Dosen Pembimbing :
Nur Chabibah M.Si
Oleh :
1. Ade Larasati (141.0002) 7. M. Iqbal R (141.0066)
PRODI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017
BAB 2
PEMBAHASAN
RUBT ini terjadi dari 2atau lebih ruangan yang saling berhubungan yang
disebut lock. Tekanan dalam ruangan-ruangan tersebut dapat diatur sesuai
keperluan. Pada umumnya, RUBT ini terdiri dari ruanga dalam (inner lock),
termasuk didalamny medical lock, dan ruangan luar (outer lock). Medical lock
berfungsi untuk memasukan obat-obatan / makanan maupun perlengkapan ke
dalam inner lock. Untuk kenyamanan, ukurannya dibuat sedmikian rupa shingga
penderita di dalam chamber dapat berdiri dan bergerak agak bebas.
1. Mudah dibersihkan
2. Tidak memantulkan cahaya
3. Tahan api, tidak mudah terbakar
4. Dapat meredam suara
5. Kemampuan listrik statis kecil
6. Tidak bersifat toksik
RUBT dapat berfungsi apabila diisi dengan udara tekan. Penghasil utama
udara tekan adala compressor yang harus mampu memberikan udara tekan sampai
setara tekanan kedalaman 50 m (165 feet) untuk 2 kali kapasitas kerja ditamnahi
ventilasi.
Penggunaan RUBT
RUBT umumnya dipakai untuk menunjang kegiatan di bawah air, antara
lain untuk penelitian, dan pengobatan penyakit klinis tertentu maupun yang
berhubungan dengan kegiatan di bawah permukaan air.
1. Dukungan kesehatan
a. Uji pemeriksaan kesehatan khas matra laut untuk anggota TNI-AL,
yaitu tes kompresi dan kerentanan terhadap oksigen tekanan tinggi.
3. Bidang pendidikan
a. Pendidikan fungsional kesehatan anggota TNI-AL
b. Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dari instansi lain.
4. Bidang penelitian
Bersama dengan para ahli disiplin ilmu kesehatan yang lain untuk meneliti
penyakit-penyakit klinis atau fisiologi pekerja bawah air.
Pengawakan RUBT
Untuk pengawakan RUBT diperlukan 1 tim yang terdri dari :
1. Penanggung jawab umum adalah kepala satuan kerja
2. Penanggung jawab medis adalah dokter dengan kualifikasi hiperbarik
bertanggung jawab terhadap seluruh jalannya pengobatan.
3. Ketua tim yang mengoprasikan seluruh jalannya pengobatan.
4. Petugas luar I (outside tender 1) yang bertanggung jawab terhadap
operasional compressor menghasilkan udara tekan dan aliran oksigen.
5. Petugas luar II (outside tender II) yang bertanggung jawab terhadap
operasional di panel control dan melakukan komunikasi dengan petugas
dalam.
6. Petugas dalam (inside tender) yang bertanggung jawab melayani pasien di
dalam RUBT
Tim pengawak RUBT selalu siap 24 jam untuk menangani kasus-kasus
darurat.
Pengamanan RUBT
Pengamanan ditujukan terhadap alat RUBT sebelum dioperasikan.
Langkah-langkah pengamanan sebagai berikut:
1. Valve-valve dalam keadaan tertutup.
2. Manometer dalam kondisi baik
3. Indicator sumber oksigen dalam kondisi baik
4. Tidak ada polusi udara dengan unsur udara yang merugikan kesehatan
5. Alat komunikasi berfungsi baik
6. Aliran listrik baik, tidak ada kerusakan kabel-kabelnya.
7. Jendela RUBT dalam kondisi baik
8. Tidak ada bahan-bahan yang mudah terbakar
9. System pemadam kebakaram bekerja dengan baik.
Pemeliharan RUBT
Secara periodic dilaksanakan pemeliharan RUBT sesuai buku petunjuk
tekniknya. Setahun sekali dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, baik dari
luar maupun dalam dan dilakukan pengecatan.
Tes tekanan tiap 5 tahun. Penggantian CO 2 absorbent dan penyerap
kelembapan sesuai jam pemakaian RUBT. Kaca-kaca jendela diperiksa paling
lama setiap 6 bulan. Fondasi/penyangga RUBT harus diperiksa secara periodic,
untuk diperbaiki bila ada kerusakan.
1. Peralatan :
a. Full face mask dengan demand valve dan surface supply system atau
helm dengan free flow.
b. Persediaan oksigen 100% yang cukup untuk penderita dan udara untuk
pendamping.
2. Pelaksanaan :
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh karena sering menjadi
bahan perdebatan.
b. Keracunan oksigen
d. Hipotermia
f. Mabuk laut
g. Operator
Operator yang ahli dan terlatih memang diperlukan, tetapi tidak mutlak
seperti seorang operator RUBT. Operator untuk pengobatan dengan
oksigen di dalam air perlu mengetahui cara-cara memasang dan
mengoperasikan peralatan yang dipakai, oleh sebab itu perlu latihan
yang teratur supaya mahir.
h. Keselamatan pendamping
i. Supervisi medis
j. Transpor
Pengertian
Sejarah ringkas
Dimulai oleh Dr. Henshaw dari inggris yang membangun RUBT pada
tahun 1662 untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Penggunaan udara
bertekanan tinggi dan terapi oksigen hiperbarik dalam klinik terus berkembang,
meskipun mengalami pasang surut. Sampai kemudian pada tahun 1921 Dr. J .
Cunningham mulai mengemukakan teori dasar tentang penggunaan oksigen
hiperbarik untuk mengobati keadaan hipoksia. Namun usahanya mengalami
kegagalan dasar untuk terapi oksigen hiperbarik ini nampaknya terlalu dicari cari.
1. Steroid
Telah diketahui bahwa pemberian kortikosteroid dapat memperkuat
oksigen. Dalam praktek, sering kali kita harus mengobati penderita yang
telah memakai steroid dengan oksigen hiperbarik.
2. Analgesik
a. Non narkotik
Obat-obatan seperti asam acetil dan fenasetin dalam dosis terapi tidak
mempunyai efek yang memperkuat keracunan oksigen. Efisiensinya
dibawah tekanan oksigen yang tinggi tidak terganggu.
b. Narkotik
Pada penderita-penderita yang menggunakan morfin, meperidin atau
jenis narkotik lain, harus diwaspadai bahaya terjadinya keracunan
oksigen.
c. Anestetik
Secara umum dikatakan bahwa pemakaian anestetik dalam suasana
hiperbarik memerlukan usaha-usaha pengamanan (safe guard) dengan
peralatan seperti yang terdapat pada kamar bedah moderen.
d. Anti konvulsan
Penggunaan anti konvulsan (kejang) pada terapi oksigen hiperbarik,
dapat sebagai pencegahan atau pengobatan kejang yang tidak hilang
meski pemberian oksigen sudah dihentikan.
Bila anti kejang dipakai sebagai pencegahan maka perlu derpedoman
pada batas waktu dan tekanan pemberian oksigen, sebab jika
melampauinya akan menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat secara
permanen. Namun sebaiknya penggunaan anti kejang sebagai
pencegahan hanya digunakan pada kasus tertentu.
1) Bartiburat
Fenobarbital telah sejak lama diketahui dapat mengendalikan
kejang tipe grand mal, namun dapat menyebabkan terjadinya
depresi pernafasan.
Fenobarbital diberikan i.v dengan dosis 130-250 mg, tergantung
indikasi klinis dan respon penderita.
2) Diazepa (Valium)
Telah terbukti bahwa valium berguna untuk mencegah terjadinya
kejang dalam keadaan non hiperbarik. Namun valium juga dipakai
sebagai profilaktik terhadap penderita yang diperkirakan
mempunyai resiko tinggi terhadap konvulsi oksigen pada terapi
OHB. Bila diberikan i.v valium tidak boleh disuntikkan lebih cepat
dari 5 mg/menit dan tidak boleh di campur dalam cairan i.v, dosis
normal valium adalah 5-10 mg.
3) Fhenytoin (Dilantin)
Dilantin memang obat yang dipakai untuk epilepsi namun
kegunannya dalam pencegahan konvulsi oksigen belum diketahui
dengan pasti. Pengalaman klinis yang lebih baru menunjukkan
bahwa dalam dosis yang sangat tinggi i.v (15 mg/BB) memberikan
efek menghentikan konvulsi karena oksigen pada situasi akut. Obat
ini tidak boleh diberikan lebih cepat dari 50 mg/menit dan tidak
boleh dicampur dengan cairan i.v.
e. Lidocain
Lidocain sebagai anti aritmia tidak menunjukkan adanya perbedaan
bila dipakai dalam suasana hiperbarik. Sebagai tambahan, lidocain
dapat menolong mencegah sakit dan iritasi ditempat infus bila
ditambahkan dalam cairan yang mengandung potasium besar. Sebagai
anestetik lokal, lidocain dapat dipakai tanpa perbedaan dalam RUBT.
f. Digitalis (Digoksin)
Tidak ada laporan yang menyatakan bahwa oksigen hiperbarik
menurunkan khasiat glikosid jantung, bahkan oksigen hiperbarik dapat
memberikan sedikit perlindungan terhadap dodis glikosid.
g. Disulfiram (Antubuse)
Percobaan menggunakan disulfiram untuk menghambat keracuanan
oksigen sudah pernah dilakukan. Hasilnya memang cukup
menggembirakan namun masih diperlukan penelitian lebih mendalam
untuk mengetahui efek penghambatan keracunan oksigen pada semua
organ tubuh sehingga dapat dipakai secara umum.
h. Vasodilator
1) Vasodilator sentral (Acetazolamid)
Obat diamox adalah inhibitor karbonik anhidrase yang mencegah
terjadinya vasokonstriksi oleh karena oksigen.
2) Vasodilator perifer (Tolasolina)
Efek vasokonstriksi primer dari OHB sering menimbulkan
problem, khususnya bila kita mengobati ekstremitas yang iskemik.
i. Tiroid
Pada percobaan binatang ditemukan bahwa pemberian ekstrak tiroid
atau tiroksin menyebabkan percepatan timbulnya keracunan oksigen
yang nyata dalam suasana tekanan normal / hiperbarik.
j. Fenotiasin
Penelitian baru dilakukan dengan menggunakan Chlorpromasin,
dimana ternyata Chlorpromasin mempunyai efek pelindung yang
cukup terhadap konvulsi oksigen. Namun harus diingat bahwa tidak
kejang bukan berarti kemungkinan keracunan tidak ada.
1. Badan (Hull)
Terdapat 2 ruang :
- inner lock (dalam) pengobatan
- outer lock (luar) transfer
Masing-masing dapat ditekan
- Medical Look
- Pintu dilapisi karet
- Jendela permanent
- Cat warna terang, tidak pantulkan cahaya, mudah dibersihkan, tidak
licin.
2. Perabot
- Tepat duduk lipat
- Penerangan
- Tandu dorong
3. Sistem Pipa
- Lubang masuk udara tekan, diredam
- Lubang masuk keluar berjauhan - sirkulasi udara
- Pembuangan (exhaust) jauh dari panel control,listrik
- Klep ekualisasi
4. Gas Pernafasan
- Kompressor (listrik atau diesel) difiltrasi bank persediaan ke
RUBT.
- Oksigen, oksigen cair dan nitrogen,helium oksigen dihubungkan
system pernapasan
- Gas pernapasan ke klep pengatur eksternal, ke dalam ruangan-ruangan
klep pengatur internal kemudian flow meter, masker.
5. Pintu
Pintu RUBT dalam keadaan tertutup mampu menahan tekanan
yang besar, baik dari 1 sisi maupun 2 sisi. Pada umumnya pintu ini
berebntuk bulat dan pipih tetapi dapat dimodifikasi sesuai kegunaannya.
Sekeliling pintu diberi lapisan karet agar kedap udara. Karet pelapis harus
tergolong high elastic rubber dan tahan terhadap minyak maupun oli.
Untuk meringankan waktu membuka pintu, engsel dipasang di bagian
samping bukaan di bagian atas.
6. Jendela
8. Penyinaran
12. Komunikasi
Komunikasi diusahakan dengan volume rendah dan sound powered
telephone. Hal ini berguna bila ada kerusakan komunikasi, juga dapat
dilakukan dengan ketukan palu kayu, menggunakan kode kode tertentu
yang telah diatur sebelumnya.
13. Kamera monitor
Agar pengawasan kegiatan di dalam RUBT dapat dilakukan
dengan lebih baik dapat dipasang monitor. Pada umumnya RUBT tidak
dilengkapi monitor, kecuali untuk maksud penelitian.
14. Pemadam kebakaran / Automatic safety light
Peralatan pemadam kebakaran yang mudah digunakan dan posisi
mudah dijangkau atau bekerja secara otomatis bila terjadi kebakaran.
Pada pengobatan dengan oksigen tekanan tinggi, biasanya
penderita menghisap O2 100% melalui masker, karena sesuatu hal dapat
terjadi O2 bocor keluar dr masker. Kadar O2 dalam RUBT tidak boleh lebih
dari 25% karena dapat menyebabkan kebakaran. Oleh sebab itulah RUBT
dilengkapi dengan sarana kebakaran. Oleh sebab itulah RUBT dilengkapi
dengan sarana pemadam kebakaran, karena bila terjadi kebakaran sangat
fatal.
Tujuan dari terapi adalah merusak jasad renik tanpa merugikan tuan rumah
(host). Oleh karena itu tujuan pemakaian OHB adalah untuk mencapai tingkat
tekanan parsial oksigen dalam jaringan yang dapat merusak jasad renik, bukan
malah membantu pertumbuhannya, tanpa adanya efek negatif terhadap tuan
rumah. Sebagai zat antimikroba, oksigen tidak bersifat selektif, nampaknya
oksigen menghambat bakteri gram positif maupun gram negatif dengan kekuatan
yang sama. Terhadap kuman anaerob oksigen hiperbarik bersifat bakterisid
sedangkan terhadap kuman aerob bersifat bakteriostatik. Konsep tentang
anaerobiosis sedang diteliti kembali karena pada kenyataannya banyak kuman
anaerob yang menunjukkan adanya toleransi terhadap oksigen bahkan
membutuhkan oksigen.
1. Infeksi Anaerob
a. Chlostridium penyebab gas gangren
Kasus-kasus gas gangren paling banyak disebabkan oleh Chlostridium
welchii (perfringens). Perkembangbiakannya terjadi dalam jaringan
yang hipoksia. Selama di dalam tubuh mengeluarkan eksotoksin
terutama alfatoksin yang merusak jaringan otot dan menyebabkan
hemolisis di dalam luka. Oksigen hiperbarik tidak dapat membunuh
Chlostridium tersebut tetapi dapat menghentikan produksi alfatoksin
bahkan menginaktifkannya, dengan demikian memberi kesempatan
kepada leukosit untuk membunuh kuman tersebut dan jika digabung
dengan cara pengobatan lain dapat memberikan hasil yang baik.
b. Chlostridium tetani
Kuman ini termasuk golongan anaerob, oksigen hiperbarik
menghalangi produksi toksin tetanus bahkan bersifat bakterisidal.
A.A. Loedin sekitar tahun 1960an mengadakan penelitian pengobatan
tetanus dengan oksigen hiperbarik dimana didapatkan hasil yang cukup
memuaskan. Tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh S.F.Gottlieb
tahun 1971 dikatakan bahwa oksigen hiperbarik tidak mempunyai efek
menguntungkan secara nyata terhadap perjalanan klinis tetanus.
c. Non-spore forming anaerobes (NSA)
NSA dapat ditemukan pada semua jenis infeksi yang mengenai organ
atau jaringan. Organisme ini mungkin dapat dicegah
perkembangbiakannya dengan pemberian oksigen hiperbarik yang
tepat, baik waktu maupun tekanannya , namun hasil penelitian yang
ada masih sangat sedikit. Jenis bakteri ini dapat diinaktifkan dengan
cepat pada pemberian oksigen dengan tekanan 3 ATA selama 2 jam
setiap hari.
Berdasarkan kenyataan bahwa perkembangbiakannya dapat dihalangi
oleh oksigen hiperbarik, maka diduga bahwa infeksi yang disebabkan
Actinomycetes dapat diobati dengan oksigen hiperbarik.
d. Flora Usus
Organisme yang paling banyak terdapat dalam saluran pencernaan
bagian bawah adalah kuman anaerob karena itu diduga bahwa oksigen
hiperbarik dapat mengganggu flora usus.
e. Flora mulut
Flora mulut terus mengalami perubahan mulai saat kelahiran sampai
dewasa. Diantara flora mulut ini ditemukan kuman anaerob dalam
jumlah besar, yang diperkirakan ikut terganggu dengan pemberian
oksigen hiperbarik. Namun belum cukup diadakan penelitian dalam
bidang ini.
2. Infeksi aerob
a. Mycobacterium leprae
Penelitian A.A.Rosasco dkk terhadap penderita morbus hansen jenis
lepromatosa dengan menggunakan oksigen hiperbarik pada tekanan 3
ATA selama 60 menit, 2 kali/hari selama 3 hari berturut-turut,
menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Otto maulana dkk pada tahun 1982 mengadakan penelitian pengobatan
morbus hansen dengan OHB di Jakarta, mendapatkan hasil cukup baik,
tetapi perlu penelitian lebih lanjut.
b. Mycobacterium tuberculose
Penelitian yang dikerjakan sekitar tahun 1960 menyimpulkan bahwa
oksigen hiperbarik mencegah pertumbuhan Mycobacterium
tuberculose dan jenis mycobacterium lainnya. Penelitian selanjutnya
memperkuat hasil penelitian ini khususnya efek sinergis dengan INH,
bahkan terhadap kuman-kuman yang resisten diperoleh hasil yang
cukup baik.
c. Mycobacterium ulserans
Pada beberapa percobaan ditemukan bahwa pemberian oksigen
hiperbarik meskipun tidak dapat menyembuhkan infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium ulserans, namun dapat menunda
timbulnya gejala dan menurunkan jumlah kematian.
d. Pneumococcus
Sampai saat ini percobaan pemberian oksigen pada infeksi
Pneumococcus masih diragukan, karena hasil dari beberapa penelitian
yang dilakukan ternyata tidak sama, ada yang negatif dan ada yang
positif.
e. Staphylococcus
Penelitian yang diadakan baik invitro maupun invivo menyimpulkan
bahwa oksigen hiperbarik mempunyai efek bakteriostatik dan bukan
bakteriosidal terhadap staphylococcus.
f. Eshericia, Proteus, Pseudomonas dan Salmonella
Penelitian sekitar tahun 1970 menyimpulkan bahwa hasil penggunaan
oksigen hiperbarik masih belum meyakinkan.
g. Fungi, Protozoa, Alga dan Virus
Pada penelitian-penelitian ditemukan bahwa oksigen hiperbarik
mempunyai efek mencegah pertumbuhan fungi, alga, protozoa, namun
efek OHB terhadap virus hasilnya masih saling bertentangan. Ada
yang dihambat, ada pula yang dirangsang sehingga disimpulkan
infeksi virus termasuk salah satu kontraindikasi relatif pengobatan
OHB. Masih belum diketahui oksigen hiperbarik berperan dengan baik
dalam pengobatan terhadap oreganisme tersebut atau memberikan efek
gangguan terhadap mekanisme kekebalannya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas disimpulkan bahwa HBO memiliki peluang yang
cukup luas dalam pemakaiannya dibidang penyakit dalam.
HBO terbukti berguna bagi orang lanjut usia, dan sangat berguna
pada sindroma insufisiensi aliran darah. Sejak penderita lanjut usia yang
tidak aktif juga menderita penurunan mental walaupun disertai penyakit
otak organik, kombinasi pemberian HBO, obat-obatan nootropic, latihan
otak dan pengobatan fisik sangat berguna bagi penderita lanjut usia.
3.2 Saran
Dengan sarana yang dimiliki oleh lakesla dan kasus-kasus yang
ada saat ini diharapkan penggunaan terapi HBO merupakan salah satu
terapi tambahan dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada penderita.
Sampai saat ini sedikit penyelam yang mengalami penyakit DCS
diobati dengan HBO karena tidak mengetahui tentang penyakit
dekompresi, maka perlu diberikan penyuluhan kepada penyelam-penyelam
tradisional agar memiliki pengetahuan penyelaman.
DAFTAR PUSTAKA
Kolonel Laut (K) dr. Hariyanto Mahdi Dkk. 2009. Ilmu Kesehatan Penyelaman
Dan Hiperbarik. Surabaya: Lakesla Diskesal
Guntoro, Djauw Lukman Dan Suwono Imam. 1996. Simposium Aplikasi Klinis
Terapi Oksigen Hiperbarik. Surabaya: PT. Darya Varia