Anda di halaman 1dari 106

Tugas Rangkuman Materi

Nama: Jumarni Maryam Tote

Dosen
Herman Tandilimbong
ANATOMI
SISTEM MUSKULOSKELETAL
&
SISTEM INTEGUMEN

Dosen Herman Tandilimbong


ANATOMI

Anatomi = ilmu urai


Ilmu yg mempelajari suatu bangun atau suatu
bentuk dengan mengurai-uraikannya ke dalam
bagian-bagiannya

Anatomi makroskopik  hanya menggunakan


mata

Anatomi mikroskopik  juga menggunakan


mikroskop  histologi (histos = jaringan; logos =
ilmu)
SIKAP ANATOMI
O Secara deskriptif: Tubuh manusia sll dipandang
dlm sikap anatomi
O Sikap anatomi
“mata memandang lurus ke depan, sejajar bidang
Jerman (bidang yg melalui pinggir bawah lekuk
mata dan pinggir atas liang pendengaran luar),
mendatar, kedua lengan tergantung di samping
badan dengan tapak tangan menghadap ke depan,
badan tegak dan kedua kaki berdampingan dengan
jari-jari kaki mengarah ke depan.”
ISTILAH-ISTILAH DALAM
ANATOMI
Bidang

O Median: bidang yg membagi badan dlm 2 belahan, kiri dan


kanan
O Sagital: bidang yg sejajar dgn bidang median
O Paramedian: bidang sagital yang dekat pada bidang median
O Frontal: bidang yg tegak lurus pd bidang median dan sejajar
dg sumbu panjang badan
O Transversal: bidang melintang yang tegak lurus pada
sumbu panjang badan
ISTILAH-ISTILAH DALAM
ANATOMI
Arah
O Transversal: arah kiri-kanan
O Sagital: arah muka-belakang
O Longitudinal: arah sumbu panjang
ISTILAH-ISTILAH DALAM
ANATOMI

Letak
O Anterior: letak lebih dekat ke bagian depan badan
O Posterior: letak lebih dekat ke bagian belakang badan
O Superior: letak lebih dekat ke atas (kepala) O
Inferior: letak lebih dekat ke bawah (kaki)
O Medial: letak lebih dekat ke bidang median O
Lateral: letak lebih jauh dari bidang medial O
Kranial: letak lebih dekat ke kepala
O Kaudal: letak lebih dekat ke ekor
ISTILAH-ISTILAH DALAM
ANATOMI
O Ventral: letak lebih dekat ke perut
O Dorsal: letak lebih dekat ke punggung
O Rostral: lebih dekat ke pertengahan (regio oris &
regio nasi); lebih dekat ke ujung depan
O Radial: lebih dekat ke os radius; Ulnar: lebih dekat
ke os ulna
O Tibial: lebih dekat ke os tibia; Fibular: lebih dekat
ke os fibula
O Distal: lebih jauh dari batang badan; proksimal:
lebih dekat dr batang badan
JARINGAN
O PENGERTIAN

JARINGAN ADALAH; SEKUMPULAN SEL YANG SERUPA BENTUK ,
BESAR DAN FUNGSINYA SERTA TERIKAT MENJADI SATU.

O MACAM-MACAM JARINGAN
1.
JARINGAN EPITEL
2.
JARINGAN OTOT
3.
4.
JARINGAN SARAF JARINGAN IKAT/
KONEKTIF
JARINGAN EPITEL
O JARINGAN PENUTUP YANG MENUTUPI PERMUKAAN TUBUH BAGIAN
LUAR DAN DALAM YANG BERHUBUNGAN DENGAN UDARA.
O DI DALAM JARINGAN INI TERDAPAT PEMBULUH DARAH
O TERDAPAT DI PERMUKAAN KULIT, SELAPUT LENDIR, JALAN NAFAS
DAN PENCERNAAN/ VISERAL.
O BENTUK JARINGAN INI TERDIRI DARI ;
• BERBENTUK GEPENG/EPITEL SKUAMOSA
• BERBENTUK KUBUS/ EPITEL KUBOIDEA
• BERBENTUK SILINDER/ EPITEL KOLUMNAR
O PADA BEBERAPA TEMPAT MEMBENTUK ALAT YANG DISEBUT
KELENJAR€ MENGHASILKAN GETAH€ UNTUK SEKRESI/ PAKAI
DAN EKSKRESI/ BUANG.
FUNGSI JARINGAN EPITEL
1. PROTEKSI, melindungi jaringan di bawahnya ABSORPSI,
menyerap zat-zat, mis. pd usus.
2. SEKRESI, mengeluarkan & menghasilkan zat-zat yg berguna bagi tubuh,
mis. kelenjar
3. SENSASI, rangsang sensorik menembus sel epitel yg memiliki
reseptor/ujung-ujung saraf sensorik
4. EKSKRESI, mengeluarkan zat-zat yg sudah tdk berguna, mis. Epitel pd
ginjal & kelenjar keringat
5. FILTRASI, menyaring zat-zat, mis. Dinding kapiler darah & kapsula
bowman pd ginjal
6. DIFUSI, memperantarai difusi gas, cairan, & zat gizi
7. PEMBERSIH, epitel bersilia membantu membersihkan partikel & benda
asing yg masuk ke saluran
SISTEM MUSKULOSKELETAL
(OTOT-RANGKA)
Otot (muscle)
jaringan tubuh yg berfungsi mengubah energi kimia
menjadi kerja mekanik sebagai respons tubuh terhadap
perubahan lingkungan

Rangka (skeletal)
bagian tubuh yg tdd tulang, sendi, dan tulang rawan
(kartilago) sbg tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan
posisi
SISTEM RANGKA DAN
SENDI
O Alat gerak tubuh manusia ⇒ sistem muskuloskeletal: pasif
rangka (skeletal); aktif  otot (muscle)

O Rangka-tulang: jaringan ikat yg keras & kaku (jaringan


penyokong); banyak mengandung mineral, zat perekat dan zat
kapur.
O Tulang rawan, tulang, dan sendi
FUNGSI SISTEM
RANGKA
1. Penyangga: berdirinya tubuh, tempat melekatnya
ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak & organ
2. Penyimpanan mineral (kalsium & fosfat) dan lipid
(yellow marrow)
3. Produksi sel darah (red marrow)
4. Pelindung; membentuk rongga melindungi organ
yang halus & lunak
5. Penggerak; dpt mengubah arah & kekuatan otot
rangka saat bergerak; adanya persendian
TULANG
RAWAN
Berdasarkan jenis & jumlah serat di dalam matriks, ada 3
macam tulang rawan:
1. Tl rawan hialin: matriks mengandung seran
kolagen; jenis yg paling banyak dijumpai
2. Tl rawan elastin: serupa dg tl rawan hialin ttp lebih bny
serat elastin yg mengumpul pd dinding lakuna yg
mengelilingi kondrosit
3. Fibrokartilago: tdk pernah berdiri sendiri ttp scr
berangsur menyatu dg tl rawan hialin atai jar.ikat fibrosa
yg berdekatan
PERTUMBUHAN TULANG
RAWAN
Ada 2 cara:
1. Appositional growth; tumbuh dari luar  sel
pembentuk kartilago di dlm perikondrium
menyekresi matriks baru ke permukaan luar
kartilago yg sdh ada
2. Interstisial growth; tumbuh dari dalam  kondrosit yg
berikatan dg lakuna di dlm kartilago membelah &
menyekresi matriks baru & memperluas kartilago dari
dalam
Pertumbuhan tulang rawan berakhir selama periode
dewasa
TULAN
G
Pembentuk jaringan:
-sel-sel tulang (sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, dan osteoklas)
- Matriks
Matriksnya mengandung unsur anorganik, terutama kalsium fosfat (hidroksiapatit)
Scr makroskopik:
- spongiosa (kanselosa)
- kompak (padat)

Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum); lapis tipis jaringan
ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum & meluas ke dlm kanalikuli tulang
kompak
STRUKTUR MIKROSKOPIS
TULANG
O Sistem Havers: saluran Havers (saraf, pembuluh
darah, aliran limfe)
O Lamella (lempeng tulang yang tersusun
konsentris).
O Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara
lempengan–lempengan yang mengandung sel
tulang).
O Kanalikuli (memancar di antara lacuna dan tempat
difusi makanan sampai ke osteon).
PERIOSTE
UM
O Membran vaskuler fibrosa yang melapisi
tulang, banyak pembuluh darah dan melekat
erat pada tulang.

O Pada tulang yang


sedang tumbuh
terdapat lapisan sel
pembentuk tulang
diantara
periosteum dan tulang.
TULANG
O Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang
rawan yang merupakan pusat osifikasi.
O Pada tulang yang sedang tumbuh terdiri atas 1 batang
(diafisis) dan 2 ujung (epifisis)
TULANG MENURUT
BENTUKNYA
1. Ossa longa (tulang panjang): tulang yg ukuran
panjangnya terbesar, cth: os humerus
2. Ossa brevia (tulang pendek): tulang yg ketiga
ukurannya kira-kira sama besar, cth: ossa carpi
3. Ossa plana (tulang gepeng/pipih): tulang yg
ukuran lebarnya terbesar, cth: os parietale
4. Ossa irregular (tulang tak beraturan), cth: os
sphenoidale
5. Ossa pneumatica (tulang berongga udara), cth: os
maxilla
Sistem skeletal/ rangka
SENDI
O Persambungan/ artikulasio : pertemuan
antara dua atau lebih dari tulang rangka.
O Artrologi: ilmu yang mempelajari
persendian.
3 JENIS SENDI BERDASARKAN
STRUKTURNYA
O Fibrosa: hubungan antar sendi oleh jaringan fibrosa
O Kartilago/tulang rawan: ruang antar sendinya berikatan dengan
tulang rawan.
O Sinovial/sinovial joint: ada ruang sendi dan ligament untuk
mempertahankan persendian.
SENDI BERDASARKAN
JENIS
PERSAMBUNGANNYA
Sinartrosis
Sendi yang terdapat kesinambungan krn di antara
kedua ujung tulang yang bersendi tdp suatu jaringan
Diartrosis
Sendi terdapat ketidak-sinambungan karena di
antara tulang yg bersendi terdapat rongga
(cavum articulare)
SINARTROSIS
1. Syndesmosis: jaringan penghubungnya mrp
jaringan ikat
a. Sutura: tepi-tepi tulang dihubungkan oleh jaringan
ikat yg tipis. Cth: di antara tulang- tulang
tengkorak
b. Schindylesis: lempeng pd tulang yg satu terjepit
di dlm celah pada tulang lain. Cth antara rostrum
sphenoid & vomer
c. Ghomphosis: tulang yg 1 berbentuk kerucut masuk
ke dalam lekuk yg sesuai dgn bentuk itu pd tlng
lain.Cth: antara gigi dg rahang
d. Syndesmosis elastica: jar ikat penghubungnya mrp jar
ikat elastin. Cth: di antara arc.
Vertebra oleh lig.flavum
e. Syndesmosis fibrosa: jar ikat penghubungnya mrp
serat kolagen. Cth: antara ulna & radius oleh
membran interossa antebrachii
SINARTRO
SIS
2. Synchondrosis: jaringan penghubungnya
jaringan tulang rawan. Cth:antara epifisis &
diafisis sebelum penulangan selesai, antara
kedua ossa pubica
3. Synostosis: jaringan penghubungnya
jaringan tulang. Cth: antara epifisis &
diafisis setelah penulangan selesai, antara
os ilium, os pubis, dan os ischium
DIARTROSIS
Pada diartrosis tdp bgn2 sbb:
1. Ujung-ujung tulang yg bersendi: kepala
sendi (caput articulare)
& lekuk sendi (cavitas glenoidalis)
2. Simpai sendi (capsula articularis): stratum fibrosum (bgn luar) &
stratum synoviale (bgn dlm)
3. Rongga sendi (cavum articulare) berisi cairan synovial
4. Alat-alat khusus:
- tendon: membatasi gerak sendi & sbg penyokong
mekanik
- kartilago & bantalan lemak (fat pads): discus & meniscus
articulares sbg alat menerima tumbukan, penyangga, &
untuk mengurangi diskongruen
- kandung sega (bursae mucosae) untuk memudahkan
gerakan sendi
- ligament (accessories, extracapsular, & intracapsular
ligaments)
DIARTROSIS BDSKN KEMUNGKINAN
GERAK
1. Sendi kejur (amphiartrosis): kemampuan gerak sangat sedikit
-Symphysis; dihubungkan oleh fibrokartilago. Cth: intervertebral disc,
pubic symphysis

2. Articulationes: kemampuan gerak luas


a. Sendi sumbu 1
(1) sendi engsel/ hinge joint (ginglymus): sumbu gerak tegak lurus pd arah
panjang tulang. Cth: art.interphalangeae, humero-
ulnaris
(2) sendi kisar/ pivot joint (art trochoidea): sumbu gerak kira-kira sesuai dgn
arah panjang tulang. Cth: art.radioulnaris,atlantodentalis
a. Sendi sumbu 2: kedua sumbu gerak berpotongan tegak lurus
(1) Sendi telur/ ellipsoidal joint (art. Ellipsoidea): kepala sendi cekung
berbentuk ellipsoid dg sumbu panjang & sumbu pendek.
Cth: art.radiocarpae
(2) Sendi pelana/saddle joint (art.sellaris): permukaan sendi berbentuk pelana;
arah sumbu yg 1 permukaannya cembung &
arah sumbu yg lain cembung. Cth: art.carpo-metacarpea
DIARTROSIS BDSKN KEMUNGKINAN
GERAK
c. Sendi sumbu 3 (arthroida): kemampuan gerak
paling luas; kepala sendi berbentuk bola
(1) Sendi peluru/ ball & socket joint (art. Globoidea):
lekuk sendi mencakup kurang dari setengah
kepala sendi. Cth: art.humeri
(2) Sendi buahpala (enarthrosis spheroidea):
lekuk sendi mencakup lebih dari setengah
kepala sendi. Cth: art coxae
OTOT
O Otot membentuk 43% berat badan; > 1/3- nya
mrpkn protein tubuh & ½-nya tempat
terjadinya aktivitas metabolik saat tubuh
istirahat
O Proses vital di dlm tubuh (spt. Kontraksi jantung,
kontriksi pembuluh darah, bernapas, peristaltik
usus) terjadi krn adanya aktivitas otot
FUNGSI SISTEM OTOT
RANGKA
1. Menghasilkan gerakan rangka.
2. Mempertahankan sikap & posisi
tubuh.
3. Menyokong jaringan lunak.
4. Menunjukkan pintu masuk & keluar
saluran dlm sistem tubuh.
5. Mempertahankan suhu tubuh;
kontraksi otot:energi  panas
3 TIPE JARINGAN OTOT
1. Otot polos
memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf
otonom (involunter), serat otot polos (tidak berserat), terdapat
di organ dalam tubuh (viseral), sumber Ca2+ dari CES, sumber
energi terutama dr metabolisme aerobik, awal kontraksi
lambat, kadng mengalami tetani, tahan thd kelelahan
2. Otot rangka
memiliki banyak inti, dipersarafi oleh saraf motorik
somatik (volunter), melekat pada tulang, sumber Ca2+ dari
retikulum sarkoplasma (RS), sumber energi dr
metabolisme aerobik & anaerobik, awal kontraksi cepat,
mengalami tetani, & cepat lelah
3. Otot jantung
memiliki 1 inti yg berada di tengah, dipersarafi oleh saraf
otonom (involunter), serat otot berserat, hanya ada di jantung,
sumber Ca2+ dari CES & RS, sumber energi dr metabolisme
aerobik, awal kontraksi lambat, tdk mengalami tetani, & tahan
thd kelelahan
3 Tipe Jaringan Otot
STRUKTUR OTOT RANGKA

O Tendon
Hampir semua otot rangka menempel pada tulang. Tendon: jaringan ikat
fibrosa (tdk elastis) yang tebal dan berwarna putih yg menghubungkan
otot rangka dengan tulang.

TENDON
STRUKTUR OTOT RANGKA
O Fascia
- Otot rangka mrpkn kumpulan fasciculus (berkas sel otot berbentuk
silindris yg diikat oleh jaringan ikat).
- Seluruh serat otot dihimpun menjadi satu oleh jaringan ikat yg disebut
epimysium (fascia).
- Setiap fasciculus dipisahkan oleh jar.ikat perimysium
- Di dlm fascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot.
- Di antara endomysium & berkas serat otot tersebar sel satelit yg
berfungsi dlm perbaikan jaringan otot yang rusak.

Sel otot serat otot (endomysium) fascicle  fasciculus (perimysium) fascia


(epimysium) otot rangka (organ)
STRUKTUR OTOT RANGKA

Sarcolemma (membran sel/serat otot) &


Sarcoplasma
O Unit struktural jaringan otot ialah serat otot (diameter
0,01- 0,1 mm;panjang 1-40 mm).
O Besar dan jumlah jaringan, terutama jaringan elastik,
akan meningkat sejalan dengan penambahan usia.
O Setiap 1 serat otot dilapisi oleh jaringan elastik tipis
yg disebut sarcolemma.
O Protoplasma serat otot yg berisi materi semicair disebut
sarkoplasmA.
O Di dalam matriks serat otot terbenam unit fungsional
otot berdiameter 0,001 mm yg disebut miofibril.
STRUKTUR OTOT RANGKA

Miofibril (diameter 1-2m)


O Di bawah mikroskop, miofibril akan tampak spt pita
gelap & terang yang bersilangan.
O Pita gelap (thick filament) dibentuk oleh miosin
O Pita terang (thin filament) dibentuk oleh aktin,
troponin & tropomiosin)
STRUKTUR OTOT RANGKA
Sarkomer
O 1 sarkomer tdd:
- filamen tebal,
- filamen tipis,
- protein yg menstabilkan posisi filamen tebal & tipis, &
- protein yg mengatur interaksi antara filamen tebal & tipis.
O Pita gelap (pita/ bands Aanisotropic); pita terang (pita/bands I
isotropic)
O Filamen tebal tdp di tengah sarkomer Pita A, tdd 3 bgn:
- garis M; zona H; dan zona overlap
O Filamen tebal tdp pd pita I;
O garis Z mrp batas antara 2 sarkomer yg berdekatan &
mengandung protein Connectins yg menghubungkan filamen
tiois pd sarkomer yg berdekatan.
STRUKTUR OTOT RANGKA

O Motor end plates


merupakan tempat inervasi ujung-ujung saraf pada otot.

Motor end plates


STRUKTUR OTOT RANGKA

Retikulum sarkoplasma

O Jejaring kantung dan tubulus yang terorganisir pada


jaringan otot
O  retikulum endoplasma di sel lain.
O Tdd tubulus-tubulus yg sejajar dg miofibril, yg pd garis Z
dan zona H bergabung membentuk kantung (lateral sac)
yang dekat dengan sistem tubulus transversal (Tubulus T).
O Tempat penyimpanan ion Ca2+.
O Tubulus T  saluran untuk berpindahnya cairan yang
mengandung ion.
O Tubulus T dan retikulum sarkoplasma berperan dlm
metabolisme, eksitasi, dan kontraksi otot.
KOMPOSISI OTOT
RANGKA Otot rangka

Sel (85%) Ekstrasel (15%)

Air (75%) Solut (25%

Protein (80%) Lain-lain (20%)

Fibrilar (65%) Sarkoplasmic (35%)

Miosin (55%) Aktin (20%) Tropomiosin (7%) Troponin (3%) Lain-lain (15%)
KOMPOSISI OTOT RANGKA
O Otot merah & putih
Otot merah  bny mengandung pigmen pernapasan yaitu
mioglobin, yg berfungsi membawa oksigen dari kapiler darah
(ekstrasel) ke mitokondria (intrasel) ⇒ kapasitas metabolisme
oksidatif yang lebih tinggi dgn aktivitas siklus Krebs dan
enzim transport elektron
yang kuat
Otot putih  krn kurang mioglobin ⇒ kapasitas glikolisis
anaerobik
yang tinggi dgn aktivitas enzim glikolisis dan fosforilase yang
kuat.
O Ekstraktif
Yaitu zat non-protein yang larut dlm air meliputi kreatinin,
kreatinin fosfat, ADP, asam amino, asam laktat, dll. Zat yang
memiliki struktur grup fosfat mrpkn zat yang ‘kaya energi’
O Protein
Komponen enzim otot yang mengkatalisis berbagai tahapan pd
proses glikolisis mrpkn protein sarkoplasmik. Protein lain yang
membentuk struktur otot ialah miosin, aktin, troponin, dan
tropomiosin.
O Axial musculature
- melekat pd rangka aksial
- memposisikan kepala, tulang belakang;
menggerakkan tulang iga
- mencakup 60% otot rangka tubuh
O Appendicular musculature
-menstabilkan atau menggerakkan
komponen rangka appendikular
- mencakup 40% otot rangka tubuh
SISTEM INTEGUMEN

O Mrpkn organ terbesar, tertipis, & sangat


penting (vital, diverse, complex,
extensive)
O Mampu memperbaiki sendiri (self-repairing)
& mekanisme pertahanan tubuh pertama
(pembatas antara lingkungan luar tubuh dg
dalam tubuh)
O Pd orang dewasa: luas=1,6-1,9 m2;
tebal= 0,05-0,3cm
FUNGSI SISTEM INTEGUMEN
O PELINDUNG; dr kekeringan, invasi
mikroorganisme, sinar ultraviolet, & …
mekanik, kimia, atau suhu
O PENERIMA SENSASI; sentuhan, tekanan,
nyeri, & suhu
O PENGATUR SUHU; menurunkan
kehilangan panas saat suhu dingin &
meningkatkan kehilangan panas saat
suhu panas
O FUNGSI METABOLIK; menyimpan energi
mll cadangan lemak; sintesis vitamin D
O EKSKRESI & ABSORPSI
STRUKTUR KULIT (MEMBRAN
KUTAN)
1. Epidermis
2. Dermis
Lapisan subkutan/ hipodermis/fasia superfisial
 jaringan lemak & areolar
• Kulit tipis  kulit yg menutupi sbgn
besar permukaan tubuh
• Kulit tebal  kulit yg menutupi
telapak tangan & kaki
EPIDERMIS
Dibentuk oleh 5 lapis sel epitel:
1. Stratum corneum
tdd sel skuamosa yg sangat tipis; mengandung
keratinosit
2. Stratum lucidum
Tdd keratinosit yg bersih, tdk berinti, & tdk jelas batas antar
selnya; sel berisi materi spt gel (eleidin) yg akan diubah mjd
keratin; eleidinlemak berikatan dg proteinmenghambat
masuk/keluarnya air; pd kulit tipis lapisan ini tdk ada.
3. Stratum granulosum
Proses keratinisasi dimulai dr lapisan ini. Tdd 2-4 lapis sel yg
berisi granul (keratohyalin) yg dibutuhkan untuk pembentukan
keratin. Sitoplasma sel memiliki kadar enzim lysosom yg tinggi,
inti sel tdk ada & berdegenerasi. Pd kulit tipis lapisan ini tidak
ada.
EPIDERMIS
4. Stratum spinosum
Tdd 8-10 lapis sel yg berbentuk tdk teratur (polyhedral).
Sel pd lapisan ini kaya akan RNA yg menginisiasi sintesis
protein untuk produksi keratin.
5. Stratum basale
Tdd 1 lapis sel kolumnar yg dapat mengalami mitosis
 aktivitas regenerasi  sel berpindah dari lapisan
terbawah ke paling atas

Stratum germinativum (growth layer) ⇒


stratum spinosum + stratum basale
DERMIS
O Tdd lapis tipis papil & retikular tebal
O Lapisan dermis lebih tebal drpd epidermis
O Bny tdp jaringan saraf & ujung-ujung saraf reseptor
sensori somatik
O Bny tdp pembuluh darah  regulasi suhu tubuh
DERMIS
1. Lapisan papil (dermal papillae)
2. Lapisan retikular
- tdd retikulum jaringan serat kolagen (terbanyak) & serat elastin
- tmpt menempelnya serat otot rangka
(wajah & kulit kepala) & otot polos (arrector pili muscles/ akar
rambut)
- tdpt reseptor sensori somatik (rasa nyeri, tekanan, sentuhan,
& suhu)
WARNA KULIT
O Penentu dasar warna kulit: kuantitas melanin yg
tersimpan di dlm sel epidermis
O Melanosit yg memproduksi pigmen tersebar di stratum
basale epidermis
O Melanosit: mengubah as.amino tyrosin mjd pigmen
melanin coklat kehitaman yg diatur oleh enzim tyrosinase.
O Konversi tyrosin mjd pigmen tgtg pd:
(1)gen/ keturunan , (2) paparan cahaya matahari,
(3) hormon ACTH
O Pd keadaan ttt yg bersifat sementara, warna kulit
berubah oleh perubahan volume darah yg melalui kapiler
kulit & jumlah hemoglobin yg teroksigenasi
ASUHAN KEPERAATAN
GANGGUAN INTEGUMEN
( COMBUTSIO )

Oleh :
Herman Tandlimbong
DEFINISI
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti:
1. Api air panas
2. Listrik,
3. Bahan kimia
4. Radiasi.
5. Juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah ( frostbite )
Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian atau akibat lain yang berkaitan dengan
problem fungsi maupun estetik

Penyulit yang timbul pada luka bakar al.:


1. GGA,
2. Edema paru,
3. SIRS (systemic inflammatory response syndrome ).
4. Infeksi dan sepsis
5. Parut hipertropik
6. Kontraktur.
ETIOLOGI
Kontak dengan suhu tinggi seperti :
1. Api
2. Air panas
3. Listrik
4. Bahan kimia
5. Radiasi
PATOFISIOLOGI

Cedera dermis menyebabkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Sampai syok
yang dapat menimbulkan asidosis, nekrosis tubular akut dan disfungsi serebral. Kondisi-
kondisi ini seperti ini dapat dijumpai pada fase awal / akut / syok yang biasanya
berlangsung sampai 72 jam pertama.
Dengan kehilangan kulit yang memiliki fungsi sebagai barier ( sawar ), luka sangat mudah
terinfeksi. Selain itu dengan kehilangan kulit luas, terjadi penguapan cairan tubuh yang
berlebihan. Penguapan cairan ini disertai pengeluaran protein dan energi sehingga terjadi
gangguan metabolisme.
PATOFISIOLOGI

Jaringan nekrosis yang ada melepas toxin ( burn toksin, suatu lipid protein
kompleks ) yang menimbulakn sepsis yang menyebabkan disfungsi dan
kegagalan fungsi organ-organ tubuh seperti hepar dan paru yang
berakhir dengan kematian
Reaksi inflamasi yang berkepanjangan akibat luka bakar menyebabkan
kerapuhan jaringan dan srtuktur fungsional.
Kondisi ini menyebabkan timbulnya parut yang tidak beraturan
(hipertropik), kontraktur, deformitas sendi dan sebagainya.
KEDALAMAN LUKA BAKAR

• Derajat 1
Luka bakar hanya terbatas pada lapisan epidermis.
Luka bakar derajat ini disertai dengan kemerahan yang
biasanya akan sembuh tanpa jaringan parut dalam wktu 5-
7 hari.
• Derajat 2
Luka bakar derajat II mencapai kedalaman
dermis tetapi masih ada elemen epitel yang
tersisa seperti sel epitel basal, kelenjar sebasea,
kelenjar keringat dan folikel rambut. Dengan
adanya sisa sel epitel yang sehat ini luka dapat
sembuh sendiri dalam 10-21 hari.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi :

1. Derajat II dangakal dimana kerusakan mengenai


bagian superfisial dari dermis dan penyembuhan
terjadi secara spontan dalam 10-14 hari.
 2. Drajat II dalam , dimana kerusakan mengenai
hampir seluruh bagian dermis. Bila kerusakan
lebih dalam mengenai dermis, subjectif dirasakan
nyeri. Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung
bagian dari dermis yang memilioki kemampuan
reproduksi sel sel kulit ( ( biji epitel, stratum
germinativum, kelenjar keringat kelenjar sebasea
dsb ) yang tersisa biasanya penyembuhan terjadi
dalam waktu lebih dari satu bulan.
Derajat 3
Luka bakar derajat 3 meliputi
seluruh kedalaman kulit organ yang
lebih dalam oleh karena tidak ada lagi
elemen epitel yang hidup maka untuk
mendapatkan kesembuhan harus
dilakukan cangkok kulit koagulasi
protein yang terjadi memberikan
gambaran luka bakar berwarna
keputihan, tidak ada bula dan tidak
nyeri
Manifestasi Klinis
1. Keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit
2. Perubahan tonus / melemah
3. Pembentukan udema jaringan
4. Anoreksia
5. Nyeri
6. Kerusakan permukaan kulit
Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah lengkap
2. Rodgen
3. EKG
4. Fotografi luka bakar
5. Urine
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Berat / kritis bila :
- Derajat 2 dengan luas 25 %
- Derajat 3 dengan luas 10 % atau terdapat dimuka kaki dan tangan
- Luka bakar disertai taruma jalan nafas atau jaringan lunak luar atau fraktur
- Luka bakar akibat listrik
2. Sedang bila :
- Derajar 2 dengan luas 15 – 25 %
- Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 % kecuali muka kaki dan tangan
3. Ringan bila :
- Derajar 2 dengan luas kuang dari 15 %
- Derajat 3 dengan kurang dari 10 %
LUAS LUKA BAKAR
Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan RULE OF NINE dari wallace yaitu :
1. Kepala dan leher : 9 %
2. Ekstremitas atas : 2 x 9 % ( kiri dan kanan )
3. Paha dan betis – kaki : 4 x 9 % ( kiri dan kanan )
4. Dada, perut, bokong, punggung : 4 x 9%
5. Peritonium dan genitalia : 1 %
Rumus tersebut tidak digunakan pada anak dan bayi karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan relatif permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu digunkan
rumus 10 untuk bayi dan rumus 10 – 15 – 20 dari Lund dan Browder untuk anak. Dasar
presentasi yang digunakan dalam rumus rumus tersebut diatas adalah luas telapak
tangan dianggap = 1 %
PENATALAKSANAAN
Prinsip penanganan luka bakar adalah penutpan lesi secepat mungkin,
pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma mekanik pada
kulit yang vital dan elemen didalamnya dan pembatasan pembentukan jaringan
parut.

Pada saat terjadi kejadian hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan
korban dari sumber trauma.
Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia,
siram dengan air yang mengalir. Proses koagulasia protein sel di jaringan yang
terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan sehingga
destrukti terus meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan
daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.
Pada saat terjadi kejadian hal pertama yang harus dilakukan adalah menjauhkan
korban dari sumber trauma.
Padamkan api dan siram kulit yang panas dengan air. Pada trauma bahan kimia,
siram dengan air yang mengalir. Proses koagulasia protein sel di jaringan yang
terpajan suhu tinggi berlangsung terus walau api telah dipadamkan sehingga
destrukti terus meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan
daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama.
TINDAKAN SELANJUTNYA ADALAH SBB
1. Lakukan resusitasi dengan mempertahankan jalan
nafas, pernafasan dan sirkulasi yaitu :
a. Periksa jalan nafas
b.Bila dijumpai obstruksi jalan nafas buka jalan nafas dengan
pembersihan jalan nafas ( suction dsb) bila perlu lakukan
trakeostomi atau intubasi
c. Berikan O2
d.pasang iv- line intuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk
mengetahui syok
e. pasang kateter buli buli untuk pemantauan diuresis
f. pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama di
ileus paralitik
g. pasang pemantau tekanan vena sentral ( central venous
pressure/cvp ) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka
bakar ekstensif ( > 40%)
2. Periksa cedera yang terjadi diseluruh tubuh secara sistematis untuk menentukan adanya
cedera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan demikian jumlah dan jenis cairan yang
diperlukan untuk resusitasi dapat ditentukan.
Terapi cairan di indikasikan pada luka bakar derajat 2 dan 3 dengan luas > 25%, atau
pasien tidak dapat minum. Tetapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan
parenteral.
DUA CARA YANG LASIM DIGUNAKAN UNTUK MENGHITUNG
KEBUTUHAN CAIRAN PADA PENDERITA LUKA BAKAR YAITU :
a. Cara evans untuk menghitung kebutuhan cairan
pada pertama hitunglah :
 Bb( kg ) x % luka bakar x 1 cc NaCl (1)
 Bb( kg ) x % luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)
 2000 glukosa 5 % (3)
b. Cara baxter merupakan cara lain yang lebih
sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hasil pertama dihitung
dengan rumus:
= % luka bakar x BB (kg) x 4cc
Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama dalam 8 jam pertama sisanya larutan RL
karena terjadi hipotermia. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hasil pertama.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
Pengertian :
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
daripelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dalam bentuk
pelayanan bio, psiko sosial dan spiritual yang komprehensip ditujukan kepada
individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit, mencakup
seluruh kehidupan manusia ( tarwoto, wartono, 2004,)
Proses keperawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan asuhan keperawatan
yang mempunyai 4 tahap yaitu : p-engkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Proses Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan untuk mengumpulkan
data-data dan menganalisa terutama yang berhubungan
dengan luka bakar .
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan ataui resiko perubahan
pola) dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
mengidentivikasi dan memberikan intervensi secara pasti
untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah ( Capernito, 2000)
Diagnosa yang sering terjadi pada klien luka bakar :
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar sirkomfesional yang menyebabkan konstruksi
2. Hipotermia yang berhubungan dengan kerusakan jaringan epitel fluktuasi suhu udara sekitarnya
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan peningkatan metabolic untuk penyembuhan
luka
4. Nyeri yang berhubungan dengan cedera luka bakar, pemajanan ujung saraf, pengobatan dan ansietas
5. Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan respon imun, terdapatnya
kateter invasi ( kateter urine, kateter IV ),prosedur invasi F ( samping darah uteri dan vena serta bronkoskopi )
6. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan edema, nyeri dan kontraksi sendi.
c. Rencana Keperawatan
Perencanaan adalah acuan terulis yang terdiri yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan yang direncanakan
dapat mengatasi diagnosa keperawatan sehingga kebutuhan asar klien dapat terpenuhi.
NDX 1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan : Klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
Wajah dan posisi tubuh tampak rileks

N Intervensi Rasional
o
1 1.Kaji keluhan nyeri lokasi, durasi
intensitasnya
1.Untuk mengenal indikasi kemajuan atau
penyimpangan dan pemberian tindakan
selanjutnya.
2.Bantu klien untuk mengambil 2. Tempatkan tubuh pada posisi nyaman
posisi yang nyaman.Tinggikan untuk mengurangi penekanan/
pencegahan otot tasngsn membantu
2 ekstremitas yang terasa nyeri
menurunkan rasa tidak nyaman
3.Obserfasi tanda tanda vital 3.Perubahan fital segn merupakan
gambaran terjadinya rangsangan nyeri

4. Ajarkan klien teknik relaksasi


nafas 4. Meningkatkan fungsi paru sehingga
suplay O2 kejaringan bertambah dan nyeri
3 yang dapat berkurang

5. Berikan istirahat sampai nyeri 5. Istirahat menurunkan pengeluaran


berkurang, kurangi kebisingan dan energy, vasokontriksi perifer terjadi pada
sinar yang terang nyeri dan menyebabkan klien merasa
dingin rangsangan lingkungan yang kuat,
memperhambat persepsi nyeri
NDX 2. ganguan pola hidup berhubungan dengan nyeri
Tujuan : kebutuhan istirahat tidak terpenuhi dengan kriteria :
Klien nampak ceria
Konjungtiva tidak pucat

No Intervensi Rasional
1 Kaji kemampuan klien dalam Mengetahui tingkat kemampuan
memenuhi kebutuhan perawatan perawatan diri dan
dirinya merupakan pedoman untuk
tindakan selanjutnya
Atur posisi yang nyaman untuk klien Memberikan rasa nyamankepada
2 klien

Ciptakan lingkungan yang tenang dan Lingkungan yang tenang dapat


3 meningkatkan kualitas tidur
nyaman menjelang tidur dan selama
tidur klien klien

4 Batasi jumlah pengunjung pada jam Pembatasan pengunjung pada jam


istirahat klien istirahat dapat memberikan
kesempatan kepada klien
untuk beristirahat
NDX 3. personal hygiene tidak terpenuhi berhubungan dengan ketidakmampuan merawat diri
Tujuan : kebutuhan personal hygiene terpenuhi dengan kriteria :
Klien bersih dan ceria

No Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam Mengetahui tingkat kemampuan
memenuhi kebutuhan perawatan diri dan
perawatan dirinya merupakan pedoman untuk
tindakan selanjutnya

2. Bantu klien dalam pemenuhan Memenuhi kebutuhan personal


perawatan diri ( mandi, cuci hygiene klien terpenuhi
rambut, gosok gigi dan
gunting kuku )

3. Libatkan klien dan keluarga Meningkatkan kemandirian klien


dalam perawatan diri

4. Berikan HE tentang pentingnya Perawatan diri yang baik/


perawatan diri terpenuhi, dapat mencegah
infeksi dan pengetahuan
klien dan keluarga dapat
meningkat
D.Implementasi
implementasi adalah semua tindakan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan
intervensi atau kebutuhan klien baik berupa tindakan keperawatan mandiri maupun
tindakan kolaboratif. Implementasi keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan
rencana perawat, dan hasil yang dicapai ( A. Aziz Alimul, 2004 )
E. Evaluasi
evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk mnilai efek dari reaksi keperawatan
pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap keperawatan
yang telah dilaksanakan setiap selesai melaksanakan tindakan. Evaluasi hasil atau
sumatif dilakukan dengan membendingkan respon pasien pada tujuan khusus dan
tujuan umum yang telah dilakukan .
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir
1. S : respon subjectif terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
2. O : respon objektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah dilaksanakan
3. A : analisa ulang atas data subjectif untuk menyimpulkan apakah masalah tetap
atau muncul masalah baru atau data yang tertentu dikaji dengan masalah yang ada.
4. P : perencanaan atau tindak lanjud berdasarkan hasil analisa pada respon klien
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
STROKE NON HEMORAGIK
Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam
ekspresiku-blogspot 2008).
Gangguan peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar
Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara
cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang
terganggu (Harsono, 1996).
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan
vascular.
Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).(Smeltzer C. Suzanne, 2002).
Faktor resiko pada stroke
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium,
penyakit jantung kongestif)
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7. Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen
tinggi)
8. Penyalahgunaan obat ( kokain)
9. Konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131).
Manifestasi Klinis
Gejala – gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh
terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung
bagian otak yang terganggu.
Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
1. Sementara Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan
hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack
(TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah
menetap.
2. Sementara,namun lebih dari 24 jam, Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut
reversible ischemic neurologic defisit (RIND).
3. Gejala makin lama makin berat (progresif) Hal ini desebabkan gangguan aliran darah
makin lama makin berat yang disebut progressing stroke atau stroke inevolution.
4. Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67).
Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark.
2. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
3. Pungsi Lumbal
a. Menunjukan adanya tekanan normal.
b. Tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya perdarahan.
4. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.(DoengesE,
Marilynn,2000).
Penatalaksanaan
1. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral.
2. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002, hal 2131).
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STOK NON
HEMORAGIC (SNH)
A. Pengkajian
Pengkajian Primer
a. Airway.
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan
reflek batuk.
b. Breathing.
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan /
atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi.
c. Circulation.
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung
normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada
tahap lanjut.
Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat.
Data Subyektif:
 kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
 Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif:
 Perubahan tingkat kesadaran.
 Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum.
 Gangguan penglihatan.
Sirkulasi:
Data Subyektif:
 Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis
bacterial), polisitemia.
Data obyektif:
 Hipertensi arterial
 Disritmia, perubahan EKG
 Pulsasi : kemungkinan bervariasi
 Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal.
Integritas ego
Data Subyektif:
 Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.

Data obyektif:
 Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan.
 Kesulitan berekspresi diri.
Eliminasi :
Data Subyektif:
1. Inkontinensia, anuria
2. Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus(ileus
paralitik
Makan/ minum :
Data Subyektif:
1. Nafsu makan hilang.
2. Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK.
3. Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia.
4. Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah.

Data obyektif:
1. Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring)
2. Obesitas (faktor resiko).
Sensori Neural :
Data Subyektif:
1. Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA).
2. Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
3. Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati.
4. Penglihatan berkurang.
5. Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral (sisi yang sama).
6. Gangguan rasa pengecapan dan penciuman.
Data obyektif:
1. Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis,
menyerang) dan gangguan fungsi kognitif.
2. Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral) pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang,
berkurangnya reflek tendon dalam (kontralateral).
3. Wajah: paralisis / parese (ipsilateral).
4. Afasia (kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa), kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan
berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
5. Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil.
6. Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik.
7. Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran
darah : penyakit oklusi, perdarahan, spasme pembuluh
darah serebral, edema serebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler,
kelemahan, parestesia, flaksid/ paralysis hipotonik,
paralysis spastis. Kerusakan perceptual / kognitif.
3. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya
depresan pusat pernapasan.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1. :
Perubahan perfusi jaringan serebral b.d
terputusnya aliran darah : penyakit oklusi,
perdarahan, spasme pembuluh darah serebral,
edema serebral.
Kriteria Hasil :
1. Terpelihara dan meningkatnya tingkat
kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor.
2. Menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak
ada PTIK.
3. Peran pasien menampakan tidak adanya
kemunduran / kekambuhan.
Intervensi :
Independen
1. Tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi individu/ penyebab koma / penurunan
perfusi serebral dan potensial PTIK.
2. Monitor dan catat status neurologist secara teratur.
3. Monitor tanda tanda vital.
4. Evaluasi pupil (ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya).
5. Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang /
persepsi lapang pandang.
6. Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi.
7. Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral.
8. Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi.
9. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi.
10. Berikan medikasi sesuai indikasi :
a. Antifibrolitik, misal aminocaproic acid (amicar).
b. Antihipertensi.
c. Vasodilator perifer, missal cyclandelate, isoxsuprine.
d. Manitol.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lendir.
Kriteria Hasil:
a. Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas.
b. Ekspansi dada simetris.
c. Bunyi napas bersih saat auskultasi.
d. Tidak terdapat tanda distress pernapasan.
e. GDA dan tanda vital dalam batas normal.
Intervensi:
1. Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi.
2. Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan
memberikan pengeluaran sekresi yang optimal.
3. Penghisapan sekresi.
4. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam.
5. Berikan oksigenasi sesuai advis.
6. Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi.
Diagnosa Keperawatan 3. :
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat
pernapasan
Tujuan :
Pola nafas pasien efektif
Kriteria Hasil:
1. RR 18-20 x permenit
2. Ekspansi dada normal.
Intervensi :
1. Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
2. Auskultasi bunyi nafas.
3. Pantau penurunan bunyi nafas.
4. Pastikan kepatenan O2 binasal.
5. Berikan posisi yang nyaman : semi fowler.
6. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam.
7. Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan.
GANGGUAN SISTEM PERSEPSI SENSORI
OTITIS
GANGGUAN TELINGA TENGAH
 Perforasi membran telinga
 Otitis Media akut
 Otitis Media serosa
 Otitis Media Kronik
PERFORASI MEMBRAN TIMPANI
ETIOLOGI
1. TRAUMA
2. INFEKSI
TRAUMA
 Fraktur tulang tengkorak
 Cedera ledakan
 cedera benda asing: peniti, kapas lidi
 kunci
INFEKSI
 Selama infeksi, membran timpani dapat ruptur akibat tekanan dalam telinga tengah lebih
tinggi dibanding dlm kanalis auditorius eksternus
PENATALAKSANAAN
 Kebanyakan perforasi membran timpani dapat sembuh spontan dalam beberapa minggu
setelah ruptur.
 Selama proses penyembuhan telinga harus dilindungi dari air
 Ada perforasi yg tidak dapt sembuh dengan sempurna akibat pertumbuha jaringan parut
pada tepi perforasi, yg menghambat penyebaran sel epitel melintasi batas dan akhir
penyembuhan.
 Timpanoplasti (perbaikan membran timpani) biasanya didasarkan pada pencegahan
potensial infeksi dari air yg memasuki telinga atau keinginan memperbaiki pendengaran.
OTITIS MEDIA AKUT
 Otitis media akut ad. Infeksi akut telinga tengah.
 Penyebab utama : masuknya mikroorganisme kedalam ke dlm telinga tengah yg
normalnya steril
 Paling sering terjadi oleh disfungsi tuba eustachii sep. obstruksi yg disebabkan infeksi
saluran pernafasan
 Bakteri umum ditemukan ad. Streptococcus pneumoniae, Hemophylus influenza,
moraxella chatarrhalis.
Cara masuk bakteri melalui :
- Tuba eustachii
- Perforasi membran timpani
Eksudat purulen biasanya terdapat dalam telinga tengah yg menyebabkan kehilangan
pendengaran konduktif.
Manisfetasi klinis :
 Terdapat otalgia (nyeri akan hilan jika terjadi perforasi spontan atau setelah dilakukan
miringotomi.
 Keluar cairan dari telinga
 Demam
 kehilangan pendegaran
 Tinitus
 Pada otoskopis kanalis auditorius tampak normal, jika aurikula ditarik tidak terdapat
nyeri.
Penatalaksanaan
 Keberhasilan penatalaksanaan OMA tergantung pada efektifitas terapi (dosis antibiotik
dan durasinya), virulensi bakteri dan status fisik pasien.
 Kondisi bisa berkembang menjadi subakut( berlangsung 3 minggu s/d 3 bulan) dgn
pengeluaran cairan purulen dari telinga
 Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaran yg permanen.
Komplikasi
 Mastoiditis
 Menningitis
 Abses otak
Miringotomi (Timpanotomi)
Tujuan;
Mengeluarkan cairan serosa atau purulen dari telinga tengah
OTITIS MEDIA SEROSA
Disebut (efusi telinga tengah) mengeluarkan cairan tanpa adanya infeksi aktif dalam telinga
tengah yg disebbkan oleh obstruksi tuba eustachii
Keluhan :
 Gangguan pendengaran
 Rasa penuh dalam telinga
 Suara letup atau berderik ketika tuba eustachii berusaha terbuka.
Penatalaksanaan :
 Tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi infeksi.
 Miringotomi bila terajdi gangguan pendengaran akibat efusi telinga tengah.
OTITIS MEDIA KRONIK
 OMK adalah kondisi yg berhub. Dengan patologi jaringan dan
biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media
akut.
 Sering dihubungkan dengan perforasi membran timpani
menetap.
 Dapat jg menyebabkan kerusakan osikulus dan hampir selalu
melibatkan mastoid
Manifestasi klinis
 Gejala dpat minimal dengan berbagai derajat kehilangan
pendengaran
 Otorea intermitten persisten yang berbau busuk
 Biasanya tidak ada nyeri kecuali ada mastoiditis akut
 Penatalaksanaan :
 Penanganan lokal berupa membersihkan telinga dengan hati2
menggunakan mikroskop dan alat pengisap telinga.
 Pemberian tetes antibiotik atai bubuk antibiotik dapat
membantu bila ada cairan purulen
Timpanoplasti.
Paling sering dengan timpanoplasti-rekonstruksi bedah membran timpani dan osikulus.

Tujuan Timpanoplasti :
 Menutup lubang perforasi
 Mencegah infeksi berulang
 Memperbaiki pendengaran
Mastoidektomi
Tujuannya :
 Mengangkat kolesteatoma
 Mencapai struktur yang sakit
 Menciptakan telinga aman , kering dan sehat.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
PERSYARAFAN
System syaraf dibagi menjadi dua sistem syaraf pusat yang terdiri dari otak dan
medula spinalis dan system syaraf perifer terdiri dari: saraf kranial dan syaraf spinal.
1. Jaringan syaraf
a. Neuron
Susunan saraf pusat manusia mengandung sekitar 100 miliar neuron. Neuron adalah
suatu sel saraf dan merupakan unit anatomis dan fungsional system persyarafan.
Biasanya terdiri dari dendrit sebagai bagian peneriman rangsangan dari saraf – saraf
lain; badan sel yang mengandung inti sel; akson yang menjadi perpanjangan atau
serat tempat lewatnya sinyal yang dicetuskan di dendrit dan badan sel: serta terminal
sel; serta terminal akson yang menjadi pengirim sinyal untuk disampaikan ke dendrit
atau badan sel neuron kedua dan apabila disusunan saraf perifer, sinyal
disampaikan ke sel otot atau kelenjar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 2)
Neuron – neuron yang membawa informasi dari susunan saraf perifer ke sentral disebut
neuron sensorik atau aferen. Neuron yang membawa informasi keluar dari susunan saraf
pusat ke berbagai organ sasaran (suatu sel otot atau kelenjar) disebut neuron motorik
atau eferen. Kelompok ketiga yang membawa sebagian besar neuron susunan saraf
pusat, menyampaikan pesan – pesan antara neuron aferen dan eferen, neuron ini
disebut interneuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 3)
b. Transmisi sinap
Neuron menyalurkan sinyal – sinyal saraf ke seluruh tubuh. Kejadian listrik ini yang kita kenal
dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan bersifat kimia
di antara neuron. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)
Neurotrasmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaps pada ujung akson. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 4)
2. Sistem Syaraf Pusat
a. Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia
dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Metabolisme otak
merupakan proses tetap dan kontinue, tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah
berhenti selama 10 detik saja, maka kesadaran mungkin sudah akan hilang, dan
penghentian dalam beberapa menit saja dapat menimbulkan kerusakan yang tidak
irreversible. (Valeria C. Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 157)
b. Cerebrum
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 9) Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-
kira 80% dari berat otak. Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh
Korpus Kallosum yaitu hemisfer substansia alba, yang menghubungkan bagian – bagian
otak dengan bagian yang lain dan substansia grisea yang terdapat diluar terbentuk dari
badan – badan sel saraf. Keempat lobus serebrum yaitu lobus frontal, parietal, temporal
dan oksipital. Dapat dilihat pada gambar 2. 2 di bawah.
c. Batang Otak
Menurut Arif Muttaqin, (2008. Hlm 12-14) Batang otak terdiri dari otak tengah atau
Mesencephalon, pons dan medula oblongata, berfungsi pengaturan reflek untuk fungsi
vital tubuh
1) Otak tengah berfungsi sebagai kontrol refleks pergerakan mata akibat adanya stimulus
pada nervus kranial III dan IV,
2) Pons
Menghubungkan otak tengah dengan medula oblongata, berfungsi sebagai pusat-pusat
refleks pernafasan.
3) Medula oblongata
Mengandung pusat reflek yang penting untuk jantung, vasokontriktor, pernafasan, bersin,
menelan, batuk, muntah, sekresi saliva. saraf kranial IX, X, XI dan XII keluar dari medula
oblongata.
d. Cerebellum
Besarnya kira-kira ¼ dari cerebrum, antara cerebellum dan cerebrum dibatasai oleh
tentorium serebri. Fungsi utama cerebrum koordinasi aktivitas muskuler: kontrol tonus
otot, mempertahankan postur dan keseimbangan dan melakukan program akan gerakan
– gerakan pada keadaan sadar dan tidak sadar. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 11)
e. Hipotalamus
Berfungsi memproduksi Anti Diuretik Hormon, mengatur suhu tubuh, mengatur asupan
makanan, mengatur aktivitas organ, seperti jantung, pembuluh darah dan usus,
merangsang respons organ viseral selama dalam kondisi emosional, mengatur ritme
tubuh seperti siklus tidur, perubahan mood dan kesiagaan mental. (Valeria C. Scanlon
Tina Sanders, 2006, hlm. 159)
f. Thalamus
Terletak diatas hipotalamus dibawah serebrum, fungsi thalamus serkait dengan sensasi
pengindraan sehingga serebrum akan memahami secara keseluruhan. (Valeria C.
Scanlon Tina Sanders, 2006, hlm. 160)
g. Sirkulasi serebral
Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001, hlm. 2078) menjelaskan Sirkulasi serebral. Sirkulasi
serebral menerima kira – kira 20% dari curah jantung atau 750 ml permenit.
Darah arteri yang disulai ke otak berasal dari dua arteri karotis internal dan dua arteri
vertebral dan meluas ke sistem percabangan. Karotis internal dibentuk dari percabangan
dua karotis dan memberikan sirkulasi darah otak bagian anterior. Arteri – arteri vertebral
adalah cabang dari arteri subklavia, mengalir ke belakang dan naik pada satu sisi tulang
(Lihat pada gambar 2. 4) belakang bagian vertikal dan masuk tengkorak melalui foramen
magnum. Kemudian saling berhubungan menjadi arteri basilaris pada batang otak. Arteri
vertebrobasialis paling banyak menyuplai darah ke otak bagian posterior. Arteri basilaris
membagi menjadi dua cabang pada arteri serebralis bagian posterior.
h. Medula Spinalis
Medula Spinalis atau sum-sum tulang belakang bermula pada medula oblongata. Fungsi
medula spinalis sebagai gerakan otot tubuh dan pusat refleks.
3. Sistem Saraf Perifer
Sistem Saraf Perifer terbagi atas Saraf Spinal dan Saraf Kranial
a. Saraf Spinal
Terdiri atas 31 pasang Saraf Spinal yang terbagi atas :
1) 8 pasang Saraf Servikal
2) 12 pasang Saraf Torakal
3) 5 pasang Saraf lumbal
4) 5 pasang Saraf Sacral
5) 1 pasang Saraf Coccigeal
b. Saraf Kranial
Menurut Sylvia A. Price, dkk, (2006, hlm. 1034), bahwa ada 12 saraf kranial yang masing-
masing terbagi berdasarkan fungsinya masing-masing, diantaranya adalah:
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENGINDERAAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


PERSEPSI SENSORI
“GLAUKOMA”

Oleh :
Herman Tandilimbong
GLAUKOMA
Definisi :
Adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata (TIO) sehingga terjadi
kerusakan anatomi & fungsi mata

Klasifikasi :
 Glaukoma Sudut Terbuka
 Primer -> herediter, bilateral
 Sekunder
Disebabkan oleh pe ↑ tahanan aliran keluar aquous humor dari
kamera anterior ke kanalis Schlemm
 Glaukoma Sudut Tertutup
 Primer -> Idiopatik
 Sekunder
Disebabkan oleh penyumbatan jaring-jaring trabekula oleh iris
perifer yang disebabkan sinekia
 Glaukoma Kongenital

 Manifestasi Klinik :
 Sakit yang merambat ke kepala disertai mual & muntah
 Visus me ↓
 Lapang pandang me ↓
 Melihat lingkaran halo
 Reaksi pupil berkurang
 Palpasi -> >> keras pada bola mata yang sakit
Diagnostik Test :
Tonometri ( >> 25 mgHg
Penatalaksanaan Medis:

 Farmakotherapi
 Timol
 Diamox
 Manitol
 Bedah Laser & Konvensional
 Iridektomi
 Trabekulektomi
Post Op Glaukoma
 Intervensi
 Mengurangi Tingkat pencahayaan
 Mengajari tehnik distraksi – relaksasi
 HE mengenai :
 Hindari Valasava Manuver; mengedan, mengangkat beban,
membungkuk selama 1 mg bisa lebih
 Mata dibalut selama 24 jam atau lebih
 Mata tidak boleh kemasukan air
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSEPSI
SENSORI
“KATARAK”

OLEH :
HERMAN TANDILIMBONG
Kelainan Lensa
Katarak
Definisi :
Opasitas pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi lensa, denaturasi protein lensa atau
akibat kedua-duanya
Etiologi :
Senil, kogenital, kelainan sistemik & metabolik, traumatik
Manifestasi Klinik :
Visus menurun secara prograsif, penglihatan seperti berasap, pupil berwarna kekuningan,
abu-abu atau putih
Penatalaksanaan Medis :
 Farmakoterapi ≠
 ICCE ( Intracapsular Cataract Extraction )
 ECCE ( Ekstracapsular Cataract Extraction )
 Fakoemulsifikasi

 Kaca mata apakia
 Lensa Kontak
 IOL ( Intra Oculer Lens Implant )
HE kepada Klien Post Op
Pembatasan Aktivitas
Diperbolehkan :
Menonton televisi; membaca bila perlu tetapi jangan terlalu lama
Mandi diawali dengan menggunakan waslap selanjutnya menggunakan bak mandi
Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi
Menggunakan kaca mata pada siang hari
Dihindari :
Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
Mengejan saat defekasi
Memakai sabun mendekati mata
Mengangkat benda lebih dari 7kg
Hubungan seks samapi tanggal …….
Batuk, bersin & muntah
Menundukkan kepala sampai kebawah pinggang, melipat lutut & punggung tetap
lurus u/ mengambil sesuatu dari lantai
Tidur pada posisi yang sakit
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai