Anda di halaman 1dari 59

Metoda

Pemberian Asuhan Keperawatan

Catherina Bannepadang, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Pokok Bahasan

1. Pendahuluan
2. Metoda Pemberian Asuhan Keperawatan
a. Metoda Fungsional (sebaiknya tidak digunakan)
b. Metoda Tim
c. Metoda Keperawatan Primer
d. Metoda Moduler
e. Manajemen Kasus,
f. Partnership Model
Mengapa Perlu Metode Penugasan ?

Derajat
Kesehatan

Askep
Perawat Profesional
Pasien

Kepuasan
METODE
PENUGASAN

3
Tingkat
ketergantungan
pasien
Memberikan
kepuasan Costly –
kerja bagi effective
pelaksananya
Kriteria
Pemilihan
Model

Jumlah & Kualitas


kwalitas asuhan &
pelaksana kepuasan
asuhan konsumen
4
Pendahuluan

 Metoda pemberian pelayanan keperawatan yang


digunakan merupakan faktor penting dalam
menentukan mutu asuhan keperawatan

 Metoda pemberian asuhan memberikan


gambaran jelas tentang tugas, tanggung jawab
dan kewenangan perawat dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan
Metoda Pemberian Asuhan Keperawatan

1. Metoda Fungsional (sebaiknya tidak digunakan )


2. Metoda Tim
3. Metoda Keperawatan Primer
4. Metoda Moduler
5. Manajemen Kasus
6. Partnership Model
Rumah Sakit
dapat menentukan
metoda yang paling
memungkinkan untuk
diterapkan
METODE KASUS
METODE KASUS

• Metode pemberian asuhan yang pertama kali


digunakan.
• Satu perawat akan memberikan askep kepada
seorang klien secara total dalam satu periode dinas.
• Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat
bergantung pada kemampuan perawat tersebut dan
kompleksnya kebutuhan klien.
Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien
akan dirawat oleh perawat yang sama.
Perawat memberikan askep kepada seorang pasien
secara menyeluruh.
FUNGSIONAL
• Pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas dan prosedur.
• Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua pasien di suatu ruangan.
• Seorang perawat dapat bertanggung jawab dalam pemberian obat,
perawat lain bertanggung jawab mengganti balutan, perawat
lainnya bertanggung jawab memonitor infus, dll.
• Prioritas utama adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan
pada pemenuhan kebutuhan secara holistik.
Hal – hal yang harus dipertimbangkan

• Pendekatan fungsional lebih menekankan teknik –


proseduril, TIDAK memperhatikan keberadaan klien
secara utuh dan unik
• Pelayanan terfragmentasi, kesinambungan asuhan
tidak terjamin
• Ada kemungkinan, jenis tugas tertentu tidak
teridentifikasi sehingga luput dari perhatian staf

13
METODA TIM
METODA TIM

Kepala Perawat - Ners

Pimpinan Tim - Ners Pimpinan Tim - Ners

Angg.Tim : Ners, Pr Dipl, Per. Angg.Tim : Ners, Pr Dipl, Per.


Pembantu Pembantu

PASIEN PASIEN
METODA TIM

 Metoda tim merupakan suatu metoda pemberian


asuhan keperawatan oleh sekelompok perawat (Tim)
kepada sekelompok pasien

 Perawat profesional yang berijazah, berpengalaman


serta memiliki pengetahuan dibidangnya ditunjuk untuk
memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok
pasien
 
METODA TIM

 Konsep Dasar
 Ketua tim harus perawat profesional, mampu
menggunakan berbagai tehnik kepemimpinan,
manajemen dan komunikasi efektif.
 Ketua tim harus membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan.
 Komunikasi efektif untuk menjamin kontinuitas renpra
 Anggota tim harus menerima dan menghargai
kepemimpinan ketua tim
 Ketua tim membantu anggotanya untuk memahami dan
melakukan tugas sesuai dengan kemampuan mereka.
 Peran kepala ruang penting
METODA TIM

 Tugas dan tanggung jawab kepala perawat


1. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan
2. Membantu menetapkan sasaran unit/ruangan
3. Memberikan kesempatan dan bantuan pada ketua tim
untuk pengembangan kepemimpinan/manajemen
4. Menjadi narasumber /konsultan bagi tim
5. Mendorong staf meningkatkan kemampuan
6. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka
: METODA TIM

 Tugas dan tanggungjawab ketua tim


1. Mengkaji dan mempertimbangkan intervensi rencana
asuhan keperawatan
2. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan
tindakan medis
3. Membagi tugas dan memberi bimbingan melalui
konferensi
4. Mengevaluasi kualitas asuhan, hasil dan
mendokumentasikan
METODA TIM

 Tugas dan tanggung jawab anggota tim


1. Merawat pasien di unit perawatan.
2. Melaksanakan instruksi keperawatan yang
tertera dalam rencana keperawatan
3. Melaporkan asuhan yang dilakukan, dan respon
pasien
METODA TIM

 Keuntungan:
1. Memanfaatkan semua kekuatan anggota tim.
2. Tim mendukung pengembangan dan produktifitas
kelompok.
3. Komunikasi antar anggota tim baik
4. Kontribusi dalam tim terpelihara baik.
5. Meningkatnya kepuasan pasien.
6. Biaya efektif.
METODA TIM

 Kerugian:
1. Perlu ketua tim yang berpengalaman dan trampil
2. Perlu staf yang cukup
3. Perlu mix-skill yang sesuai
4. Bila tidak diimplementasikan secara total dapat
terjadi fragmentasi
5. Sering mendapat kesulitan dalam menetapkan waktu
untuk konferensi dan membuat rencana keperawatan
METODA PRIMER
METODA PRIMER

Kepala Perawat - Ners

Perawat Primer

Perawat asosiet
Perawat asosiet bila
bila PP tidak ada Perawat asosiet bila PP tidak ada
(pagi) PP tidak ada (siang) (malam)
METODA PRIMER

Metode keperawatan primer merupakan suatu metoda


pemberian asuhan keperawatan, dimana seorang perawat
register bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam 24
jam.
Dalam metoda ini terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat
tertentu yang bertanggung jawab dalam perencanaan,
implementasi, evaluasi dan koordinasi asuhan keperawatan
klien sejak masuk unit perawatan sampai keluar
METODA PRIMER

 Ciri
 Akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan
 5 K yaitu, kontinuitas, komunikasi, kolaborasi,
koordinasi dan komitmen

Setiap PP biasanya merawat 4-6 klien dan


bertanggung jawab selama 24 jam selama klien
tersebut dirawat di rumah sakit atau disuatu unit.
METODA PRIMER

 Tugas dan tanggung jawab kepala perawat


1. Identifikasi siapa perawat yang layak menjadi perawat
primari.
2. Beri dukungan dan pendidikan.
3. Pastikan semua staf perawat dan pemberi asuhan lain
memahami peran perawat primeri dan asosiet.
4. Menjadi model peran, pembimbing dan konsultan.
5. Pastikan dan pertahankan mutu asuhan.
6. Kelola aspek fiscal/keuangan.
7. Beri otonomi pada perawat primer untuk menjalankan
delegasi dan pengambilan keputusan yang tepat.
METODA PRIMER

 Tugas dan tanggungjawab Perawat Primer


1. Memenuhi kebutuhan pasien secara total selama dirawat di rumah sakit
2. Melakukan pengkajian dan merencanakan askep secara komprehensif
3. Berkomunikasi dan berkoordinasi dalam pembuatan renpra dan rencana
pasien pulang
4. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien sesuai rencana dan
berkoordinasi dengan tim kesehatan lain dan kepala ruang
5. Melaksanakan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga
sosial di masyarakat, membuat jadual perjanjian klinik, mengadakan
kunjungan rumah dan lain-lain.
METODA PRIMER

 Tugas dan tanggung jawab perawat asosiet


 Melaksanakan tugas dan tanggungjawab perawat
primer bila perawat primer tidak ada
METODA PRIMER

 Keuntungan:
1. Memungkinkan Perawat Primer untuk pengembangan diri melalui
implementasi ilmu pengetahuan
2. Model praktek didasarkan pada pengetahuan
3. Fokus pada kebutuhan pasien
4. Meningkatnya otonomi perawat
5. Memungkinkan asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif
6. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
7. Meningkatkan kesempatan untuk pengembangan hubungan antara perawat –
pasien/keluarga.
8. Peningkatan mutu asuhan
9. Perbaiki retensi perawat
10. Meningkatnya kepuasan perawat, dokter dan pasien/keluarga.
METODA PRIMER

 Peningkatan mutu asuhan


 Hanya ada 1(satu) perawat yang bertanggungjawab
dalam perencanaan dan koordinasi asuhan
keperawatan
 Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 klien
 Asuhan keperawatan diberikan secara komprehensif
 PP bertanggungjawab selama 24 jam
METODA PRIMER

 Kerugian:
1. Perlu perawat pendidikan tinggi dan berpengalaman.
2. Perlu kemampuan komunikasi yang baik antara perawat
primer dengan perawat asosiat
3. Perawat primer dapat mengambil tanggung jawab rekan
perawat untuk mengimplementasaikan asuhan
keperawatan yang diberikan.
4. Karena pindah keunit yang berbeda pasien dalam kondisi
kritis kemungkinan mempunyai beberapa perawat primer
5. Biaya tinggi
6. LOS menjadi singkat
METODA PRIMER

Keuntungan Bagi RS

Rumah sakit tidak harus mempekerjakan


terlalu banyak tenaga keperawatan
TETAPI
HARUS perawat yang BERMUTU TINGGI
METODA MODULER
METODA MODULER

 Sistem ini dipimpin oleh perawat register (Ners)


 Anggota memberikan asuhan keperawatan di bawah
pengarahan dari pimpinan modulnya
 Idealnya 2 – 3 perawat memberikan asuhan keperawatan
terhadap 8 – 12 pasien
 Aktifitas tim sebagai suatu kesatuan mempunyai
pandangan yang holistik terhadap setiap kebutuhan pasien
 Metoda modifikasi keperawatan tim - primer, yang dicoba
untuk meningkatkan efektifitas konsep keperawatan tim
melalui penugasan modular
METODA MODULER

 Keuntungan
1. Tim mendukung pengembangan dan
produktifitas kelompok
2. Asuhan keperawatan diberikan secara
komprehensif.
3. Membaiknya kontinuitas dan koordinasi asuhan.
4. Meningkatnya kepuasan pasien.
5. Biaya efektif
METODA MODULER

 Kerugian
1. Diperlukan pengalaman dan ketrampilan ketua
tim.
2. Diperlukan campuran ketrampilan yang tepat
METODA MODULER

 Tugas dan tanggung


jawab kepala perawat
1. Memfasilitasi pelaksanaan pemberian asuhan
keperawatam pasien.
2. Memberikan motivasi pada staf perawat.
3. Melatih perawat untuk bekerjasama dalam
pemberian asuhan
 
METODA MODULER

 Tugas dan Tanggung Jawab Ketua Tim Moduler


1. Memimpin, mendukung dan menginstruksikan perawat
non profesional untuk melaksanakan tindakan
keperawatan
2. Memberikan asuhan keperawatan pasien (Mengkaji,
merencanakan, dan menilai hasil asuhan keperawatan)
3. Memberi bimbingan dan instruksi kepada perawat
partner kerjanya
METODA MODULER

 Tugas dan tanggungjawab Anggota Tim


Moduler
 Memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan yang ditugaskan ketua tim
MANAJEMEN KASUS
MANAJEMEN KASUS

Manajemen kasus merupakan sistem pemberian


asuhan keperawatan secara multidisiplin yang
bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi
berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber
yang ada.
Fokus utama adalah integrasi, koordinasi dan
advokasi klien, keluarga serta masyarakat yang
memerlukan layanan.
Beberapa elemen utama:
• Pendekatan berfokus pada klien
• Koordinasi asuhan dan layanan antar-institusi
• Berorientasi pada hasil
• Efisiensi sumber
• Kolaborasi
• Pada manajemen kasus, rencana asuhan keperawatan
terdapat di clinical pathway, yakni rencana tertulis yang
mengidentifikasi insiden utama, kritis, dan dapat
diprediksi yang harus dilakukan pada klien dalam upaya
mencapai hasil yang ditetapkan berdasarkan lama waktu
tertentu untuk dirawat di rumah sakit.
• Critical pathways atau clinical pathways merupakan
suatu metode pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi efektivitas pembiayaan asuhan klien.
• Terdapat seorang perawat profesional yang menjadi manajer
kasus yang bertanggung jawab dalam pemberian asuhan
keperawatan.
• Pada clinical pathways ditentukan lama hari rawat.
• Apabila lama hari rawat yang ditetapkan tidak bisa dipenuhi
klien maka itu dianggap sebagai suatu variasi yang
memerlukan analisis sehingga dipertimbangkan di tahap
selanjutnya.
• Pada manajemen kasus kadang-kadang juga digunakan
Multidiciplinary Action Plans (MAPs) yang merupakan
kombinasi clinical pathways dengan renpra.
• Manajemen kasus mirip dengan keperawatan
primer perbedaannya adalah manajemen kasus
mengoordinasikan asuhan pada berbagai disiplin
dan fokusnya ialah perencanaan, koordinasi serta
evaluasi asuhan sedangkan pada keperawatan
primer, PP mengoordinasikan dan melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dari awal hingga
pulang.
• Pada manajemen kasus, berbagai metode
pemberian asuhan keperawatan dapat digunakan,
yaitu keperawatan primer, tim, fungsional, atau
total.
• Namun jika keperawatan sebagai suatu pelayanan
profesional, sebaiknya metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan diwarnai oleh the
breath of keperawatan primer.
PARTNERSHIP MODEL
PARTNERSHIP MODEL

 Model ini kombinasi antara perawat primer


dengan perawat vokasi atau perawat
pembantu (asisten nurse) untuk bekerja
bersama secara konsisten.
PARTNERSHIP MODEL

 Keuntungan
 Biaya lebih efektif dari keperawatan primer.
 Perawat primer dapat mendorong peningkatan
dan melatih partnernya
PARTNERSHIP MODEL

 Kerugian
1. Kemungkinan perawat primer mengalami kesulitan
dalam mendelegasikan pada partnernya.
2. Partnership yang konsisten sulit dipertahankan
karena jadwal yang bervariasi
Perkembangan di Indonesia

?
MPKP

Model Tg Jawab
Pelayanan Fragmentasi perawat 

MPKP

Sitorus (1998)
Tujuan Pengembangan MPKP

• Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan melalui


penataan sistem pemberian asuhan keperawatan baik
struktur, proses dan nilai-nilai yang diyakini dalam
pemberian asuhan keperawatan.
Sejarah

• Fakultas Ilmu Keperawatan Universita Indonesia


dengan RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta  di
ruangan penyakit dalam (juni 1996)
• Bulan Oktober 1999 diperluas  ruangan rawat
bedah RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RS.
Persahabatan Jakarta.
Pengertian MPKP

• Sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional)


yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
untuk menopang pemberian asuhan keperawatan
tersebut.
Jenis MPKP
Spesialis dan Doktoral keperawatan
MPKP III  Riset

Tenaga Spesialis Keperawatan sbg


Konsultan,  Bimbingan Riset
MPKP II I Sp : 10 PP

Karu dan Ka Tim  Ners


MPKP I  Metode Tim Primer

Semua Tenaga minimal D3


MPKP Pemula Keperawatan
Metode Modifikasi Keperawatan Tim Primer

1. Primer  asuhan berkesinambungan  tanggung


jawab & tanggung gugat;
2. Satu orang perawat profesional  perawat primer
3. Dalam Keperawatan Primer  hubungan
profesional dapat ditingkatkan  profesi lain
memahami kondisi klien secara detail sehingga
mampu melakukan hubungan kolaborasi secara
optimal;
4. Metode keperawatan primer tidak digunakan secara
murni karena  butuh jumlah Ners >>
5. Ketika jenis Tenaga berbeda  metode tim penting
 perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi
dapat mengarahkan dan membimbing perawat lain
dibawah tanggung jawabnya.
6. Metode tim tidak digunakan secara murni 
tanggung jawab asuhan keperawatan terfragmentasi
pada berbagai anggota tim, sehingga sukar
menunjukkan akuntabilitas tenaga keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai