Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Penyakit jantung (heart disease) sering digunakan untuk menerangkan
sebuah penyakit pembuluh darah jantung. Pembuluh-pembuluh darah itu,
yang disebut arteri koroner, menyuplai otot jantung dengan oksigen dan
berbagai zat gizi yang sangat penting. Jika aliran darah melalui pembuluh-
pembuluh ini terganggu akan terhambat, kerusakan yang parahatau kematian
terhadap otot jantung sering kali terjadi ( Sunarni,2005). Suatu keadaan
patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism jaringan atau
kemampuannya hanya ada apabila disertai peninggian tekanan penfisisan
ventrikel kiri ( Imron dkk, 2016 ).
Prevalensi wanita dengan penyakit jantung bawaan (PJB) meningkat
dari waktu ke waktu. Menurut perkiraan European Society ofCardiology
sekitar 1600 pasien PJB di Inggris memasuki masa dewasa setiap tahun,
perbaikan penatalaksanaan medis dan bedah juga memungkinkan lebih
banyak pasien mencapai masa dewasa. Selain itu,tersedianya perangkat
diagnostik yang lebih canggih memungkinkan diagnosis dini dengan
sensitivitas dan akurasi lebih baik. Di Amerika Utara, sebagian besar penyakit
jantung adalah kasus PJB, sedangkan di negara berkembang penyakit jantung
rematik lebih umum dijumpai.

Gejala penyakit jantung dapat muncul pertama kali karena perubahan


hemodinamik selama kehamilan, sebaliknya gejala pusing, sesak napas,
edema perifer, bahkan sinkop sering terjadi pada kehamilan normal. Oleh

1
sebab itu, diperlukan pengetahuan komprehensif mengenai PJB serta
perubahan hemodinamik karena kehamilan.

Aliran darah uterus meningkat seiring pertumbuhan plasenta. 4 Volume


plasma mulai meningkat pada minggu keenam kehamilan, pada trimester
kedua mendekati 50% di atas normal, setelah itu cenderung tidak berubah.
Peningkatan volume plasma diikuti peningkatan massa eritrosit yang lebih
sedikit, mengakibatkan anemia relatif.

Denyut jantung menjadi sekitar 20% di atas batas normal untuk


meningkatkan curah jantung. Terjadi juga penurunan resistensi perifer yang
akan sedikit menurunkan tekanan darah. Tekanan vena ekstremitas bawah
akan meningkat, sehingga sekitar 80% wanita hamil sehat mengalami edema
perifer. Efek maksimum perubahan hemodinamik selama kehamilan
umumnya terjadi di akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga.
Perubahan hemodinamik ini dapat menimbulkan masalah bagi ibu dengan
PJB. Penambahan beban volume dapat membahayakan pasien dengan
gangguan fungsi ventrikel dan kemampuan jantung terbatas. Jika terdapat
hipertensi pulmonal, gagal jantung kanan atau pirau kanan ke kiri akan
menyebabkan hipoksia dan meningkatkan risiko kematian ibu.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara umum mengenai Penyakit Jantung pada Kehamilan
serta asuhan keperawatan penyakit jantung pada kehamilan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Penyakit Jantung pada Kehamilan
b. Mengetahui Etiologi Penyakit Jantung pada Kehamilan
c. Mengetahui Tanda dan gejala Penyakit Jantung pada Kehamilan
d. Klasifikasi Penyakit Jantung pada Kehamilan

2
e. Patofisiologi Penyakit Jantung pada Kehamilan
f. Pathway Penyakit Jantung pada Kehamilan
g. Penatalaksanaan medis Penyakit Jantung pada Kehamilan
h. Konsep keperawatan yang terdiri dari diagnose, rencana keperawatan pada
pasien Kehamilan dengan penyakit jantung

3
BAB II

KONSEP DASAR

IBU HAMIL DENGAN PENYAKIT JANTUNG

A. Pengertian
1. Pengertian penyakit Jantung
Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri
koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan
penyumbatan pada pembuluh darah tersebut. Hal itu terjadi karena adanya
atheroma atau atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah), sehingga
suplai darah ke otot jantung menjadi berkurang (Manuba,Ida Bagus.
2007).
Penyakit jantung (heart disease) sering digunakan untuk menerangkan
sebuah penyakit pembuluh darah jantung. Pembuluh-pembuluh darah itu,
yang disebut arteri koroner, menyuplai otot jantung dengan oksigen dan
berbagai zat gizi yang sangat penting. Jika aliran darah melalui pembuluh-
pembuluh ini terganggu akan terhambat, kerusakan yang parah atau
kematian terhadap otot jantung sering kali terjadi ( Sunarni,2005).
Penyakit jantung koroner adalah kelainan di arteri koroner sehingga
tidak cukup suplai darah yang berarti juga kurangnya suplai oksigen dan
nutrisi untuk menggerakkan jantung secara normal (Maulana,2008).
2. Pengertian penyakit jantung pada kehamilan
Suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat
jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism jaringan atau kemampuannya hanya ada apabila disertai
peninggian tekanan penfisisan ventrikel kiri ( Imron dkk, 2016 ).
Saat kehamilan datang, kelainan kardiovaskular pada wanita hamil sangat
sukar diketahui karena gejala penyakit jantung seperti kelelahan, dispneau,

4
ortopnea, edema tungkai, dan nyeri dada juga terjadi pada wanita normal.
Oleh karena itu, wanita dengan penyakit jantung wajib melakukan
pemeriksaan kehamilan atau antenatal care (ANC). Wanita dengan risiko
ringan dan moderate (kelasrisiko I dan II) dapat melakukan ANC
setidaknya satu kali selama trimester pertama. Sementara wanita dengan
kelas risiko III dan IV harus melakukan kunjungan antenatal setiap bulan
selama kehamilannya (Pieper, 2011).
Penyakit jantung telah menjadi salah satu penyebab utama kematian
wanita usia subur dalam dekade terakhir. Etiologinya berubah, karena
kebanyakan wanita hamil yang memiliki masalah jantung kini memiliki
kelainan jantung konginetal. Penyakit jantung yang terjadi akibat
pewarisan genetik dan gaya hidup, seperti penyakit arteri koroner, kini
prevalensinya meningkat pada wanita usia reproduktif, kemungkinan
akibat perubahan gaya hidup (Nuning, 2009).
B. Etiologi

1. Penyakit Jantung Akibat Demam Reumatik


Sebagian besar penyakit jantung pada kehamilan disebabkan oleh demam
rematik. Manifestasi yang terbanyak adalah poliartritis migrant serta
karditis. Perubahan kehamilan yang menyulitkan diagnosis demam
rematik adalah nyeri sendi pada wanita hamil mungkin oleh karena sikap
tubuh yang memikul beban yang lebih besar sehubungan dengan
kehamilannya serta meningkatnya laju endap darah dan jumlah leukosit.
Bila terjadi demam rematik pada kehamilan, maka prognosisnya akan
buruk. Menurut (Rukiyah, lia yulianti,2010) adanya aktivitas demam
rematik dapat diduga bila terdapat:
a. Suhu subfebris dengan takikardi yang lebih cepat dari semestinya
b. Leukositosis dan laju endap darah yang tetap tinggi

5
c. Terdengar desir jantung yang berubah-ubah sifatnya maupun
tempatnya
2. Penyakit Jantung Kongenital
Biasanya kelainan jantung bawaan oleh penderita sebelum kehamilan,
akan tetapi kadang-kadang dikenal oleh dokter pada pemeriksaan fisik
waktu hamil. Penderita tetralogi Fallot biasanya tidak sampai mencapai
usia dewasa kecuali apabila penyakit jantungnya dioperasi. Pada umunya
penderita kelainan jantung bawaan tidak mengalami kesulitan dalam
kehamilan asal penderita tidak sianosis dan tidak menunjukkan gejala-
gejala lain di luar kehamilan. Penyakit jantung bawaan dibagi atas :
a. Golongan sianotik (right to left shunt)
b. Golongan asianotik (left to right shunt)
c. Penyakit jantung hipertensi
Penyakit jantung hipertensi sering dijumpai pada kehamilan, terutama
pada golongan usia lanjut dan sulit diatasi. Apapun dasar penyakit ini,
hipertensi esensial, penyakit ginjal atau koaktasio aorta, kehamilan akan
mendapat komplikasi toksemia pada 1/3 jumlah kasus disertai mortalitas
yang tinggi pada ibu maupun janin. Tujuan utama pengobatan penyakit
jantung hipertensi adalah mencegah terjadinya gagal jantung. Pengobatan
ditujukan kepada penurunan tekanan darah dan control terhadap cairan
dan elektrolit menurut (Rukiyah, lia yulianti,2010) perubahan tersebut
disebabkan oleh :
a. Hipervolemia: dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai
puncaknya pada 28-32 minggu lalu menetap.
b. Jantung dan diafragma terdorong ke atas oleh karena pembesaran
rahim.
c. Dalam kehamilan :
d. Denyut jantung dan nadi: meningkat
e. Pukulan jantung meningkat.

6
f. Tekanan darah menurun sedikit.
Sebagian besar disebabkan demam reumatik. Bentuk kelainan katup yang
sering dijumpai adalah stenosis mitral, insufisiensi mitral, gabungan stenosis
mitral dengan insufisiensi aorta, gabungan antara insufisiensi aorta dan
stenosis aorta, penyakit katup pulmonal dan trikuspidal ( Imron dkk,2016 ).
Faktor Predisposisi: Peningkatan usia pasien dengan penyakit jantung
hipertensi dan superimposed preeklamsi atau eklamsi, aritmia jantung atau
hipertrofi ventrikel, riwayat decompensasi cordis, anemia ( Imron dkk,2016 ).
C. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala pada ibu hamil yang mmiliki penyakit jantung
selama kehamilan meliputi adanya nyeri dada terkait aktivitas dan emosi ibu,
sesak napas berat baik itu saat istirahat maupun terjadi dimalam hari, dan
sinkop ( kehilangan kesadaran karena kekurangan suplai oksigen di otak).
Tanda gejala yang muncul menurut ( Marmi dkk,2011 ) adalah :
1. Mudah lelah
2. Nafas terengah-engah
3. Peningkatan berat badan
4. Edema tungkai bawah
5. Kelelahan

Sedangkan menurut ( Imron dkk,2016) tanda gejala yang muncul adalah :

1. Sakit dada sewaktu-waktu


2. Peningkatan vena jugularis
3. Sianosis
4. Bunyi jantung I yang keras atau sulit didengar
5. Gemetaran
6. Batuk kronis

7
D. Klasifikasi
Klasifikasi Penyakit Jantung dalam Kehamilan New York Heart Association
(NYHA) mengklasifikasikan penyakit jantung menurut gejala :
1. Kelas I :Pasien yang aktivitas fisiknya tidak terganggu oleh penyakit
jantung. Aktivitas biasa tidak menimbulkan gejala seperti keletihan,
palpitasi, dyspnea, dan angina.
2. Kelas II :Pasien yang mengalami sedikit kerterbatasan dalam aktivitas
fisik akibat penyakit jantung. Pasien merasa 19 nyaman saat istirahat,
tetapiaktivitas fisik biasa akan memicu timbulnya gejala.
3. Kelas III :Pasien yang mengalami keterbatasan fisik secara bermakna
akibat penyakit jantung. Pasien merasa nyaman saat istirahat, tetapi
aktivitas fisik yang lebih sedikit dari biasa akan memicu timbulnya gejala.
4. Kelas IV :Pasien yang tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa disertai
rasa nyeri secara fisik akibat penyakit jantung. Gejala dapat dirasakan
bahkan pada saat istirahat dan ketidaknyamanan tersebut meningkat jika
melakukan aktivitas fisik apapun.
NYHA menyatakan rentang mortalitas maternal dari 0,4% pada klasifikasi
hingga 6,8% pada kelas III dan IV, dan mortalitas janin dari 0% pada kelas I
hingga 30% pada kelas IV. Terbukti bahwa kelas III-IV menyebabkan
mortalitas dan morbiditas maternal (Nuning, 2009) .
Klasifikasi

Kelas Riisiko Risiko Kehamilan Berdasarkan Kondisi Medis

I Tidak terdeteksi peningkatan risiko mortalitas maternal dan


tanpa/peningkatan ringan dalam morbiditas

II Sedikit peningkatan risiko mortalitas maternal atau


peningkatan moderat dalam morbiditas

III Peningkatan riisiko mortalitas maternal signifikan atau


morbiditas berat. Konseling dengan ahli diperlukan. Jika
diputuskan hamil, pengawasan spesialis jantung dan

8
kandungan secara intensif dibutuhkan selama kehamilan,
persalinan, dan nifas

E. Komplikasi pada kehamilan dengan penyakit jantung


Selama kehamilan, penurunan resistensi vaskular sistemik dan
peningkatan curah jantung memperparah sianosis dan hipoksia yang sudah
terjadi. Komplikasi ibu umumnya bergantung pada klasifikasi fungsional pada
ibu (klasifikasi NYHA). Kelas I-II memiliki angka mortalitas ibu <1%.
Sementara kelas III-IV memiliki angka mortalitas ibu 7% atau lebih.
Komplikasi juga meliputi : 1) dekompensasi kordis, 2) IUGR (Intrauterin
Growth Restriction/Retardation), 3) IUFD (Intra Uterin Fetal Death),
4)abortus, 5) prematuritas, 6) dismaturitas, 7) BBLR (Berat Badan Lahir
Rendah) (Angelina dkk, 2011).
a. Dekompensasi Kordis
Dalam kehamilan prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan pula
sering terdengar bising sistolik di daerah apeks dan katup pulmonal. Kita
harus waspada dalam mebuat diagnosis penyakit jantung dalam kehamilan.
Jadi hendaknya jangan kita membuat diagnosis penyakit jantung pada
wanita yang tidak menderitanya, dan sebaiknya penyakit jantung yang ada
jangan sampai tidak dikenal. Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa
penyakit jantung menjadi lebih berat pada kehamilan bahkan dapat terjadi
dekompensasi kordis. Apabila tenaga cadangan jantung dilampaui, maka
tejadi dekompensasi kordis (jantung tidak dapat lagi menunaikan tugasnya)
(Prawirohardjo, 2008).
b. IUGR
Setiap ibu memerlukan penatalaksanaan sesuai dengan status anatomis dan
fungsionilnya. Kerjasama yang erat antara dokter kardiologi dan dokter
obstetri merupakan hal yang penting. Pada kasus kehamilan dengan

9
penyakit jantung, kemungkinan terjadi IUGR pada bayi. Penatalaksanaan
antenatal pertama yang disertai dengan pengkajian riwayat dengan cermat
dan rujukan yang bersifat segera ke klinik pengobatan ibu. Kemudian
bekerjasama dengan 22 dokter kardiolog tersier. Penting juga untuk
persiapan orang tua untuk kasus bayi yang mengalami IUGR (Angelina,
2011).
c. IUFD
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin
dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil
konsepsi dapat menderita pula dan mati. Selain itu, janin dapat menderita
hipoksia dan gawat janin dalam persalinan, sehingga neonatus lahir mati
atau dengan nilai APGAR rendah. Pemeriksaan antenatal yang disertai
dengan pengkajian riwayat dengan cermat dan rujukan yang bersifat segera
ke klinik pengobatan, kemudian bekerjasama dengan dokter kardiolog
tersier (Prawiroharjo, 2008) (Angelina dkk, 2011).
d. Abortus
Abortus pada kehamilan dengan penyakit jantung dapat terjadi apabila ibu
(penderita) menderita hipoksia dan sianosis. Pemeriksaan antenatal yang
disertai dengan pengkajian riwayat dengan cermat dan rujukan yang
bersifat segera ke klinik pengobatan, kemudian bekerjasama dengan dokter
kardiolog tersier (Angelina dkk, 2011).
e. Prematuritas
Secara klinis tampak bahwa makin meningkat kelas fungsional penyakit
jantung yang diderita, maka volume plasma cenderung lebih rendah.
Ditemukan komplikasi prematuritas pada penderita penyakit jantung dalam
kehamilan. Penatalaksanaan dari tim multidisipliner dibutuhkan dipusat
spesialis yang merawat kehamilan yang beresiko tinggi pada jantung
(Angelina dkk, 2011).
f. Dismaturitas

10
Penyakit jantung berpengaruh tidak baik bagi kehamilan, dan janin dalam
kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi
dapat menderita pula dan mati, yang kemudian dapat disusul pula dengan
abortus. Apabila konseptus dapat hidup terus, anak dapat lahir cukup bulan
akan tetapi dengan berat badan rendah (dismaturitas). Perlu
penatalaksanaan dari tim multidisipliner dibutuhkan di pusat spesialis yang
merawat kehamilan yang berisiko tinggi pada jantung (Prawirohardjo,
2008).
F. Patofisiologi
Pada saat kehamilan curah jantung meningkat hingga 30 sampai 50 persen.
Hampir separuh dari peningkatan total tersebut terjadi pada 8 minggu, dan
maksimal pada pertengahan kehamilan. Peningkatan dini curah jantung terjadi
akibat meningkatnya isi sekuncup disertai berkurangnya resistensi vaskuler
dan pnurunan tekanan darah. Pada tahap kehamilan selanjutnya juga terjadi
peningkatan denyut nadi istirahat, dan isi sekuncup semakin meningkat,
mungkin berkaitan dengan meningkatnya pengisisan diastolic akibat
meningkatnya volume darah.
Karena pada awal kehamilan terjadi perubahan hemodinamik yang signifikan,
wanita dengan disfungsi jantung yang berat dapat mengalami perburukan
gagal jantung sebelum pertengahan kehamilan. Pada wanita yang lain, gagal
jantung terjadi pada trimester ke tiga saat hypervlemia normal pada kehamilan
mencapai puncaknya. Akan tetapi, pada sebagian besar kasus gagal jantung
terjadi peripartum saat timbul tambahan beban hemodinamik. Kondisi ini
merupakan saat kemampuan fisiologis jantung mengubah curah jantung
secara cepat sering kesulitan menghadapi penyakit jantung structural (Nuning,
2009).
G. Penatalaksanaan: Medik dan Prinsip perawatan
Menurut (Bobak,2005) penanganan awal pada ibu hamil dengan penyakit
jantung adalah :

11
1. Konseling tentang keadaan kehamilan dengan penyakit jantung mencakup
tanda dan gejala, komplikasi dan tindakan yang harus dilakukan termasuk
mendatangi fasilitas kesehatan.
2. Kolaborasi , konsultasi dan perawatan dengan Gynekolog dan Kardiolog
sedini mungkin.
3. Menganjurkan ANC dilakukan 2 minggu sekali sampai usia kehamilan <28
minggu, 1 minggu sekali setelah usia kehamilan 28 minggu.
4. Pembatasan aktifitas fisik
5. Tidur cukup 8-10 jam, tidur siang 1-2 jam dan istirahat baring minimal ½
jam setiap selesai makan
6. Mengatasi kelebihan berat badan
7. Mengatasi anemia
8. Lingkungan rumah baik fisik dan psikologi yang menunjang
9. Menghindari infeksi jalan pernapasan bagian atas, hindari kontak dengan
penderita infeksi jalan napas
10. Sebaiknya anjurkan pasen masuk rumah sakit 2 minggu sebelum
persalinan untuk istirahat.

Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan klasifikasinya menurut (Bobak,2005):


a. Kelas I
Tidak memerlukan pengobatan tambahan yang dibutuhkan
b. Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus
menghindari aktifitas yang berlebihan, terutama pada Uk 28 -32 minggu.
Pasien dirawat bila keadaan memburuk. Pasien harus tidur cukup 8 – 10
jam, istirahat baring minimal setengah jam setelah makan, membatasi
masuknya cairan 75 ml/ jam, diet tinggi protein rendah garam dan
membatasi kegiatan. Lakukan ANC dua minggu sekali dan seminggu

12
sekali setelah 36 minggu. Rawat pasien di RS sejak 1 minggu sebelum
waktu kelahiran.
c. Kelas III
Dirawat di RS selama hamil terutama UK 28 minggu dapat diberikan
diuretic.
d. Kelas IV
Memiliki resiko yang besar dan harus dirawat di RS selama kehamilan.
Pertimbangkan abortus terapeutik pada kehamilan kurang dari 12 minggu.
Jika kehamilan dipertahankan pasien harus terus berbaring selama hamil
dan nifas. Pemberian oksitosin cukup aman. Umumnya persalinan
pervaginam lebih aman namun kala II harus diakhiri dengan vacum.
Setelah kala III selesai, awasi dengan ketat, untuk menilai terjadinya
decompensasi atau edema paru. Laktasi dilarang bagi pasien kelas III dan
IV. Operasi pada jantung untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan
sebelum hamil.
H. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Prawirohardjo, 2008) pemeriksaan yang dilakukan :
1. Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
2. Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada
ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
3. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
4. Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak
ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar.
sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
5. Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru

13
I. Penanganan persalinan ibu hamil dengan penyakit jantung

Saat memasuki trimester ketiga (32 -34 minggu), wanita hamil perlu
melakukan konsultasi dengan beragam dokter spesialis (penyakit dalam,
kandungan, dan jantung) untuk merencanakan persalinan. Perencanaan
tersebut meliputi penolong persalinan, jenis persalinan, dan obat-obat yang
diperlukan saat terjadi komplikasi persalinan.
Pemeriksaan jantung, fetal ultrasound, dan fetal echocardiography harus
dilakukan saat kehamilan. Sebesar 91 % bayi dengan ibu yang berpenyakit
jantung dan melakukan pemeriksaan tersebut memiliki keadaan sehat saat
dilahirkan. Beberapa studi menyatakan bahwa dengan melakukan ANC, risiko
kematian pada ibu dengan penyakit jantung dapat berkurang.

Pemantauan kondisi jantung saat kehamilan dapat juga dilakukan


secara mandiri di rumah. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah
penggunaan ring sensor, sebuah pemantau kondisi jantung yang dipakai di
jari pasien. Cincin pemantau kesehatan ini dapat digunakan selama 24 jam
dan akan mentransimiskan data ke pada komputer yang terhubung dengan
wireless.
Persalinan merupakan saat kritis bagi ibu hamil dengan penyakit
jantung. Pada saat tersebut, hal yang perlu dilakukan untuk menyelamatkan
nyawa ibu adalah mengurangi tingkat stress ibu (Royal College of
Obstericians and Gynaecologists, 2011). Setelah persalinan, kontrol terhadap
kesehatan jantung harus tetap dilakukan setidaknya sampai masa nifas
berakhir. Untuk mencegah terjadinya gangguan jantung yang mengancam
jiwa, rawat inap pasca melahirkan menjadi rekomendasi para dokter spesialis
kandungan (Prawirohardjo, 2008).

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Riwayat Penyakit / keluhan utama :
Merupakan alasan utama pasien masuk atau datang ketempat pelayanan
kesehatan dan apa-apa saja yang dirasakan pasien. dalam kasus kehamilan
dengan penyakit jantung ini ini keluhan utama yang mungkin ditemui:
Ibu mengatakan : sulit bernafas dan mersakan nyeri hebat pada daerah dada
bagian kiri.
Karena:
Ibu dengan riwayat penyakit jantung akan membuat kerja jantung semakin
berat karena adanya kehamilan. Suplai oksigen ke otak menjadi berkurang
dan menyebabkan jantung berusaha memompa darah lebih cepat dan nafas
menjadi lebih cepat. Lemah saat melakukan aktivitas, sesak nafas.
2. Riwayat penyakit sekarang :
sesak nafas, lemas, tidak mampu melakukan aktivitas
3. Riwayat Penyakit dahulu :
Apakah sebelumnya pernah menderita nyeri dada, darah tinggi, DM,
hiperlipidemia.
4. Riwayat penyakit keluarga : Penyakit apa yang pernah dialami keluarga
dan adakah anggota keluarga yang meninggal, apa penyebab kematiannya.
5. Pemeriksaan fisik
a. BREATHING
Terlihat sesak
Frekuensi nafas melebihi normal
b. BLEEDING
Inspeksi : adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema ekstrimitas.

15
Palpasi: Denyut nadi perifer melemah
Perkusi: pergeseran batas jantung
Auskultasi: Tekanan darah menurun, bunyi jantung tambahan
c. BRAIN
Wajah meringis, menangis, merintih, meregang dan menggeliat,
kesadaran biasanya compos mentis, sianosis.
d. BLADDER
Oliguria
Edema ekstrimitas
e. BOWEL
Mual
Muntah
Penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan
f. BONE
Kelemahan
Kelelahan
Jadwal olahraga tak teratur
Tidak dapat tidur
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut ( Herdman, T. H. & Kamitsuru, S., 2018) diagnosa yang muncul
pada kehamila dengan penyakit jantung adalah:
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung
2. Resiko penurunan perfusi jaringan jantung b.d perubahan volume sirkulasi
3. Defisiensi pengetahuan b.d keterbatasan kognitif

16
DAFTAR PUSTAKA

Angelina, dkk. 2011. Patologi Pada Kehamilan : Manajemen dan Asuhan Kebidanan.
Jakarta: EGC.

Bobak,, 2005. Maternity Nursing, Jakarta : EGC.

Herdman, T. H. & Kamitsuru, S., 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi


dan Klasifikasi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Http://www.academia.edu/31516051/PENYAKIT_JANTUNG_PADA_KEHAMILA
N ( diakses pada 29 september 2018 pukul 10.45)

Imron,dkk 2016. Asuhan Kebidanan Patologi Dalam Kehamilan, Persalinan, Nifas,


Dan Gangguan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Manuba,Ida Bagus. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta. Kedokteran EGC.

Marmi, Suryaningsih & Fatmawati, 2011. ASUHAN KEBIDANAN PATOLOGI.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maulana M, 2008. Penyakit Jantung. Yogyakarta: Katahati.

Nuning, 2009. Patofisiologi Dalam Kebidanan. Jakarta : EGC.

Pieper, 2011. Pre-pregnancy Risk Assessment And Counselling Of The Cardiac


Patient. Neth Heart Journal, Volume 19, pp. 477-481.
Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Rukiyah, lia yulianti,2010. Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan, Jakarta timur:
CV.Trans InfoMedia.

Sunarni,2005. Penyakit Jantung dan Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Prestasi.


Pustakarya.

17

Anda mungkin juga menyukai