Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS PADA ANAK

(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas stase Keperawatn anak)

RANI NURAENI
C.0105.16.031

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
CIMAHI
2020
1. Konsep Teori DM

A. Definisi

Diabetes melitus secara defines adalaan keadaan hiperglikemia


kronik. Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan,
diantaranya adalah gangguan sekresi hormone insulin, gangguan
aksi/kerja dari hormone insulin atau gangguan kedua-dua nya
(Weinzimer SA, Magge S. 2005)

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2002, diabetes


melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada
diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung
dan pembuluh darah.

Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme


karbohidrat primer dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute)
dari hormon insulin. (Dona L. Wong, 2003)

Diabetes pada anak sebenarnya bukan jenis diabetes khusus.


Diabetes anak merupakan penyakit diabetes tipe 1 yang disebabkan
oleh gangguan produksi insulin. Gangguan produksi insulin sebagai
penyebab DM tipe 1 pada anak ini merupakan akibat dari adanya
kerusakan sel beta pankreas.

Diabetes melitus tipe 1 (IDDM : Insulin Dependent Diabetes


Mellitus), adalah abnormalitas homeostatis glukosa ditandai dengan
kerusakan permanen selbeta pankreas akibat dari proses
autoimmunitas yang menyebabkan turunya produksi insulin
sehinggakadar insulin endogen plasma turun sehingga menyebabkan
ketergantungan insulin exogen untuk mencegah proses komplikasi
yang mengancam jiwa yaitu keto-acidosis. Diabetes tipe 1
umumnyaditemukan pada kasus pediatrik anak dengan rataan umur 7 -
15 tahun, namun dapat juga muncul pada berbagai usia.

B. Etiologi

Dokter dan para ahli belum mnegetahui secara pasti penyebab


diabetes tipe 1. Namun yang pasti penyebab utama diabetes tipe 1
adalah factor genetic/keturunan. Resiko perekmebangan diabetes tipe 1
akan diwariskan melalui factor genetic.

1. Factor genetic

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri, tetapi


mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kea rah
terjadinya DM tipe 1, Kecenderungan genetic ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite
antigen). HLA merupakakn kumpulan gen yang bertanggung jawab
atas antigen trasnplantasi dan proses imun lainnya.

2. Factor-faktor imunilogi

Adanya respons autoimun yang merupakan respons abnormal


dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terjadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing, yaitu antibody terhadap sel-sel pulau
laungerhans dan isnulin endogen

3. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertenti dapat memicu proses autoimun yang


menimbulkan distruksi sel beta

C. Manifestasi Klinis

Pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-


anak (diabetes melitus juvenile) mempuinyai gambaran lebih akut,
lebih berat, tergantung insulin dengan kadar glokosa darah yang labil.
Penderita biasanya datang dengan ketoadosis karena keterlambatan
diagnosis. Mayoritas penyandang DM tipe 1 menunjukan gambaran
klinik yang klaiss seperti :

a. Hiperglikemia (kadar glukosa darah plasma >200mg/dl)

b. Polyuria

Polyuria noktunal seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya


DM tipe 1 pada anak

c. Polydipsia

d. Polyphagia

e. Penurunan berat badan

f. Malaise atau kelelahan

g. Glikosuria (kehilangan glukosa dalam urin)

h. Ketonemia dan ketonuria

Penumpukan asam lemak keton dalam darah dan urin terjadi akibat
katabolisme abonormal lemak sebagai sumber energy. Ini dapat
mengakibatkan asidosis dan koma

i. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa- sorbitol


fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat
terdapat penimbunan sorbitol dari lensa, sehingga menyebabkan
pembentukan katarak.

j. Gejala-gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas bau


aseton,nyeri atau kekakuan abdomendan gangguan kesadaran
(koma)
D. Klasifikasi

International Society of Pediatric and Adolescene Diabetes


(ISPAD) dan WHO merekomendasikan klasifikais DM berdasarkan
etiologi. DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-
pankreas. Keruskaan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses
autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang
atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resitensi insulin.
Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan
meningkat. DM tipe 2 biasanya diakaitkan dengan sindroim resistensi
insulin lainnya seperti obesitas, hipperlipidemia, kanstosis nigrikans,
hipertensi maupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk.
2010)

Klasifikasi DM berdasatkan etilogi (ISPAD, 2009) sebagai


berikut :

1. DM tipe 1 (destruksi sel-β)

a. Immune mediated

b. Idiopatik

2. DM tipe 2

3. DM tipe lain

a. Defek genetic fungsi pancreas sel

b. Defek genetic pada kerja insulin

c. Kelainan eksokrin pancreas

d. Gangguan endokrin

e. Terinduksi obat dan kimia

4. Diabetes melitus kehamilan


E. Patofisiologi

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan


yang menyerang orang dengan system imun yang secara genetis
merupakan predisposisi untuk terjadinya suatu respon autoimun yang
kuat yang menyerang antigen sel B pancreas. Factor ekstristik yang
diduga memepengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang
disebabkan oleh virus, seperti virus penyakit gondok (mumps)dan
virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang bersifat toksis, atau oleh
sitotoksin perusak dan anti bodi yang dirilis oleh imunosit yang
disentisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan
dengan reeplikasi atau fungsi sel B pancreas dapat menyebabkan
predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah infeksi virus. Lagu pila,
gegen-gen HKA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan
terjadap virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen
yang merespon system imun tertentu yang menyebabkan terjadinya
predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap
sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal
dengan istilah autoregrasi.

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang


berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes
ini muncul ketika pancreas sebagai pabrik insulin tidak dapat atau
kiurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh kurang
atau ada sama sekali,. Penurunan jumlah insulin menyebabkan
gangguan jalur metabolic anataranya penurunan glikosis (pemecahan
glukosa menjadi air dan karbondioksida, peningkatan glikogenesis
(pemecahan glokogen menjadi glukosa), terjadinya gluconeogenesis.
Gluconeogenesis merupakakn proses pembuatan glukosa dari asam
amino, laktat, dan gliserol yang dilakukan counterregukatory hormone
(glukogen, epinefrin, dan kortisol). Tanpa insulin, sintesis dan
pengambilan protein,trigliserida, asam lemak, dan gliserol dalam sel
akan terganggu. Seharusnya trjadi lipogenesis namun yang terjadi
adalah liposis yang menghasilkan badan keton. Glukosa menjdai
menumpuk dalam peredaran darah karena tidak dapat diangkut ke
dalam sel. Kadar glukosa lebioh dari 180 mg/dl ginjal tidak akan
mereabsorbsi glukosa dari glomerulus sehingga timbul glikosuria.
Glukosa menarik air dan menyebabkan osmotic diuretic dan
menyebabkan poliurua. Poliurua menyebabkan hilangnya elektrolit
lewat urin, terutama natrium, klorida, kalium, dan foosfat merangsang
rasa haus dan peningkatan asupan air (polidipsi). Sel tubu kekurangan
bahan bakar (cell starvation) pasien merasa lapar dan peningkatan
asupan makan (polifagia).

Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak dan remaja
tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang
non obesitas dan mereka yang berlanjut usia ketika hiperglikemia
tampak pertama kali. Keadaan tersebut merupakan suatu gangguan
katbolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin
dalam sirkualsi, glukogen plsma meningkatkan dan sel-sel B pancreas
gagal merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian insulin eksogen untuk memperbaiki
katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan hiperglukagonemia
dan peningkatan kadar glukosa darah (Tandra,2007)
F. Pathway

Faktor genetik
Ketidak seimbangan Gula darah tidak dapat
Infeksi virus Kerusakan sel beta
produksi sel insulin dibawa masuk oleh sel
Pengrusakan imunologik

Batas melebihi ambang Anabolisme protein


Glukosoria Hiperglikemia
ginjal menurun

Dieresis osmotik Vikositas darah meningkat Syok hiperglikemik Kerusakan pada antibodi

Koma diabetik Kekebalan tubuh menurun


Poliuri → retensi urine Aliran darah lambat

Kehilangan elektrilit dalam


Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati sensori perifer
sel

Perfusi perifer tidak


Dehidrasi Nekrosa luka Klien tidak merasa sakit
efektif

Resiko gannguan
Resiko syok Kehilangan kalori Ganggrene
integritas kulit/jaringan

Sel kekurangan bahhan


Merangsang hipotalamus Protein dari lemak dibakar BB mneurun
untuk metbolisme

Pusat lapar dan haus Katabolisme lemak Pemecah protein Keletihan

Polidipsia
Asam lemak Keton ureum
Polipagia

Defisit Nutrisi
Keteadosis
G. Pemeriksaan penunjang

a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)

2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7.8 mmol/L)

3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian


sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam posst prandial
(pp) > 200 mg/dl

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode


enzimatik sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dl)

Bukan Belum Pasti


DM DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Darah kapiler <90 90-199 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasama veva <110 110-125 >126
Darah kapiler <90 90-109 >110

b. Aseton Plasma (keton) : positif secara mencolok

c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolestrol meningkat

d. Osmololalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330


mOsm/l

e. Elektrolit :

 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun

 Kalium : normal atau peningkat semu (perpindahan


seluler), selanjutnya akan menurun
 Fosfor : lebih sering menurun

f. Gas Darah Arteri : biasanya menunjukan pH rendah dan penurunan


pada HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasnsi alkalosis
respiratorik

g. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) : leukositosis,


hemokonsentrasi, merupkan respon terhadap stress atau infeksi

h. Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal


(dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)

i. Insulin darah : mungkin menurun / atau bahkan sampai tidak ada


(pada tipe 1) atau noemal samapi sampai tinggi (pada tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
pengguananya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody.
(autoantibody)

j. Pemeriksaaan fungsi tiroid : peningkat aktivitas hormone tiroid


dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

k. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas


mungkin meningkat

H. Discharege Planning

1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal

2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan


karbohidrat

3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan


karena hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar
gula darah

4. Pelajari mencegah infeksi : keberihan kaki, hindari perlukaan


5. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung serat, seperti
sayuran dan sereal

6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung


banyal kolestrol lDL, antara lain : daging merah, produk susu,
kunimg telur, mentega, saus salad, dan makanan pencucui mulut
berlemak lainnya

7. Hindari minuman yang berakohol dan kurangi konsumsi garam

I. Komplikasi

Diabetes dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang


beberapa organ dan yang lebih rumit lagi. penyakit diabetes tidak
menyerang satu alat saja, tetapi berbagai organ secara bersamaan.
Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart, 2006)

Kompliksi metabolic akut yang sering terjadi :

1) Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh


kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar,
keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia sering
membuat anak emosional, mudah marah, lelah, keringat dingin,
pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu fungsi
organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik disebabkan
oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi,
atau penderita terlambat makan , atau bisa juga karena latihan fisik
yang berlebihan

2) Koma diabetic

Koma diabetic ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu
tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetic
yang sering timbul adalah :
 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai
nafsu makan yang besar )

 Minum banyak, BAK banyak

 Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita


menjadi cepat dan dalam, sera bau aseton

 Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan


penderita koma diabetic harus segera dibawa ke RS

 Komplikasi-komplikasi Vaskular jangka panjang (biasanya


terjadi setelah tahun ke-5) berupa :

1) Mikroangiopati : retinopati, nefropati. Nefropati diabetic


dijumpai pada 1 diantara 3 penderita DM tipe 1

2) Makroangiopati : ganggren, infark miokardium, dan angina.

 Koplikasi lainnya (FKUI. Ilmu Kesehatan Anak. 1988) :

1) Gangguan pertumbuhan dan pubertas

2) Katarak

3) Arteosklerosis (sesudah 10-15 tahun)

4) heoatomegali

2. Konsep Teori Keperawatan

A. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan system endokrin diabetes


melitus dilakukan mulia dari pengumpulan data yang meliputi :
biodata, keadaan umum pasein, tanda-tanda vital, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari, fisik.

a. Identitas
Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomer
register, tanggal pengkajian, dan doagonsa medis. Identitas ini
digunakan untuk membedakan klien satu dengan yang lain.

b. Keluhan utama

Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk RS.

 Data subjektif yang mungkin timbul :

1. Klien mengeluh sering kesemutan

2. Klien sering mengeluh buat air pada malam hari

3. Klien mengeluh serinh haus

4. Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan


(polifagia)

5. Klien mengeluh merasa lemah

6. Kleien mengeluh pandangan nya kabur

 Data objektif

1. Klien tampak lemas

2. Terjadi penurunan berat badan

3. Tonus otot menurun

4. Terjadi atropi otot

5. Kulit dan membrane mukosa tanpak kering

6. Tampak adanya luka ganggren

7. Tampka adanya pernapasan yang cepat dan dalam

c. Kedaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.

d. Tanda-tanda Vital

Meliputi pemeriksaan :

1. Tekanan darah

2. Pulse rate

3. Respirate rate

4. Suhu

e. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :

1. Insfeksi

Kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya


atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernafasan cepat dan
dalam, tampat adanya retinopati, nopati, kekakubran
pandangan

2. Palpasi

Kulit teraba kering, tinus otot menurun

3. Aukultasi

Adanya peningkatan tekanan darah.

B. Masalah Keperawatan dan data Pendukung

No Data Etiologi Masalah


DS : Faktor genitik, Defisit Nutrisi
- Cepat kenyang virus dan
setelah makan pengruskan
- Kram/nyeri iumunologik
abdomen ↓
- Nafsu makan Keruakan sel beta
menurun ↓
Ketidak
DO : seimbangan
- BB menurun produksi insulin
miniml 10 % ↓
dibawah Gula dalam darah
rentang ideal tidak dapat dibawa
- Bising usus masuk ke dalam
hiperaktif sel
- Otot pengunyah ↓
lemah Hiperglikemia
- Otot menelan ↓
lemah Batas melebihi
- Membrane ambang ginjal
mukosa pucat ↓
- Sariawan Glukosuria
- Diare ↓
Kehilangan kalori

Sel kekurangan
bahan untuk
metabolisem

Merangsang
hipotalamus

Pusat lapar dan
haus

Polydipsia,
polipagia

Defisit Nutrisi

2 DS : - Faktor genitik, Resiko Syok


virus dan
DO : - pengruskan
iumunologik

Keruakan sel beta

Ketidak
seimbangan
produksi insulin

Gula dalam darah
tidak dapat dibawa
masuk ke dalam
sel

Hiperglikemia

Batas melebihi
ambang ginjal

Glukosuria

Dieresis osmotic

Poliuri

Kehilangan
elektrolit dalam sel

Dehidrasi

Resiko Syok
DS : - Faktor genitik, Resiko Infeksi
virus dan
DO : - pengruskan
iumunologik

Keruakan sel beta

Ketidak
seimbangan
produksi insulin

Gula dalam darah
tidak dapat dibawa
masuk ke dalam
sel

Anabolisme
protein menurun

Kerusakan pada
antibody

Kekebalan tubuh
menurun

Resiko Infeksi
DS : Faktor genitik, Retensi Urine
- Sensasi penih virus dan
pada kandung pengruskan
kemih iumunologik
- Dribbling ↓
Keruakan sel beta
DO : ↓
- Disuria/anuria Ketidak
- Distensi seimbangan
kandung kemih produksi insulin
- Inkontinensia ↓
berlebihan Gula dalam darah
- Residu urin 150 tidak dapat dibawa
ml atau lebih masuk ke dalam
sel

Hiperglikemia

Batas melebihi
ambang ginjal

Glukosuria

Dieresis osmotic

Poliuri

Retensi Urine
DS : Faktor genitik, Perfusi Perifer
- Parastesia virus dan Tidak Efektif
- Nyeri pengruskan
ekstermitas iumunologik
(klaudasi ↓
intermiten) Keruakan sel beta

DO : Ketidak
- Pengisian seimbangan
kapiler >3 detik produksi insulin
- Nadi perifer ↓
menurun atau Gula dalam darah
tidak teraba tidak dapat dibawa
- Akral teraba masuk ke dalam
dingin sel
- Warna kulit ↓
pucat Hiperglikemia
- Turgor kulit ↓
menurun Vikositas darah
- Edema meningkat
- Penyembuhan ↓
luka lambat Aliran darah
lambat

Iskemik jaringan

Perfusi Perifer
Tidak Efektif
DS : - Faktor genitik, Resiko
virus dan Gangguan
DO : - pengruskan Integritas
iumunologik Kulit/Jaringan

Keruakan sel beta

Ketidak
seimbangan
produksi insulin

Gula dalam darah
tidak dapat dibawa
masuk ke dalam
sel

Anabolisme
protein menurun

Kerusakan pada
antibody

Kekebalan tubuh
menurun

Neuropati sensori
perifer

Klien tidak merasa
sakit

Nekrosis luka

Gangrene

Resiko Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan
DS : Faktor genitik, Keletihan
- Merasa energy virus dan
tidak pulih pengruskan
walaupun telah iumunologik
tidur ↓
- Merasa kurang Keruakan sel beta
tenaga ↓
- Mengeluh lelah Ketidak
seimbangan
DO : produksi insulin
- Tidak mampu ↓
mempertahnkan Gula dalam darah
aktivitas rutin tidak dapat dibawa
- Tampak lesu masuk ke dalam
- Kebutuhan sel
aktivitas ↓
meningkat Hiperglikemia

Batas melebihi
ambang ginjal

Glukosuria

Kehilangan kalori

Sel kekurangan
bahan untuk
metabolis
em

Protein dan lemak
dibakar

BB menurun

Kelitihan

C. Diagnosa

1. Defisit Nutrisi

2. Resiko Syok

3. Resiko Infeksi

4. Retensi Urine

5. Perfusi Perifer Tidak Efektif

6. Resiko Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

7. Keletihan

8. Ansietas

D. Interventasi

1. Defisit Nutrisi

Intervensi Utama :

Manajemen Nutrisi

Definisi Tindakan
Mengidentifikasi Observasi
dan mengelola - Identifikasi status nutrisi
asupan nutrisi yang - Identifikasi alergi dan intoleransi
seimbang makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Teraupetik
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitas menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuia
- Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetic). Jika perlu
- Kolablrasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah untuk
menetukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika
perlu

2. Resiko Syok

Intervensi Utama :

Pencegahan Syok

Definisi Tindakan
Mengindentifikasi Obervasi
dan menurunkan - Monitor status kardiopulmonal
resiko terjadiya (frekuensi dan kekuatan nadi,
ketidakmampuan frekuensi napas, TD, MAP)
tubuh - Monitor status oksigenasi
menyediakan (oksimetri nadi, AGD)
oksigen dan - Monitor datus cairan (masukan dan
nutrient untuk haluaran, turgor kulit, CRT)
mencukupi - Monitor tingkat kesadaran dan
kebutuhan jaringan respon pupil
- Periksa riwayat alergi
Teraupetik
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%
- Persiapkan intubasi dan ventialsi
mekanis, jika perlu
- Pasang jalur IV, jika perlu
- Pasang kateter urine untuk menilai
produkis urine, jika perlu
- Lakukan skintest untuk mencegah
reaksi alergi
Edukasi
- Jelaskan penyebab/ factor resiko
syok
- Jelaskan tanda dan gejala awal
syok
- Anjurkan melapor jika
menenmukan/merasakan tanda dan
gejala awal syok
- Anjurkan memperbanyakan asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari allergen
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian IV, jika
oerlu
- Kolaborasi pemberian transfuse
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian
antiimflamsi, jika perlu

3. Resiko Infeksi

Intervensi Utama :

Pencegahan Infeksi

Definisi Tindakan
Mebgidentifikasi Observasi
dan menurunkan - Monitor tanda dan gejala infeksi
resiko terserang local dan sistemik
organisme Teraupetik
patogenik - Batasi jumlah pengunjung
- Berikan perawatan kulit pada area
edema
- Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
- Pertahankan teknik aseptic pada
pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara memncuci tangan
dengan benar
- Anjurkan menibgkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
caira
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu

4. Retensi Urine

Intervensi Utama :

Kateterisasi Urine

Definisi Tindakan
Memasukan selang Observasi
kateter urine ke - Periksa kondisi pasien (mis.
dalam kandung Kesadaran, tanda-tanda vital,
kemih daerah perineal, distensi kandung
kemih, inkontinesia urine, reflex
berkemih)
Teraupetik
- Siapkan peralatan, bahan-bahan
dan ruangan tindakan
- Siapkan pasien, bebaskan pakaian
bawah dan posisikan dorsal
rekumben (untuk wanita, dan
supine (untuk laki-laki)
- Pasang sarung tangan
- Bersihkan daerah perineal atau
preposium dan cairan NaCl atau
aquades
- Lakukan insersi kateter urine
dengan menerapkan perisnsip
aseptik
- Sambunhkan kateter urine dengan
urine bag
- Isi balon dengan NaCl 0.9% sesuai
anjuran pabrik
- Fiksasi selang kateter diatas
simpisis atau paha
- Pastikan kantung urine ditempatkan
lebih rendah dari kandung kemih
- Berikan label waktu pemasangan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urine
- Anjurkan menarik nafas saat insersi
selang kateter

5. Perfusi Perifer Tidak Efektif


Intervensi Utama :

Perawatan Sirkulasi

Definisi Tindakan
Observasi
- Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
perifer, edema, pengisian kapiler,
warna, suhu, angkle brachial index)
- Identifikasi factor resiko gangguan
sirkulasi (mis. Diabetes, perekok,
orang tua, hipertensi, dan kadar
kolestrol tinggi)
- Monitor panas, kemerahan, nyeri,
atau bengkak pada ekstermitas
Teraupetik
- Hindari pemasangan infus atau
pengmabilan drah diatrea
keterbatasan perfusi
- Hindari pengukuran tekanan darah
pada estermitas pada keterbatasan
perfusi
- Hindari penekanan dan
pemasangan tourniquet pada area
yang cedera
- Lakukan pencegahan infeksi
- Lakukan pearwatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
Edukasi
- Anjurkan berolahreaga rutin
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis.
Rendah lemak jenuh, minyak ikan,
omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis.
Rasa sakit yang tidak hilang saat
istirhat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)

6. Resiko gangguan Integritas Kulit/Jaringan

Intervensi Utama :

Perawatan integritas kulit

Definisi Tindakan
Mengidentifiaksi Observasi
dan merawat kulit - Identifikasi penyebab gangguan
untuk menjaga integritas kulit (mis. Perubahan
keutuhan, sirkualsi, perubahan status nutrisi,
kelembaban dan penurunan kelembaban, suhu
mencegah lingkungan ekstrem, penurunan
perkembangan mobilitas)
mikroorganisme Teraupetik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah
baring
- Lakukan pemijatan pada area
penonjolan tulang, jika perlu
- Bersihkan perineal dengan air
hangat, terutama selama periode
diare
- Gunakan produk berbahan
petroleum atau minyak pada kulit
kering
- Hindarai produd berbahan dasar
alcohol pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
(mis. Lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang banyak
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Asupn meningkatkan asupan buah
dan sayur
- Anjurkan menghindari terppar suhu
ekstrem
- Anjurkan mandi menggunakan
sabun secukupnya

7. Keletihan

Intervensi Utama :

Edukasi aktivitas/istirahat

Definisi Tindakan
Mengajarkan Obervasi
pengaturan - Identifikasi kesiapan dan
aktivitas dan kemampuan menerima informais
istirahat Teraupetik
- Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan istirahat
- Jadwalkan pemberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan
aktifitas fisik / olahraga secara rutin
- Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain, atau
aktivitas lainnya
- Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis.
Kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

8. Ansietas

Intervensi Utama :

Terapi Bermain

Definisi Tindakan
Menggunakan Observasi
mainan atau media - Identifikasi perasaan anak yang
untuk memfasilitasi diungkapkan selama bermain
anak adalam - Monitor penggunaan peralatan
mengkomunikasika bermain anak
n persepsi, - Monitor respons anak terhadap
pengetahuan dan terapi
penugasan anak - Monitor tingkat kecemasan anak
terhadap selama terapi
lingkungannya Teraupetik
- Ciptakan lingkungan yang aman
dan nyaman
- Sediakan waktu yang cukup untuk
memungkinkan sesi bermain
efektif
- Atur sesi bermain untuk
menfasilitasi hasil yang
diinginkan
- Tetapkan batasan untuk sesi
latihan teraupetik
- Sediakan peralatan bermain yang
aman, sesuai kreatif, tepa guna,
peralatan yang merangsang
perkembangan anak, yang dapat
mendorong ekspresi pengetahuan
dan perasaan anak
- Motivasi anak untuk berbagi
perasan, pengetahuan, dan
persepsi
- Komunikasikan penerimaan
perasaa, baik positif maupun
negatif, yang diungkapkan melalui
permainan
- Lanjutkan sesi bermain secara
teratur untuk membangun
kepercayaan dan mengurasi rasa
takut akan peralatan atau
perawatan yang tidak dikenal
- Dokumentasikan pengamatan
yang dilakukan selama sesi
bermain
Edukasi
- Jelaskan tujuan bermain bagi anak
dan orang tua
- Jelaskan prosedur bermain kepada
anak dan atau orang tua dengan
Bahasa yang mudah dipahami

DAFTAR PUSTAKA

1. [Online]
https://id.scribd.com/document/428714784/asuhan-keperawatan-anak-2-
juvenile-diabetes-dock.
2. [Online]
https://www.academia.edu/15996339/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_ANAK_
DENGAN_DM_JUVENILE.

3. [Online]
HTTPS://kupdf.net/download/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-
dm=1_5af3c38ce2b6f5f80efbfeb8_pdf.

4. Nurarif, Amin Huda and Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta :
MediAction, 2015.

5. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia, 2016.

6. PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 2018.

Anda mungkin juga menyukai