Anda di halaman 1dari 11

NAMA : PRISILIA THEOFANI ROMONY

NIM : 16061181
KELAS : A (VIII)

TIPE-TIPE PENGORGANISASIAN KEPERAWATAN

Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode asuhan


keperawatan yang digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode yang digunakan dan
bentuk struktur pengorganisasian kerja yang digunakan supaya efektif dan efisien :

1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional


Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas
menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau
lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang
dunia II, akibat kurangnya perawat profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu
perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat, diajarkan tugas yang sederhana dan
berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu, merawat luka dan
sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga perawat
yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini ,
khususnya di Indonesia.

Contoh:

Perawat A tugasnya menyuntik, dan perawat B melakukan pemeriksaan tanda-tanda


vital serta penyuapi pasien.dan Perawat C bertugas untuk merawat luka dan sebagainya.

Keuntungan :

• Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu

• Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas

• Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas sederhana.

• Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang praktek
untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :

• Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan untuk melakukan


keperawatan secara holistik

• Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien dan melaksanakan


pekerjaan non keperawatan.

• Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusi
terhadap pelayanan.

• Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan saja.

Peluang :

• Dibutuhkan jumlah perawat yang lebih banyak

• Kemampuan perawat ditingkatkan

• Rumah sakit membutuhkan lebih banyak tenaga kesehatan

Ancaman :

• Bermunculan perawat yang memiliki kemampuan lebih baik

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat Perawat


Pengobatan Merawat luka Pengobatan Merawat Luka

Kepala Ruang

Gambar 1 Metode Fungsional


2. Model Asuhan Keperawatan Tim
Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat kepada
sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki
pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan
kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan
anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien
serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila mengalami kesulitan

Keuntungan :

• Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif

• Memungkinkan pencapaian proses keperawatan

• Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim . Cara
ini efektif untuk belajar

• Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda dengan


aman dan efektif.

Kerugian :

• Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru, sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan koordinasi antar
anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat.

• Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman cenderung tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yangmampu atau ketua tim

• Akontabilitas dalam tim kabur

Peluang :

• Dibutuhkan perawat yang mampu bekerja tim

• Terbuka lapangan pekerjaan bagi perawat


Ancaman :

• Banyak perawat yang memiliki kemampuan kerja tim yang baik

• Anggota tim yang tidak mampu bekerja tim

• Ketua tim yang tidak mampu mengkoordinir anggota timnya

Kepala Ruang

Ketua Tim Ketua Tim Ketua Tim

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien

Gambar 2 Metode Perawatan Tim

Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim tergambar bahwa


sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan memiliki anggota tim
yang terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh beberapa pasien yang menjadi
kelolaan yang konsisten mulai masuk sampai keluar RS.

3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien


Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa
klien oleh satu perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu tertentu sampai klien
pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan
tentang pelayanan keperawatan klien.
Berikut ini keuntungan dengan kerugian metode tim dalam pengelolaan pelayanan/
asuhan keperawatan.

Keuntungan :

• Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien

• Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif

• Memotivasi perawat selalau bersama klien selama bertugas, tugas non keperawatan
dapat dilakukan oleh bukan perawat

• Mendukung penerapan proses keperawatan

• Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai

Kelemahan :

• Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai

• Peserta didik sulit untuk memperoleh ketrampilan khusus yang tidak dilakukan
pada klien yang menjadi kelolaannya : missal kateterisasi, NGT dsb

• Pendelegasian tugas tertentu

• Kelanjutan perawatan klien anya sebagaian selama perawat penagggung jawab


klien bertugas

• Kelanjutan perawatan klien hanya sebagaian selama perawat penaggung jawab


klien bertugas

Kepala Ruang

Perawat A Perawat B Perawat C

Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pasien/Klien Pasien/Klien Pasien/Klien


Gambar 3 Struktur Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien

Dalam gambar terlihat bahwa satu perawat bertanggung jawab mengasuh beberapa
pasien, contoh perawat B mengelola 3 pasien dan bertanggung jawab kepada Kepala
Ruang demikian juga perawat A dan C akan mempunyai pasien kelolaan. Sedikit
berbeda dengan tim, perawat anggota mempertanggungjawabkan asuhan keperawatan
kepada ketua tim. Model alokasi memungkinkan perawat bertanggungn jawab langsung
kepada kepala ruang.

4. Model Asuhan Keperawatan Primer

Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan


dimana perawat profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap
asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari. Metode ini dikembangkan sejak tahun
1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien, perencanaan, Implementasi dan
evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit hingga pasien
dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh
perawat asosiet.

Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan


asuhan keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi
kepada pasien. Pengkajian dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah
tanggung jawab perawat primer, dan perawat assosiet yang akan melaksanakan
rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.

Keuntungan :

• Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat
meningkat

• Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan

• Meningkatnya hubungan antara perawat pasien

• Membebaskan perawat dari tugas-tugas yang bersifat perbantuan


• Metode ini mendukung pelayanan professional

• Terciptanya kolaborasi yang baik

Kelemahan :

• Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat


professional

• Biaya yang diperlukan mahal

Peluang :

• Menciptakan kesempatan bagi perawat lain untuk mendapatkan pekerjaan

• Rumah sakit membutuhkan lebih banyak tenaga kesehatan

Ancaman :

• Bermunculan perawat muda yang professional yang lebik baik melakukan asuhan
keperawatan kepada klien selama 24 jam

• Beban kerja yang berlebih

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang

Perawat Primer

Pasien

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang


Gambar 3 Metode Primer

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena


perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh
pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan
implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasi perawat primer dibantu oleh
perawat assosiete. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat pelaksanaan
tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam.
DAFTAR PUSTAKA

Mugianti,S. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktik Keperawatan.


Jakarta Selatan : Pusdik SDM Kesehatan
50

Anda mungkin juga menyukai