Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


INFEKSI PASCA PERSALINAN

Oleh,
Jakariya Gilang Ramadhan
J.0105.20.012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR
CIMAHI
2020
A. DEFINISI

Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang-biaknya mikroorganisme dalam tubuh manusia yang
disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998 ). Infeksi pascapartum (sepsis
puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28
hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi Puerperal adalah infeksi dari saluran reproduksi yang terjadi dalam 28 hari setelah kelahiran
anak atau aborsi.Ini merupakan salah satu penyebab kematian ibu (kedua setelah hemoragi postpartum) dan
meliputi proses infeksi local sebagimana proses yang lebih progresif yang dapat mengakibatkan metritis,
endometritis , peritonitis atau selulitis (parametritis) (Doenges .2001).
Gejalanya berupa: - menggigil - sakit kepala - merasa tidak enak badan - wajah pucat - denyut jantung
yang cepat - peningkatan jumlah sel darah putih - rahimnya lunak, membengkak dan nyeri bila ditekan -
cairan yang keluar dari rahim berbau busuk. Jika infeksi menyerang jaringan di sekeliling rahim, maka nyeri
dan demamnya lebih hebat.
1. Jenis-jenis Infeksi Post Partum
a. Infeksi Uterus
1) Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). infeksi ini
dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi tersendiri dan terdapat benda
asing dalam rahim (Anonym, 2008).
Endometritis adalah infeksi yang berhubungan dengan kelahiran anak, jarang terjadi pada
wanita yang mendapatkan perawatan medis yang baik dan telah mengalami persalinan melalui
vagina yang tidak berkomplikasi. Infeksi pasca lahir yang paling sering terjadi adalah
endometritis yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah
lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah proses persalinan
yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini. Juga sering terjadi bila ada
plasenta yang tertinggal di dalam rahim, mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher
rahim, vagina atau vulva.
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi, sedikit demam, nyeri yang
samar-samar pada perut bagian bawah dan kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak
enak yang khas menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena luka
biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang berbau busuk, pengeluaran
kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh, gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak
terdapat tanda yang jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan
suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis yaitu nyeri abdomen
bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadang-kadang terdapat perdarahan dapat terjadi
penyebaran seperti meometritis (infeksi otot rahim), parametritis (infeksi sekitar rahim),
salpingitis (infeksi saluran tuba), ooforitis (infeksi indung telur), dapat terjadi sepsis (infeksi
menyebar), pembentukan pernanahan sehingga terjadi abses pada tuba atau indung telur
(Anonym, 2008).
Terjadinya infeksi endometrium pada saat persalinan, dimana bekas implantasi plasenta
masih terbuka, terutama pada persalinan terlantar dan persalinan dengan tindakan pada saat
terjadi keguguran, saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis (Anonym, 2008).
Kadang-kadang lokia tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan
ini dinamakan lokiametra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu. Uterus pada endometritis
agak membesar, serta nyeri pada perabaan dan lembek.
Pada endometritis yang tidak meluas, penderita merasa kurang sehat dan nyeri perut pada
hari-hari pertama. Mulai hari ke-3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam
beberapa hari suhu dan nadi menurun dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah
normal kembali.
Lokia pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal ini tidak
boleh dianggap infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokia yang
sedikit dan tidak berbau.
Untuk mengatasinya biasanya dilakukan pemberian antibiotik, tetapi harus segera
diberikan sesegera mungkin agar hasilnya efektif. Dapat pula dilakukan biakkan untuk
menentukan jenis bakteri, sehingga dapat diberikan antibiotik yang tepat.
2) Miometritis (Infeksi Otot Rahim)
Miometritis adalah radang miometrium. Sedangkan miometrium adalah tunika muskularis
uterus. Gejalanya berupa demam, uterus nyeri tekan, perdarahan vaginal dan nyeri perut
bawah, lokhea berbau, purulen.
Metritis akut biasanya terdapat pada abortus septik atau infeksi postpartum. Penyakit ini
tidak brerdiri sendiri akan tetapi merupakan bagian dari infeksi yang lebih luas yaitu
merupakan lanjutan dari endometritis. Kerokan pada wanita dengan endometrium yang
meradang dapat menimbulkan metritis akut. Pada penyakit ini miometrium menunjukkan
reaksi radang berupa pembengkakan dan infiltarsi sel-sel radang. Perluasan dapat terjadi lewat
jalan limfe atau lewat tromboflebitis dan kadang-kadang dapat terjadi abses.
Metritis kronik adalah diagnosa yang dahulu banyak dibuat atas dasar menometroragia
dengan uterus lebih besar dari bisa, sakit pnggang, dan leukore. Akan tetapi pembesaran uterus
pada multipara umumnya disebabkan oleh pemanbahan jaringan ikat akibat kehamilan. Terapi
dapat berupa antibiotik spektrum luas seperti amfisilin 2gr IV per 6 jam, gentamisin 5 mg
kg/BB, metronidasol mg IV per 8 jam, profilaksi anti tetanus, efakuasi hasil konsepsi.
3) Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim).
Parametritis adalah radang dari jaringan longgar di dalam lig latum. Radang ini biasanya
unilatelar. Tanda dan gejala suhu tinggi dengan demam tinggi, Nyeri unilateral tanpa gejala
rangsangan peritoneum, seperti muntah. Penyebab Parametritis yaitu :
a) Endometritis dengan 3 cara yaitu :
 Per continuitatum : endometritis → metritis → parametitis
 Lymphogen
 Haematogen : phlebitis → periphlebitis → parametritis
b) Dari robekan serviks
c) Perforasi uterus oleh alat-alat ( sonde, kuret, IUD )
b. Syok bakteremia
Infeksi kritis, terutama yuang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan endotoksin, bisa
mempresipitasi syok bakteremia (septic). Ibu hamil, terutama mereka yang menderita diabetes
mellitus atau ibu yang memakai obat imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian
juga mereka yang menderita endometritis selama periode pascapartum.
Demam yang tinggi dan mengigil adalh bukti patofisiologi sepsis yang serius. Ibu yang
cemas dapat bersikap apatis. Suhu tubuh sering kali sedikit turun menjadi subnormal. Kulit
menjadi dingin dan lembab. Warna kulit menjadi pucat dan denyut nadi menjadi cepat. Hipotensi
berat dan sianosis peripheral bisa terjadi. Begitu juga oliguria.
Temuan laboratorium menunjukkan bukti-bukti infeksi. Biakan darah menunjukian
bakteremia, biasanya konsisten dengan hasil enteric gram negative. Pemeriksaan tambahan bisa
menunjukkan hemokonsentrasi, asidosis, dan koagulopati. Perubahan EKG menunjukkan adanya
perubahan yang mengindikasikan insufisiensi miokard. Bukti-bukti hipoksia jantung, paru-paru,
ginjal, dan neurologis bisa ditemukan.
Penatalaksanaan terpusat pada antimicrobial, demikian juga dukungan oksigen untuk
menghilangkan hipoksia jaringan dan dukungan sirkulasi untuk mencegah kolaps vascular. Fungsi
jantung, usaha pernafasan, dan fungsi ginjal dipantau dengan ketat. Pengobatan yang cepat
terhadap syok bakteremia membuat prognosis menjadi baik. Dan morbiditas dan mortilitas
maternal diturunkan dengan mengendalikan distrees pernafasan, hipotensi dan DIC (Bobak,
Lowdermilk & Jensen, 2004).
c. Peritonitis

peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi


dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika
mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan
peritonitis.

Peritonitis, yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah


pelvis. Gejala-gejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum.
Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada
pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya
terkumpul dalam kavum douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia
posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kandung kencing.

Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan


merupakan penyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan
kecil, perut kembung dan nyeri, ada defense musculaire. Muka penderita,
yang mula-mula kemerah-merahan, menjadi pucat, mata cekung, kulit muka
dingin; terdapat apa yang dinamakan facies hippocratica. Mortalitas
peritonitis umum tinggi.

d. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil,
kebanyakan terjadi pada masa prenatal. Mereka yang sebelumnya
mengalami ISK memiliki kecenderungan mengidap ISK lagi sewaktu hamil.
Servisitis, vaginitis, obstruksi ureter yang flaksid, refluks vesikoureteral,
dan trauma lahir mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK,
biasanya dari escherichia coli. Wanita dengan PMS kronis, trutama gonore
dan klamidia, juga memiliki resiko. Bakteriuria asimptomatik terjadi pada
sekitas 5% nsampai 15% wanita hamil. Jika tidak diobati akan terjadi
pielonefritis pada kira-kira 30% pada wanita hamil. Kelahiran dan
persalinan premature juga dapat lebih sering terjadi.

Biakan dan tes sensitivitas urin harus dilakukan di awal kehamilan,


lebih disukai pada kunjungan pertama, specimen diambil dari urin yang
diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan
dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai
peningkatan asupan air dan obat antispasmodic traktus urinarius.

e. Septicemia dan piemia

Pada septicemia kuman-kuman yang ada di uterus, langsung masuk


ke peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya
septicemia dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari
darah. Pada piemia terdapat dahulu tromboflebitis pada vena-vena diuterus
serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta. Tromboflebitis ini menjalar ke
vena uterine, vena hipogastrika, dan/atau vena ovarii (tromboflebitis
pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu embolus kecil yang mengandung
kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk
keperedaran darah umum dan dibawa oleh aliran darah ketempat-tempat
lain, antaranya ke paru-paru, ginjal, otak, jantung, dan sebagainya, dan
mengakibatkan terjadinya abses-abses ditempat-tempat tersebut. Keadaan
ini dinamakan piemia.

Kedua-duanya merupakan infeksi berat namun gejala-gejala


septicemia lebih mendadak dari piemia. Pada septicemia, dari permulaan
penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari postpartum suhu
meningkat dengan cepat, biasanya disertai menggigil. Selanjutnya, suhu
berkisar antara 39 - 40°C, keadaan umum cepat memburuk, nadi menjadi
cepat (140 - 160 kali/menit atau lebih). Penderita meninggal dalam enam
sampai tujuh hari postpartum. Jika ia hidup terus, gejala-gejala menjadi
seperti piemia.

Pada piemia, penderita tidak lama postpartum sudah merasa sakit,


perut nyeri, dan suhu agak meningkat. Akan tetapi gejala-gejala infeksi
umum dengan suhu tinggi serta menggigil terjadi setelah kuman-kuman
dengan embolus memasuki peredaran darah umum. Suatu ciri khusus pada
piemia ialah berulang-ulang suhu meningkat dengan cepat disertai
menggigil, kemudian diikuti oleh turunnya suhu. Ini terjadi pada saat
dilepaskannya embolus dari tromboflebitis pelvika. Lambat laun timbul
gejala abses pada paru-paru, pneumonia dan pleuritis. Embolus dapat pula
menyebabkan abses-abses di beberapa tempat lain.
2. Komplikasi :
a. Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
b. Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner
c. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam
darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan
kematian.

B. ETIOLOGI
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat
berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat
persalinan berlangsung sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat
rahim. Jalan masuk lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan infeksi bisa timbul akibat bakteri yang
sering kali ditemukan didalam vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen
pathogen dari luar vagina (eksogenus) (Bobak, 2004). Namun biasanya infeksi ini tidak
menimbulkan penyakit pada persalinan, kelahiran, atau pascapersalinan. Hampir 30 bakteri
telah diidentifikasi ada disaluran genital bawah (vulva, vagina dan sevik) setiap saat (Faro
1990). Sementara beberapa dari padanya, termasuk beberapa fungi, dianggap nonpatogenik
dibawah kebanyakan lingkungan, dan sekurang-kurangnya 20, termasuk e.coli, s. aureus,
proteus mirabilis dan clebsiela pneumonia, adalah patogenik (Tietjen, L; Bossemeyer, D, &
McIntosh, N, 2004).
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen
(kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen
(dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus
anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuman-kuman
yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen
(ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi
tenggorokan orang lain).
2. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab
infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.
Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi
sebab infeksi umum.
3. Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada
perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius
4. Clostridium Welchi
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini
lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar
rumah sakit.

C. PENYEBAB TERJADINYA INFEKSI POST PARTUM


1. Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

a. Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada pemeriksaan
dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus.
Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke
dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b. Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang
berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau petugas kesehatan lainnya. Oleh
karena itu, hidung dan mulut petugas yang bekerja di kamar bersalin harus ditutup
dengan masker dan penderita infeksi saluran pernafasan dilarang memasuki kamar
bersalin.
c. Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari penderita-
penderita dengan berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa oleh aliran
udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang suci hama, dan yang
digunakan untuk merawat wanita dalam persalinan atau pada waktu nifas.
d. Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali apabila
mengakibatkan pecahnya ketuban.
2. Faktor predisposisi
Beberapa faktor dalam kehamilan atau persalinan yang dapat menyebabkan infeksi
pascapersalinan antara lain :
a. Anemia
Kekurangan sel-sel darah merah akan meningkatkan kemungkinan infeksi. Hal ini
juga terjadi pada ibu yang kurang nutrisi sehingga respon sel darah putih kurang
untuk menghambat masuknya bakteri.
b. Ketuban pecah dini
Keluarnya cairan ketuban sebelum waktunya persalinan menjadi jembatan masuknya
kuman keorgan genital.

c. Trauma

Pembedahan, perlukaan atau robekan menjadi tempat masuknya kuman pathogen,


seperti operasi.

d. Kontaminasi bakteri

Bakteri yang sudah ada dalam vagina atau servik dapat terbawa ke rongga rahim.
Selain itu, pemasangan alat selama proses pemeriksaan vagina atau saat dilakukan
tindakan persalinan dapat menjadi salah satu jalan masuk bakteri. Tentunya, jika
peralatan tersebut tidak terjamin sterilisasinya.

e. Kehilangan darah

Trauma yang menimbulkan perdarahan dan tindakan manipulasi yang berkaitan


dengan pengendalian pendarahan bersama-sama perbaikan jaringan luka, merupakan
factor yang dapat menjadi jalannya masuk kuman.

D. PENCEGAHAN DAN PENANGANAN


1. Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2. Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati-hati
karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah
masuk dalam jalan lahir. Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga
supaya persalinan tidak berlarut-larut.
4. Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
5. Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun
perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
6. Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera
diganti dengan tranfusi darah.
7. Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker;
yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
8. Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
9. Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi
yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.

E. PATOFISIOLOGI
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum. Pada
infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat itu terjadi reaksi
ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel fagosit dan sel pembuat
antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut inflamasi akut, reaksi ini terus
berlangsung selama menjadi proses pengrusakan jaringan oleh trauma. Bila penyebab
pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka sisa jaringan yang rusak disebut debris akan
difagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma
berlebihan, reksi sel fagosit kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul
dalam suatu rongga membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk
flegman (peradangan yang luas dijaringan ikat). (Sjamsuhidajat, R, 1997 ).

F. MANIFESTASI KLINIS
Rubor (kemerahan), kalor (demam setempat) akibat vasodilatasi dan tumor (bengkak)
karena eksudasi. Ujung syaraf merasa akan terangsang oleh peradangan sehingga terdapat
rasa nyeri (dolor). Nyeri dan pembengkan akan mengakibatkan gangguan faal, dan reaksi
umum antara lain berupa sakit kepala, demam dan peningkatan denyut jantung
(Sjamsuhidajat, R. 1997).

G. PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN POSTPARTUM


NY….P…A…DENGAN INFEKSI PASCA PERSALINAN DIRUANG….RS…..
1. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS

Identitas klien Identitas Penanggung Jawab


Nama : Nama :
Umur : Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
Tanggak masuk : Hub.Dengan klien :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :

b. STATUS KESEHATAN
1) Riwayat menstruasi
a) Amenorhoe umur : …tahun
b) Siklus …hari, teratur/ tidak
c) Lamanya :…
d) Keluhan dismenorhoe :…
e) Keluhan Keputihan :

2) Riwayat kehamilan yang lalu

No Tahun Kelahiran: Penolong Tindaka Komplikasi Keadaan Umur


abortus, n kehamilan, anak anak
preterm, persalinan sekaran & jenis
aterm,mati dan nifas g kelamin

a) Kontrasepsi yang pernah digunakan


IUD
b) Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita: jantung, ginjal, asma/ TBC,
hepatitis, DM, hipertensi, epilepsl dll
c) Riwayat penyakit keluarga: jantung, hipertensi, DM
d) Riwayat Sosial

3) Riwatay kehamilan
a) Kehamilan ini : direncanakan/ tidak
b) Perasaan tentang kehamilan ini
c) Status perkawinan…kawin…kali
d) Kawin I: umur….tahun anak….orang
e) Kawin II
f) HPHT
g) Kehamilan yang ke-:
h) HPL :
i) Keluhan-Keluhan :
j) Trimester I :
k) Trimester II:
l) Trimester III :
m) Pergerakan anak : kapan ....Berapa kali ...
4) Riwayat persalinan sekarang
a) Tempat melahirkan
b) Jenis persalinan
c) Ditolong oleh
d) Komplikasi/ kelainan dalam persalinan
e) partus lama …jam/ menit
f) Plasenta: spontan, lengkap, ukuran, berat, sisa plasenta, kelainan
g) Perineum: utuh, robekan, episiotomy, anastesi

5) Perdarahan
ada

6) Lama persalinan
a) kala I
b) kala II
c) kala III
7) Ketuban pecah: spontan…amnoitomy…lamanya…
Warna…bau/tidak…jumlah…
8) Komplikasi kala I, kala II
9) Keadaan bayi: lahir tanggal…jam…BB…nilai apgar…cacat bawaan…, masa
gestasi
10) Keluhan utama (keluhan saat dikaji)
11) Riwayat keluhan sekarang (PQRST)

c. PENGKAJIAN dengan BUBBLE-HE (Breast ; Uterus ; Bleader ; Bowel ;


Lochea ;
Epysiotomy ; Homan sign and Haemoroid ; Emotion)
1) Keadaan umum
2) TTV
a) Tekanan Darah : mmhg
b) Denyut nadi: x/m
c) Respirasi : x/m
d) Temperatus : 380C

3) Kepala
a) Rambut
b) Muka
c) Mata
d) Hidung
e) Bibir
f) Leher
g) Cloasma Gravidarum

4) Payudara /BREAST
a) keadaan putting susu:
b) AreLola :
c) Luka
d) Pembengkakan
e) Laktasi
f) Colostrum
g) Striae
h) Kebersihan
i) Kelainan

5) Abdomen/UTERUS
a) Striae :
b) Linea
c) Tinggi Fundus uteri
d) konsitensi uterus
e) kontraksi uterus
f) Adanya luka post operasi SC
g) keadaan luka

6) Kandung Kemih/BLEADER
Kandung kemih penuh

7) Rectum / BOWEL
a) HAEMOROID

8) Vagina / LOCHEA
a) Jumlah, Bau, Warna, Adanya rasa gatal, Adanya Bekuan
b) Keadaan Vulva, Kebersihan, Perineum
Vulva terlihat kotor
c) Episiotomi ya/ tidak, Jenis, Panjang, Jahitan
d) Tanda- tanda infeksi (REEDA)

9) Ekstremitas/ HOMAN SIGN


a) Oedema, varises, tromboplebitis
Sdema, nyeri tekan
b) CRT
c) Reflex hammer

10) Status emosional/EMOTION


a) evaluasi status psikologis (post partum blues, depresi, interaksi dengan
keluarga dan perawat)
b) Taking in, Taking hold, Letting go

11) Kemampuan perawatan sendiri


a) Perawatan payudara
b) Perawatan Perineum
c) Vulva hygiene
d) Perawatan bayi
e) Cara menyusu

12) Pola Kebutuhan Sehari-hari (ADL)

No Pola Sehari-hari Sebelum hamil Setelah hamil Setelah melahirkan


1 Pola nutrisi
Makan - Anoreksia, mual
Frekwensi / muntah
Jenis makanan - Haus,
Pantangan membrane
Keluhan mukosa kering
Minum - Distensi
Jenis minum abdomen
Frekwensi ,Kekakuan
keluhan

2 Eliminasi
BAK - Diare mungkin
Frekwensi ada
Warna
Keluhan
BAB
Frekwensi
Konsistensi
Warna
keluhan

3 Pola istirahat dan - Mailase, letargi


tidur - Kelelahan /
Siang keletihan yang
Malam terus menerus
Keluhan (persalinan
lama, stresor
pasca partum
multiple)
4 Personal hygiene
Mandi
Gosok gigi
Keramas
Perawatan
payudara
Perawatan vulva
keluhan

5 Pola aktivitas
Mandiri
Dibantu sebagian
Tergantung penuh
Keluhan
6 Pola seksual - Pecah ketuban
Frekwensi dini atau lama
Keluhan - Retensi produk
konsepsi
- eksplorasi
uterus
/pengangkatan
plasenta secara
manual atau
hemoragi
pascapartum.
- Tepi insisi
mungkin
kemerahan ,
edema , keras ,
nyeri tekan ,
atau memisah
dengan drainase
purulen atau
cairan
sanguinosa
- Subinvolusi
uterus mungkin
ada.
- Lokhia mungkin
bau busuk ,
tidak ada bau
(bila infeksi
oleh
streptokokal
beta hemolitik)
banyak atau
berlebihan.

d. DATA PENGETAHUAN
1) Tanda bahaya post partum
2) Pola hubungan seksual
3) Kebutuhan nutrisi
4) Senam nifas
5) Personal hygiene
6) Perawatan bayi
7) Tekhnik menyusui yang baik

H. ANALISA DATA

N DATA ETIOLIGI MASALAH


O
1 DS : Proses Persalinan Infeksi pasca partum
Klien mengatakan masih
keluar darah dari jalan Pemeriksaan dalam, partus
lahir seperti menstruasi lama, insisi,
DO :
Adanya kemerahan dan laseralisasi
nyeri tekan pada
perinieum Trauma jaringan / kerusakan
Keadaan vulva kotor fisik

Kontaminasi bakteri

Infeksi
2 DS : Proses Persalinan Gangguan pola tidur
Klien mengatakan susah
tidur, Mailase, letargi Pemeriksaan dalam, partus
lama, insisi,
DO :
Terdapat trauma pasca laseralisasi
persalinan
Trauma jaringan / kerusakan
fisik

Kontaminasi bakteri

Infeksi

Peritorium

Trauma persalinan

Kontaminasi bakteri

Peradangan

Penumpukan cairan rongga


peritoneum

Kebocoran isi rongga


abdomen

Hipertermi

Istirahat terganggu

Gangguan pola tidur


3 DS : Proses Persalinan Nyeri akut
Klien tampak
mengatakan nyeri pada Pemeriksaan dalam, partus
perineum skala 8, ketika lama, insisi,
bergerak nyerinya seperti
cekit-cekit perih laseralisasi
DO : Klien tampak
meringis kesakitan Trauma jaringan / kerusakan
fisik

Kontaminasi bakteri

Infeksi

Perinieum, vagina, vulva


serviks

Hygine yng buruk

Peradangan

Eritema disekitar lokasi


infeksi

Panas dang bengkak

Nyeri akut
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Infeksi b.d resiko tinngi terhadap penyebaran sepsis
2. Gangguan pola tidur b.d Trauma pasca persalinan
3. Nyeri Akut b.d Respons Tubuh Pada Agen Tidak Efektif , Sifat Infeksi (Mis: Edema
Kulit/ Jaringan ,Eritema)
J. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana Asuhan Keperawatan


(Nursing Care Plane)

Diagnosisi Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Infeksi b.d resiko Setelah dilakukan tindakan  Pencegahan Infeksi Mengetahui secara
keperawatan selama 2x24 jam dini
tinngi terhadap Observasi
derajat infeksi berdasarkan terjadinya infeksi
penyebaran sepsis observasi atau sumber  Monitor tanda dan gejala
informasi dengan kriteria hasil
: infeksi lokal dan sistamik
Terapeutik
 Kebersiahan tangan
meningkat dengan skala 5  Batasi jumlah pengunjung
 Kebersihan badan  Berikan perawatan kulit pada edema
meningkat dengan skala 5
 Cairan berbau busuk  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
menurun dengan skala 5 deangan pasien dan lingkungan pasien
 Kultur area luka membaik
dengan skala 5  Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko
tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Perawatan Pasca Persalinan Mengidentifikasi dan
Observasi merawat ibu segera
 Monitor tandatanda vital setelah melahirkan

 Monitor keadaan lokia (Mis. Warna, jumlah, sampai dengan enam


bau, dan bekuaan) minggu

 Periksa perineum atau robekan (kemerahan,


edema, ekimosis, pengeluaran, penyatuan
jahitan)
 Onitor nyeri
 Monitor ststus percernaan
 Mpnitor tanda homan
 Identifikasi kemampuan ibu merawat bayi
Teurapeutik
 Kosongkan kandung kemih sebelum
pemeriksaan
 Fasilitasi ibu berkemih secara normal
 Diskusikan seksualitas masa postpartum
Edukasi
 Jelaskan tanda bahaya nifas pada ibu dan
keluarga
 Ajarkan cara perawatan perineum yang tepat
 Perawatan Perineun Melakukan tindakan
Observasi menjaga integritas
 Inpeksi insisi atau robekan perineum kulit perinium dan
Terapeutik mengurangi

 Fasilitasi dalam membersihkan perineum ketidaknyamanan

 Pertahankan perineum teteap kering perinium

 Berikan posisi nyaman


 Bersihkan area perinieum secara teratur
 Berikan pembalut yang menyerap cairan
Edukasi
 Ajarkan pasien dan keluarga mengobservasi
tanda abnormal pada perineum
2 Gangguan Pola Setelah dilakukan tindakan  Dukungan tidur  Mempasilitasi
keperawatan selama 2x24 jam
Tidur Observasi siklus tidur dan
terhadap Gangguan pola tidur
klien berdasarkan  Identifikasi pola aktifitas dan tidur terjaga yang
observasi atau sumber
Tarapeutik teratur
informasi dengan kriteria hasil
:  Fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur
 Kebersiahan tangan
meningkat dengan skala 5  Sesuaikan jadwal pemberian obat dan tindakan
Kebersihan badan untuk menunjang siklus tidur terjaga
 Edukasi aktifitas/istirahat  Mengajarkan

Observasi pengaturan
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan aktifitas dan
menerima informasi istirahat
Teurapeutik
 Jadwalkan pemberian pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Edukasi
3 Nyeri Akut  Manajemen Nyeri Mengidentifikasikan
Faktor Resiko :
Observasi dan mengelola
Respons Tubuh
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi nyeri sensorik atau
Pada Agen Tidak
 Identifikasi skala nyeri emosional yang
Efektif , Sifat
 Identifikasi faktor yang memperberat dan berkaitan dengan
Infeksi (Mis:
memperingan nyeri kerusakan jaringan
Edema Kulit/
Terapeutik
Jaringan
 Berikan teknik non farmakologi untuk
,Eritema)
mengurangi rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetaka II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 Cetakan II. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai