Di susun oleh :
Gema Ellvina Dwi Ahmadi
(14.401.19.025)
Akumulasi CSS di
dalam ventrikel
Peningkatan Ketidakmampuan
TIK bayi menggerakkan
kepala
Keterbatasan
makanan yang
masuk
Defisit Nutrisi
5. Manifestasi Klinis
a. Pembesaran kepala
b. Tekanan intrakranial meningkat dengan gejala : muntah, nyeri kepala, oedema
papil
c. Bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbital
d. Gangguan kesadaran, kejang
e. Gangguan sensorik
f. Penurunan dan hilangnya kemampuan aktivitas
g. Perubahan pupil dilatasi
h. Gangguan penglihatan (diplobia, kabur, visus menurun)
i. Perubahan tanda-tanda vital (nafas dalam, nadi lambat, hipertermi/hipotermi
j. Penurunan kemampuan berpikir (Muslihatun, 2015).
6. Klasifikasi
a. Hidrosefalus komunikan
Apabila obstruksinya terdapat rongga subarakhnoid, sehingga terdapat
aliran bebas CSS dalam sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. Jenis ini
tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetai villus arachnoid untuk
mengabsorbsi CSS terdapat dalam jumlah sangat sedikit atau malfungsional.
Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasanya disebkan karena dipenuhinya
villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya hemmorhage subarakhnoid
(klien mepertimbangkan tanda dan gejala-gejala peningkatan ICP). Jenis ini
tidak terdapat obstruksi pada aliran CSS tetapi villus arachnoid untuk
mengabsorbsi Css terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit atau
malfungsional. Umumnya terdapat pada orang dewasa, biasaya disebabkan
karena dipenuhinya villus arachnoid dengan darah sesudah terjadinya
hemmorhage subarachnoid (klien mempertimbangkan tanda dan gejal-gejala
peningkatan ICP)
b. Hidrosefalus non komunikan
Apabila obstruksinya terdapat didalam sistem ventrikel sehingga
menghambat aliran bebas dari CSS. Biasanya gangguan yang terjadi pada
hidrofalus kongenital adalah sistem vertikal sehingga terjadi bentuk
hidrosefalus non komunikan. Biasanya diakibatkan obstruksi dalam sistem
ventrikuler yang mencegah bersikulasinya CSS. Kondisi tersebut sering
dijumpai pada orang lanjut usia yang berhubungan malformasi congenital
pada sistem saraf pusat atau diperoleh dari lesi (space occuping lesion)
ataupun bekas luka. Pada klien dewasa dapat terjadi sebagai akibat dari
obstruksi lesi pada sistem ventrikuler atau bentukan jaringan adhesi atau bekas
luka didalam system di dalam system ventrikuler. Pada klien dengan garis
sutura yang berfungsi atau pada anak-anak dibawah 12-18 bulan dengan
intrakranialnya tinggi mencapai ekstrim, tanda-tanda dan gejal-gejala kenaikan
ICP dapat dikenali. Pada anak-anak yang garis suturanya tidak bergabung
terdapat pemisahan / separasi garis sutura dan pembesaran kepala (Muttaqin,
2014).
7. Komplikasi
Komplikasi hidrosefalus menurut
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi :
a. Perdarahan intraserebral atau intraventrikular
b. Infeksi
c. Malfungsi pintasan
d. Hematom subdural (sebagai akibat drainase LCS yang berlebihan)(Muttaqin,
2014).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hidrosefalus menurut
a. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Poses persalinan/kelahiran diusahakan dala batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan
caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menganggung resiko cidera kepala
bayi sewaktu lahir.
b. Terapi medikamentosa
Hidrosefalus dengan progesivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis
25-50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan.
Pemberian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan
“pada kasus didapat” dapat disembuhkan spontan 40-50% kasus.
c. Pembedahan
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi.
Misalnya Cysternostomy pada stenosis aqudustus. Dengan pembedahan juga
dapat mengeluarkan LCS kedaam rongga cranial yang disebut :
1) Ventrikulo peritorial shunt
2) Ventrikulo adrial shunt
d. Terapi
Pada dasarnya ada 3v prinsip dalam pengobatan hidrosefalus yaitu :
a. Mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ ekstrakranial (Kyle, 2015).
9. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut
a. Anamnesa riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan
neurologik yang rinci
b. CT scan kepala tanpa kontras
c. MRI kepala diindikasikan jika dicurigai stenosis akueduktus atau arnold-chiari
d. Pemeriksaan LCS radioisitop diindikasikan jika dicurigai adanya hidrosefalus
komunikan, dapat memperlihatkan sirkulasi LCS yang abnormal
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan terhadap komposisi cairan serebrospinal dapat sebagai petunjuk
penyebab hidrosefalus, seperti peningkatan kadar protein yang amat sangat
terdapat pada papiloma pleksus khoroideuis, setelah infeksi susunan saraf
pusat, atau perdarahan susunan saraf pusat atau perdarahan saraf sentral.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku agama, tanggal, dan jam MRS,
nomor register, diagnosa medis (Ngastiyah, 2014).
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran GCS : E4, V5, B6 (composmentis)
b) Tanda – tanda vital :
TD (normal 90-120 mmHg)
Nadi (normal 60-100 x/menit)
RR (normal 16-20x/menit)
Suhu (normal 36,5-37,5℃)
l) Pemeriksaan penunjang
1) CT scan kepala tanpa kontras
2) MRI kepala diindikasikan jika dicurigai stenosis akueduktus atau
arnold-chiari
3) Pemeriksaan LCS radiosotop diindikasikan jika dicurigai adanya
hidrosefalus komunikan, dapat memperlihatkan sirkulasi LCS yang
abnormal
4) Pemeriksaan laboratorium(Muttaqin, 2014).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi jaringan serebral(PPNI, 2018).
Definisi :
Mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.
Faktor Resiko :
1. Keabnormalan masa protrombin dan atau tromboplastin parsial
2. Penurunan kinerja ventrikel kiri
3. Arteroklerosis
4. Diseksi arteri
5. Tumor otak
6. Stenosis karotis
7. Dilatasi kardiomiopati
8. Cedera kepala
9. Neoplasma otak
10. Penyalahgunaan zat
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Embolisme
4. Dilatasi kardiomiopati
5. Hipertensi
6. Fibrilasi atrium
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologi (mis. stress, keengganan untuk makan)
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
Objektif
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Luka bakar
7. Kerusakan Neuromuscular
8. Kanker
9. Infeksi
10. Aids
Penyebab :
1. Perubahan sirkulasi perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan)
2. kekurangan/kelebihan volume cairan
3. Penurunan mobilitas
4. Bahan kimia iritatif
5. Suhu lingkungan yang ekstrem
6. Proses penuaan
7. Neuropati perifer
8. perubahan pigmentasi
9. Perubahan hormonal
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
Subjektif
1. (tidak tersedia)
Objektif
1. Nyeri
2. Perdarahan
3. Kemerahan
4. Hematoma
1. Imobilisasi
2. Gagal jantung kongestif
3. Gagal ginjal
4. Diabetes mellitus
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)
3. Intervensi Keperawatan
a. Perfusi jaringan serebral tidak efektif b.d peningkatan TIK(PPNI, Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1, 2018)
Tujuan:
Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam, maka peningkatan TIK
menurun Kriteria Hasil :
1) TIK tidak ada deviasi dari kisaran normal
2) Muntah tidak ada
3) Penurunan tingkat kesadaran tidak ada
Observasi
Terapeutik
Kriteria Hasil :
1. kekuatan mengunyah meningkat
2. Porsi makanan yang dihabiskan
3. Kekuatan menelan meningkat
Manajemen Nutrisi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik)
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
c. Gangguan integritas kulit b.d kulit kepala tertekan(PPNI, Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia, Edisi 1, 2018)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, maka gangguan pada kulit
membaik
Kriteria Hasil :
1. Kerusakan lapisan kulit menurun
2. Perfusi jaringan meningkat
Observasi
Terapeutik
Edukasi
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standart atau kriteria yang
ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada tahap evaluasi proses
keperawatan yaitu terdapat jam melakukan tindakan, data perkembangan pasien
yang mengacu pada tujuan, keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada
tanda atau paraf. Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standart
keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
membandingkandengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang kemudian ditulis
dalam daftar masalah
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin. (2014). Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba Medika.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1. jakarta: DPP PPNI.