Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ATTENTION DEFICIT


HYPERACTIVITY (ADHD)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Fika Nur I S.kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
KELAS 3C

PUSPA PUSPITANINGRUM (2720162976)


RAHAYU NOVIYANI (2720162977)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadurat Allah Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok
tentang Asuhan Keperawatan pada pasien anak dengan attention deficit
hyperactivity disorder ini dengan baik. Meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Tersusun tugas ini juga tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak.
Kami berharap tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kami mengenai Asuhan Keperawatan Pada Pasien anak Dengan
attention deficit hyperactivity disorder. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritikan, saran dan usulan demi perbaikan tugas yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga tugas pendahuluan ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya, tugas yang telah disusun ini dapat beguna bagi saya
sendiri maupun orang lain. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata yang kurang berkenan.

Yogyakarta, 23 Oktober 2018


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata pengantar ............................................................................. ii
Daftar isi ....................................................................................... iii
Daftar Tabel ................................................................................. iv
Daftar Gambar .............................................................................. v
BAB 1 PENGERTIAN ................................................................ 1
BAB 2 PROSES TERJADINYA PENYAKIT
A. Presipitasi dan Predisposisi .............................................. 3
B. Patofisiologi ..................................................................... 3
C. Manifesstasi klinis ............................................................ 4
D. Klasifikasi ......................................................................... 6
E. Pemeriksaan penunjang .................................................... 7
F. Penatalaksanaan medis ..................................................... 7
BAB 3 RENCANA KEPERAWATAN
A. Diagnosa keperawatan ...................................................... 9
B. Tujuan dan intervensi ....................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 14

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Diagnosa, Tujuan dan Intervensi

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Inantensi


Gambar 1.2 Hiperaktif

v
BAB I
PENGERTIAN ADHD

ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder,


(Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan
Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan
pemusatan perhatian disertai hiperaktif (Indira, 2017)
Pengertian ADHD (attention deficit hyperactivity) atau gangguan
pemusatan perhatian/hiperaktivitas adalah salah satu gangguan kesehatan mental
yang paling umum pada masa kanak-kanak, mengenai 7% hingga 10% semua
anak, dan hingga 5% orang dewasa (Vessey & Wilkinson, 2008). ADHD ditandai
dengan tidak perhatian, impulsivitas, mudah terdistraksi, dan hiperaktivitas.
terdapat tiga subtipe ADHD yaitu, h.iperaktif-impulsif, tidak penuh perhatian, dan
kombinasi.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder(ADHD) merupakan gangguan
perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala
intinya meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai
perkembangan serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu
(Konofal et al, 2008).
Gangguan hiperaktif atau yang dikenal dengan istilah ADHD (Attention
Deficit/Hyperactivity disorder) adalah gangguan yang membuat anak sulit untuk
memusatkan perhatian secara tepat sesuai dengan tahap perkembangannya. Untuk
dapat disebut memiliki gangguan hiperaktif, harus ada tiga gejala utama yang
tampak dalam perilaku seorang anak, yaitu inatensi, hiperaktif, dan implusif.
Gejala ini baru dapat didiagnosa mulai usia 1-2 tahun. Syarat dari kepastian
adanya ADHD adalah gejalanya yang menetap selama minimum enam bulan,
terjadi sebelum tujuh tahun dan terjadi minimal di dua lingkungan yang berbeda
(Nurdiansyah, 2011).
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian secara umum disebut sebagai
anak hiperaktif. Secara medis, gangguan ini dinamakan attention deficit
hyperactivity disorder (ADHD). ADHD meupakan sindrom bawaan lahir. Anak

1
yang lahir dari keluarga pemilik riwayat ADHD memiliki risiko tinggi menderita
gangguan ini (Suryani dan Badi’ah, 2018).
ADHD adalah gangguan perilaku yang ditandai gangguan pemusatan
perhatian dan gangguan konsentrasi, impulsivitas yaitu bicara semaunya tanpa
memikirkan akibat, dan melakukan gerakan yang tidak mempunyai tujuan yang
jelas dan disertai dengan hyperaktif, kekurangan ini bisa secara signifikan
menganggu upaya akademik anak tersebut (Meliastari, 2012)
Jadi, jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-
anak yang memperlihatkan symtomy (ciri atau gejala) kurang konsentrasi,
hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian
besar aktivitas hidup mereka.

2
BAB II
PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Presipitasi dan Predisposisi


Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab gangguan ini,
diantaranya adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, dan
pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru dan orang-orang yang
berpengaruh disekitarnya. Faktor genetik tampaknya memegang peranan
terbesar terjadinya gangguan perilaku ADHD (Meliastari, 2012).

B. Psiko/ Patofisiologi

Faktor biologis dan genetis,


lingkungan, makanan

Korteks Frontal

Mekanisme inhibitor tidak Aktivitas sistem limbik


dapat berfungsi berlebih

Perilaku Implusif, membuat Mood yang labil,


keputusan yang buruk, tempramen yang meledak-
hiperaktif ledak, mudah terkejut,
selalu menyentuk di sekitar

Keluyuran Gangguan identitas Ketidakefektifan Resiko


pribadi kopping cidera

(Muhith, 2015)

3
C. Manifestasi Klinik
Menurut Konofal et al, (2008) , terdapat 3 gejala utama ADHD, yaitu :
1. Inatensi
Yaitu anak ADHD menujukkan kesulitan memusatkan perhatian
dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis kelamin yang
sama. Masalah tersebut antara lain:
a. Sering tidak dapat memusatkan perhatian pada suatu hal secara
detail/rinci
b. Sering membuat kesalahan karena ceroboh
c. Sulit mempertahankan perhatiannya pada tugas-tugas atau aktivitas
bermain
d. Segera tidak mendengar sewaktu diajak bicara
e. Sering tidak mengikuti perintah/cenderung menentang dan tidak
memahami perintah
f. Sering tidak dapat mengorganisir / mengatur tugas-tugas /
aktivitasnya
g. Sering menolak, tidak menyenangi untuk terikat pada tugas-tugas
yang menuntut ketahanan mental
h. Sering kehilangan barang
i. Perhatiannya mudah beralih
j. Pelupa

Gambar 1.1 Inantensi

4
2. Hiperaktivitas
Yaitu anak ADHD juga menunjukkan aktivitas yang sangat berlebihan
atau tidak sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik aktivitas
motorik maupun verbal. Berikut merupakan perilaku anak yang
menunjukkan hiperaktivitas:
a. Kaki dan tangan tidak dapat tenang
b. Berteriak-teriak di tempat duduknya
c. Sering meninggalkan tempat duduknya sewaktu di kelas
d. Berlari kesana kemari
e. Sulit melakukan aktivitas/bermain dengan tenang
f. Ada saja hal yang dilakukan
g. Seringkali berbicara dengan suara yang keras

Gambar 1.2 Hiperaktif

3. Impulsivitas atau Perilaku Impulsif


Anak yang menderita ADHD pada umumnya tidak mampu menghambat
tingkah lakunya pada waktu memberikan respon terhadap tuntutan
situasional dibandingkan dengan anak normal dengan umur dan jenis
kelamin yang sama. Berikut merupakan perilaku impulsif yang
mencirikan sebagai anak penderita ADHD:
a. Menjawab sebelum selesai pertanyaan

5
b. Sulit menunggu giliran
c. Sering menginterupsi atau mengintrusi orang lain (misal orang lain
sedang berbicara atau bermain)

D. Klasifikasi
ADHD diklasifikasikan sebagai gangguan perilaku mengganggu oposisi
pemberontak bersama dengan gangguan, melakukan kekacauan dan gangguan
antisosial. ADHD memiliki 3 tipe, antara lain :
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (Inatensi)
Mereka angat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau implusif. Mereka tidak menunjukan gejala-gejala hiperktif. Anak
dalam tipe ini memiliki ciri-ciri : tidak mampu memusatkan perhatian
secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih
perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat
digambarkan sedang berada di “diawang-awang”, tidak bisa diajak bicara
atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah,
pelupa dan kacau.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsif
Mereka menunjukan gejala yang sangat hiperaktif dan implusif. Tipe
ini seringkali ditemukan pada anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini
memiliki ciri berikut : terlalu anergik, lari keana kemari, melompat
seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga implusif :
melakukan sesuatu secara tidak terkendali, begitu saja bertindak tanpa
pertimbangan, tidak bisa menunda respon, tidak sabaran.
3. Tipe campuran.
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan
implusif. Kebanyakan anak-anak termasuk seperti ini. Kurang mampu
memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan
tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu
aktif secara berlebihan.

6
Kriteria inatensi didapat jika terdapat minimal enam dari sembilan
kriteria inatensi yang bertahan pada anak minimal selama enam bulan.
Kriteria hiperaktif bila terdapat enam atau lebih dari enam kriteria
hiperaktif selama enam bulan atau lebih, kriteria hiperaktif-impulsif bila
terdapat minimal enam dari sembilan kriteria hiperaktif-impulsif, dan tipe
campuran jika disimpulkan memilikimgangguan inatensi sekaligus
hiperaktif-impulsif yang bertahan selama enam bulan atau lebih
(Konofal et al, 2008).

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kyle (2008) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
anak dengan ADHD antara lain:
1. Pemeriksaan tiroid: dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau
hipotiroid yang memberatkan masalah.
2. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya
gangguan otak organik.
3. Tes psikologis sesuai indikasi: menyingkirkan adanya gangguan
ansietas, mengidentifikasi bawaan, anak tidak mau belajar dan
mengkaji responsivitas sosial dan perkembangan bahasa.
4. Pemeriksaan diagnostik individual bergantung pada adanya gejala
fisik (misalnya: ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala
alergi lain).

F. Penatalaksanaan Medis dan Terapi


1. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan
dengan berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus,
modifikasi perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling.
Menurut Novita (2010) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain:

7
a. Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2-4 dosis yang terbagi. Intervensi keperawatan
pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan
pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2
hari.
b. Dekstroamfetamin (Dexedrine) Amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2
hari.
c. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi keperawatan
pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu makan, dapat
berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang lengkap.

2. Terapi
a. Terapi latihan
Brain gym di lakukan pada awal gerakan. Senam otak di
lakukan melalui tiga di mensi. Senam otak ini bisa dilakukan selama
10-15 menit sebanyak 2-3 kali dalam sehari.
b. Oral Motor
Caranya : lakukan oral motor pada pasien dengan cara menekan
gusi pasien bagian bawah depan, lalu usap ke arah bawah pada tiga
titik (bagian pinggir, bawah dan pinggir), selalu di lakukan dari arah
kanan dan bawah. Gusi atas depan pada tiga titik yaitu pipi bagian
dalam pada tiga titik ( bagian bawah,tengah dan atas). Gusi bagian
dalam bawah, langit-langit mulut pada lima titik. Lidah dengan
gerakan usap ke dalam, lalu sikat ke arah luar, usap memutar dari gusi
bawah ke gusi atas, ulangi sampai 3x (Dennision, 2002).

8
BAB III
DIAGNOSA, TUJUAN, INTERVENSI

A. Diagnosa Keperawatan
1. Domain 4. Aktivitas/istirahat
Kelas 3. Keseimbangan energi
Kode diagnosa 00154
Diagnosa keperawatan : Kuluyuran b.d status psikologi
2. Domain 6. Persepsi diri
Kelas 1. Konsep diri
Kode diagnosis 00121
Diagnosa keperawatan : gangguan identitas pribadi b.d gangguan
kepribadian disosiatif
3. Domain 9. Kopping
Kelas 2. Respin kopping
Kode diagnosis 00069
Diagnosa keperawatan : ketidakefektifan koping b.d persepsi kontrol yang
tidak adekuat
4. Domain 11. Keamanan / perlindungan.
Kelas 2. Cedera fisik
Kode diagnosa 00035
Diagnosa keperawatan : resiko cidera d.d gangguan psikomotor
(hiperaktivitas)

9
CATATAN PENANGANAN KASUS
NURSING CARE PLAN
B. Tujuan dan Intervensi
No Dx. Kep/Masalah Kolaborasi Tujuan Intervensi Rasional
1. Domain 4. Aktivitas/istirahat Setelah dilakukan tindakan Manajemen perilaku :
Kelas 3. Keseimangan energi keperawatan 3x24 jam diharapkan Overaktivitas (4352)
Kode diagnosa 00154 keluyuran dapat teratasi dengan 1. Monitor dan atur level aktivitas 1. Untuk menilai aktivitas yang
Diagnosa keperawatan: kriteria hasil : serta stimuli terhadap dilakukan oleh anak
Kuluyuran b.d status 1. (192601) Berpindah tanpa lingkungan 2. Untuk melatih
psikologi membahayakan diri sendiri 2. Minta klien untuk mengulangi otak/membiasakan agar selalu
dari skala 2 menjadi skala 4 instruksi sebelum memulai ingat apa yang ingin dikerjakan
2. (192602) Berpindah tanpa tugas 3. Membantu klien meningkatkan
membahayakan orang lain dari 3. Ajarkan teknik manajemen perilaku yang baik
skala 2 menjadi skala 3 perilaku kepada orang orang 4. Sebagai motivasi untuk
3. (192609) menunjukan yang dekat dengan klien keluarga
aktivitas yang bertujuan dari 4. Fasilitasi koping keluarga
skala 3 menjadi skala 4 melalui dukungan kelompok,
perawatan jangka pendek dan
konseling keluarga jika di
perlukan.

10
2. Domain 6. Persepsi diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan perkembangan anak
Kelas 1. Konsep diri keperawatan 3x24 jam gangguan (4247)
Kode diagnosis 00121 identitas (1202) dapat teratasi 1. Identifikasi kebutuhan unik 1. Setiap anak memiliki
Diagnosa keperawatan: dengan kriteria hasil : setiap anak dan tingkat kebutuhan/cara sendiri untuk
gangguan identitas pribadi 1. (120202) menunjukan perilaku kemampuan adaptasi yang di beradaptasi dengan orang lain
b.d gangguan kepribadian verbal dan non-verbal yang perlukan 2. Klien dan keluarga mengetahui
disosiatif selaras mengenai diri dari Bimbingan antisipasi (5210) perkembangan dan efek yang
skala 2 menjadi skala 4 2. Bantu klien mengidentifikasi akan terjadi
2. (120207) menunjukan peran kemungkinan perkembangan 3. Suatu motivasi untuk anak, agar
sosial dari skala 3 menjadi situasi krisis yang akan terjadi dapat berinteraksi dengan baik
skala 4 dan efek dari krisis yang bisa 4. Keluarga berperan penting
berdampak pada klien dan dalam proses interaksi/aktivitas
keluarga pasien
Peningkatan perkembangan: Anak
(4274)
3. Dukung anak untuk berinteraksi
dengan teman-temannya
melalui keterampilan bermain.
Fasilitas tanggung jawab diri
(4480)
4. Fasilitasi dukungan keluarga
terkait dengan tingkat tanggung
jawab baru yang dicapai pasien

11
3. Domain 9. Kopping Setelah dilakukan tindakan Modifikasi perilaku (4360)
Kelas 2. Respin kopping keperawatan 3x24 jam kopping 1. Identifikasi masalah pasien 1. Mengidentifikasi dapat
Kode diagnosis 00069 pasien dapat teratasi dengan kriteria terkait dengan istilah perilaku mengetahui masalah perilaku
Diagnosa keperawatan: hasil : 2. Pilah-pilah perilaku menjadi yang dialami anak
ketidakefektifan koping b.d 1. (130203) menyatakan bagian bagian kecil untuk 2. Memilih perilaku dapat menjadi
persepsi kontrol yang tidak perasaan akan kontrol diri dari dimenjadi unit perilaku yang sarana untuk membentuk
adekuat skala 2 menjadi skala 4 terukur perilaku anak
2. (090501) mempertahankan Peningkatan peran (5370) 3. Perilaku-perilaku baru dapat
perhatian dari skala 3 menjadi 3. Ajarkan perilaku-perilaku baru digunakan untuk mengajarkan
skala 4 yang diperlukan oleh perilaku yang baik pada anak
3. (090502) mempertahankan pasien/orang tua, untuk dapat 4. Rawat gabung orang tua mampu
diri untuk fokus dari skala 3 memenuhi perannya. mengetahui peran orang tua
menjadi skala 4 4. Berikan kesempatan rawat yang tepat
gabung/roomingin untuk
membantu mengklarifikasi
peran sebagai orang tua, dengan
cara yang tepat.

12
4. Domain 11. Setetelah dilakukan tindakan Manajemen lingkungan:
Keamanan/perlindungan. keperawatan 3x24 jam diharapkan pencegahan kekerasan (6487)
Kelas 2. Cedera fisik resiko cidera pasien dapat teratasi 1. Monitor keamanan lingkungan 1. Lingkungan yang aman dapat
Kode diagnosa 00035 dengan kriteria hasil: Latihan kontrol implus (4370) mengurangi cidera pada anak
Diagnosa keperawatan : 1. (191301) luka lecet pada kulit 2. Ajari pasien untuk melakukan 2. Berhenti dan berfikir dapat
resiko cidera d.d gangguan tidak ada dipertahankan pada tindakan “berhenti dan berfikir” meminimalisir terjadinya cidera
psikomotor (hiperaktivitas) skala 5 sebelum bertindak secara 3. Pemecahan masalah berguna
2. (191302) memar pada kulit impuls untuk menyelesaikan suatu
tidak ada dipertahankan pada 3. Dukung pasien untuk masalah
skala 5 mempraktikan pemecahan 4. Kolaborasi bertujuan apabila
3. (191302) luka gores pada kulit masalah dalam situasi sosial dan terjadi suatu perburukan
tidak ada dipertahankan pada interpersonal diluar lingkungan
skala 5 terapeutik, yang diikuti dengan
evaluasi hasil
Peningkatan latihan (0200)
4. Kolaborasi dengan keluarga dan
tenaga kesehatan yang lain.

Tabel 1.1 Diagnosa, tujuan dan intervensi


(Dochterman, 2016. Herdman, 2018. Moorhead, 2016)

13
DAFTAR PUSTAKA

Dennision PE, Dennision GE.2002. Brain Gym Buku Landuan Lengkap. Edisi
Indonesia I. Jakarta : PT.Grasindo

Dochterman,J.M., dan Bulechek, G.M. (2004). Nursing Interventions


Classification (NIC) (5th ed), America: Mosby Elseiver

Herdman, heather. 2018. Nanda-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. Jakarta. Buku kedokteran EGC

Indira, L. G. (2017). Pengalaman Upaya Penanganan Anak dengan Gangguan


Pemusatan Perhatian di PPPTKA. Yogyakarta

Konofal E, Lecendreux M, Deron J, Marchand M, Cortese S, Zaim M, et al. 2008.


Effectsof iron supplementation on attention deficit hyperactivity disorder in
children. Pediatric Neurology.38(1):20-6

Kyle, Terri & Susan C. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Ed 2 Volume 4.
Jakarta : EGC

Meliastari. 2012. Mengurangi Hiperaktifitas Pada Anak Attention


Deficit/Hiperactivity Disorder (Adhd) Melalui Permainan Tradisional
Teropa Tempurung (Single Subject Research Kelas III Di Slb Negeri Lima
Kaum).http://download.portalgaruda.org/article.php?article=24428&val=14
96.Diakses 15 September 2018 pukul 19.00.

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., dan Swanson,L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United states of America: Mosby Elsevier

Muhith, Abdul. 2015. Dasar-dasar keperawatan jiwa: Pengantar dan Teori .


Jakarta. Salemba medika.

Nurdiansyah, nia. 2011. Buku pintar ibu dan bayi. Jakarta: bukune
Rudolph, Abraham M, Amarana,Cindy. 2014. Buku Ajar Pediatri Rudolph Ed 20
Volume 1.

Siswati, Novita. 2010. Pengaruh Social Stories Terhadap Keterampilan Sosial


Anak Dengan Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (Adhd) Studi
Eksperimental Desain Kasus Tunggal Di Sekolah Alam Ar-Ridho
Semarang.http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2
955/2641.Diakses 14 September 2018 pukul 20.00.

Suryani, Eko dan Badi’ah, atik. 2018. Asuhan Keperawatan anak sehat dan anak
berkebutuhan khusus. Yogyakarta. Pustaka Baru Press

14
Vessey, J. A., & Wilkinson, A. M. (2008). Caring for individuals with ADHD
throughout the lifespan: An introduction to ADHD. Counseling Point, 1(1),
1-13.

15

Anda mungkin juga menyukai