POSTPARTUM
Disusun Oleh :
JAKARTA
BAB I
LATAR BELAKANG
Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu pilar Safe Motherhood. Bersih
artinya bebas dari infeksi. Infeksi dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas merupakan
penyebab utama kedua dari kematian ibu dan perinatal. Masa nifas atau post partum adalah
masa setelah persalinan selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ
reproduksi secara berlahan akan mengalami perubahan seperti sebelum hamil.
Infeksi post partum terjadi di traktus genetalia setelah kelahiran yang diakibatkan
oleh bakteri. Hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum yang salah satunya
disebabkan luka perineum. (Susilo Damarini, 2013). Penyembuhan luka pada ibu pasca
bersalin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mobilisasi dini, nutrisi, dan
perawatan perineum atau kebersihan diri. (Anggraeni, 2010). Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus
pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ
genetic pada waktu sebelum hamil. (Sujiatini dkk, 2010).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 terjadi 2,7
juta kasus ruptur perineum pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan akan meningkat
mencapi 6,3 juta pada tahun 2050 jika tidak mendapat perhatian dan penanganan yang
lebih.
BAB II
LANDASAN TEORI
D. PATOFISIOLOGI
Reaksi tubuh dapat berupa reaksi lokal dan dapat pula terjadi reaksi umum.
Pada infeksi dengan reaksi umum akan melibatkan syaraf dan metabolik pada saat
itu terjadi reaksi ringan limporetikularis diseluruh tubuh, berupa proliferasi sel
fagosit dan sel pembuat antibodi (limfosit B). Kemudian reaksi lokal yang disebut
inflamasi akut, reaksi ini terus berlangsung selama menjadi proses pengrusakan
jaringan oleh trauma. Bila penyebab pengrusakan jaringan bisa diberantas, maka
sisa jaringan yang rusak disebut debris akan difagositosis dan dibuang oleh tubuh
sampai terjadi resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reksi sel fagosit
kadang berlebihan sehingga debris yang berlebihan terkumpul dalam suatu rongga
membentuk abses atau bekumpul dijaringan tubuh yang lain membentuk flegman
(peradangan yang luas dijaringan ikat).
Perionitis
1. Suhu badan tinggi
2. Nadi cepat dan kecil
3. Nyeri tekan perut +
4. Pucat
5. Mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates
6. Kulit dingin
Salfingitis dan Ooforitis
1. Nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen
2. Demam disertai menggigil
3. Pengeluaran secret yang banyak dan kadang disertai pus.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hitung darah lengkap
Untuk memperkirakan apakah ibu mengalami kehilangan darah atau tidak,
untuk mengetahui apakah ada atau tidaknya terjadi perubahan Hb atau Ht dan
peningkatan sel darah putih (SdP). Salah satu yang mengindikasikan seseoramg
terkena infeksi adalah terjadi peningkatan leukosit, yaitu mencapai >11.000/mm
2. Kultur Uterus dan Vagina
Untuk memastikan diagnose infeksi postpartum. Dengan demikian dapat
diketahui miikorganisme yang menyebabkan infeksi pada ibu, sehingga tenaga
kesehatan dapat memberikan tindakan asuhan yang tepat.
3. USG
Melihat adanya plasenta yang tertinggal dalam uterus.
4. Pengecekan Lochea pada perineum setelah melahirkan (1-14 hari)
COCA (Konsistansi, bau, warna, jumlah cairan)
5. Pengecekan pada perubahan perineum
Observasi adanya kemerahan, edema atau pembengkakan, warna, adanya keluaran
cairan seperti nanah, dan perlekatan luka (REEDA).
G. KOMPLIKASI
1. Peritonitis (Peradangan selaput rongga perut)
2. Tromboflebitis Pelvika (Bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko
terjadinya emboli pulmoner
3. Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan bakteri dalam darah
4. Syok toksik dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang berat bahkan
kematian.
H. PENATALAKSANAAN MEDIK
1. Beri antibiotik sampai dengan 48 jam bebas demam
2. Cegah dehidrasi : berikan minum atau infus cairan kristaloid
3. Jika diduga ada sisa plasenta, lalukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan
serta sisa kotiledon.
4. USG untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta dalam rongga
uterus atau massa intra abdomen-pelvik.
5. Periksa kondisi umum : TTV. Nyeri perut dan cairan per vagiam setiap 4 jam.
BAB III
PEMBAHASAN
3. Pola Eliminasi
C. DISCHARGE PLANNING
1. Ajarkan ibu untuk membersihkan daerah perineum dengan air matang sesudah
mengganti kotek atau sesudah buang air.
2. Jika ibu menyusui, ajari ia merawat payudara dan putting susu untuk
mencegah infeksi (Mastitis)
3. Jika persalinan dengan sesio sesarea, untuk mecegah masalah pernafasan
dalam masalah persalinan, anjurkan ibu untuk berhati-hati dalam
menggonsumsi obat, segera mobilisasi dan tarik nafas dalam sering-sering,
dalam 12 jam pertama ibu boleh berjalan.
4. Anjurkan ibu untuk mengonsumsi vit.A dimana berfungsi untuk menurunkan
angka kematian dan angka kesakitan, vitamin A berperan terhadap sistim
kekebalan tubuh, mempertahankan terhadap infeksi.
DAFTAR PUSAKA
Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswadi, Y. (2007). Seri Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Herlina, U., & Hidayat, A. (2019). Pendeketan Eksistensial dalam Praktik Bimbingan
dan Konseling, 1-9.
LeMone, P., Burke, K. M., & Bauldoff, G. (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah (Gangguan Neurologi). Jakarta: RGC.