pucat,sianosis, biasanya turgor jelek.
e) Kepala
Sakit kepala
f) Mata
Tidak ada yang begitu spesifik
g) Hidung
Nafas cuping hidung, sianosis
h) Mulut
Pucat sianosis, membrane mukosa kering, bibir kering dan pucat
i) Telinga
Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik pada kasus
ini
j) Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid

19
k) Jantung
Pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi bunyi tambahan
l) Paru-paru
Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), ronchi (+),
wheezing (+), sesak nafas istirahat dan bertambah saat beraktifitas
m) Punggung
Tidak ada yang spesifik
n) Abdomen
Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya tidak ada
o) Genetalia
Tidak ada gangguan
p) Ekstremitas
Kelemahan, penurunan aktifitas, sianosis ujung jari dan kaki
q) Neurologis
Terdapat kelemahan otot, tanda refleks spesifik tidak ada
8) Pemeriksaan Penunjang
a) Leukosit (15.000-40.000/m3)
b) Penurunan gas darah arteri
c) Ro. Thorax = infiltrate pada lapangan paru
9) Riwayat Sosial
Siapa pengasuh klien, ineraksi social, kawan bermain, peran ibu,
keyakinan agama/budaya
10) Kebutuhan Dasar
a) Makanan dan minuman
Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual
dan muntah
b) Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, lesu, penurunan aktivitas, banyak berbaring
c) BAK
Tidak begitu terganggu
d) Kenyamanan
Mialgia, sakit kepala

20
e) Hygiene
Penampilan kusut, kurang tenaga
11) Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a) Motorik kasar : setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat
dilihat jadi kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh
b) Motorik halus : gerakan tangan dan jari untuk mengambil benda,
menggenggam, mengambil dengan jari, mengambar, menulis
dihubungkan dengan usia
c) Perkembangan bahasa : mengucap 1 kata merangkai kata sesuai
dengan usia.
12) Data Psikologis
a) Anak Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas
dipengaruhi oleh usia, pengalaman sakit, perpisahan, adannya
support, keseriusan penyakit.
b) Orang tua Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya
dipengaruhi oleh keseriusan ancaman terhadap anaknya,
pengalaman sebelumnya, prosedur medis yang akan dilakukan
pada anaknya, adannya supportif dukungan,agama, kepercayaan
dan adat, pola komunikasi dalam keluarga
2.2.2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Yustiana & Ghofur (2016) diagnosa keperawatan adalah
surat pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan
atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok, dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi
secara pasti untuk menjagastatus kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah, dan merubah.
Menurut SDKI PPNI (2016) Diagnosa Keperawatan meliputi :
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler

21
4) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
5) Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
2.2.3. Rencana Keperawatan
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi keperawatan
adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan, adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit
bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Observasi
nafas tidak efektif keperawatan, maka 1. Identifikasi
diharapkan bersihan kemampuan batuk
jalan napas meningkat 2. Monitor adanya
dengan kriteria hasil : retensi sputum
1. Batuk efektif 3. Monitor tanda dan
2. Produksi sputum gejala infeksi saluran
menurun napas
3. Mengi menurun 4. Monitor pola napas
4. Wheezing menurun (frekuensi, kedalaman,
5. Dispnea menurun usaha napas)
6. Ortopnea menurun 5. Auskultasi bunyi
7. Gelisah menurun napas
8. Frekuensi napas Terapeutik
membaik 1. Atur posisi semi
9. Pola napas membaik fowler atau fowler
2. Berikan minum hangat
3. Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
4. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
3. Anjurkan batuk
dengan kuat langsung
setelah tarik napas
dalam yang ke-3
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,

22
mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
2 Pola Napas Tidak Setelah dilakukan tindakan Observasi
Efektif keperawatan, maka 1. Monitor bunyi napas
diharapkan pola napas 2. Monitor sputum
membaik dengan kriteria 3. Monitor frekuensi,
hasil : irama, kedalaman dan
1. Tekanan ekspirasi upaya napas
mening kat 4. Monitor kemampuan
2. Tekanan inspirasi batuk efektif
meningkat 5. Monitor adanya
3. Dispnea menurun sumbatan jalan napas
4. Penggunaan otot bantu 6. Palpasi kesimetrisan
napas menurun ekspansi paru
5. Frekuensi napas 7. Monitor saturasi
membaik oksigen
6. Kedalaman napas Edukasi
membaik 1. Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk
efektif
3 Gangguan Setelah dilakukan tindakan Observasi
Pertukaran Gas keperawatan, maka 1. Monitor frekuensi,
diharapkan pertukaran gas irama, kedalaman dan
meningkat dengan kriteria upaya napas
hasil : 2. Monitor pola napas
1. Dispnea menurun (seperti bradipnea,
2. Bunyi napas tambahan takipnea,
menurun hiperventilasi,
3. Napas cuping hidung kussmaul, cheyne-
menurun stokes, biot, ataksik)
4. PCO2 membaik 3. Monitor adanya
5. PO2 membaik sumbatan jalan napas
6. Takikardi membaik 4. Auskultasi bunyi
7. Ph arteri membaik napas
5. Monitor saturasi
oksigen
6. Monitor nilai AGD
7. Monitor hasil x-ray
thoraks
8. Monitor kecepatan
aliran oksigen
9. Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik
1. Tetap berikan oksigen
saat pasien
ditransportasi

23
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
2. Kolaborasi
penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau
tidur
4 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan, maka 1. Identifikasi penyebab
termoregulasi membaik hipertermia
dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda
1. Menggigil menurun vital
2. Kulit merah menurun 3. Monitor suhu tubuh
3. Kejang menurun anak tiap dua jam, jika
4. Pucat menurun perlu
5. Takikardi menurun 4. Monitor intake dan
6. Takipnea menurun output cairan
5. Monitor warna dan
suhu kulit
6. Monitor komplikasi
akibat hipertermia
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Tingkatkan asupan
cairan dan nutrisi yang
adekuat
5. Berikan cairan oral
6. Ganti linen setiap hari
jika mengalami
keringat berlebih
7. Lakukan pendinginan
eksternal (mis.
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan
memperbanyak
minum
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberisn
antibiotik, jika perlu
5 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan Observasi

24
keperawantan, maka 1. Identifikasi status
diharapkan status nutrisi
nutrisi membaik dengan 2. Monitor asupan
kriteria hasil : makanan
1. Porsi makanan yang 3. Monitor berat badan
dihabiskan meningkat Terapeutik
2. Diare menurun 1. Berikan makanan
3. Berat badan membaik tinggi serat untuk
4. Indeks Massa Tubuh mencegah konstipasi
(IMT) membaik 2. Berikan makanan
5. Nafsu makan tinggi kalori dan
membaik tinggi protein
3. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
4. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
5. Berikan makanan
sesuai keinginan, jika
memungkinkan
Edukasi
1. Anjurkan orang tua
atau keluarga
membantu memberi
makan
kepada pasien
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori
dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian
antiemetil sebelum
makan, jika perlu

2.2.4. Implementasi Keperawatan


Implementasi Keperawatan menurut Yustiana & Ghofur (2016)
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah statuskesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan yang diberikan kepada
klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki

25
kondisi, pendidikan untuk klien keluarga, atau tindakan untuk mencegah
masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.
2.2.5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan menurut Yustiana & Ghofur (2016)
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna
apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatanmengukur keberhasilan
dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang
menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan
fungsi dan tanda gejala yang spesifik.

26
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Pasien
Nama : An. T
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Kp. Kanaga Jati Rt/Rw. 013/005 Desa.

Warunggunung

No. Medrek : 261524

R. Rawat : Ruang Hyasinta

Dx. Medik : Bronkopnemonia

Tgl. Masuk : 15-12-2022

Tgl Pengkajian : 15-12-2022


Penanggung Jawab :
Nama : Ny. S
Umur : 31 tahun
Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga
Hub. Dengan Pasien : Orang tua
3.1.2. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Orang tua mengatakan anaknya batuk berdahak.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 14 Desember 2022 pukul 23.20 pasien dibawa ke IGD
oleh orang tuanya dengan keluhan sesak nafas di sertai batuk sejak 3

27
hari yang lalu. Demam sejak 3 hari yang lalu, mual dan muntah.
Pada saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD, pasien di
anjurkan untuk dilakukan rawat inap dengan diagnosa medis
sementara yaitu Asma Eksaserbasi Akut + Observasi Febris dan di
rawat inap di ruang hyasinta RS Misi Lebak. Pada saat dilakukan
pengkajian diruangan pada tanggal 15 Desember 2022, orang tua
mengatakan anaknya demam naik turun, sesak nafas disertai dengan
batuk berdahak dan pilek. Dahak sulit dikeluarkan, mual dan muntah
saat batuk. Suara nafas anaknya terdengar grok-grok dan nafasnya
terlihat cepat. Tidak mau makan, nafsu makan menurun dan badan
anaknya lemas. Pasien tampak sesak nafas, batuk berdahak dan
pilek. Badan teraba hangat. Hasil observasi TTV : Suhu 39,1, ºC
Nadi 138 x/menit, RR 62 x/menit dan SpO2 97%.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Orang tua mengatakan anaknya sudah pernah dirawat 3 kali di RS
Misi Lebak karena penyakit yang sama yaitu sesak nafas dan batuk.
Orang tua mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi seperti
alergi pada makanan atau pun obat-obatan.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Orang tua mengatakan bahwa di dalam keluarga nya tidak ada yang
memiliki penyakit keturunan seperti asma, hipertensi jantung,
diabetes dan lain-lain. Orang tua juga mengatakan di dalam keluarga
nya tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti TBC,
hipertensi, HIV dan penyakit lainnya.

28
Genogram :

Keterangan :

Laki-laki Pasien

Perempuan Tinggal Serumah

5) Riwayat Pre Natal


Orang tua mengatakan saat hamil An. T tidak pernah merokok atau
pun meminum minuman yang beralkohol. Orang tua juga
mengatakan selalu minum vitamin dan obat penambah darah saat
hamil, selalu melakukan pemeriksaan rutin ke posyandu setiap
bulan. Ketika hamil sering mengalami keluhan seperti mual dan
muntah sampai usia kandungan 4 bulan dan saat hamil sudah di
imunisasi TT.
6) Riwayat Intra Natal
Orang tua mengatakan melahirkan An. T secara normal dalam usia
kandungan 9 bulan, melahirkan di Puskesmas warunggunung dan
ditolong oleh bidan. Berat badan saat lahir 3,1 kg dengan panjang
badan saat lahir 46 cm.

29
7) Riwayat Post Natal
Orang tua mengatakan melahirkan anaknya dengan usia yang cukup
bulan dan setelah melahirkan sering memeriksakan anaknya ke
bidan. Orang tua juga mengatakan saat setelah melahirkan anaknya
langsung disusui ASI sejak lahir dan selalu merawat tali pusat
sendiri atas petunjuk bidan.
8) Riwayat Imunisasi
Orang tua mengatakan imunisasi yang dilakukan pada An. T sudah
lengkap seperti HB0, BCG, polio, DPT, hepatitis B, HiB dan
campak.
9) Riwayat Tumbuh Kembang
Orang tua mengatakan berat badan saat ini An “T” adalah 11 kg. An.
T berusia 4 tahun. Pada perkembangan motorik kasar An. T tidak
ada keterlambatan, pada perkembangan motorik halus An. T tidak
ada keterlabatan, pada perkembangan kognitif dan bahasa An. T juga
tidak ada keterlambatan.
3.1.3. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Kesadaran
Kualitatif : Compos mentis
Kuantitatif :
R. Motorik :6
R. Bicara :5
R. Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Pasien Sadar penuh
b) SpO2 : 97% (terpasang O2 nasal kanul 1 lpm)
c) Nadi : 138 x/menit
d) Suhu : 39,1 °C
e) Respirasi Rate : 62 x/menit
2) Antropometri
BB : 11 kg

30
TB : 93 cm
IMT (Indeks Masa Tubuh) = 2n + 8
=2x4+8
= 16 (Gizi Baik)
3) Pemeriksaan Sistemiik
a) Sistem Pernafasan
Pada saat di inpeksi hidung tampak simetris, septum hidung
tampak di tengah, terdapat secret, tidak ada peradangan pada
hidung dan terdapat cuping hidung. Bentuk dada tampak simetris
dan tidak terdapat kelainan bentuk dada seperti barrel chest,
funnel chest atau yang lain nya. Saat di palpasi tidak terdapat
edema atau lesi. Pada saat di perkusi batas atas paru di ICS II dan
batas bawah paru di ICS V dan terdengar sonor saat di perkusi.
Saat di auskultasi suara nafas terdengar ronchi dan wheezing.
RR : 62 x/menit.
b) Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
Saat di inspeksi mukosa bibir tampak merah dan kering, tidak
terdapat clubbing finger, tidak terdapat pembesaran kelenjar
getah bening, tidak terdapat distensi vena jugularis dan tidak
terdapat edema. Saat di palpasi akral teraba hangat dan CRT
kembali dalam waktu < 2 detik. Batas atas jantung di ics II linea
sternalis dekstra dan bawah jantung di ics V midclavikularis
sinistra. Bunyi jantung II aorta di ics III linea sternalis kanan, BJ
II pulmonal di ics II-III linea sternalis kiri, BJ I mitral di ics V
midclavikularis kiri, BJ I triskuspidalis di ics IV linea sternalis
kiri. Saat diperkusi suara jantung terdengar pekak serta tidak ada
bunyi jantung tambahan seperti gallop dan murmur. Nadi : 138
x/menit.
c) Sistem Pencernaan
Saat di inspeksi konjungtiva tidak tampak anemis, tidak terdapat
stomatitis, lidah bersih, bentuk perut simetris, tidak terdapat
asites, turgor kulit elastis dan tidak terdapat haemoroid. Saat di

31
auskultasi bising usus 10x/menit. Saat di palpasi tidak terdapat
nyeri tekan dan lepas, tidak terdapat hepatomegali dan
splenomegali. Saat diperkusi terdengar suara timpani pada
abdomen.
d) Sistem Persarafan
Tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS 15. Tes orientasi
pasien dapat mengenal orang. Tidak terdapat kaku kuduk,
ditandai dengan pasien bisa mengekstensikan kepalanya dengan
bebas tanpa terlihat sakit.
e) Sistem Penglihatan
Saat di inspeksi kedua mata tampak simetris, tidak terdapat
peradangan pada konjungtiva, saat di berikan rangsangan cahaya
kedua pupil mengecil / isokor yaitu dengan diameter 2 mm, tidak
terdapat kelainan pada mata. Fungsi penglihatan masih baik, TIO
mata kanan dan kiri sama.
f) Sistem Pendengaran
Saat di inspeksi pinna kanan dan kiri simetris, kanalis tampak
bersih, tidak terdapat serumen. Tidak teraba adanya massa dan
tidak terdapat post articular. Tidak ada nyeri tekan pada mastoid
dan fungsi pendengarn baik.
g) Sistem Perkemihan
Saat di inspeksi tidak terdapat edema pada ekstremitas atas dan
bawah, tidak terpasang kateter urine. Saat dipalpasi kandung
kemih teraba kosong dan tidak terdapat nyeri tekan dan lepas.
Saat di perkusi tidak terdapat nyeri ketuk pada ginjal.
h) Sistem Muskuloskeletal
Saat di inspeksi bentuk tubuh simetris, keadaan umum sedang,
tidak terdapat edema pada ekstemitas atas dan bawah. Tidak
terdapat kekakuan pada leher.
i) Sistem Endokrin
Saat di inspeksi tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, pasien
tampak lemas, tidak mengalami kelainan pada bentuk tubuh dan

32
tidak terdapat luka gangren. Saat di palpasi tidak terdapat adanya
pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar getah bening.
j) Sistem Integumen
Saat di inspeksi warna kulit tampak berwarna kuning langsat dan
bersih, Warna rambut hitam. Saat di palpasi turgor kulit elastis
dan tidak teraba adanya edema. Kulit teraba hangat.

33
4) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Tabel 3.1 Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pasien
No Pola
Sebelum Sakit Saat Sakit
1 2 3 4
1 Pola makan dan minum DS : DS :
- Orang tua mengatakan anaknya sebelum - Orang tua mengatakan amaknya saat
sakit makan dengan teratur 3x sehari sakit nafsu makan nya menurun, mual
dengan porsi 1 piring sedang dengan 1
menu nasi dan lauk-pauk dan dan hanya menghabiskan sekitar porsi
4
dihabiskan. Minum air putih kurang
dan minum sedikit-sedikit kurang lebih 2
lebih 3-4 gelas/hari.
gelas/hari.
DO :
- Pasien tampak tidak menghabiskan
makanannya.
2 Pola istirahat dan tidur DS : DS :
- Orang tua mengatakan anaknya sebelum - Orang tua mengatakan anaknya saat sakit
sakit pola istirahat dan tidur teratur tepat pola tidurnya menjadi berubah / tidak
waktu sehabis isya atau sekitar pukul teratur karena sesak nafas dan batuknya
21.00 WIB dan bangun lagi pagi hari sehingga membuat pasien sering
sekitar pukul 07.00 atau 08.00 WIB. terbangun saat tidur. Orang tua
Orang tua juga mengatakan anaknya suka mengatakan anaknya saat sakit menjadi
tidur siang. tidak bisa tidur siang karena batuk.
DO :
- Pasien tampak tidak tidur siang dan
sering terbangun karena batuknya saat
malam hari.
3 Personal hygiene DS : DS :
- Orang tua mengatakan anaknya sering - Orang tua mengatakan saat sakit anaknya
melakukan personal hygiene secara belum pernah di mandikan.
teratur yaitu mandi 2x sehari pada pagi DO :
dan sore hari dan rutin menggosok gigi, - Pasien tampak kotor dan lusuh, kulitnya
mengganti pakaian setiap hari dan teraba lengket dan tercium bau.

34
mencuci rambut 2 hari sekali.
4 Eliminasi DS : DS :
BAK - Orang tua mengatakan anaknya BAK - Orang tua mengatakan pada saat sakit
lancar ± 4x sehari dengan warna kuning pun BAK anaknya tetap lancar ± 4x
jernih. sehari dengan warna kuning jernih.

BAB DS : DS :
- Orang tua mengatakan anaknya BAB - Orang tua mengatakan pada saat sakit
lancar 1 kali sehari dengan konsistensi anaknya menjadi jarang BAB
lunak.
5 Pola aktivitas DS : DS :
- Orang tua mengatakan anaknya sebelum - Orang tua mengatakan pada saat sakit
sakit suka bermain bersama teman-teman anaknya hanya berbaring di tempat tidur.
di sekitar rumahnya. DO :
- Pasien tampak berbaring di tempat tidur.

5) Data Psikologis
Tabel 3.2 Data Psikologis

Pasien
No Pola
Sebelum Sakit Saat Sakit
1 2 3 4
1 Status Emosi Orang tua mengatakan anaknya sebelum sakit Orang tua mengatakan anaknya saat sakit tidak
dapat mengontrol emosinya. dapat mengontrol emosi nya dan mudah marah.
2 Kecemasan Orang Tua Pasien Orang tua mengatakan sebelum sakit ia tidak Orang tua mengatakan ia cemasterhadap kondisi
mempunyai kecemasan yang serius. anaknya dan takut jika penyakitnya tidak akan
sembuh.
3 Konsep Diri Orang tua mengatakan ia sangat bersyukur bahwa Orang tua mengatakan ia sangat bersyukur bahwa
anaknya memiliki anggota tubuh yang lengkap, anaknya memiliki anggota tubuh yang lengkap,
pasien seorang perempuan, harapan sebelum sakit pasien seorang perempuan, harapan saat anaknya
bahwa ia ingin anaknya sehat terus. sakit bahwa ia ingin penyakitnya anaknya cepat
sembuh, tidak kambuh-kambuh lagi penyakitnya
dan tidak bertambah dari penyakit yang lainnya.

35
6) Data Sosial
Tabel 3.3 Data Sosial

Pasien
No Pola
Sebelum Sakit Saat Sakit
1 2 3 4
1 Pola Komunikasi Orang tua mengatakan anaknya sebelum sakit Orang tua mengatakan anaknya saat sakit menjadi
menjalin komunikasi dengan orang-orang sekitar lebih sensitif, cengeng, mau menang sendiri dan
terjalin dengan baik. mudah marah.
2 Pola Interaksi Orang tua mengatakan anaknya sebelum sakit Orang tua mengatakan anaknya saat sakit menjadi
menjalin pola interaksi dengan orang-orang lebih sensitif, cengeng, mau menang sendiri dan
sekitar terjalin dengan baik. mudah marah. Saat ketemu dengan perawat pasien
terkadang menangis.

7) Data Spiritual
Tabel 3.4 Data Spiritual

Pasien
No Pola
Sebelum Sakit Saat Sakit
1 2 3 4
1 Motivasi Religi Orang Tua Orang tua mengatakan bahwa ia selalu mengikuti Orang tua mengatakan bawa ia yakin penyakit
Pasien semua perintah Allah dan selalu berdoa, maka anaknya akan sembuh dengan terus
Allah akan selalu memberikan anaknya memperbanyak doa dan juga terus berusaha.
kesehatan.
2 Persepsi Orang Tua Terhadap Orang tua mengatakan bahwa penyakit yang
Penyakit Anaknya - sedang anaknya derita merupakan cobaan dan
peringatan dari Allah.

36
3 Pelaksanaan Ibadah Orang tua mengatakan anaknya selalu ikut–ikutan Orang tua mengatakan selama sakit anaknya hanya
sebelum/selama dirawat sholat jika orang tua nya sholat dan pasien sudah berbaring lemah ditempat tidur.
mulai belajar ngaji

8) Data Penunjang
a) Hasil Pemeriksaan Laboraturium
Nama : An. T
Tgl. Pemeriksaan : 15 Desember 2022
No. Medrek : 261524
Tabel 3.5 Hasil Pemeriksaan Laboraturium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Pemeriksaan Interpretasi


Hematologi Rutin
Hemoglobin 11.4 10.7 – 14.7 Normal
Leukosit 8.900 5.500 – 15.500 Normal
Eritrosit 4.50 3.2 – 5.2 Normal
Hematokrit 34.8 Lk : 40 – 52, Pr : 35 - 47 Abnormal
Trombosit 315.000 150.000 - 450.000 Normal
PCT 0.280 0.100 – 0.500 Normal
MCV 77.3 72 - 88 Normal
MCH 25.3 21 - 33 Normal
MCHC 32.8 32.0 – 36.0 Normal
RDW 13.6 10.5 – 17.7 Normal
MPV 9.0 4.3 – 11.0 Normal
PDW 10.1 10.0 – 18.0 Normal

Hitung Jenis
Basofil 0 0-1 Normal
Eosinopil 0 2-4 Abnormal

37
Batang 0 2-5 Abnormal
Segmen 39 17 - 60 Normal
Limfosit 48 25 - 50 Normal
Monosit 13 1–6 Abnormal

Glukose sewaktu 126 60-140 Normal

b) Pemeriksaan Ro Thorax AP
Hasil :
- Posisi astrimetis, kondisi film baik, inspirasi cukup
- Bercak infiltrat pada kedua paru
- Tidak tampak pemadatan hilus kedua paru
- Cor : bentuk dan ukuran dalam batas normal
- Kedua sinus dan diafragma kesan baik
- Tulang-tulang intak
Kesan :
- Bronchopneumonia
9) Program Terapi
Tabel 3.6 Program Terapi

No Nama Obat Dosis Indikasi Kontraindikasi Efek Samping


1 D5 ½ NS 500 cc / Untuk penganti cairan dan Retensi natrium dan edema, Peningkatan glukosa darah,
(IVFD) 20 jam nutrisi penganti, kadar natrium gagal jantung kongestif, mual,muntah, diare.
yang rendah, kadar kalium gangguan ginjal yang parah,
rendah, kadar magnesium sirosis hati.
yang rendah.

38
2 Cinam 400 mg / Untuk mengobati infeksi kulit Hindari penggunaan cinam pada Mual, muntah, diare, reaksi
(IV) 6 jam dan struktur kulit, infeksi pasien memiliki indikasi alergi hipersensitivitas, kelainan
dalam perut, infeksi penicillin dan sulbaktam. darah.
ginekologi.
3 Ranitidine 15 mg / Tukak lambung, tukak Penderita yang diketahui Takikardi, agitasi, gangguan
(IV) 12 jam duodenum, refluks esofagitis, hipersensitiv terhadap penglihatan, alopesia.
dyspepsia, kondisi lain dimana ranitidine.
pengurangan asam lambung
akan bermanfaat.
4 Ondansetron 2 mg / 8 Mual muntah akibat Hipersensitivitas. Sakit kepala, kemerahan,
(IV) jam kemoterapi dan radioterapi, konstipasi, aritmia, nyeri dada,
pencegahan mual muntah bradikardi.
pasca operasi.
5 Santagesik 120 mg / Untuk meredakan rasa sakit Jangan mengkonsumsi obat ini Tubuh terasa lemah, muncul
(IV) 8 jam dan demam. jika mempunyai alergi. ruam kulit yang terasa gatal,
ruam.
6 Ambroxol 3 x 7,5 Sebagai sekretolitik pada Hipersensitivitas. Sakit perut, mual muntah, diare,
(PO) mg (pulv) gangguan saluran pernafasan mulut dan tenggorokan kering.
akut dan kronis khususnya
eksaserbasi bronchitis kronis
7 Cetirizin 2,5 mg 2x1 Untuk mengobati alergi dan Memiliki riwayat Ruam, takikardi, nyeri dada,
Opicort 4 mg (pulv) peradangan pada saluran hipersensitivitas pada obat ini. mual, muntah, pusing,
Salbutamol 2 mg pernafasan serta sesak nafas. mengantuk dan gelisah.
(PO)
8 Nebu Lasal Com 3x1R Mengatasi penyempitan Hipersensitivitas Sakit kepala, iritasi
(Nebu) saluran nafas yang tenggorokan, batuk, mual
berhubungan dengan penyakit muntah mulut kering, sembelit
paru obstruktif kronik dan dan diare.
serangan asma akut.

3.1.4. Analisa Data


Tabel 3.7 Analisa Data

39
No Data Penyebab Masalah
1 DS : Hipersekresi Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
- Orang tua mengatakan anaknya sesak nafas disertai
dengan batuk berdahak dan pilek.
- Orang tua pasien mengatakan dahak nya sulit
dikeluarkan.
- Orang tua mengatakan anaknya mual dan muntah setiap
batuk.
- Orang tua mengatakan suara nafas anaknya terdengar
grok-grok dan nafas terlihat cepat
DO :
- Tampak sesak nafas, batuk berdahak dan pilek.
- Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm
- Terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan
rochi di kedua paru.
- Tampak adanya pernafasan cupping hidung
- Jenis pernafasan : takipnea
- RO Thorax : Bronkopneumonia
- Suhu : 39,1 ºC
- Nadi : 138 x/menit
- RR : 62 x/menit
- SpO2 : 97%
2 DS : Proses Penyakit Infeksi Hipertermi
- Orang tua mengatakan anaknya demam naik turun
DO :
- Akral dan kulit teraba hangat
- Mukosa bibir tampak kemerahan
- Pasien tampak lemas
- Suhu : 39,1 ºC
- Nadi : 138 x/menit
- RR : 62 x/menit
- SpO2 : 97%
- Monosit : 13
3 DS : Peningkatan Kebutuhan Resiko Defisit Nutrisi
- Orang tua mengatakan anaknya tidak mau makan dan Metabolisme
nafsu makan menurun

40
- Orang tua mengatakan anaknya hanya menghabiskan ¼
porsi makanan
- Orang tua mengatakan anaknya mual
DO :
- Pasien ampak hanya menghabiskan ¼ porsi makanan
- Pasien tampak mual saat makan
- Pasien tampak lemas
- BB sebelum sakit : 12 kg
- BB saat sakit : 11 kg
- IMT : 16

3.2 Diagnosa Keperawatan Prioritas


1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas
2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
3) Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
3.3. Rencana Keperawatan
Table 3.8 Rencana Keperawatan

Diangnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi
dengan hipersekresi jalan nafas. 3 x 24 jam, bersihan jalan nafas meningkat 1. Periksa segmen paru yang mengandung
DS : dengan kriteria hasil : sekresi berlebihan
- Orang tua mengatakan anaknya sesak 1. Batuk efektif meningkat Terapeutik
nafas disertai dengan batuk berdahak 2. Produksi sputum menurun 1. Atur posisi semifowler atau fowler
dan pilek. 3. Wheezing menurun 2. Lakukan fisoterapi dada
- Orang tua mengatakan dahak nya sulit 4. Frekuensi nafas membaik Edukasi
dikeluarkan. 1. Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi
- Orang tua mengatakan anaknya mual dada
dan muntah setiap batuk. Kolaborasi
- Orang tua mengatakan suara nafas
anaknya terdengar grok-grok dan nafas

41
terlihat cepat 1. Kolaborasi pemberian terapi Nebu Lasal
DO : Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg (PO)
- Tampak sesak nafas, batuk berdahak dan Cetirizin 2,5 mg + Opicort 4 mg +
dan pilek. Salbutamol 2 mg (2 x 1 (pulv)) (PO)
- Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm
- Terdengar suara nafas tambahan seperti
wheezing dan rochi di kedua paru.
- Tampak adanya pernafasan cupping
hidung
- Jenis pernafasan : takipnea
- RO Thorax : Bronkopneumonia
- Suhu : 39,1 ºC
- Nadi : 138 x/menit
- RR : 62 x/menit
- SpO2 : 97%
Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Observasi :
DS : 3 x 24 jam, termoregulasi membaik dengan 1. Monitor tanda-tanda vital
- Orang tua mengatakan anaknya demam kriteria hasil : Terapeutik :
naik turun 1. Suhu tubuh membaik 1. Lakukan kompres hangat pada dahi
DO : 2. Suhu kulit membaik Edukasi :
- Akral dan kulit teraba hangat 3. Kulit merah menurun 1. Anjurkan memperbanyak minum
- Mukosa bibir tampak kemerahan 4. Takikardi menurun Kolaborasi :
- Pasien tampak lemas 1. Kolaborasi pemberian antipiretik
- Suhu : 39,1 ºC (Santagesic 3 x 120mg)
- Nadi : 138 x/menit 2. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4
- RR : 62 x/menit x 400mg)
- SpO2 : 97%
- Monosit : 13

42
3.4. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.9 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

TANGGAL VERIFIKASI
PROFESI CATATAN INSTRUKSI PARAF
JAM TGL/JAM
15/12/2022
09.00 WIB Perawat I : Menerima pasien baru dari IGD Sri Mulyani
Terapi : Pasien dr. Munarza Muzakkir, Sp.A
O2 Nasal Kanul (k/p)
D5 ½ NS 25 tpm/i
Cinam 400 mg / 6 jam
Ranitidine 15 mg / 12 jam
Ondansetron 2 mg / 8 jam
Santagesik 120 mg / 8 jam
Ambroxol 3 x 7,5 mg (pulv)
Nebu Lasal Com / 8 jam

09.00 WIB Perawat S : Orang tua mengatakan anaknya demam naik turun sejak 4 Sri Mulyani

43
hari yang lalu. Orang tua mengatakan anaknya sesak nafas
disertai dengan batuk berdahak dan pilek. Dahak sulit
dikeluarkan. Orang tua mengatakan anaknya mual dan
muntah setiap batuk. Orang tua mengatakan anaknya tidak
mau makan, nafsu makan menurun dan hanya
menghabiskan ¼ porsi makanan. Orang tua mengatakan
suara nafas anaknya terdengar grok-grok dan nafas terlihat
cepat. Orang tua mengatakan anaknya tidak bisa tidur
karena sesak nafas dan batuk menerus. Orang tua
mengatakan cemas terhadap kondisi anaknya dan merasa
khawatir. Orang tua mengatakan anaknya belum pernah
dimandikan selama sakit. Orang tua mengatakan badan
anaknya lemas dan hanya berbaring ditempat tidur. Orang
tua mengatakan anaknya saat sakit pola tidurnya menjadi
berubah / tidak teratur karena sesak nafas dan batuknya
sehingga membuat pasien sering terbangun saat tidur.
Orang tua mengatakan anaknya saat sakit menjadi tidak
bisa tidur siang karena batuk.

O : K/U sedang, Kesadaran composmentis


Infus lancar. PEWS : 1
Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm
Terpasang IVFD D5 ½ NS 25 tpm/i
Akral dan badan teraba hangat

44
Mukosa bibir tampak merah dan kering
Pasien tampak lemas
Pasien tampak sesak nafas, batuk dan pilek
Suara nafas terdengar ronchi dan wheezing
Jenis pernafasan takipnea
Tampak adanya pernafasan cuping hidung
RO Thorax : Bronkopneumonia
Suhu : 39,1 ºC
Nadi : 138 x/menit
RR : 62 x/menit
SpO2 : 97%
Ht : 34.8
Monosit : 13
IMT : 16
A:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan nafas
- Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
- Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Lakukan kompres hangat pada dahi
3. Periksa segmen paru yang mengandung sekresi

45
berlebihan
4. Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
5. Lakukan fisoterapi dada
6. Atur posisi semifowler atau fowler
7. Anjurkan memperbanyak minum
8. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4 x 400mg),
Nebu Lasal Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg
(PO), antipiretik (Santagesic 3 x 120mg)
9. Monitor intake dan output

09.00 WIB Perawat I : Memonitor tanda-tanda vital Sri Mulyani


Suhu : 39,1 ºC
Nadi : 138 x/menit
RR : 62 x/menit
SpO2 : 98%

09.10 WIB Perawat I : Melakukan kompres hangat pada dahi pasien Sri Mulyani
Orang tua mengatakan anaknya mau untuk di kompres di
dahi.
Pasien tampak sedang di kompres.

09.20 WIB Perawat I : Memeriksa segmen paru yang mengandung sekresi Sri Mulyani
berlebihan
Terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan

46
ronchi di kedua paru.

09.30 WIB Perawat I : Memberikan terapi Santagesik 120mg (IV) dan Nebu Lasal Sri Mulyani
Com 1 R
Orang tua mengatakan anaknya mau untuk disuntik dan
mau untuk di uap. Pasien tampak tenang saat di uap.

09.50 WIB Perawat I : Menjelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada Sri Mulyani
Orang tua mengatakan sudah paham dengan apa yang
sudah dijelaskan. Orang tua pasien tampak memahami apa
yang sudah dijelaskan dan tampak menjelaskan kembali.

10.00 WIB Perawat I : Melakukan fisioterapi dada Sri Mulyani


Orang tua mengatakan anaknya mau untuk di tepuk-tepuk
dadanya. Pasien tampak mau di tepuk-tepuk dadanya dan
tenang.

10.10 WIB Perawat I : Memberikan posisi semi fowler untuk memaksimalkan Sri Mulyani
ventilasi
Orang tua mengatakan anaknya nyaman dengan posisi
setengah duduk (semi fowler). Pasien tampak nyaman
dengan posisi semi fowler.

10.40 WIB Perawat I : Menganjurkan untuk memperbanyak minum Sri Mulyani

47
Orang tua mengatakan akan memberikan anaknya minum
sedikit tapi sering. Pasien tampak minum sedikit-sedikit

11.05 WIB Perawat I : Memberikan terapi distraksi yang menenangkan Sri Mulyani
Orang tua mengatakan ia suka memberikan terapi
pengalihan seperti bermain handphone atau main Barbie-
barbiean.

12.00 WIB Perawat I : Memberikan terapi Cinam 400mg (IV) dan Ambroxol Sri Mulyani
7,5mg (PO)
Orang tua mengatakan anaknya mau untuk di suntik dan
sedikit susah untuk minum obat karena bentuk obatnya
puyer. Anak tampak di pegangi saat minum obat.

13.00 WIB Perawat I : Memonitoring intake dan output Sri Mulyani


Orang tua mengatakan anaknya hanya menghabiskan ¼
porsi makanan untuk makan pagi dan siang, minum air
putih ± 400ml, BAK ± 150ml. Infus masuk ± 100ml dan
sisa infus ± 300ml.

13.00 WIB Perawat E : K/U sedang, Kesadaran composmentis. Sri Mulyani


Intervensi sudah dilakukan semua. Tidak ada intervensi
yang tidak dilakukan. Tapi, ada beberapa kendala /

48
masalah yang di dapatkan seperti anak tidak mau memakai
oksigen (lepas pasang), minum air putih sedikit-sedikit
dan tidak mau minum obat oral. Pasien masih tampak
sesak nafas dan dahak masih sulit dikeluarkan. Nafsu
makan juga belum meningkat. Pasien tampak masih lemas
dan belum bisa tidur atau istirahat pada siang hari.

Sri Mulyani
13.00 WIB Perawat R:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Lakukan kompres hangat pada dahi
3. Lakukan fisoterapi dada
4. Anjurkan memperbanyak minum
5. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4 x 400mg),
Nebu Lasal Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg (PO),
antipiretik (Santagesic 3 x 120mg) dan Cetirizin 2,5
mg + Opicort 4 mg + Salbutamol 2 mg (2 x 1 (pulv))
(PO)
6. Monitor intake dan output

16/12/2022
08.00 WIB Perawat S : Orang tua mengatakan anaknya demam naik turun, batuk Sri Mulyani
berdahak disertai dengan sesak nafas dan pilek. Dahak
masih sulit dikeluarkan. Orang tua mengatakan anaknya
masih tidak mau makan. Pagi ini pasien hanya makan telor
dan sayur. Orang tua mengatakan cemas karena anaknya

49
masih tidak mau makan dan takut berat badannya turun lagi.
Orang tua mengatakan anaknya masih mual dan muntah saat
batuk. Orang tua mengatakan anaknya belum pernah
dimandikan selama sakit. Orang tua mengatakan badan
lemas anaknya berkurang. Orang tua mengatakan anaknya
saat sakit pola tidurnya menjadi mulai kembali normal
karena sesak nafas dan batuknya berkurang.

O : K/U sedang, Kesadaran composmentis


Infus lancar. PEWS : 1
Terpasang O2 Nasal Kanul 1 lpm (lepas pasang)
Terpasang IVFD D5 ½ NS 25 tpm/i
Akral dan badan teraba hangat
Pasien tampak sesak nafas, batuk dan pilek
Suara nafas terdengar ronchi dan wheezing
Tampak adanya pernafasan cuping hidung
RO Thorax : Bronkopneumonia
Suhu : 37,6 ºC
Nadi : 111 x/menit
RR : 46 x/menit
SpO2 : 97%
Ht : 34.8
Monosit : 13
IMT : 16

50
A:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan nafas belum teratasi
- Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
belum teratasi
- Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Lakukan kompres hangat pada dahi
3. Lakukan fisoterapi dada
4. Anjurkan memperbanyak minum
5. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4 x 400mg),
Nebu Lasal Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg (PO),
antipiretik (Santagesic 3 x 120mg) dan Cetirizin 2,5
mg + Opicort 4 mg + Salbutamol 2 mg (2 x 1 (pulv))
(PO)
6. Monitor intake dan output

I : Monitor tanda-tanda vital


08.00 WIB Perawat Suhu : 37,6 ºC Sri Mulyani
Nadi : 111 x/menit
RR : 46 x/menit
SpO2 : 97%

51
I : Melakukan kompres hangat pada dahi
08.30 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya mau untuk di kompres di Sri Mulyani
dahi.
Pasien tampak sedang di kompres.

I : Memberikan terapi (Santagesic 120mg), Nebu Lasal Com


08.30 WIB Perawat 1 R, Ambroxol 7,5mg (PO) dan Cetirizin 2,5 mg + Opicort Sri Mulyani
4 mg + Salbutamol 2 mg (2 x 1 (pulv)) (PO)
Orang tua mengatakan anaknya mau untuk disuntik dan
minum obat. Orang tua juga mengatakan anaknya mau
untuk diuap. Tampak tenang saat diuap.

I : Melakukan fisoterapi dada


09.30 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya mau untuk di tepuk-tepuk Sri Mulyani
dadanya. Pasien tampak mau di tepuk-tepuk dadanya dan
tenang.

I : Menganjurkan untuk memperbanyak minum


11.20 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya sudah mau untuk Sri Mulyani
memperbanyak minum.

I : Memberikan terapi (Cinam 400mg) dan Ambroxol 7,5 mg


12.00 WIB Perawat (PO) Sri Mulyani

52
Orangtua mengatakan anaknya mau untuk disuntik dan
mau untuk minum obat oral walaupun masih harus
dipegangi. Tampak mau untuk minum obat dan disuntik.

I : Memonitoring intake dan output


13.00 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya minum air putih 400ml, Sri Mulyani
minum susu 200ml. Anaknya masih tidak mau makan
hanya makan telur, ikan dan sayur untuk makan pagi dan
siang. BAK ± 200ml. Infus masuk ± 150ml dan sisa infus
± 200ml.

E : K/U sedang, Kesadaran composmentis.


13.00 WIB Perawat Intervensi sudah dilakukan semua. Kendala nya, pasien Sri Mulyani
masih tidak mau makan, minum obat oral harus di pegangi
dan dahak masih sulit keluar. Sesak nafas sudah
berkurang.
R:
13.00 WIB Perawat 1. Monitor tanda-tanda vital Sri Mulyani
2. Lakukan kompres hangat pada dahi
3. Lakukan fisoterapi dada
4. Anjurkan memperbanyak minum
5. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4 x 400mg),
Nebu Lasal Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg (PO),
antipiretik (Santagesic 3 x 120mg) dan Cetirizin 2,5

53
mg + Opicort 4 mg + Salbutamol 2 mg (2 x 1 (pulv))
(PO)
6. Monitor intake dan output

17/12/2022
08.00 WIB Perawat S : Orang tua mengatakan anaknya demam naik turun disertai Sri Mulyani
dengan batuk berdahak dan sesak nafas berkurang. Orang
tua mengatakan anaknya sudah mau makan dan minum.
Pagi tadi sudah menghabiskan 1 porsi makanan. Orang
mengatakan ingin anaknya cepat sembuh dan cepat pulang.
Orang tua mengatakan anaknya sudah tidak mual muntah
saat batuk dan dahak sudah mulai keluar. Orang tua
mengatakan pagi tadi anaknya sudah di mandikan.
O : K/U sedang, Kesadaran composmentis
Infus lancer. PEWS : O
Pasien sudah tidak terpasang O2 (O2 lepas pasang)
Suhu : 36,6 ºC
Nadi : 116 x/menit
RR 32 x/menit
SpO2 : 98%
Tampak bantuk dan sesak nafas sudah berkurang
Suara nafas terdengar ronchi dan wheezing
RO Thorax : Bronkopneumonia
A:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

54
dengan hipersekresi jalan nafas belum teratasi
- Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
teratasi sebagian
- Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme teratasi sebagian
P:
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Lakukan fisoterapi dada
3. Monitor asupan makanan
4. Anjurkan memperbanyak minum
5. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4 x 400mg),
Nebu Lasal Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg (PO)
dan Cetirizin 2,5 mg + Opicort 4 mg + Salbutamol 2
mg (2 x 1 (pulv)) (PO)
6. Monitor intake dan output

I : Monitor tanda-tanda vital


08.00 WIB Perawat Suhu : 36,6 ºC Sri Mulyani
Nadi : 116 x/menit
RR 32 x/menit
SpO2 : 98%

I : Memberikan terapi Nebu Lasal Com 1 R, Ambroxol 7,5mg


08.00 WIB Perawat (PO) dan Cetirizin 2,5 mg + Opicort 4 mg + Salbutamol 2 Sri Mulyani

55
mg (2 x 1 (pulv)) (PO)
Orang tua mengatakan anaknya mau untuk diuap dan mau
untuk minum obat. Tampak tenang saat diuap.

I : Melakukan fisioterapi dada


09.30 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya mau untuk ditepuk-tepuk Sri Mulyani
dadanya. Tampak mau untuk ditepuk-tepuk dadanya.

I : Menganjurkan memperbanyak minum


10.00 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya sudah mau banyak Sri Mulyani
minum. Tampak mau untuk minum banyak

I : Memonitor asupan makanan


12.00 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya untuk pagi dan siang Sri Mulyani
sudah menghabiskan 1 porsi makanan. Tampak
menghabiskan 1 porsi makanan.

I : Memberikan terapi Ambroxol 7,5mg (PO) dan Cinam


12.00 WIB Perawat 400mg (IV) Sri Mulyani
Orang tua mengatakan anaknya mau untuk disuntik dan
minum obat. Tampak mau untuk disuntik dan minum obat.

I : Memonitoring intake dan output


13.00 WIB Perawat Orang tua mengatakan anaknya minum ± 450ml, BAK Sri Mulyani

56
200ml. Infus masuk 100ml dan sisa infus 100ml.

E : K/U sedang, Kesadaran composmentis.


13.00 WIB Perawat Intervensi sudah dilakukan semua. Tidak ada kendala saat Sri Mulyani
melakukan intervensi. Dahak sudah keluar. Batuk dan
sesak nafas sudah berkurang. Pasien sudah bisa istirahat
seperti biasanya, pola tidurnya sudah kembali normal.
Badan lemas tidak.

R:
13.00 WIB Perawat 1. Monitor tanda-tanda vital Sri Mulyani
2. Lakukan fisioterapi dada
3. Tingkatkan istirahat
4. Kolaborasi pemberian antibiotic (Cinam 4 x 400mg),
Nebu Lasal Com 3 x 1 R, Ambroxol 3 x 7,5 mg (PO)
dan Cetirizin 2,5 mg + Opicort 4 mg + Salbutamol 2
mg (2 x 1 (pulv)) (PO)

18/12/2022
08.00 WIB Perawat S : Orang tua mengatakan anaknya sudah tidak demam, batuk Sri Mulyani
berdahak berkurang, sesak nafas berkurang. Saat ini nafsu
makan sudah meningkat.
O : K/U sedang, Kesadaran composmentis
Infus Aff. PEWS : 0

57
Sesak nafas dan batuk tampak berkurang
Suhu : 36,4 ºC
Nadi : 114 x/menit
RR : 26 x/menit
SpO2 : 98%
A:
- Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan nafas teratasi
- Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
teratasi
- Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan
peningkatan kebutuhan metabolisme teratasi
P : Intervensi dihentikan Sri Mulyani

08.00 WIB Perawat E : K/U sedang, Kesadaran composmentis. Sri Mulyani


Saat ini keluhan pasien sudah berkurang. Demam juga
sudah tidak. Nafsu makan meningkat. Masalah sudah
teratasi semua. Pasien sudah diperbolehkan pulang oleh
dr. Munarza Muzakkir, Sp.A dan rencana control ke poli
tanggal 21 Desember 2022.

08.00 WIB Perawat R : Intervensi dihentikan. Pasien sudah di perbolehkan pulang Sri Mulyani
oleh dokter.

58
59
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengkajian asuhan keperawatan pasien yang
mengalami bronkopneumonia dengan bersihan jalan nafas tidak efektif di RS
Misi Lebak yang dilakukan pada An.T selama 3 hari sejak tanggal 15 Desember
2022 sampai dengan 18 Desember 2022. Maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa :
4.1.1. Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian ditemukan data utama yang
mendukung masalah yaitu orang tua An. T mengatakan anaknya sesak
nafas disertai dengan batuk berdahak dan pilek. Orang tua mengatakan
dahak nya sulit dikeluarkan. Orang tua mengatakan anaknya mual dan
muntah setiap batuk. Orang tua mengatakan suara nafas anaknya
terdengar grok-grok dan nafas terlihat cepat. Orang tua mengatakan
anaknya demam. Pasien tampak sesak nafas, batuk berdahak dan pilek.
Terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan rochi di kedua
paru. Tampak adanya pernafasan cupping hidung. Jenis pernafasan :
takipnea. Ro thorax : bronkopneumonia. Monosit : 13. Leukosit : 8.900.
Adapun menurut teori Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) bersihan
jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan secret
atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.
Dengan tanda dan gejala seperti batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,
sputum berlebih, mengi, wheezing, ronchi, frekuensi nafas berubah dan
pola nafas berubah. Menurut Wulandari & Erawati (2016) tanda dan
gejala pada pasien dengan bronkopneumonia yaitu demam (39˚C –
40˚C), takipneu, pernapasan cuping hidung. terdapat suara nafas
tambahan seperti ronchi dan wheezing, muntah dan obtruksi bronkiolus
oleh mukus yang berlebih. Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
pada pasien dengan bronkopneumonia menurut Nurarif dan Kusuma

60
(2015) adalah seperti foto thorax, leukosit (15.000 – 40.000), laju endap
darah (LED), bilirubin dan elektrolit.
Setelah dilakukan pengkajian pada An. T tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara fakta dengan teori. Fakta menunjukkan bahwa adanya
persamaan dengan teori bersihan jalan nafas tidak efektif yang ditandai
dengan adanya batuk tidak efektif, sputum berlebih, wheezing, ronchi,
frekuensi nafas berubah dan pola nafas berubah, demam (39˚C – 40˚C),
takipneu dan pernapasan cuping hidung. Sedangkan pada bagian
pemeriksaan penunjang atau test diagnostic itu ditemukan adanya
kesenjangan antara fakta dengan teori ditandai dengan pada An. T tidak
dilakukan pemeriksaan seperti LED, bilirubin dan elektrolit serta nilai
Leukosit pada An. T masih dalam batas normal yaitu 8.900 melainkan
nilai Monosit lah yang meningkat yaitu 13.
4.1.2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada An. T dengan diagnosa medis
bronkopneumonia maka ditemukan diagnosa keperawatan yang relevan
yaitu Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas, Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit, Resiko
defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism,
Intoleransi aktvitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang
kontrol tidur, Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan
Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi. Sedangkan
diagnose keperawatan yang menjadi pokok bahasan serta diangkat
sebagai judul pada masalah keperawatan adalah Bersihan jalan nafas
tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas.
Menurut teori Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul meliputi Bersihan jalan napas tidak
efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas, Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
nafas, Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane

61
alveolus-kapiler, Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
dan .Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme
Berdasarkan fakta dan teori diatas tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara fakta dengan teori. Adapun perbedaan diagnosa
keperawatan yang tidak sama pada An. T yaitu Intoleransi aktvitas
berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan Ansietas
berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
4.1.3. Rencana Keperawatan
An. T diberikan intervensi seperti Periksa segmen paru yang
mengandung sekresi berlebihan, Atur posisi semifowler atau fowler,
Lakukan fisoterapi dada, Jelaskan tujuan dan prosedur fisioterapi dada
dan Kolaborasi pemberian terapi . Namun yang difokuskan adalah
lakukan fisioterapi dada untuk mengurangi batuk berdahak dan sesak
nafas.
Dengan melakukan penatalaksanaan masalah keperawatan bersihan
jalan nafas tidak efektif yaitu dengan manajemen jalan nafas,
peningkatan batuk dan pemantauan pernafasan. Manajemen jalan nafas
antara lain dengan membantu anak dengan memberikan posisi untuk
memaksimal ventilasi dengan memberikan bantalan pada kepala atau
posisi digendong, memberikan fisioterapi dada seperti clapping dada,
memberikan dan mengatur oksigen, auskultasi suara nafas dan mencatat
area terdapatnya penurunan suara nafas, memberikan bronkodilator dan
nebulizer (Wilkinson, 2011).
Berdasarkan fakta dan teori diatas, intervensi yang diberikan
kepada An. T telah sesuai dan dapat di simpulkan bahwa intervensi
keperawatan pada pasien dengan bronkopneumonia menurut fakta dan
teori terdapat kesamaan, tidak ada kesenjangan di buktikan dengan di
lakukannya intervensi sesuai dengan yang selama ini ada dalam teori

62
yang sesuai dengan masalah keperawatan pasien dan mampu mengatasi
masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
4.1.4. Implementasi Keperawatan
Pada saat dilakukan implementasi pada An. T seluruh intervensi
dilaksanakan sehingga tidak ada intervensi yang tidak dilakukan. Penulis
melakukan pengamatan dan tindakan keperawatan terhadap keadaan
pasien selama 3 hari untuk dapat memperoleh hasil dari
implementasinya. Implementasi telah dilakukan sesuai dengan intervensi
yang sudah ditetapkan dengan masalahbersihan jalan nafas tidak efektif.
Semua intervensi dilaksanakan selama 3 hari itu. Tindakan keperawatan
fokus yang dilakukan pada An. T adalah mengajarkan, melakukan dan
menganjurkan fisioterapi dada untuk mengurangi batuk berdahak dan
sesak nafas. Respon yang diberikan An. T pada saat dilakukan tindakan
teknik fisioterapi dada cukup baik karena orang tua dan anaknya
kooperatif pada saat melakukannya dan mampu mendemonstrasikannya
kembali serta mempraktekannya secara mandiri.
Implementasi keperawatan adalah kegiatan yang dirangkai dan
dilakukan untuk membantu mengatasi klien yang mengalami masalah
pada kesehatan sesuai apa yang diinginkan dan yang sudah dibuat pada
saat proses intervensi keperawatan (Dinarti & Yuli, 2017). Fisioterapi
dada mampu meningkatkan efisiensi pola nafas dan bersihan jalan nafas
(Alya dkk, 2021).
Dari hasil tinjauan kasus dan tinjauan teori diatas tidak mengalami
kesenjangan, intervensi diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan
pasien untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
Fisioterapi dada dilakukan pada An. T berlangsung selama 3 hari.
4.1.5. Evaluasi Keperawatan
Pada saat dilakukan evaluasi pada tanggal 15 Desember 2022 yaitu
orang tua mengatakan anaknya masih batuk berdahak dan sesak nafas,
orang tua mengatakan akan melakukan teknik fsioterapi dada pada saat
anaknya batuk-batuk atau terlihan ingin mengeluarkan dahak dan pasien
tampak masih batuk berdahak dan sesak nafas. Evaluasi pada tanggal 16

63
Desember 2022 adalah batuk berkurang dahak masih sulit keluar. Sesak
nafas sudah berkurang. Dan evaluasi pada tanggal 17 Desember 2022
yaitu dahak sudah keluar, batuk dan sesak nafas sudah berkurang.
Masalah bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi pada hari ke empat
atau hari terakhir pada tanggal 18 Desember 2022 karena pasien sudah
diperbolehkan pulang oleh dokter.
Menurut Dinarti dan Yuli (2017) evaluasi keperawatan merupakan
tahapan terakhir proses keperawatan guna untuk mengetahui apakah
perencanaan yang sudah dilakukan itu tuntas atau perlu perencanaan lain.
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk mengukur apakah berhasil atau
tidak dan pada saat melaksanakan intervensi keperawatan yang dilakukan
ketika memenuhi kebutuhan klien.
Berdasarkan fakta dan teori diatas didapatkan bahwa diagnosa
keperawatan pada An. T yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif sudah
teratasi pada hari keempat atau pada tanggal 18 Desember 2022. Karena
latihan teknik fisioterapi dada sudah dilakukan setiap hari atau pada saat
anaknya batuk atau ingin mengeluarkan dahak sehingga bisa mencapai
tujuan dan kriteria hasil. Maka dari itu tidak terdapat kesenjangan antara
fakta dengan teori.
4.2. Saran
Penulis memberikan saran kepada semua pihak yang sudah terlibat dengan

masalah pada An. T selama proses pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga

dapat meningkatkan pelayanan berdasarkan kesimpulan yang penulis sampaikan

diatas maka penulis menyampaikan saran kepada :

4.2.1. Rumah Sakit

Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit agar dapat

melayani kebutuhan dan keinginan serta dapat memberikan kepuasan

kepada pasien. Tetap mempertahankan yang telah terjalani dalam

64
memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan asuhan keperawatan

yang komprehensif serta guna memberikan pelayanan yang berkualitas.

4.2.2 Perawat

Perawat diharapkan dapat membina hubungan yang baik dengan semua

pasien dan keluarga pasien, memberikan penyuluhan penyuluhan ketika

pasien bertanya tentang penyakit yang tidak diketahui. Dapat

mengaplikasikan semua rencana dalam melaksanakan tindakan

keperawatan. Kemudian dapat memperoleh evaluasi sesuai yang

diharapkan sebelumnya.

4.2.3 Pasien dan Keluarga

Menganjurkan orang tua untuk selalu menjaga perilaku hidup bersih dan

sehat, mengkonsumsi makanan yang bergizi, keluarga mandiri dalam

mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi anaknya.

65
66
DAFTAR PUSTAKA

Aini. S. N. (2017). Hubungan Pengetahuan Sikap Orangtua dan Peran Perawat dengan
Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Putri Ayu Tahun 2017. Stikes Prima Jambi : Scientia Journal.

Alya, N. S., Immawati., & Sri Nurhayati. (2021). Penerapan Fisioterapi Dada Dalam
Mengatasi Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Pada Anak Pneumonia Usia
Toddler (3-6 Tahun). Jurnal Cendekia Muda.

Budi, R. A. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Anak Bronkopneumonia Dengan


Masalah Keperawatan Hipertermia Di Ruang Seruni Rsud Jombang. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Dinarti & Mulyanti, Y. (2017). Bahan ajar keperawatan dokumentasi keperawatan.


Jakarta Selatan: Undang-undang.

James, G. F. (2018). Sistem Pernafasan. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


Rsup Sanglah

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta.

Maharani, A. R. (2018). Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Pada An. S Dan An.


D Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Ruang
Bougenville Rsud Dr. Haryoto Lumajang Tahun 2018. Fakultas Keperawatan
Universitas Jember

Ngemba, H. R. (2015). Model Inferensi Sistem Pendukung Keputusan Pathway Klinik


Asuhan Keperawatan Bronchopneumo. Seminar Nasional Informatika Medis

Nurarif, A. H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnose medis & nanda nic-noc edisi revisi jilid 3. Jogjakarta: Penerbit
Mediaction.

Paramanindi, S. D., (2014). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat


Perkotaan Pada Pasien Bronkopneumonia Diruang Rawat Inap Anak Lantai Iii
Selatan Rsup Fatmawati Jakarta, Depok : Universitas Indonesia.

Ridha. (2014). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Rusdianti, H. (2019). Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia Pada An. B Dan An. T
Dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang
Bougenville Rsud Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang. Fakultas Keperawatan
Universitas Jember

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta :
DPP PPNI

World Health Organization (2019). Pneumonia. World Health Organization.


http://www.whoint/news-room/fact-sheet/detail/pneumonia-diakses : 18
Desember 2020

68

Anda mungkin juga menyukai