Anda di halaman 1dari 56

STANDAR PRAKTIK DALAM

KEPERAWATAN KOMUNITAS

OLEH : MARIA NAKKA


Konsep Penting
• Standar praktek keperawatan komunitas
merupakan salah satu karakteristik rofesi
perawat komunitas yang diperlukan untuk
menjamin mutu praktik keperawatan
komunitas sehingga mutu asuhan
keperawatan yang diberikan kepada
masyarakat dapat dipertahankan pada tingkat
optimal.
• Tujuan dari adanya standar praktik
keperawatan adalah meningkatkan mutu
asuhan keperawatan, meminimalkan
tindakan-tindakan yang tidak bermanfaat,
menjaga mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien di masyarakat,
komunitas, kelompok dan keluarga
STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN

• Standar praktik keperawatan merupakan acuan


untuk praktik keperawatan yang harus dicapai
oleh seorang perawat, dan dikembangkan untuk
membantu perawat melakukan validasi mutu dan
mengembangkan keperawatan. Standar praktik
keperawatan komunitas merupakan salah satu
karakteristik profesi perawat komunitas yang
diperlukan untuk jaminan mutu praktik
keperawatan komunitas sehingga mutu asuhan
keperawatan yang diberikan kepada masyarakat
dapat dipertahankan pada tingkat optimal.
Tujuan standar praktik keperawatan

• Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan


memberikan perhatian pada upaya dan
peningkatan kinerja perawat terhadap target
pencapaian tujuan.
• Meminimalkan tindakan yang tidak bermanfaat
bagi klien sehingga dapat menekan biaya
perawatan.
• Menjaga mutu asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien di masyarakat, komunitas,
kelompok, dan keluarga
Standar praktik keperawatan menurut
ANA tahun (2004)
1. PENGKAJIAN
2. PRIORITAS DAN DIAGNOSIS KOMUNITAS
3. IDENTIFIKASI HASIL
4. PERENCANAAN
5. IMPLEMENTASI
6. EVALUASI
7. KUALITAS PRAKTIK
8. PENDIDIKAN
9. EVAlUASI PRAKTIK PROFESIONAl
10. HUBUNGAN SEJAWAT DAN PROFESl lAIN
11. KOLABORASI
12. ETIK
13. PENELITIAN
14. MENGGUNAKAN SUMBER-SUMBER
15. KEPEMIMPINAN
16. ADVOKASI
1. PENGKAJIAN
Perawat kesehatan komunitas mengkaji status
komunitas menggunakan data, identifikasi
sumber- sumber yang ada di komunitas,
masukan dari komunitas dan pemangku
kepentingan (stakeholder) lain, serta penilaian
profesional,
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
1. Mengumpulkan data dari berbagai surnber
yang berhubungan dengan masyarakat luas
atau komunitas khusus
2. Menggunakan model dan prinsip-prinsip
epiderniologi, dernografi, biometri, sosial,
perilaku, dan pemeriksaan fisik untuk
mengolah data yang telah dikumpulkan.
2. PRIORITAS DAN DIAGNOSIS
KOMUNITAS
Perawat kesehatan komunitas menganalisis
pengkajian data untuk menentukan prioritas
atau diagnosis komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mendapatkan prioritas atau diagnosis komunitas
berdasarkan pengkajian data dari komunitas.
• Menganalisis data yang berhubungan dengan
akses dan penggunaan pelayanan kesehatan,
• Faktor yang berhubungan dengan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.
• Paparan yang ada dan berpotensi membahayakan.
• Keperawatan dasar dan ilmu kesehatan
masyarakat yang terkait.
3. IDENTIFIKASI HASIL
Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi
hasil yang diharapkan untuk merencanakan
berdasarkan prioritas atau diagnosis komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Melibatkan komunitas, profesional lain,
organisasi, dan pemangku kepentingan dalam
merumuskan hasil yang diharapkan.
• Memperoleh kompetensi budaya yang
diharapkan dari diagnosis.
• Mempertimbangkan kepercayaan dan nilai
komunitas, risiko, keuntungan, biaya.. bukti
i1miah terkini, dan keahlian ketika merumuskan
prioritas dan hasil yang diharapkan.
4. PERENCANAAN
Perawat kesehatan komunitas mengembangkan
perencanaan untuk mengidentifikasi strategi,
rencana tindakan, dan alternatif untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mengembangkan komunitas yang berfokus pada
perencanaan untuk pelayanan yang berhubungan
dengan kesehatan berdasarkan pengkajian
prioritas kebutuhan dan risiko kesehatan.
• Memasukkan pendekatan promosi dan
pemulihan kesehatan; pencegahan penyakit,
kecelakaan, atau penyakit; serta respons dan
persiapan keadaan gawat darurat yang menjadi
perhatian atau kebutuhan komunitas.
• Mempertahankan kontinuitas di dalam dan lintas
program.
5. IMPLEMENTASI
Perawat kesehatan komunitas
mengimplementasikan rencana yang telah
dlidentifikasi bersama tim kesehatan lain.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mengimplementasikan rencana yang diidentifikasi secara
arnan, sesuai jadwal, dan berkolaborasi dengan tim multi-
sektor,
• Menerapkan strategi berbasis bukti dan rencana tindakan,
terrnasuk kesempatan untuk membangun
jaringan (network) dan advokasi yang spesifik serta menjadi
perhatian dan kebutuhan komunitas.
• Menggunakan sistem dan surnber-sumber dalam
komunitas ketika mengimplemetasikan reneana.
• Memantau irnplementasi dari pereneanaan dan
pengukuran surveilans untuk status kesehatan komunitas.
• Mendokumentasikan implemetasi dari pereneanaan
termasuk modifikasi.
6. EVALUASI
• Perawat kesehatan komunitas melakukan
evaluasi status kesehatan komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mengoordinasikan secara sistematis, berke1anjutan, dan evaluasi
berdasarkan kriteria hasil pelayanan dalam komunitas dan
pemangku kepentingan lain.
• Mengumpulkan data secara sistematis, menerapkan epidemiologi
dan metode ilmiah untuk menentukan efektivitas intervensi
keperawatan kesehatan komunitas dalam kebijakan, program,dan
pelayanan.
• Berpartisipasi dalam proses dan evaluasi hasil dengan
aktivitaspemantauan (monitoring) program dan pelayanan.
• Mengaplikasikan pengkajian data yang berkelanjutan untuk
merevisi reneana, intervensi, dan aktivitas yang sesuai.
• Mendokumentasikan hasil dari evaluasi termasuk perubahan atau
rekomendasi untuk meningkatkan efektivitas intervensi.
7. KUALITAS PRAKTIK
Perawat kesehatan komunitas secara
sistematis mcnirrgkatkan kualitas dan efektivitas
praktik keperawatan
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mendemonstrasikan kualitas melalui pencrapan proses
keperawatan dengan cara tanggung jawab, tanggung
gugat, dan etik,
• Mengimplemetasikan pengetahuan baru dan
peningkatan kinerja untuk mengawali perubahan
dalam praktik keperawatan kesehatan komunitas dan
pembcrian layanan keperawatan pada komunitas.
• Menyertakan kreativitas dan inovasi dalam aktivitas
untuk rnemperbaiki kualitas praktik keperawatan.
• Mengembangkan implementasi serta prosedur
evaluasi dan prosedur untuk meningkatkan kualitas
praktik.
8. PENDIDIKAN
Perawat kesehatan komunit.asmemperoleh
pengetahuan dan kompetensi yang
menggambarkan praktik keperawatan kesehatan
komunitas terkini.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan
berkelanjutan untuk mempertahankan dan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yaIlg
dibutuhkan guna meningkatkan kesehatan komunitas.
• Mencari pengalaman untuk mengembangkan dan
mempertahankan kompetensi sesuai keterampilan
yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan
kebijakan, program, dan pelayanan untuk komunitas.
• Identifikasi kebutuhan belajar berdasarkan ilmu
keperawatan dan pengetahuan kesehatan masyarakat.
9. EVAlUASI PRAKTIK PROFESIONAl
Perawat kesehatan masyarakat mengevaluasi
praktik keperawatan mandiri yang sesuai dengan
standar dan panduan praktik profesional, sesuai
undang-undang, aturan, dan regulasi,
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mencari umpan balik dari praktik kornunitas baik
secara mandiri maupun bermitra dengan kelompok
profesional lain.
• Mengimplementasikan perencanaan untuk memenuhi
tujuan rencana kerja mandiri.
• Mengintegrasikan pengetahuan dalam standar praktik
yang digunakan saat ini, panduan, undang-undang,
aturan, dan regulasi ke dalam rencana kerja mandiri.
• Memberikan rasional untuk kepercayaan praktik
profesional, keputusan, dan tindakan sebagai bagian
dari proses evaluasi.
10. HUBUNGAN SEJAWAT DAN
PROFESl lAIN
Perawat kesehatan komunitas membangun
hubungan kesejawatan ketika berinteraksi
dengan wakil komunitas, organisasi, dan
pelayanan profesional serta berkontribusi
terhadap pengembangan kelompok, sejawat,
dan lainnya.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Membagi pengetahuan dan keterampilan
dengan kelompok, sejawat, dan pihak lain.
• Melakukan interaksi dengan kelompok,
sejawat, dan pihak lain untuk meningkatkan
keperawatan profesional.
• Mengajari perawat kesehatan komunitas lain
dan teman sejawat sesuai kebutuhan
11. KOLABORASI
Perawat kesehatan komunitas berkolaborasi
dengan perwakilan komunitas, organisasi, dan
tenaga profesional lain dalam menyediakan dan
melakukan promosi kesehatan pada komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Melakukan komunikasi dengan berbagai institusi
dalam komunitas untuk mengumpulkan informasi
dan mengembangkan kemitraan serta koalisi
untuk identifikasi komunitas yang berfokus pada
masalah kesehatan.
• Melakukan koordinasi dengan individu, kelompok,
dan organisasi berbasis komunitas dalam
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan
evaluasi komunitas yang berfokus pada kebijakan,
program, dan pelayanan.
12. ETIK
Perawat kesehatan komunitas harus
mengintegrasikan nilai-nilai etik dalam semua
area praktik.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Mengaplikasikan kode etik untuk perawat
(ANA,2001) dan prinsip-prinsip etik praktik
kesehatan komunitas (Public Health Leadership
Society,2002) untuk panduan praktik
keperawatan kesehatan komunitas.
• Memberikan program dan pelayanan dengan cara
melindungi dan menghormati harga diri, dan hak
populasi atau komunitas juga individu.
• Menerapkan standar etika dalarn advokasi
kesehatan dan kebijakan sosial.
13. PENELITIAN
Perawat kesehatan komunitas
mengintegrasikan hasil penelitian ke dalam
praktik keperawatan komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Identifikasi komunitas dan kesempatan
profesional yang ada untuk keperawatan dan
penelitian kesehatan masyarakat.
• Berpartisipasi dalam pengumpulan data.
• Berpartisipasi dalam lembaga, organisasi, atau
komite penelitian yang berfokus komunitas.
• Berbagi aktivitas dan hasil penelitian dengan
kelompok dan lainnya.
• Mengimplementasikan protokol penelitian.
14. MENGGUNAKAN SUMBER-
SUMBER
Perawat kesehatan komunitas
mempertimbangkan faktor-faktor yang
berhubungan dengan keamanan, efektivitas,
biaya, serta dampak praktik pada komunitas
dalam merencanakan dan memberikan
peJayanan, program, maupun kebijakan
keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Menggunakan sumber-sumber komunitas dan
organisasi untuk memformulasikan
perencanaan multi-sektor untuk kebijakan,
program, dan pelayanan.
• Mengembangkan pendekatan inovatif pada
komunitas dan perhatian kesehatan
masyarakat yang meliputi penggunaan
sumber-sumber efektif dan peningkatan
kualitas,
15. KEPEMIMPINAN
Perawat kesehatan komunitas menerapkan
prinsip kepemimpinan dalam keperawatan dan
kesehatan komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Terlibat dalam pengembangan tim multi-sektor
dan membangun koalisi termasuk profesional lain,
komunitas, dan pemangku kepentingan.
• Meningkatkan Iingkungan kerja yang sehat.
• Menjabarkan misi, tujuan, rencana, aksi, maupun
mengukur hasil keperawatan, program. Serta
layanan kesehatan komunitas kepada tenaga
profesional lain atau komunitas.
16. ADVOKASI

Perawat kesehatan kornunitas melakukan


advokasi dan usaha keras untuk melindungi
kesehatan, keamanan, dan hak-hak komunitas.
Kriteria Pengukuran bagi Perawat
Kesehatan Komunitas
• Menyatukan identifikasi kebutuhan komunitas
dalam pengembangan kebijakan, program, atau
rencana peJayanan.
• Mengintegrasikan advokasi ke dalam
implementasi kebijakan, program, dan pelayanan
komunitas.
• Mengukur efektivitas untuk advokasi komunitas
ketika mengkaji hasil yang diharapkan.
• Menerapkan kerahasiaan, etik, hukum, privasi,
dan panduan profesional dalam pengembangan
kebijakan dan isu-isu lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2013. Keperawatan


Kesehatan Komunitas Teori dan Prakti dalam
Keperawatan.Salemba Medika: jakarta.
TERIMA

KASIH
JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEPATUHAN DALAM PENGELOLAAN
DIET PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES
MELLITUS TIPE 2 DI KOTA SEMARANG
Abstrak
Latar Belakang:
• Pengelolaan DM tipe 2 meliputi perencanaan
makan atau diet, aktivitas fisik,
kontrol gula darah, dan minum obat.
Prevalensi kasus DM tipe 2 mencapai 85-90%.
Di Puskesmas Tlogosari Wetan, kasus DM tipe
2 menduduki 5 besar kasus tertinggi di Kota
Semarang.
Metode:
• Jenis penelitian yang digunakan adalah cross
sectional study dengan populasi seluruh
penderita DM tipe 2 tahun 2016 (1 Juli – 31
Desember) dan besar sampel adalah 57
responden.
Pengukuran pengelolaan diet dilakukan
dengan menggunakan kuesioner.
Hasil:
• Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan antara umur (p<0,01), jenis kelamin
(p< 0,01), dan peran keluarga (p: <0,01)
dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet
DM tipe 2. Tidak terdapat hubungan antara
pendidikan (p: 0,44), pekerjaan (p: 0,7),
pengetahuan (p: 0,42), dan peran petugas
kesehatan (p: 0,7).
Simpulan:
• Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
adalah umur, jenis kelamin, dan peran
keluarga.
PENDAHULUAN

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu


penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
glukosa darah (gula darah) melebihi normal
yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih
dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa di
atas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly,
2006). DM dikenal sebagai silent killer karena
sering tidak disadari oleh penyandangnya dan
saat diketahui sudah terjadi komplikasi (Kemenkes
RI, 2014).
DM dapat menyerang
hampir seluruh sistem tubuh manusia, mulai
dari kulit sampai jantung yang menimbulkan
komplikasi.
METODE

Jenis penelitian ini menggunakan


rancangan penelitian cross sectional. Variabel
yang diteliti adalah umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, tingkat
pengetahuan, peran keluarga, dan peran
petugas kesehatan, serta kepatuhan pengelolaan
diet pada penderita DM tipe 2.
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh penderita DM tipe 2 yang tercatat di
rekam medis Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
Semarang tahun 2016 (Juli-Desember) dengan
teknik pengambilan data yaitu obsevasi dan
wawancara. Penelitian ini melibatkan 57
responden.
HASIL DAN PEMBAHASAN
• Pada analisis variabel umur, responden
dengan kategori dewasa (20-59 tahun)
sebanyak 43 responden (75,4%) dan kategori
lansia (≥60 tahun) sebanyak 14 responden
(24,6%). Pada variabel jenis kelamin, sebagian
besar responden berjenis kelamin perempuan
sebanyak 41 penderita (71,9%), sedangkan
pada responden laki-laki sebanyak 16
penderita (28,1%).
• Dalam penelitian ini kategori usia dewasa lebih
dominan daripada yang berusia dalam kategori
lansia. Sehingga hasil menunjukkan bahwa
proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada
responden dewasa lebih tinggi dibandingkan
lansia. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden yang menderita DM tipe 2 berusia
antara 45-60 tahun atau dalam kategori dewasa.
Umur dewasa merupakan usia pra lansia,
dimana fungsi dan integrasi mulai mengalami
penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
aktivitas sudah mulai berkurang sehingga
muncul beberapa penyakit yang menyebabkan
status kesehatan menurun.
• Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah teknik purposive sampling
dengan menerapkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Instrumen penelitian menggunakan
kuesioner. Teknik analisis menggunakan
analisis univariat dan bivariat. Analisis bivariat
dengan uji chi square.
PENUTUP

Faktor-faktor yang berhubungan dengan


kepatuhan dalam pengelolaan diet DM tipe 2
adalah umur, jenis kelamin, dan peran keluarga
DAFTAR PUSTAKA

• Kemenkes RI. (2014). Profil Kesehatan


Indonesia 2014. Jakarta: Kemenkes RI
• Misnadiarly. (2006). Diabetes Mellitus,
Mengenali Gejala, Menanggulangi, Mencegah
Komplikasi .Jakarta: Pustaka Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai