Anda di halaman 1dari 35

Aplikasi Model

Metode Praktik Keperawatan


Profesional (MPKP)
JEREMIAH YAP
SHANNON JANABELLE
GHERALYN SUWANDI
PENGERTIAN

Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses, dan
nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan
tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
TUJUAN MPKP

1) Meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan sistem pemberian asuhan


keperawatan.
2) Memberikan kesempatan kepada perawat untuk belajar melaksanakan praktik
keperawatan profesional.
3) Menyediakan kesempatan kepada perawat untuk mengembangkan penelitian
keperawatan (Murwani & Herlambang, 2012).
KARAKTERISTIK MPKP

• Berdasarkan jumlah klien sesuai dengan ketergantungan klien


Penetapan Jumlah
Tenaga Kesehatan

• Kepala ruang rawat


• Critical Care Manager (CCM)-Skep/Ners
Penetapan Jenis
Tenaga • Perawat Primer (PP)-D3, Perawat Asosiet (PA)-SPK/D3
Keperawatan

• Perawat primer (profesional) bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas askep
yang diberikan
Penetapan Standar
Rencana Askep • CCM mengarahkan dan membimbing PP dan PA
4 Pilar MPKP

Pendekatan Manajemen
Keperawatan
Sistem
Penghargaan
Hubungan
Profesional
Manajemen Asuhan
Keperawatan
Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode Askep

Sesuai Visi & Misi Dapat diterapkannya


Institusi proses keperawatan Efektif dan efisien
dalam asuhan biaya
(rumah sakit) keperawatan

Terpenuhi kepuasan Terlaksana


Kepuasan kinerja
klien, keluarga, dan komunikasi yang
perawat
masyarakat adekuat
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
1. Metode Fungsional
Setiap perawat hanya melakukan satu atau dua jenis intervensi keperawatan saja kepada semua
pasien di bangsal (misalnya, pengobatan, merawat luka).

Kelebihan Kekurangan
• Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, • Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang perawat
baik • Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat
• Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan menerapkan proses keperawatan
tenaga • Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang
• Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas berkaitan dengan keterampilan saja.
manajerial, sedangkan perawat pasien diserahkan
kepada perawat junior dan/atau belum
berpengalaman.
2. Metode Tim
• Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
• Perawat ruangan dibagi menjadi 2–3 tim/group yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal, dan
pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
• Konsep:
a) Ketua tim sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik kepemimpinan
b) Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana keperawatan terjamin
c) Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d) Peran kepala ruang penting dalam metode tim, model tim akan berhasil bila didukung oleh kepala
ruang
Metode Tim

Kelebihan Kekurangan
• Memungkinkan pelayanan keperawatan yang Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama
menyeluruh dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya
• Mendukung pelaksanaan proses keperawatan membutuhkan waktu, yang sulit dilaksanakan pada
• Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga waktu-waktu sibuk.
konflik mudah diatasi dan memberi kepuasan pada
anggota tim.
3. Metode Primer

Menurut Nursalam (2014), metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah
sakit.
Ketenagaan Metode Primer:
a) Setiap perawat primer adalah perawat bed side atau selalu berada dekat dengan pasien.
b) Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer.
c) Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
d) Perawat primer dibantu oleh perawat profesional lain maupun nonprofesional sebagai perawat
asisten.
Kelebihan Kekurangan
• Bersifat kontinuitas dan komprehensif. Metode ini hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
• Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai
dengan kriteria asertif, self direction, kemampuan
tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
pengembangan diri. keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu
• Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu.
dokter, dan rumah sakit
• Pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya
kebutuhan secara individu.
• Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan tercapai
pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
• Dokter juga merasakan kepuasan dengan model
primer karena senantiasa mendapatkan informasi
tentang kondisi pasien yang selalu diperbarui dan
komprehensif.
4. Metode Kasus
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat dinas, biasa diterapkan satu
pasien satu perawat, asuhan keperawatan khusus (perawat pribadi seperti kasus isolasi dan perawatan
intensif).

Kelebihan Kekurangan
• Perawat lebih memahami kasus per kasus • Belum dapat diidentifikasi perawat penanggung
• Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih jawab
mudah • Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
kemampuan dasar yang sama
5. Metode Primer Modifikasi (Primer-Tim)

Metode ini adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer dan metode tim.
Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat profesional maupun non
profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan di bawah kepemimpinan
seorang perawat profesinal disamping itu dikatakan memiliki kesamaaan dengan metode
keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil
pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care.
• Menurut Sitorus (2002), penetapan metode modifikasi didasarkan pada beberapa alasan
berikut:
a) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena perawatan primer harus
mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara
b) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan
keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan
akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, bimbingan asuhan keperawatan
diberikan oleh perawat primer/ketua tim.
KEGIATAN IMPLEMENTASI PENGEMBANGAN
MPKP
• Membentuk tim pelaksana pengembangan MPKP

Persiapan • Rancangan penilaian mutu


• Presentasi MPKP (tempat,tenaga,standar askep,fasilitas)

• Tim pengembangan MPKP melakukan


Pelaksanaan bimbingan/pelatihan
• Monitoring dan supervisi

• Evaluasi struktur, proses, dan hasil

Evaluasi
EVALUASI TAHAP LANJUT MPKP
MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan. Agar implementasi
MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan implementasi substansi keilmuan
keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat
untuk menerapkannya (Sitorus, 2011).

1) MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula (SKP/D3) diberi kesempatan
meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai SKep/Ners. Setelah mendapatkan
pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP (bukan PP pemula)
2) MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP adalah SKep/Ners. Agar PP
dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang
Ners spesialis yang akan berperan sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKep/Ners ditingkatkan
menjadi ners spesialis.
3) MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat dengan kemampuan sebagai
ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan. Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian
keperawatan eksperimen yang dapat meningkatkan asuhan keperawatan sekaligus mengembangkan ilmu
keperawatan (Sitorus, 2011).
Aplikasi MPKP dalam
Rumah Sakit
OVERVIEW DASAR

1. Pengkajian
2. Diseminasi data
3. Persiapan perangkat/perencanaan
4. Aplikasi
5. Diseminasi akhir
6. evaluasi
Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas
perangkat i
PENGKAJIAN

• Pengkajian/analisa data: melalui prinsip POAC


• Planning
• Orgnaizing
• Actuating
• Controlling

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
DISEMINASI DATA

• Identifikasi data yang suah terkumpul:


• Data yang sudah ada
• Data yang belum ada
• Data yang belum lengkap

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
PERSIAPAN PERANGKAT

• Penyusunan Visi, Misi, dan Filosofi


• Standar Kinerja:
• SOP (standar operasional prosedur)
• SAK (standar asuhan keperawatan)

• Struktur Organisasi

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
Kepala ruangan
CONTOH
STRUKTUR Tim 1 Tim 2

Kepala Tim 1 Kepala Tim 2

Anggota Tim Anggota Tim

Pasien/Klie Pasien/Klie
n n

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
APLIKASI

• Format kartu anggota tim


• Format catatan harian
• Format pengkajian awal keperawatan
• Penentuan diagnosa yang sering muncul (sesuai dengan SAK)

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
APLIKASI

• Format pendelegasian
• Format discharge planning
• Format audit dokumentasi
• Format penghitungan BOR, LOS, dan TOI

Semua akan ditentukan dari SOP dan SAK yang sudah disusun oleh rumah sakit masing-
masing.

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
DISEMINASI AKHIR DAN EVALUASI
• Identifikasi data yang suah diterapkan:
• Apakah tindakan perencanaan menghasilkan hasil yang sesuai dengan harapan atau ada yang
belum sempurna.
• Jika hasil tidak memuaskan, proses perencanaan dapat di revisi dan tindakan ini dapat di ulang
kembali sampai mendapatkan hasil yang memuaskan

Pengkajian Diseminasi data Persiapan Aplikasi Diseminasi akhir Evaluas


perangkat i
JURNAL
PENERAPAN MPKP DI
RUMAH SAKIT
JURNAL 1
METODE
PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Semua perawat di ruang rawat inap RS Bhayangkara Makassar
sebanyak 149 orang.

Instrumen Penelitian
Data Primer: Kuesioner, wawancara, dan observasi.
Data Sekunder: dokumen RS, buku, penelitian terdahulu.
HASIL
PENGARUH PENERAPAN MPKP TERHADAP…
KEPUASAN KERJA PERAWAT KUALITAS PELAKSANAAN ASKEP

PENERAPAN MPKP SANGAT BERMANFAAT BAGI


MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
MANFAAT NYA DI BIDANG APA SAJA??

JURNAL 2
METODE
Populasi dan Sampel PENELITIAN
Semua perawat di ruang rawat inap RS Bhayangkara Makassar
sebanyak 80 orang.

Instrumen Penelitian
Observasi dan Wawancara.

Kriteria yang Diteliti:


- Penerapan MPKP
- Pelaksanaan nilai-nilai profesional dalam penerapan MPKP
- Pelaksanaan Hubungan Profesional dalam penerapan
MPKP
- Pelaksanaan Pendekatan Manajemen dalam penerapan
MPKP
- Pelaksanaan Kompensasi dan Penghargaan dalam
Penerapan MPKP
- Pelaksanaan Metode Pemberian Askep dalam Penerapan
MPKP
HASIL
PENERAPAN MPKP Pelaksanaan nilai-nilai profesional dalam
penerapan MPKP
Pada kategori sesuai sebanyak 48 responden.
Pada kategori sesuai sebanyak 59 responden .
HASIL
Pelaksanaan Hubungan Profesional dalam Pelaksanaan Pendekatan Manajemen dalam
penerapan MPKP penerapan MPKP
Pada kategori sesuai sebanyak 61 responden .
Pada kategori sesuai sebanyak 63 responden.
HASIL
Pelaksanaan Kompensasi dan Penghargaan dalam Pelaksanaan Metode Pemberian Askep dalam
Penerapan MPKP Penerapan MPKP
Pada kategori tidak sesuai sebanyak 63 responden .
Pada kategori tidak sesuai sebanyak 68 responden .
Kriteria yang Diteliti:

- Penerapan MPKP √

- Pelaksanaan nilai-nilai profesional dalam penerapan MPKP



- Pelaksanaan Hubungan Proffesional dalam penerapan MPKP √

- Pelaksanaan Pendekatan Manajemen dalam penerapan MPKP √

- Pelaksanaan Kompensasi dan Penghargaan dalam Penerapan MPKPX

- Pelaksanaan Metode Pemberian Askep dalam Penerapan MPKP X

Anda mungkin juga menyukai