Anda di halaman 1dari 39

Model Praktek Keperawatan

Profesional (MPKP)
Oleh: Titi Alfiani, Ns., M. Kep

L/O/G/O
Pedahuluan

 Pelayanan profesional, dapat dilakukan


dengan mengetahui jumlah pasien dan
tingkat ketergantungannya.
 Observasi kebutuhan akan jumlah perawat
dapat dilihat dari observasi jumlah pasien
dan tingkat ketergantungannya dalam waktu
1 bulan.
 Pengembangan model pemberian asuhan
keperawatan dipilih berdasarkan situasi dan
kondisi masing-masing RS; jumlah tenaga,
kualifikasi pendidikan, pengalaman bekerja,
keterampilan dll
Model Praktik Perawat

1. Praktik Keperawatan Rumah Sakit


2. Praktik Keperawatan Rumah
3. Praktik Keperawatan berkelompok
4. Praktik Keperawatan Individual
Model Fungsional (1)
 Perawat melaksanakan tugas (tindakan)
tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang
ada.
 Suatu metode penugasan dimana Setiap staf
melakukan 1-2 fungsi keperawatan
(intervensi) pada semua pasien.
 Contoh fungsi injeksi, fungsi pemberian
obat, gantu pembalut dll

 PJ : Perawat ssi Fungsi


Model Fungsional (2)
Keuntungan :
1. Manajemen klasik yang menekankan
efisiensi, pembagian tugas yang jelas dan
kewenangan tugas yang baik
2. Baik untuk RS yang kekurangan tenaga
3. Senior mengurusi management,
juniormerawat pasien
4. Perawat terampil untuk tugas dan
pekerjaan tertentu
5. Mudah memperoleh kepuasan kerja
bagi perawat setelah selesai tugas
Model Fungsional (3)

Keuntungan:
6. Kekurangan tenaga yang ahli dapat
diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas
sederhana.
7. Memudahkan kepala ruangan untuk
mengawasi staf atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
Model Fungsional (4)

Kelemahan :
• Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau
tidak memungkinkan untuk melakukan
keperawatan secara holistik
• Apabila pekerjaan selesai cenderung
perawat meninggalkan klien dan
melaksanakan pekerjaan non keperawatan.
• Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit
dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusi
terhadap pelayanan.
• Perawat hanya melihat asuhan keperawatan
sebagai ketrampilan saja.
Metode/Model Pemberian Asuhan
Keperawatan
Model Kasus / Alokasi Pasien (1)
 Perawat bertanggung jawab terhadap
asuhan dan observasi pasien tertentu
dengan rasio pasien : perawat = 1 : 1
(Perawat dibagi habis sesuai jumlah
pasien).
 Pasien akan dirawat oleh perawat yang
berbeda untuk setiap sift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
orang yang sama pada hari berikutnya.
 Metode ini umumnya dilakukan untuk
perawat privat atau untuk perawatan
khusus seperti isolasi atau perawatan
intensif
 PJ : Kepala Ruang Keperawatan
Model Kasus/Alokasi Pasien (2)
Keuntungan :
• Fokus keperawatan sesuai dengan
kebutuhan klien
• Memberikan kesempatan untuk melakukan
keperawatan yang komprehensif
• Memotivasi perawat selalau bersama klien
selama bertugas, tugas non keperawatan
dapat dilakukan oleh bukan perawat
• Mendukung penerapan proses keperawatan
• Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat
dicapai
• Sistem evaluasi dan managerial mudah
Model Kasus / Alokasi Pasien (3)
Kelemahan :
• Beban kerja tinggi terutama jika klien banyak
sehingga tugas yang sederhana terlewatkan
• Peserta didik sulit untuk memperoleh
ketrampilan khusus yang tidak dilakukan pada
klien yang menjadi kelolaannya: misal
kateterisasi, NGT dsb
• Pendelegasian tugas tertentu
• Kelanjutan perawatan klien hanya sebagian
selama perawat penagggung jawab klien
bertugas
• Belum dapatnya diidentifikasi perawat
penanggung jawab
• Perlu tenaga keperawatan banyak dengan
kemampuan sama
MODEL TIM

Kepala Perawat - Ners

Pimpinan Tim - Ners Pimpinan Tim - Ners

Angg.Tim : Perawat Ners, Diploma, Angg.Tim : Perawat Ners, Diploma,


Per. Pembantu Per. Pembantu

PASIEN PASIEN
Model Tim (1)

 Sekelompok Perawat merawat


sekelompok pasien, disupervisi oleh
ketua tim.
 Perawat profesional yang berijazah,
berpengalaman serta memiliki pengetahuan
dibidangnya ditunjuk untuk memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap
sekelompok pasien
Model Tim (2)
 Metode ini menggunakan tim yang
terdiri atas anggota yang berbeda-
beda dalam memberikan asuhan
keperawatan terhadap sekelompok
pasien, perawat ruangan dibagi
menjadi 2–3 tim yang terdiri atas
tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu tim kecil yang
saling membantu.
 PJ : Ka Tim
Konsep Metode Tim
 Ketua tim harus perawat profesional, mampu
menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan,
manajemen dan komunikasi efektif.
 Ketua tim harus membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan
keperawatan.
 Komunikasi efektif untuk menjamin kontinuitas renpra
 Anggota tim harus menerima dan menghargai
kepemimpinan ketua tim
 Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami
dan melakukan tugas sesuai dengan kemampuan
mereka.
 Peran kepala ruang penting
Model Tim
Keuntungan:
• Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang
menyeluruh (komprehensif)
• Memungkinkan pencapaian proses
keperawatan
• Konflik atau perbedaan pendapat antar staf
dapat ditekan melalui rapat tim. Cara ini
efektif untuk belajar
• Memungkinkan menyatukan kemampuan
anggota tim yang berbeda-beda dengan aman
dan efektif.
• Memudahkan komunikasi antar tim
Model Tim
Kelemahan :
• Rapat tim memerlukan waktu (Butuh banyak
waktu untuk conference) sehingga pada
situasi sibuk rapat tim ditiadakan atau
terburu-buru, sehingga dapat mengakibatkan
komunikasi dan koordinasi antar anggota tim
terganggu sehingga kelancaran tugas
terhambat
• Perawat yang belum trampil dan belum
berpengalaman cenderung tergantung atau
berlindung kepada anggota tim yang mampu
atau ketua tim
• Akuntabilitas dalam tim kabur
Model Tim
Tugas dan tanggung jawab kepala
ruang
1. Menetapkan standar kinerja yang
diharapkan
2. Membantu menetapkan sasaran unit/
ruangan
3. Memberikan kesempatan dan bantuan pada
ketua tim untuk pengembangan
kepemimpinan/ manajemen
4. Menjadi narasumber/ konsultan bagi tim
5. Mendorong staf meningkatkan kemampuan
6. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
Model Tim
Tugas dan tanggung jawab Ketua Tim

 Membuat perencanaan
 Penugasan, supervisi dan evaluasi
 Mengidentifikasi kebutuhan klien
 Mengembangkan kemampuan
anggota tim
 Mengkaji dan mempertimbangkan
intervensi rencana asuhan
keperawatan
Model Tim
Lanjutan Tugas dan tanggung
jawab Ketua Tim
 Mengkoordinasikan rencana
keperawatan dengan tindakan medis
 Membagi tugas dan memberi
bimbingan melalui konferensi
 Mengevaluasi kualitas asuhan, hasil
dan mendokumentasikan
Model Tim
Tugas dan Tanggung jawab
anggota Tim
 Memberikan askep pada pasien yg
menjadi tanggung jawabnya
 Melaksanakan instruksi keperawatan
yang tertera dalam rencana
keperawatan
 Kerjasama antar anggota tim
 Memberikan laporan asuhan yang
dilakukan, dan respon pasien
MODEL PRIMER

Kepala Perawat - Ners


Perawat asosiet bila
Perawat Primer
Perawat asosiet bila
PP tidak ada
PP tidak ada (siang) (malam)

Perawat asosiet bila PP tidak ada (pagi)


Model Primer (1)
 Berdasarkan pada tindakan yang komperensif.
 Perawat bertanggung jawab terhadap semua
aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian
kondisi pasien untuk mengoordinasi asuhan
keperawatan. Rasio 1 : 4, 1 : 5 atau 1 : 6
(perawat: pasien).
 Metode penugasan di mana satu orang perawat
bertanggung jawab penuh selama 24 jam
terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari
pasien masuk hingga keluar rumah sakit.
Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara si pembuat rencana asuhan
dan pelaksana.
 Keterlibatan pasien dan keluarga
MODEL PRIMER
 Ciri
 Akuntabilitas, otonomi, otoritas,
advokasi, ketegasan
 5 K yaitu, kontinuitas, komunikasi,
kolaborasi, koordinasi dan
komitmen.
Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien
dan bertanggung jawab selama 24 jam
selama klien tersebut dirawat di
rumah sakit atau disuatu unit.
Model Primer (2)
 Metode ini ditandai dengan adanya
keterkaitan kuat dan terus-menerus
antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan,
melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien di rawat.
 Satu orang perawat bertanggung jawab
penuh dalam 24 jam askep pasien, dari
pasien masuk sampai pasien keluar
 PP  syarat khusus (Ners)
 Butuh perawat profesional banyak
 PJ : Perawat Primer
Model Primer (3)
Keuntungan:
1. Memungkinkan Perawat Primer untuk pengembangan diri melalu
implementasi ilmu pengetahuan
2. Model praktek didasarkan pada pengetahuan
3. Fokus pada kebutuhan pasien
4. Meningkatnya otonomi perawat
5. Memungkinkan asuhan keperawatan diberikan secara komprehen
6. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
7. Meningkatkan kesempatan untuk pengembangan hubungan antar
perawat – pasien/keluarga.
8. Peningkatan mutu asuhan
9. Perbaiki retensi perawat
10. Meningkatnya kepuasan perawat, dokter dan pasien/keluarga.
Model Primer (4)

Kelemahan:
1. Perlu perawat pendidikan tinggi dan
berpengalaman.
2. Perlu kemampuan komunikasi yang baik antara
perawat primer dengan perawat asosiat
3. Perawat primer dapat mengambil tanggung jawab
rekan perawat untuk mengimplementasaikan
asuhan keperawatan yang diberikan.
4. Karena pindah keunit yang berbeda pasien dalam
kondisi kritis kemungkinan mempunyai beberapa
perawat primer
5. Biaya tinggi
Ketenagaan Metode primer

 Setiap perawat primer adalah “bed


side”
 Beban kasus pasien 4-6 orang untuk
satu perawat
 Penugasan di tentukan oleh kepala
bangsal
 Perawat primer dibantu oleh perawat
profesional dan vokasional sebagai
asisten
Peran kepala ruangan dalam
metode primer

 Konsultan dan pengendalian mutu


 Orientasi dan merencanakan perawat
baru
 Menyusun jadwal dinas dan
pemberian penugasan
 Evaluasi kinerja
 Merencanakan pengembangan staf
 Membuat 1-2 pasien untuk model
mengenal hambatan
Tugas perawat primer

 Menerima pasien, mengkaji dan memenuhi


kebutuhan pasien secara komprehensif
 Membuat tujuan dan rencana keperawatan
 Melaksanakan perencanaan yang telah dibuat
 Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan dengan tim
kesehatan lain dan kepala ruang
 Mengevaluasi keberhasilan yang telah dicapai
 Menyiapkan penyuluhan untuk pulang
 Melakukan rujukan
 Membuat jadwal folow up dan kunjungan
rumah
Model Primer
Tugas dan tanggung jawab perawat
asosiet
 Melaksanakan tugas dan
tanggungjawab perawat primer
bila perawat primer tidak ada
Model Moduler (1)
 Gabungan antara Tim – Primer
 Pengorganisasian pelayanan atau asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat
profesional dan non profesional (perawat
trampil) untuk sekelompok klien dari mulai
masuk rumah sakit sampai pulang, disebut
tanggung jawab total atau keseluruhan.
 Untuk metode ini diperlukan perawat yang
berpengetahuan, trampil dan memiliki
kemampuan memimpin.
 Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.
MODEL MODULER (2)
 Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai
pandangan yang holistik terhadap setiap
kebutuhan pasien
 Metoda modifikasi keperawatan tim - primer, yang
dicoba untuk meningkatkan efektifitas konsep
keperawatan tim melalui penugasan modular
MODEL MODULER
 Keuntungan
1. Tim mendukung pengembangan
dan produktifitas kelompok
2. Asuhan keperawatan diberikan
secara komprehensif.
3. Membaiknya kontinyuitas dan
koordinasi asuhan.
4. Meningkatnya kepuasan pasien.
5. Biaya efektif
MODEL MODULER

 Kerugian
1. Sedikit perawat register (Ners) yang
digunakan untuk mengatasi kondisi pasien
yang tidak diharapkan
2. Diperlukan pengalaman dan ketrampilan
ketua tim.
3. Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat
MODEL MODULER

 Tugas dan tanggung jawab kepala


perawat
1. Memfasilitasi pelaksanaan
pemberian asuhan keperawatam
pasien.
2. Memberikan motivasi pada staf
perawat.
3. Melatih perawat untuk bekerjasama
dalam pemberian asuhan
MODEL MODULER
 Tugas dan tanggungjawab Ketua Tim
Moduler
1. Memimpin, mendukung dan
menginstruksikan perawat non
profesional untuk melaksanakan
tindakan keperawatan
2. Memberikan asuhan keperawatan
pasien (Mengkaji, merencanakan,
melaksanakan dan menilai hasil
asuhan keperawatan)
3. Memberi bimbingan dan instruksi
kepada perawat partner kerjanya
METODA MODULER

 Tugas dan tanggungjawab


Anggota Tim Moduler

 Memberikan asuhan keperawatan


sesuai dengan yang ditugaskan
ketua tim
Sukses tidak Muncul
pada Orang-orang yang
Malas! Mari Hancurkan
Rasa Malas!

L/O/G/O

Anda mungkin juga menyukai