Anda di halaman 1dari 14

Laporan pendahuluan

LAPORAN PENDAHULUAN NAZFA


A.1. Pengertian
a. NAPZA merupakan singkatan dari Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif
lainnya. Pada dunia kesehatan, NAPZA memberikan manfaat yang cukup
besar bagi kesembuhan dan keselamatan manusia, namun demikian untuk
saat ini penggunaan NAPZA seringkali disalah gunakan (Partodiharjo,
2008). Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang
digunakan bukan untuk tujuan pengobatan dengan jumlah berlebih, teratur
dan berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan
fisik serta gangguan pada perilaku dan kehidupan sosialnya (Martono dan
Joewana, 2008).
b. penyalahgunaan NAPZA yaitu masalah kesehatan publik yang penting
dimana secara langsung akan berdampak pada ekonomi, kesehatan dan juga
sosial. Laporan Tahunan Badan Narkotika Nasional (BNN) memperlihatkan
terjadinya peningkatan kasus-kasus penyalahgunaan NAPZA. Tahun 2016
tercatat 40-50 orang perhari dan tahun 2017 naik menjadi 57 orang perhari
kasus penyalahgunaan narkoba di indonesia dan menyebabkan kematian.
(Menurut Mayer et al 2009)
c. Selain itu, NAPZA juga mempunyai dampak negatif yang sangat luas baik
secara fisik, psikis, ekonomi, sosial budaya, hankam serta berbagai unsur
kehidupan lainnya. Banyaknya dampak yang dialami oleh penyalahguna
NAPZA sehingga diperlukanya program pengobatan bagi yang sudah
mengalami penyalahgunan NAPZA serta antisipasi bagi yang belum terjerat
menggunakan NAPZA, terutama dari usia remaja/pelajar. (Yeliasti 2014)

Kesimpulan: penyalahgunaan nafza barang yang sangat berbahaya dan bisa


merusak suasana syaraf yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang
menjadi lebih buruk.

2. Jenis-Jenis NAPZA Menurut Martono & Joewana ( 2016)


a. Ganja(marijuana, cimeng, gelek, hasis) Ganja mengandung THC
(tetrahydro-cannabinol) yang besifat psikoaktif. Ganja yang dipakai
berupa tanaman kering yang dirajang ,dilinting, dan disulut seperti rokok.
Menurut Undang-Undang ,ganja tergolong narkotik golongan I. Segera
setelah pemakain muncul cemas, rasa gembira, banyak bicara, tertawa
cekikikan halusinasi dan berubahnya perasaan waktu (lama dikira
sebentar) dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut jantung,
mata merah, mulut dan tenggorokan kering, dan selera makan meningkat.
Pengaruh jangka panjang: daya pikir berkurang, motivasi belajar turun,
perhatian kesekitarnya berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi
menurunmengurangi kesuburan, peradangan jalan nafas, aliran darah ke
jantung berkurang dan terjadi perubahan pada sel-sel otak.
b. Kokain (kokain, crack, daun koka, pasta koka) Kokain berasal dari
tanaman koka, tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan
fungsi organ tubuh lain). Menurut Undang-Undang, kokain termasuk
narkotika golongan I. Kokain berbentuk Kristal putih. Nama jalanannya
adalah koka, happy dust, Charlie, srepet, snow/salju putih. Digunakan
dengan cara disedot melaluin hidung, dirokok, atau disuntikkan. Kokain
dengan cepat menyebabkan ketergantungan. Segera setelah pemakaian
:rasa percaya diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan
tidur berkurang, minat seksual meningkat, halusinasi visual dan taktil
(seperti ada serangga merayap), waham/curiga (paranoid). Pengaruh
jangka panjang: kurang gizi, anemia, sekat hidung rusak, dan terjadi
gangguan jiwa (psikotik).
c. Golongan Amfetamin (amfetamin, ekstasi, sabu) Golongan amfetamin
termasuk stimulansia susunan saraf pusat. Disebut juga upper, amfetamin
sering digunakan untuk menurunkan berat badan karena dapat
mengurangi rasa lapar, atau mengurangin rasa kantuk harus begadang.
Amfetamin cepat menyebabkan ketergantungan . Termasuk golongan
amfetamin adalah MDM (ekstasi, XTC, ineks) dan metamfetamin (sabu),
yang banyak disalahgunakan. Berbentuk pil warna-warni (ekstasi) atau
kristal putih (sabu) amfetamin disebut disainer drug karena dibuat dalam
laboratorium gelap yang kandunganya adalah campuran berbagai jenis
zat. Remaja dan orang dewasa muda dari bebagai kalangan mengunakan
ekstasi dan sabu untuk bersenang –senang.
d. Golongan Halusinogen: Lysergic Acid (LSD)LSD menyebabkan
halusinasi (khayalan) dan termasuk psikotropika golongan I. Nama yang
sering digunakan adalah acid, red dragon, blue heaven, sugar cubes, trips,
tabs. Bentuknya seperti kertas beukuran kotak kecil sebesar seperempat
perangko dalam banyak

4. Proses terjadinya penyalahgunaan nafza


Penyalahgunaan narkoba atau NAPZA umumnya terjadi karena adanya rasa ingin tahu
yang tinggi. Di sisi lain, kondisi ini juga dapat dialami oleh penderita gangguan mental,
misalnya gangguan bipolar atau skizofrenia. Seseorang yang menderita gangguan
mental dapat lebih mudah menyalahgunakan NAPZA yang awalnya bertujuan untuk
meredakan gejala yang dirasa. Selain rasa ingin tahu yang tinggi dan menderita
gangguan mental, terdapat pula beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko
seseorang melakukan penyalahgunaan NAPZA, antara lain:
a. Memiliki teman yang seorang pecandu NAPZA.
b. Mengalami masalah ekonomi.
c. Pernah mengalami kekerasan fisik, emosi, atau seksual.
d. Memiliki masalah hubungan dengan pasangan, kerabat, atau keluarga.

5. Tanda dan gejala(Branch, MN. 2011)


Ketika penderita telah mencapai fase kecanduan dan mencoba untuk menghentikan
penggunaan, dia akan mengalami gejala putus obat atau sakau. Gejala putus obat itu
sendiri dapat berbeda-beda pada tiap orang, tergantung keparahaan dan jenis NAPZA
atau narkoba yang digunakan. Apabila NAPZA yang digunakan adalah heroin dan
morfin (opioid), maka gejalanya dapat berupa:
1. Faktor bilogis
a. Genetic
b. Infeksi pada organ otak
c. Penyakit kronis
d.
2. Faktor psikologis
a. Gangguan kepribadian : anti sosial
b. Harga diri rendah : depresi, faktor sosial ekonomi
c. Disfungsi keluarga
d. Memiliki perasaan tidak aman
e. Memiliki keterampilan penyelesaian masalah yang menyimpan
f.
3. Faktor sosial kultural
a. Norma kebudayaan
b. Adiktif untuk upacara adat
c. Lingkungan tempat tinggal, dan sekolah yang terdapat banyak pengedar
d. Persepsi masyarakat terhadap penngunaan zat
e. Lari dari rumah
f. Perilaku penyimpangan seksual dini
g. Tindakan krimimal

4. . Stressor presipitasi
a. Penyataan untuk mandiri dan membutuhkan teman sebaya sebagai
pengakuan
b. Sebagai prinsip kesenangan menghindari strees
c. Kehilangan seseorangn atau sesuatu yang berarti
d. Diasingkan oleh lingkungaa.
e.
5. Faktor konstribusi
a. Keluarga yang tidak utuh
b. Kesibukan orangtua
c. Hubungan dalam keluarga tidak baik
d. Tingkah laku
1. Tingkah laku penggunaan zat sedative hipnotik

a. Menurunnya sifat menahan diri

b. Jalan tidak stabil

c. Bicara bertele-tele

d. Sering datang ke dokter untuk minta resep

e. Kurang perhatian

f. Meningkatkan rasa percaya diri

2. Tingkah laku pengguna ganja

a. Menurunnya motivasi perubahan diri

3. Tingkah laku pengguna alkohol

a. Sikap bermusuhan

b. Kadang bersikap murung, berdiam

c. Control diri menurun

d. Bicara kacau

e. Agresi

f. Daya pertimbangan menurun

4. Tingkah laku pengguna opioda

a. Terkantuk kantuk

b. Kondisi motoric terganggua


c. Acuh terhadap lingkunga

d. Control diri kurang

5. Tingkah laku pengguna kokain

a. Hiperaktif

b. Halusinasi dan waham

c. Sangat tenang

d. Kewaspadaan yang berlebihan

e. Insomnia

6. Tingkah laku pengguna halusinogen

a. Tingkah laku tidak dapat diramalkan

b. Halusinasi

c. Tingkah laku merusak diri sendiri

d. Sikap merasa diri benar

e. Pengalaman yang gaib/ajaib

6. Rentang respon
Perilaku atau respon kemarahan dapat berflutuatif dalam rentang adaptif sampai
maladaptif. Rentang respon marah menurut (Fitria, 2010) dimana amuk dan agresif pada
rentang maladaptif, seperti gambar berikut :
Rentang respon
adaktif maldakif

Asertif frustasi pasief agresif amuk/pk


Asertif : Kemarahan yang diungkapk an tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat
Pasif : Respon lanjutan dimana klien tidak mampu mengungkapkan perasaannya
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol
Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol

7. Pohon masalah
mencederai diri sendiri
orang lain dan lingkungan
Perlaku kekerasan Perubahan
persepsi
sendiri:
halusinsi

Infektif proses
Konsep diri :HDR Isolasi sosial
terapi

Berduka
Koping disfungsional
cv keluarga tidak
efektif

R
Berduka disfungsional

8.. Terapi dan rehabilitas (kevin adrian 18 Juni 2013)


Ada tiga tahap rehabilitasi narkoba yang harus dijalani, yaitu:
Tahap pertama, tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), yaitu proses di mana pecandu
menghentikan penyalahgunaan narkoba di bawah pengawasan dokter untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau). Pada tahap ini pecandu narkoba perlu mendapat pemantauan di
rumah sakit oleh dokter.
Tahap kedua, tahap rehabilitasi non medis, yaitu dengan berbagai program di tempat
rehabilitasi, misalnya program therapeutic communities (TC), pendekatan keagamaan,
atau dukungan moral dan sosial.
Tahap ketiga, tahap bina lanjut, yang akan memberikan kegiatan sesuai minat dan bakat.
Pecandu yang sudah berhasil melewati tahap ini dapat kembali ke masyarakat, baik
untuk bersekolah atau kembali bekerja.

9. Dampak penyalahgunaan nafza Menurut Alatas (2010), penyalahgunaan NAPZA


akan berdampak sebagai berikut :
1. Terhadap kondisi fisik
Akibat zat itu sendiri Termasuk di sini gangguan mental organik
akibat zat, misalnya intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang
terjadi karena dosis berlebih yang memang diharapkan oleh
pemakaiannya. Sebaliknya bila pemakaiannya terputus akan terjadi
kondisi putus zat.

a. Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah


terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
b. Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat
hidung, jangka panjang terjadi anemia dan turunannya berat
badan.
c. Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi misalnya gangguan
lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung
dan saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan gangguan
seksual.

A. Mekanisme koping (Susilo 2009)


Mekanisme koping adalah setiap upaya yang diarahkan pada
pelaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dari mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri
Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan
dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal
khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu
1) Mekanisme koping adaptif
Penggunaan koping yang adaptif membantu individu dalam
beradaptasi untuk menghadapi keseimbangan. Adaptasi individu
yang baik muncul reaksi untuk menyelesaikan masalah dengan
melibatkan proses kognitif, efektif dan psikomotor (bicara dengan
orang lain untuk mencari jalan keluar suatu masalah, membuat
berbagai tindakan dalam menangani situasi dan belajar dari
pengalaman masa lalu). Kegunaan koping adaptif membuat
individu akan mencapai keadaan yang seimbang antara tingkat
fungsi dalam memelihara dan memperkuat kesehatan fisik dan
psikologi. Kompromi merupakan tindakan adaptif yang dilakukan
oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi
dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum
kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat
diselesaikan. Mekanisme koping adaptif yang lain adalah berbicara
dengan orang lain tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba
mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang
dihadapi, berdoa, melakukan latihan fisik untuk mengurangi
ketegangan masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk
mengurangi situasi, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali
stabil, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa
lalu

2) Mekanisme koping maladaptif Penggunaan koping yang maladaptif


dapat menimbulkan respon negatif dengan munculnya reaksi
mekanisme pertahanan tubuh dan respon verbal. Perilaku
mekanisme koping maladaptif antara lain perilaku agresi dan
menarik diri. Perilaku agresi dimana individu menyerang obyek,
apabila dengan ini individu mendapat kepuasan, maka individu
akan menggunakan agresi. Perilaku agresi (menyerang) terhadap
sasaran atau obyek dapat merupakan benda,

B. . Pengolola mekanisme koping (Stuart 2005)


a. Berfokus pada masalah adalah mekanisme Koping berfokus pada tugas dan
usaha langsung untuk mengatasi ancaman individu
Mis: negosiasi, konfontasi, advice
b. Berfokus pada ego berusaha untuk mengontrol masalah nya dan kemudian
menetralkannya mis: perbandingan positif, pengabaian selektif, substitusi
reward, mengurangi objek yg diharapkan
c. Berfokus pada kongnitif berorientasi untuk menurunkan distres emosional
mis: mekanisme pertahanan diri
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme koping(Handayani,
2000):
a. Umur Dalam penelitian Suprapto (2002) tentang koping pada
kecemasan, dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa umur usia
muda lebih mudah mengalami peningkatan stres dibandingkan dengan
umur usia dewasa. Lazarus (Suprapto, 2002) mengatakan bahwa
b. struktur psikologis individu yang komplek dan sumber koping yang
c. berubah sesuai dengan tingkat usianya akan menghasilkan reaksi yang
berbeda dalam menghadapi situasi yang menekan.
d. Jenis Kelamin Pria dan wanita mempunyai koping yang berbeda dalam
menghadapi masalah. Perilaku koping wanita biasanya lebih ditekankan
pada usaha untuk mencari dukungan sosial dan lebih menekankan pada
relegius, sedangkan pria lebih menekankan pada tindakan langsung
untuk menyelesaikan pokok permasalahan.
e. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan proses hasil belajar yang berlangsung di suatu lembaga
pendidikan atau instusi dengan berbagai jenjang. Individu yang mempunyai
pendidikan tinggi akan tinggi pula perkembangan kognitifnya yaitu dengan
adanya pengalaman

D. Tipe-tipe mekanisme Koping


Mekanisme koping di bagi menjadi 2 macam, (Stuart & Sundeen, 2013) yaitu:

1) Prilaku berorientasi pada tugas Perilaku Berorientasi Tugas


mencakup penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi
stress, memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, dan
memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2005). Perilaku
berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistic
menghadapi tuntutan stressor. Tiga tipe umum perilaku
berorientasi pada tugas, yaitu :

a) Perilaku menyerang merupakan usaha sesorang mencoba untuk


menghilangkan atau mengatasi hambatan dalam rangka memenuhi
kebutuhan. Banyak cara dapat dilakukan untuk mnyerang masalah, dan
reaksi ini bersifat destruktif atau konstruktif. Pola destruktif biasanya disertai
dengan perasaan kemarahan dan permusuhan yang sangat besar. Perasaan ini
dapat dinyatakan dengan prilaku negatif atau agresif yang melanggar hak-
hak, milik dan kesejahteraan orang lain. Pola konstruktif mencerminkan
pendekatan masalah. Mereka secara nyata berperilaku asertif yang
menghormati hak-hak orang lain.
b. Perilaku menarik diri dapat dinyatakan secara fisik atau psikologi. Secara
fisik, menarik diri melibatkan penghindaran diri dari sumber ancaman.
Reaksi ini dapat berlaku untuk stresor biologis , seperti kamar penuh asap
rokok, paparan radiasi atau kontak dengan penyakit menlar. Seseorang dapat
menarik diri dengan cara psikologis, seperti dengan mengakui kekalahan,
menjadi apatis, atau menurunya aspirasi dan partisipasi, dapat pula seperti
reaksi menyerang, reaksi penghindaran yang bersifat konstruktif atau
destruktif. Saat seseorang mengisolasi diri dari orang lain akan mengganggu
kemmpuan bekerja sehingga menimbulkan masalah tambahan.

c) Kompromi melibatkan perubahan cara berfikir seseorang yang biasa tentang


hal-hal tertentu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan
pribadi.

2. Mekanisme pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak


kegagalan, menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang
menyakitkan karena pengalaman yang tidak enak dan juga untuk
mempertahankan perasaan layak serta harga diri (W.F.Maramis. 2005).
a) Kompensasi: Proses dimana seseorang menggunakan kelemahan yang
dirasakan dengan penekanan yang kuat atas ciri yang dianggap lebih
menyenangkan.

b) Pengingkaran: Menghindari realitas yang tidak menyenangkan adengan


mengabaikan atau menolak untuk mengikutinya, mekanisme pertahanan
yang paling sederhana dan paling primitif dari semua mekanisme pertahanan
ego.

c) Pengalihan: pengalihan emosi yang seharusnya diarahkan kepada objek atau


orang tertentu keobjek atau orang yang kurang berbahaya.

d) Disosiasi: pemisahan dari proses kelompok jiwa atau perilaku dari sisa
kesadaran atau identitas orang tersebut.

e )Identifikasi: proses dimana orang orang mencoba untuk menjadi seperti


seseorang yang mereka kagumi dengan mengambil pikiran, tingkah laku,
atau selera orang itu.

f) Intelektualisasi: penalaran yang berlebihan atau logika yang digunakan untuk


menghindari pengalaman peran yang mengganggu.

g) Introjeksi: mengidentifikasi dengan kuat dimana seseorang menggabungkan


kualitas atau nilai-nilai orang lain atau kelompok lain kedalam struktur
egonya sendiri. Ini adalah salah satu mekanisme paling dini pada anak
sehingga penting dalam pembentukan hati nurani.

h) Isolasi: memisahkan komponen emosional dari pikiran, yang mungkin


bersifat sementara atau jangka panjang.

i) Proyeksi: menghubungkan pikiran atau implus keorang lain. Melalui proses


ini seseorang dapat menghubungkan keinginan tak tertahankan, perasaan
emosional, atau motivasi kepada orang lain.

j) Reaksi formasi: pengembangan pola sikap dan perilaku yang berlawanan


dengan apa yang benar-benar dirasakan atau ingin dilakukan.

k) Rasionalisasi: menawarkan penjelasan yang dapat diterima secara sosial atau


tampaknya logis untuk membenarkan atau membuatnya dapat diterima
walaupun implus, perasaan, perilaku, dan motif tidak dapat diterima.

l) Regresi: kemunduran karakteristik perilaku pada tingkat perkembangan awal.

m) Represi: penekanan secara tidak sadar hal-hal yang menyakitkan atau konflik
pikiran, implus atau memori dan kesadaran. Mekanisme pertahanan ini
adalah pertahanan ego utama dan mekanisme lainnya cenderung
memperkuatnya.

n) Disosiasi: mengamati orang dan situasi sebagai semua baik atau semua buruk,
gagal mengintegrasikan kualitas positif dan negatif dari diri sendiri.

o) Sublimasi: penerimaan tujuan pengganti yang disetujui secara sosial untuk


dorongan penyaluran ekspresi normal yang dihambat.

p) Supresi: suatu proses sering didengar sebagai mekanisme pertahanan tetapi


sebenarnya adalah sama dengan represi yang disadari. Hal ini merupakan
penekanan yang disengaja terhadap hal-hal yang disadari. Kadang-kadang,
hal itu dapat menyebabkan represi.

q) Undoing: tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan kejadian


sebelumnya, mekanisme pertahanan primitif.

E. Sumber Koping
Menurut Yosep (2011) mengungkapkan bahwa sumber koping dibagai
menjadi 4, yaitu sebagai berikut :

1. Personal Ability meliputi : kemampuan untuk mencari informasi terkait


masalah, kemampuan mengidentifikasi masalah, pertimbangan
alternatife, kemampuan mengungkapkan / konfrontasi perasaan marah.,
tidak semangat untuk menyelesaikan masalah, kemampuan
mempertahankan hubungan interpersonal, mempunyai pegetahuan dalam
pemecahan masalah secara asertif, intelegensi kurang dalam menghadapi
stressor.identitas ego tidak adekuat.
2.
3. Sosial Support meliputi : dukungan dari keluarga dan masyarakat,
keterlibatan atau perkumpulan di masyarakat dan pertentangan nilai
budaya
4.
5. Material Assets meliputi : penghasilan yang layak, tidak ada benda atau
barang yang biasa dijadikan asset, tidak mempunyai tabungan untuk
mengantisipasi hidup, tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan.
6. Positive Belief meliputi : distress spiritua, adanya motivasi, penilaian
terhadap pelayanan kesehatan

F. Tanda subjektif
1. Mengantuk
2. Pilek sampai bersin
3. Laktimasi (mengeluarkan air mata)
4. Dilatasi pupil ( diameter pupil membesar)
5. Vasodilatsi (pelebaran) umum pembuluh darah sehingga merasa panas
dingin, meriang dan berkeringat berlebih
6. Piloreksi ( merinding yang muncul hilang timbul)
7. Takikardi
8. Meningkatnya tekanan darah
9. Meningkatnya pernafasan secara mencolok
10. Suhu badan tinggi
11. Mual muntah
12. Diare
13. Insomnia
14. Tremor
15. Kejang
16. Lemas

G. Tanda objektif
1. Sugesti ( hasrat keinginan atau hasrat yang sangat besar ingin
mengkomunikasi kembali obat)
2. Gelisah dan mudah tersinggung
3. Myalgia (rasa sakit, atau pegal otot di punggung, kaki dan selalu tubuh)
4. Artralgia (tulang-tulang ngilu)
5. Sakit dan kram perut
6. Tidak ada selera makan

F. Diagnosa keperawatan
1. Perilaku kekerasan.
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang laindan lingkungan.
3. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
4. Isolasi sosial
5. Perubahan persensi sensori : Halusinasi
6. Berduka disfungsional
7. Inefektif proses therapi
8. Koping keluarga inefektif

G. Renpra

Diagnosa Tuk . Tum


Ansietas b.d 1. Kognitif a. Kaji tanda dan
peyalahgu Mengeal gejala dan
naan zat pertian, kemapuan klien
penyeba b. Jelaskan proses
b tanda terjadinya ansietas
gejala c. Latuhan cara
akibat mengatasi ansietas
dan 1. Jempol dan
proses telunjuk
Megetahuai disatuan
cara bayagkan
mengat kesehatan
asi 2. Jempol dan
ansietas ttengah org
2. Psikomotor pedulisdisatuan
a. Melakuakan bayagkan
latihan relaksasi kesehatan
teraik nafas 3. Jempol dan
dalam manis disatuan
b. Melakuakan bayagkan orag
latihan distraksi tersayang
c. hipnotis lima jari 4. Jempol dan
keligking
disatuan
bayagkan
pamandangan
yg disuaki
Startegi pelaksanaan
A. Proses keperawatan

Tuk 1&2 ( pertemuan 1)

1. Identitas klien : Ny. N

2. Kondisi klien :pasien suka jalan-jalan dan nongkrong bareng teman-teman


nya,NY. N mempunyai kebiasaan menggunakan shabu selama 6 bulan

3. Diagnosa Keperawatan :

Resiko tinggi mencederai diri sendiri Berhubungan dengan Intoksitasi

4. Tujuan Khusus

a. pasien dapat membina hubungan saling percaya

b. pasien dpt mengenali NAPZA

5. Tindakan Keperawatan.

a. Beri salam

b. Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan

c. Jelaskan maksud hubungan interaksi

d. Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat

e. Beri rasa aman dan sikap empati

f. Lakukan kontrak singkat tapi sering.

g. Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

h. Observasi tingkah laku klien terkait NAPZA.

i. Bantu klien mengenal NAPZA

j. Diskusikan dengan klien situasi yang dapat menimbulkan keionginan untuk


mengonsumsi NAPZA

k. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika mengonnsumsi NAPZA

Strategi komunikasi
I. Fase Orientasi

• Selamat pagi Kak perkenalkan nama saya desi nuryanti. Saya mahasiswa
AKPER yang sedag bertugas disini, saya akan merawat Kakak N selama 2 hari, mulai
hari ini sampai kamis tanggal 03 juni 2021

• Nama Kakak siapa?

• Saya ingi bercakap-cakap dengan Kakak N boleh ?

• Bagaimana kalau sambil bercakap-cakap kita duduk dikursi dekat ruang makan
itu dan lamanya 20 menit .

• Kita akan bersama-sama menyelesaikan masalah yang Kakak N hadapi.

II. Fase Kerja

• Bagaimana perasaan Kakak M hari ini?

• Kalau boleh, tahu, kenapa kakak sampai di bawa kesini?

• Jadi kakak N sering mengkomsumsi shabu, seingat kakak N keinginan


mengomsumsi shabu itu muncul biasanya karna apa?

• Kapan dan berapa kali sehari mengonsumsi shabu?

• Apakah Kakak N merasakan sesuatu jika tidak mengonsumsi NAPZA?

III. Fase terminasi

• Baik Kakak M, saya rasa sudah cukup percakapan kita kali ini, saya ingin kita
ketemu lagi siang ini setelah makan siang untuk mendiskusikan cara-cara mengontrol
ketika ingin mengonsumsi napza, mungkin tidak akan lama sekitar 15 menit, Kakak M
maukan?

• Sekarang bagaimana pereasaan Kakak M?

• Kakak M bisa sebutkan lagi pembvicaraan yang baru saja kita lakukan ?

• Silahkan Kakak M istirahat sambil menunggu makan siang karena saya lihat
Kakak M kelihatan lelah.

• Oh iya, mungkin ada yag ingin Kakak M sampaikan lagi sebelum saya pergi
keruang perawatan utuk menuliskan bahan diskusi kita nanti siang?

• Baik Kakak M silahkan bapak istirahat.

B. TUK 3 (pertemuan II )
Proses Keperawatan

1. Kondisi klien

2. Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi mencederai diri sendiri Berhubungan


dengan Intoksitasi

3. Tujuan khusus

• Pasien dapat mengontrol keinginanya mengonsumsi shabu.

Tindakan Keperawatan

• Mengkaji situasi /keadaan dimana keinginan mengkonsumsi shabu ,muncul

• Mengidentifikasi bersama pasien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi


keinginan mengonsumsi shabu (tidur, marah, menyibukan diri dll)

• Mendiskusikan cara mencegah/mengontrol timbulnya keinginan mengonsumsi


shabu

• Memberi kesempatan untuk melakuka cara yang telah dilatih, evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil.

• Mendorong pasien utuk memilih cara yang akan digunakan dalam menghadapi
keinginan mengonsumsi shabu Memberi penguatan dan pujian terhadap pilihan yang
benar.

I. Fase Orientasi

• Selamat siang kaka N, gimana perasaan kaka sekarang ?

• kaka M masih ingat dengan janji kita ?

• Sesuai janji kita tadi pagi, sekarag kita akan mendiskusikan cara-cara
mengontrol ketika ingin mengonsumsi shabu itu datang, tidak akan lama hanya sekitar
20 menit dan tempatnya disini saja.

• Oh, ya saya ingin tahu apa yag kita bicarakan tadi pagi, bisa kaka N sebutkan
lagi ?

II. Fase Kerja

• kaka N tadi sudah mengenali tentang situasi dan perasaan pada saat ingin
mengonsumsi Shabu itu muncul, tindakan apa yang biasanya dilakukan untuk
mengendalikan perasaan tersebut tersebut selama di rumah dan di rumah sakit ?

• Dari berapa cara yang dilakukan kaka N untuk mengendalikan pengguanaan


shabu tersebut cara yang mana yang paling mudah dan baik menurut kaka N?

• Saya sangat setuju dengan cara yag kaka N pilih karena selain mudah juga tidak
merugikan/mengganggu orang lain dan alangkah baiknya cara tersebut terus dilatih
supaya apabila perasaan ingin itu datang lagi dapat langsung di lakukan dengan mudah.

• Setelah cara tersebut sudah efektif kaka N lakukan, saya mngharapkan kaka N
mau mengikuti terapi aktivitas kelompok, kaka N setuju ?

III. Fase Terminasi

• Baik kaka N, tidak terasa waktu kita sudah habis, sudah 20 menit, saya senang
sekali dengan pembicaraan yang telah kita lakukan.

• Sekarang bagaimana perasaan kaka N?

• kaka N bisa menyebutkan lagi pembicaraan kita hari ini ?

• Bagus sekali kaka N, kaka N sudah bisa menyebutkan cara mengatasi keluhan
kaka N tersebut dan saya harap kaka N terus melatih cara yang paling baik seperti yang
kita diskusikan tadi.

• Saya akan sangat senang sekali jika kita bertemu lagi besok untuk
membicarakan tentang cara-cara untuk membantu merawat kaka N ?

• Baik kaka N, besok kita bertemu lagi disini, pada jam 09,00 pagi, kita akan
merbincang selama 15 menit, kaka N setuju.

• Sekarang kaka N silahkan istirahat kembali.

Daftar pustaka
Nasir, M. (2018). Mekanisme koping. Africa’s Potential for the Ecological
Intensification of Agriculture, 53(9), 1689–1699

Stuart G. W 2013 priensipes and pratice of psychiartic

Sutejo kliat B.A hastono P,H & N.HC 2011

Anda mungkin juga menyukai