Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN DENGAN HIDROSEFALUS

DI RSUP TADJUDDIN CHALID

Oleh :

AISYA AZ-ZAHRA PAPUTUNGAN

PO713201211009

CI LAHAN CI INSTITUSI

PRODI DIII KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2023
A. PENGERTIAN HIDROSEFALUS
Hidrosefalus berasal dari kata hidro yang berarti air dan chepalon yang berarti kepala.
Hidrosefalus merupakan penumpukan cairan serebrospinal (CSS) secara aktif yang
menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak dimana terjadi akumulasi CSS yang berlebihan
pada satu atau lebih ventrikel atau ruang subarachnoid (Sjamsuhidat, 2006).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya
cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Behrman, 2006)
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif
pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral
selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili
arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor
(Nurarif & Kusuma, 2013)

B. KLASIFIKASI HIDROSEFALUS
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang mempengaruhi. Klasifikasi
hidrosefalus dapat dibagi berdasarkan beberapa faktor antara lain (Behrman dkk, 2009) :
1. Gambaran klinis
Dikenal hidrosefalus yang manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus yang
tersembunyi (occult hydrocephalus). Hidrosefalus yang tampak jelas dengan tanda-
tanda klinis yang khas disebut hidrosefalus yang manifes. Sementara itu, hidrosefalus
dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus yang tersembunyi
(Behrman dkk, 2009).
2. Waktu pembentukan
Dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita. Hidrosefalus yang
terjadi pada neonatus atau yang berkembang selama intra uterin disebut hidrosefalus
kongenital. Hidrosefalus yang terjadi karena cedera kepala selama proses kelahiran
disebut hidrosefalus infantil. Hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus yang terjadi
setelah masa neonatus atau disebabkan oleh faktor - faktor lain setelah masa neonates
(Behrman dkk, 2009).
3. Proses terbentuknya hidrosefalus (waktu/onzet)
Dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik. Hidrosefalus akut adalah
hidrosefalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan
absorbsi CSS (berlangsung dalam beberapa hari). Disebut hidrosefalus kronik apabila
perkembangan hidrosefalus terjadi setelah aliran CSS mengalami obstruksi beberapa
minggu (bulan-tahun). Dan diantara waktu tersebut disebut hidrosefalus subakut
(Behrman dkk, 2009).
4. Sirkulasi CSS (cairan serebrospinal)
a. Hidrosefalus non komunikans
CSS sistem ventrikulus tidak berhubungan dengan CSS ruang subaraknoid
(adanya blok), misalnya terjadi pada Kelainan perkembangan akuaduktus
Silvius kongenital (disebabkan oleh gen terangkai X resesif), infeksi virus,
tertekannya akuaduktus dari luar karena hematoma atau aneurisma kongenital,
Atresia foramen Luschka dan Magendie (sindroma Dandy-Walker), dan
berhubungan dengan keadaan-keadaan meningokel, ensefalokel, hipoplastik
serebelum (Behrman dkk, 2009).
b. Hidrosefalus komunikans
Hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan antara CSS sistem
ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid otak dan spinal. Gangguan absorbsi
CSS dapat disebabkan sumbatan sistem subaraknoid disekeliling batang otak
ataupun obliterasi ruang subaraknoid disekeliling batang otak ataupun obliterasi
ruang subaraknoid disekeliling konveksitas otak. Disini seluruh sitem ventrikuli
terdistensi . Hal ini terjadi pada keadaan-keadaan (Behrman dkk, 2009):
1) Malformasi Arnold-Chiari dimana terjadi hambatan CSS di ruang
subaraknoid sekitar batang otak akibat berpindahnya batang otak
danserebelum ke kanalis servikali.
2) Sekunder akibat infeksi piogenik dan meningitis sehingga terjadi
fibrosis dan perlekata.
Fibrosis akibat perdarahan subaraknoid

C. ETIOLOGI
Berikut ini merupakan beberapa etiologi Hidrosefalus (Nurarif & Kusuma, 2013) :
1. Kongenital
a. Stenosis akuaduktus serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah sangat jarang.
(Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).
b. Sindrom Dandy-Walker
Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.
Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV dan
hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh hubungan
antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak adekuat; dan hal ini
dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya biasanya tampak dalam 3 bulan
pertama. Kasus semacam ini sering terjadi bersamaan dengan anomali lainnya
seperti agenesis korpus kalosum, labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali
jantung, dan sebagainya.
c. Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang, dimana duabagian otak yaitu batang otak dan
cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar
menuju canalis spinalis.
d. Aneurisma vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal tidak
dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi karena vena
Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan membentuk kantong
aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.
e. Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada, dan diganti dengan kantong CSS.
2. Didapat (Acquired)
a. Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis, menyebabkan radang pada selaput (meningen)
di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut dari
infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid, yang melalui
akuaduktus pada sistem ventrikel atau mempengaruhi penyerapan CSS dalam villi
arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat pengobatan, bakteri meningitis dapat
menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis
meliputi demam, sakit kepala, panas tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk.
Pada kasus yang ekstrim, gejala meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang.
Dapat diobati dengan antibiotik dosis tinggi.
b. Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah mengalir
dalam jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan neurologis. Kemungkinan
hidrosefalus berkembang sisebabkan oleh penyumbatan atau penurunan kemampuan
otak untuk menyerap CSS.
c. Tumor (ventrikel, regio vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70%
tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain dari
tumor otakyang dapat menyebabkan hidrosefalus adalah tumor intraventrikuler dan
kasus yang sering terjadi adalah tumor plexus choroideus (termasuk papiloma dan
carsinoma). Tumor yang berada di bagian belakang otak sebagian besar akan
menyumbat aliran CSS yang keluar dari ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik
untuk mengobati hidrosefalus yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan
tumor penyebab sumbatan.
d. Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika terdapat
kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan pada membran
arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan berada pada ventrikel otak
atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid dapat menyebabkan hidrosefalus
non komunikans dengan cara menyumbat aliran CSS dalam ventrikel khususnya
ventrikel III.
Berdasarkan lokasi kista, dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding
kista dan mengeringkan cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak
dapat dioperasi (dekat batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk
mengalirkan cairan agar bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan
kista dan melindungi batang otak.

D. MANIFESTASI KLINIS / GAMBARAN KLINIS


Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh
gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi otak
(Manuaba, 2008).
1. Gambaran klinis hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari
1 tahun)
a. Kepala membesar
b. Sutura melebar
c. Fontanella kepala prominen
d. Mata kearah bawah (sunset phenomena)
e. Nistagmus horizontal
f. Perkusi kepala : “cracked pot sign” atau seperti semangka masak.
2. Gambaran klinis pada anak-anak dan dewasa
a. Sakit kepala
b. Kesadaran menurun
c. Gelisah
d. Mual, muntah
e. Hiperfleksi seperti kenaikan tonus anggota gerak
f. Gangguan perkembangan fisik dan mental
g. Papil edema; ketajaman penglihatan akan menurun dan lebih lanjut dapat
mengakibatkan kebutaan bila terjadi atrofi papila N.II. Tekanan intrakranial
meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah menutup, nyeri kepala
terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan mental secara
bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai seperti :
respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu merencanakan
aktivitasnya.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Behrman dkk, 2009)
1. Foto kepala
Dari foto sinar X kepala didapatkan biasanya hasil :
a. Tulang tipis
b. Disproporsi kraniofasial
c. Sutura melebar
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
a. Hidrosefalus tipe kongenital/infantil
b. Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.
2. Transiluminasi
Penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm, oksipital 1 cm.
3. Pemeriksaan CSS
Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela mayor. Menentukan :
a. Tekanan
b. Jumblah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
c. Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
d. Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotik.
4. Ventrikulografi
Ventrikulografi yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus melalui fontanella anterior langsung masuk ke
dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah
menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium bagian
frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko yang
tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
5. CT scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif, CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar
dari occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS. Jika
ada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari semua
sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
6. USG
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak
mempunyai nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini
disebabkan oleh karena USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem
ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan CT scan.

F. DIAGNOSA BANDING
1. Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural akibat pencairan hematom
subdural.
2. Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural.
3. Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural.
4. Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang yang
normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS.
5. Tumor otak
6. Kepala besar
a. Megaloensefali : jaringan otak bertambah
b. Makrosefali : gangguan tulang.
7. Dalam proses diagnostik, diagnosis banding penting bagi pakar neuro ( saraf ) dan bedah
neuro untuk menentukan prognosis dan terapetik.
8. Komplikasi hidrosefalus :
a. Atrofi otak
b. Herniasi otak yang dapat berakibat kematian.

G. PATOFISIOLOGI
CSS dihasilkan oleh plexus choroideus dan mengalir dari ventrikel lateral ke dalam
ventrikel III, dan dari sini melalui aquaductus masuk ke ventrikel IV. Di sana cairan ini
memasuki spatium liquor serebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis
dari ventrikel IV. Pengaliran CSS ke dalam sirkulasi vena sebagian terjadi melalui villi
arachnoidea, yang menonjol ke dalam sinus venosus atau ke dalam lacuna laterales; dan
sebagian lagi pada tempat keluarnya nervi spinalis, tempat terjadinya peralihan ke dalam
plexus venosus yang padat dan ke dalam selubung-selubung saraf (suatu jalan ke circulus
lymphaticus). Hidrosefalus ini bisa terjadi karena konginetal ( sejak lahir) infeksi (meningitis,
pneuomonia. TBC), pendarahan di kepala dan factor bawaan (stenosis , aquaductus, syilvi).
Sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, pentrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan pentrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. Waitmater di bawahnya akan mengalami atropi dan tereduksi
menjadi pita yang tipis. Pada grayematter terdapat pemeliharaan yang bersifat seleksif
sehingga walaupun pentrikel telah mengalami pembesaran greymater tidak mengalami
gangguan. Proses dilatasi itu merupakan proses yang tiba-tiba atau akut dan dapat juga
selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan (Smeltzer, 2008).
Pada bayi dan anak kecil suturakranial nya melipat dan melebar , untuk
mengkomodasi perningkatan masa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup
dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosis aquaductal
(penyakit keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran
pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan ( dominan vrontal
blow). Sindroma dan diwalkker akan terjadi jika obstruksi pada poraminal diluar
pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar pada fossae posterior menonjol
memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe
hydrocephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum yang secara simetris
dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih
tua,sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak,sebagai
akibatnya menunjukan gejala kenaikan ICP sebelum ventrikel serebral menjadi
sangat besar. Kerusakan pada absorsi dan sirkulasi CSF pada hydrocephalus tidak
komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6-8 jam dan
ketidakadaan absorsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran
ventricular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada dinding
rongga memungkinkan kenaikan absorsi. Jika route kolateral cukup untuk
mencegah dilatasi ventricular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi
(Nurarif & Kusuma, 2013).

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi
cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada
pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat-pusat kesehatan dimana sarana bedah saraf
tidak ada. Obat yang sering digunakan adalah (Carpenito, 2007):
a. Asetasolamid : Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini
dapat ditingkatkan sampai maksimal 1.200 mg/hari
b. Furosemid : Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau
injeksi iv 0,6 mg/kgBB/hari.
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
2. Lumbal Pungsi Berulang (Serial Lumbar Puncture)
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas
hidrosefalus belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi
penurunan tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili
arakhnoidalis akan lebih mudah (Carpenito, 2007).
Indikasi LPB umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus yang terjadi setelah perdarahan subarakhnoid, periventrikular-
intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan
dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending
herniation) (Carpenito, 2007).
3. Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita
gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol perinfus 0,5-2 g/kgBB/hari
yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit (Carpenito, 2007).
a. Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum,
dengan bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari
ventrikel III dapat mengalir keluar.
b. Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
1) Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus
tekanan normal.
2) Internal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
a. Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna
(ThorKjeldsen)
b. Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
c. Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
d. Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
e. Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
f. Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum
g. Lumbo Peritoneal Shunt, CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan
jarum Touhy secara perkutan. CSS dialirkan dari Resessus Spinalis
Lumbalis ke rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan
jarum Touhy secara perkutan.

Komplikasi Shunting :
1) Infeksi
2) Hematoma subdural
3) Obstruksi
4) Keadaan CSS yang rendah
5) Asites
6) Kraniosinostosis

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat penyakit sekarang
1) Penampilan umum
a) Keadaan umum
b) Pemeriksaaan Tanda-Tanda Vital
c) Penggunaan alat bantu napas (Oksigen, CPAP, dll)
2) Nutrisi dan cairan
a) Lingkar Lengan atas
b) Panjang badan/tinggi badan
c) Berat badan
d) Lingkar kepala
e) Lingkar dada
f) Lingkar perut
g) Status nutrisi (z-score atau WHO, CDC):
h) Kebutuhan kalori
i) Jenis makanan
j) Makanan yang disukai
k) Alergi makanan
l) Kesulitan saat makan
m) Kebiasaan khusus saat makan
n) Keluhan (mual, muntah, kembung, anoreksia, dsb
3) Kebutuhan cairan 24 jam
a) Balance cairan (hitung jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar)
b) Diuresis
c) Rute cairan masuk (oral, parenteral, enteral, dsb)
d) Jenis cairan (ASI/susu formula/infus/air putih, dsb)
e) Keluhan
4) Istirahat tidur
a) Lama waktu tidur (24 jam)
b) Kualitas tidur
c) Tidur siang
d) Kebiasaan sebelum tidur
5) Pengkajian nyeri (sesuai usia)
6) Psikososial anak dan keluarga
a) Respon hospitalisasi (rewel, tenang)
b) Kecemasan (anak dan orang tua)
c) Koping klien/keluarga dalam menghadapi masalah
d) Pengetahuan orang tua tentang penyakit anak
e) Keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
f) Konsep diri
 Gambaran tubuh
 Ideal diri
 Harga diri
 Peran
 Identitas diri
g) Spiritual (kebiasaan ibadah, keyakinan, nilai, budaya)
h) Adakah terapi lain selain medis yang dilakukan
7) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi)
8) Terapi
c. Riwayat kesehatan dahulu
60 – 90 % gejala hidrosephalus terlihat sejak lahir, kelainan bawaan. Infeksi ;
Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan setelah
sembuh dari Miningitis.
Neoplasma ; pada anak yang terbanyak mendapat penyumbatan bagian ventrikel
IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya berasal dari seribelum, sedang
bagian depan ventrikel III biasanya suatu Kraniofaringioma.
Perdarahan ; perdarah sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningen terutama basal otak.
d. Riwayat kesehatan keluarga: Adanya anggota keluarga yang pernah menderita
penyakit yang sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).
e. Riwayat tumbuh kembang : Ada tidaknya keterlambatan tumbuh kembang
f. Riwayat imunisasi
Biasanya anak belum mendapatkan Imunisasi yang lengkap, bahkan belum
sempat samasekali.
3. Pemeriksaan fisik : head to toe

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertemi b.d reaksi inflamasi (00007)
2. Nyeri akut b.d dilatasi ventrikel otak(00132)
3. Hambatan mobilitas fisik b.d pembesaran kepala (00085)
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d peningkatan volume CSF dan gangguan
aliran darah ke otak (00201)
5. Resiko infeksi b.d tindakan shunting, infus umbilikal (00004)
6. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d penurunan fungsi neurologis (00111)
7. Ansietas orang tua b.d gangguan tumbuh kembang anak (00146)
8. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi terhadap penyakit Hidrosefalus (00126)
9. PATHWAY HIDROSEFALUS

Infeksi bakteri Bakteri masuk ke Kelainan kongenital Kelainan fleksus


otak melalui aliran koroideus Obstruksi ventrikel
darah III/IV
Penyempitan
akuaduktus sylvii
Bakteri menyerang
meningen Aliran CSS dari Fleksus koroideus
ventrikel ketiga memproduksi CSF
Reaksi inflamasi Meningitis bakterial keempat terlambat berlebih

Terbentuk jar. Parut Penumpukan CSF


Hipertermi
pada ruang pada ventrikel
Akumulasi CSF
subaraknoid lateral dan ventrikel
ketiga
Gangguan
Nyeri akut reabsorbsi CSF Defisiensi
pengetahuan
CSF tertumpuk HIDROSEFALUS
Dilatasi ventrikel Peningkatan
TIK Kurang informasi
Kepala membesar Peningkatan volume Dilakukan tindakan
terhadap penyakit
CSF operasi shunting
Tidak dapat bergerak,
menegakkan kepala Gangguan aliran
Resiko infeksi Krisis pada Ansietas
darah ke otak
keluarga
Hambatan mobilitas
fisik Resiko Keterlambatan
ketidakefektifan Penurunan fungsi Tumbuh kembang
pertumbuhan dan
perfusi jaringan neurologis anak terganggu
perkembangan
otak

Anda mungkin juga menyukai