Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM

Untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners


Departemen Keperawatan Jiwa
di Ruang 23 Empati RS. dr. Saiful Anwar Malang

Disusun oleh:
YURIKE OLIVIA SELLA
NIM. 190070300111028

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
WAHAM

A. KONSEP DASAR WAHAM


1. PENGERTIAN WAHAM
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimanna sudah kehilangan kontrol. (DEPKES RI, 1994)
Seseorang yang mengalami waham berfikir dan meyakini bahwa dirinya
memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat dan terkenal. Hal ini sesuai dengan penjelasan varcarolis dalam
Fundamental of Psychiatric Mental Health Nursing ( 2006: 397) : ”Thinks he or she
has powers and talents that are not possessed or is someone powerful or famous.
Jenis- jenis waham menurut Stuart and Sundeen (2016) dan Keliat (2008)
terbagi atas :
a. Waham kebesaran: klien yakin secara berlebihan bahwa ia memiliki kebesaran
atau kekuatan khusus, di ucapkan berulang kali tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan
“ saya ini pejabat di departemen kesehatan lho… “
“ saya ini seorang nabi.... “
b. Waham agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan
dan diucapkan berulang ulang tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan
“ kalau saya mau masuk syurga saya harus menggunakan
pakaian putih setiap hari.. “
c. Waham somatik : klien meyakini bahwa tubuhnya atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserng penyakit, diucapkan berulang ulang
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
“ saya ini sakit kanker..” akan tetapi setelah dilakukan
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda – tanda
kanker namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker.
d. Waham curiga : kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana klien
yakin bahwa ada seseorang atau kelompokorang yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya, diucapkan
berulang ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
“ saya tahu.. seluruh saudara disini ini ingn menghancurkan
hidup saya, ingin membunuh saya karena iri dengan
kesuksesan saya..”
e. Waham nihilistic : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada didunia atau
meninggal, diucapkan berulang ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
“ ini kana lam kubur ya.., semua yang ada disini adalah roh..
roh.. “
2. PENYEBAB
Secara khusus factor penyebab timbulnya waham dapat diuraikan dalam beberapa
teori yaitu :
a. Factor Predisposisi
Menurut Townsend (1998) factor predisposisi dari perubahan isi pikir :
waham kebesaran dapat dibagi menjadi dua teori yang diuraikan sebagai berikut
:
1. Teori Biologis
a. Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan
kelainan yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).

b. Secara relative ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan


skizoprenia mungkin pada kenyataanya merupakan suaru kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan
memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak dari
orang-orang yang menderoita skizoprenia.
c. Teori biokimia menyatakan adanya peningkata dupamin neorotransmiter
yang dipertukarkan mengahasilkan gejala-gejala peningkatan aktifitas
yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya
diobservasi pada psikosis.
2. Teori Psikososial
a. Teori sistem keluarga Bawen dalam Townsend (1998) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi
keluarga. Komflik diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman
hal ini dalam anak akan menghasilkan keluarga yang selalu berfokus
pada ansietas dan suatu kondisi yang lebih stabil mengakibatkan
timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang berkembang
antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan
ketergantungan diri kepada orang tua dan masuk kepada masa dewasa,
dimana di masa ini anak tidak akan mampu memenuhi tugas
perkembangan dewasanya.
b. Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis
akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan
kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan dan
penuh konflik dan orang tua tidak mampu membentuk rasa percaya
tehadap orang lain.
c. Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu
ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan
saling mempengaruhi orang tua dan anak .karena ego menjadi lebih
lemah penggunaan mekanisme pertahanan itu pada waktu kecemasan
yang ekstrem mennjadi suatu yang maladaptive dan perilakunya sering
kali merupakan penampilan dan sekmen diri dalam kepribadian.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) factor presipitasi dari perubahan isi
pikir: waham kebesaran yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan nerobiologis yang maladaptive
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan.
2. Stress lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanta terdapat pada respon neurobiologist yang
maladaptive berhubungan denagn kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku
individu, seperti : gizi buruk, kurang tidur,infeksi, keletihan, rasa bermusuhan
atau lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stress gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepian,
tekanan, pekerjaa, kemiskinan, keputusasaan dan sebaigainya. (stuart,1998
dan townsend, 1998)
FASE – FASE TERJADINYA WAHAM

1. Lack of Self esteem


Tidak ada pengakuan lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal
dengan self reality (kenyataan dan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak tepenuhi sedangkan standart lingkungan sudah melampauinya. Misalnya :
perceraian , berumah tangga tidak diterima oleh lingkungannya, saat lingkungan
sudah banyak yang kaya, berpendidikan tinggi, memiliki kekuasaan yang luas,
seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungannya tersebut.
Padahal self reality nya sangat jauh dari aspek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh support system semuanya sangat rendah.
2. Control Internal Eksternal
Mencoba berfikir rasional, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya : seseorang yang mencoba menutupi kekurangan
3. Environment support
Kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal ditandai dengan tidak merasa
bersalah saat berbohong. Misalnya : seseorang yang mengaku dirinya adalah
guru tari. Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan,
klien merasa didukung, klien menganggap hal yang dikatakan sebagai kebenaran,
kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal (super ego)
4. Fisik Comforting
Klien merasa nyaman dengankeyakinan dan kebohongannya serta menganggap
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari ingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari innteraksi social.
5. Fase Improving
Jika tidak ada konfrontasi dan upaya korekasi maka keyakinan yang salah akan
meningkat. Waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatic masa lalu
atau kebutuhan yang tidak terpenuhi.

3. TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala dari perubahan isi pikir waham yaitu : klien menyatakan
dirinya sebagai seorang besar mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan
luar biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau
sekelompok orang, klien menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam
tubuhnya, menarik diri dan isolasi, sulit menjalin hubungan interpersonal dengan
orang lain, rasa curiga yang berlebihan, kecemasan yang meningkat, sulit tidur,
tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar, kadang tertawa atau
menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
1. Kognitif
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
3. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
4. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresi
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsive
i. Curiga
5. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1). Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan.
2). Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang
lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan proses pikir : waham
b. Kerusakan komunikasi verbal
c. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
3. Intervensi Keperawatan
Tindakan Keperawatan Untuk Tindakan Keperawatan untuk
Tgl/ No Dx
Pasien keluarga
SP 1 SP 1
1. Membantu orientasi realita 1. Menjelaskan masalah yang
2. Mendiskusikan kebutuhan dirasakan keluarga dalam
yang tidak terpenuhi merawat pasien
3. Membantu pasien memenuhi 2. Menjelaskan pengertian,
kebutuhannya tanda dan gejala waham,
4. Menganjurkan pasien dan jenis waham yang
memasukkan dalam jadwal dialami pasien, serta
kegiatan proses terjadinya
3. Menjelaskan cara merawat
pasien dengan waham
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Melatih keluarga
harian pasien mempraktekkan cara
2. Mendiskusikan tentang merawat pasien dengan
kemampuan yang dimiliki waham
3. Melatih kemampuan yang 2. Melatih keluarga
dimiliki melakukan cara merawat
langsung pasien waham
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga
harian pasien membuat jadwal aktivitas
2. Memberikan pendidikan di rumah termasuk minum
kesehatan tentang obat (dischange planning)
penggunaan obat secara 2. Menjelaskan follow up
teratur pasien setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dll. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Stuart dan Sundeen. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.

NANDA. 2009. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2009-
2011. Wiley-Blackwell

Anda mungkin juga menyukai