Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN MENURUT "MADELEINE LEININGER"

DI AJUKAN SEBAGAI TUGAS MATA KULIAH KONSEP DASAR


KEPERAWATAN

Oleh

1. Frella Nesya Septia Diva Rifai (22030006)


2. Laely (
3. Rendy (
4. Suci Lestari (
5. Wanda (

Dosen Pengampu :

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN CILACAP


PRODI DIII KEPERAWATAN

1
TAHUN AJARAN 2022/2023

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan sebuah karya tulis
dengan tepat waktu. Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan
judul “MODEL TEORI KEPERAWATAN MENURUT MADELEINE LEININGER,
yang
memenurut saya dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk
mempelajarinya. Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang
saya buat kurang tepat atau tidak berkenandihati para pembaca. Dengan ini saya
mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Tuhan
memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Cilacap, 26 Oktober 2022

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I .....................................................................................................................................
PENDAHULUAN .................................................................................................................
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan 4
C. Manfaat 5
BAB II....................................................................................................................................
PEMBAHASAN ....................................................................................................................
A. Definisi Teori Keperawatan MADELEINE LEILENGER
B. Model Keperawatan MADELEINE LEILENGER
C. Hubungan Model dengan Paradigma Keperawatan 7
D. Konsep Utama MADELEINE LEILENGER7
E. Hubungan perawat-pasien-dokter 9
F. Aplikasi Teori dalam Proses Keperawatan 9
G. Tujuan Keperawatan MADELEINE LEILENGER10
BAB III ..................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

4
TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER ”CULTURE CARE"
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak model konseptual dan teori yang telah dikembangkan para ahli keperawatan, dimana teori dan
model konseptual merupakan suatu cara untuk memandang, menilai situasi kerja yang menjadi petunjuk
bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi
dan apa yang harus dia lakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-mengajar dalam
bidang keperawatan sehingga perlu diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan untuk memperkuat profesi
keperawatan.
Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan baik secara teoritis maupun empiris terhadap teori-
teori keperawatan yang ada sehingga perawat dapat memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut
dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien sesuai keadaannya.
Salah satu teori keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang dikembangkan oleh Madeleine
Leininger yang lebih dikenal dengan teori “Trans Cultural”.

B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah : menyajikan teori model keperawatan “Trans Cultural” dan analisis
model keperawatan dari Madeleine Leininger

C. Sistematika Penulisan 
Bab I Pendahuluan yang berisikan latar belakang, tujuan penulisan dan sistematika penulisan, Bab II
Konsep Model Madeleine Leininger , Bab III Analisis Teori Leininger, BAB IV Penutup meliputi kesimpulan
dan saran.

BAB II
TEORI KEPERAWATAN MADELEINE LEININGER
”CULTURE CARE : DIVERSITY AND UNIVERSALITY THEORY”

A. Sejarah Teori Culture Care


Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan seorang pemimpin dalam keperawatan
transkultural serta teori asuhan keperawatan yang berfokus pada manusia. Ia adalah perawat professional
pertama yang meraih pendidikan doctor dalam ilmu antropologi social dan budaya. Dia lahir di Sutton,
Nebraska, dan memulai karir keperawatannya setelah tamat dari program diploma di “St. Anthony’s
School of Nursing” di Denver. 
Tahun 1950 ia meraih gelar sarjana dalam ilmu biologi dari “Benedictine College, Atchison Kansas”
dengan peminatan pada studi filosofi dan humanistik. Setelah menyelesaikan pendidikan tersebut ia
bekerja sebagai instruktur, staf perawatan dan kepela perawatan pada unit medikal bedah sererta
membuka sebuah unit perawatan psikiatri yang baru dimana ia menjadi seorang direktur pelayanan
keperawatan pada St. Joseph’s Hospital di Omaha. Selama waktu ini ia melanjutkan pendidikan
keperawatannya di ”Creigthton University ” di Omaha. Tahun 1954 Leininger meraih gelar M.S.N. dalam
keperawatan psikiatrik dari ” Chatolic University of America” di Washington, D. C. Ia kemudian bekerja
pada ”College of Health” di Univercity of Cincinnati, dimana ia menjadi lulusan pertama (M. S. N ) pada
program spesialis keperawatan psikiatrik anak . Ia juga memimpin suatu program pendidikan
keperawatan psikiatri di universitas tersebut dan juga sebagai pimpinan dalam pusat terapi perawatan
psikiatri di rumah sakit milik universitas tersebut.
Pada tahun 1960, Leininger bersama C. Hofling menulis sebuah buku yang diberi judul ” Basic Psiciatric
Nursing Consept” yang dipublikasikan ke dalam sebelas bahasa dan digunakan secara luas di seluruh
dunia. Selama bekerja pada unit perawatan anak di Cincinnati, Leininger menemukan bahwa banyak staff
yang kurang memahami mengenai faktor-faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dimana
diantara anak-anak ini memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda. Ia mengobservasi perbedaan-
perbedaan yang terdapat dalam asuhan dan penanganan psikiatri pada anak-anak tersebut. Terapi
psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-anak yang memiliki perbedaan
latar belakang budaya dan keutuhan. 

5
Leininger melihat bahwa para perawat lain juga tidak menampilkan suatu asuhan yang benar-benar
adequat dalam menolong anak tersebut, dan ia dihadapkan pada berbagai pertanyaan mengenai
perbedaan budaya diantara anak-anak tersebut dan hasil terapi yang didapatkan. Ia juga menemukan
hanya sedikit staff yang memiliki perhatian dan pengetahuan mengenai faktor-faktor budaya dalam
mendiagnosa dan manangani klien.
Pada satu ketika, Prof. Margaret Mead berkunjung pada departemen psikiatri University of Cincinnati dan
Leiniger berdiskusi dengan Mead mengenai adanya kemungkinan hubungan antara keperawatan dan
antropologi. Meskipun ia tidak mendapatkan bantuan langsung, dorongan, solusi dari Mead , Leininger
memutuskan untuk melanjutkan studinya ke program doktor (Ph.D) yang berfokus pada kebudayaan,
sosial, dan antropologi psikologi pada Universitas Washington.
Sebagai seorang mahasiswa program doktor, Leininger mempelajari berbagai macam kebudayaan dan
menemukan bahwa pelajaran antroplogi itu sangat menarik dan merupakan area yang perlu diminati oleh
seluruh perawat. Kemudia ia menfokuskan diri pada masyarakat Gadsup di Eastern Highland of New
Guinea, dimana ia tinggal bersama masyarakat tersebut selama hampir dua tahun. Dia dapat
mengobservasi bukan hanya gambaran unik dari kebudayaan melainkan perbedaan antara kebudayaan
masyarakat barat dan non barat terkait dengan praktek dan asuhan keperawatan untuk mempertahankan
kesehatan. 
Dari studinya yang dalam dan pengalaman pertama dengan masyarakat Gadsup, ia terus mengembangkan
teori perawatan kulturalnya dan metode ethno nursing. Teori dan penelitiannya telah membantu
mahasiswa keperawatan untuk memahami perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan dan
penyakit. Dia telah menjadi pemimpin utama perawat yang mendorong banyak mahasiswa dan fakultas
untuk melanjutkan studi dalam bidang anthropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam
praktik dan pendidikan keperawatan transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam
terhadap pengembangan bidang perawatan transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah
menyokong dirinya selama 4 dekade.
Tahun 1950-an sampai 1960-an, Leininger mengidentifikasi beberapa area umum dari pengetahuan dan
penelitian antara perawatan dan anthropologi formulasi konsep keperawatan transkultural, praktek dan
prinsip teori. Bukunya yang berjudul Nursing and anthropology : Two Words to Blend ; yang merupakan
buku pertama dalam keperawatan transkultural, menjadi dasar untuk pengembangan bidang keperawatan
transkultural, dan kebudayaan yang mendasari perawatan kesehatan. Buku yang berikutnya,
”Transcultural Nursing : Concepts, theories, research, and practise (1978 )” , mengidentifikasi konsep
mayor, ide-ide teoritis, praktek dalam keperawatan transkultural, bukti ini merupakan publikasi definitif
pertama dalam praktek perawatan treanskultural. Dalam tulisannya, dia menunjukkan bahwa perawatan
treanskultural dan anthropologi bersifat saling melengkapi satu sama lain, menkipun berbeda. Teori dan
kerangka konsepnya mengenai Cultural care diversity and universality dijelaskan dalam buku ini.
Sebagai perawat profesional pertama yang melanjutkan pendidikan ke jenjang doktor dalam bidang
antropologi dan untuk memprakarsai beberapa program pendidikan magister dan doktor, Leininger
memiliki banyak bidang keahlian dan perhatian. Ia telah memepelajari 14 kebudayaan mayor secara lebih
mendalam dan telah memiliki pengalaman dengan berbagai kebudayaan. Disamping perawatan
transkultural dengan asuhan keperawatan sebagai fokus utama , bidang lain yang menjadi perhatiannya
adalah administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan, politik, dilema etik
keperawatan dan perawatan kesehatan, metoda riset kualitatif, masa depan keperawatan dan
keperawatan kesehatan, serta kepemimpinan keperawatan. Theory of Culture Care saat ini digunakan
secara luas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk memperoleh data kebudayaan yang mendasar
dari kebudayaan yang berbeda.

B. Paradigma Keperawatan
1. Manusia 
Manusia adalah individu atau kelompok yamg memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan
berguna untuk menentukan pilihan serta melakukan tindakan. Menurut Leininger, manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun ia berada.

2. Kesehatan
Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan
praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya
mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup.

3. Lingkungan
Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman yang
memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi,
sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.

6
4. Keperawatan
Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang
difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh
kesehatan mereka dalam cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk
menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.

C. Teori Keperawatan Leininger


Teori ini diambil dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan. Ia mendefinsikan keperawatan
transkultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa
perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman
sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
1. Konsep Utama dan definisi teori Leininger
a. Care mengacu kepeada suatu fenomena abstrak dan konkrit yang berhubungan dengan pemberian
bantuan, dukungan, atau memungkinkan pemberian pengalaman maupun perilaku kepada orang lain
sesuai dengan kebutuhannya dan bertujuan untuk memperbaiki kondisi maupun cara hidup manusia.
b. ”Caring”, mengacu kepada suatu tindakan dan aktivitas yang ditujukan secara langsung dalam
pemberian bantuan, dukungan, atau memungkinkan individu lain dan kelompok didalam memenuhi
kebutuhannya untuk memperbaiki kondisi kehidupan manusia atau dalam menghadapi kematian.
c. Kebudayaan merupakan suatu pembelajaran, pembagian dan transmisis nilai, keyakinan, norma-
norma, dan gaya hidup dalam suatu kelompok tertentu yang memberikan arahan kepada cara berfikir
mereka, pengambilan keputusan, dan tindakkan dalam pola hidup.
d. Perawatan kultural mengacu kepada pembelajaran subjektif dan objektif dan transmisi nilai,
keyakinan, pola hidup yang membantu, mendukung, memfasilitasi atau memungkinkan ndividu lain
maupun kelompok untuk mempertahankan kesjahteraan mereka, kesehatan, serta untuk memperbaiki
kondisi kehidupan manusia atau untuk memampukan manusia dalam menghadapi penyakit, rintangan dan
juga kematian.
e. Cultural care diversity (perbedaan perawatan kultural) mengacu kepada variabel-variabel, perbedaan-
perbedaan, pola, nilai, gaya hidup, ataupun simbol perawatan di dalam maupun diantara suatu
perkumpulan yang dihubungkan terhadap pemberian bantuan, dukungan atau memampukan manusia
dalam melakukan suatu perawatan.
f. Cultural care universality (Kesatuan perawatan kultural) mengacu kepada suatu pengertian umum yang
memiliki kesamaan ataupun pemahaman ang paling dominan, pola-pola, nilai-nilai, gaya hidup atau
simbol-simbol yang dimanifestasikan diantara banyak kebudayaan serta mereflesikan pemberian bantuan,
dukungan, fasilitas atau memperoleh suatu cara yang memungkinkan untuk menolong orang lain
(Terminlogy universality) tidak digunakan pada suatu cara yang absolut atau suatu temuan statistik yang
signifikan.
g. Keperawatan mengacu kepada suatu pembelajaran humanistik dan profesi keilmuan serta disiplin yang
difokuskan pada aktivitas dan fenomena perawatan manusia yang bertujuan untuk membantu,
memberikan dukungan, menfasilitasi, atau memampukan individu maupun kelompok untuk memperoleh
kesehatan mereka dalam suatu cara yang menguntungkan yang berdasarkan pada kebudayaan atau untuk
menolong orang-orang agar mampu menghadapi rintangan dan kematian.
h. Pandangan dunia mengacu kepada cara pandang manusia dalam memelihara dunia atau alam semesta
untuk menampilkan suatu gambaran atau nilai yang ditegakkan tentang hidup mereka atau lingkungan di
sekitarnya.
i. Dimensi struktur sosial dan budaya mengacu pada suatu pola dinamis dan gambaran hubungan
struktural serta faktor-faktor organisasi dari suatu bentuk kebudayaan yang meliputi keagamaan,
kebudayaan, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi , nilai budaya dan faktor-faktor etnohistory serta
bagaimana faktor-faktor ini dihubungkan dan berfungsi untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam
lingkungan yang berbeda.
j. Lingkungan mengacu pada totalitas dari suatu keadaan, situasi, atau pengalaman-pengalaman yang
memberikan arti bagi perilaku manusia, interpretasi, dan interaksi sosial dalam lingkungan fisik, ekologi,
sosial politik, dan atau susunan kebudayaan.
k. ”Etnohistory ” mengacu kepada keseluruhan fakta-fakta pada waktu yang lampau, kejadian-kejadian,
dan pengalaman individu, kelompok, kebudayaan serta suatu institusi yang difokuskan kepada
manusia/masyarakat yang menggambarkan, menjelaskan dan menginterpretasikan cara hidup manusia
dalam suatu bentuk kebudayaan tertentu dalam jangka waktu yang panjang maupun pendek.
l. Sistem perawatan pada masyarakat tradisional mengacu kepada pembelajaran kultural dan transmisi
dalam masyarakat tradisional (awam) dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan tradisonal
untuk memberikan bantuan, dukungan atau memfasilitasi tindakan untuk individu lain, kelompok maupun

7
suatu institusi dengan kebutuhan yang lebih jelas untuk memperbaiki cara hidup manusia atau kondisi
kesehatan ataupun untuk menghadapi rintangan dan situasi kematian.
m. Sistem perawatan profesional mengacu kepada pemikiran formal, pembelajaran, transmisi perawatan
profesional, kesehatan, penyakit, kesejahteraan dan dihubungkan dalam pengetahuan dan keterampilan
praktek yang berlaku dalam institusi profesional biasanya personil multi disiplin untuk melayani
konsumen.
n. Kesehatan mengacu pada keadaan kesejahteraan yang didefinisikan secara kultural memiliki nilai dan
praktek serta merefleksikan kemampuan individu maupun kelompok untuk menampilkan kegiatan budaya
mereka sehari-hari, keuntungan dan pola hidup
o. Mempertahankan perawatan kultural mengacu kepada semua bantuan, dukungan, fasilitas atau
pengambilan keputusan dan tindakan profesional yang memungkinkan yang dapat menolong orang lain
dalam suatu kebudayaan tertentu dan mempertahankan nilai perawatan sehingga mereka dapat
memperthanakan kesejahteraannya, pulih dari penyakit atau menghadapi rintangan mapun kematian.
p. Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua bantuan, dukungan, fasilitas, atau
pembuatan keputusan dan tindakan kreatifitas profesional yang memungkinkan yang menolong
masyarakat sesuai dengan adaptasi kebudayaan mereka atau untuk bernegosiasi dengan fihak lain untuk
mencapai hasil kesehatan yang menguntungkan dan memuaskan melalui petugas perawatan yang
profesional 
q. Restrukturisasi perawatan transkultural mengacu pada seluruh bantuan, dukungan, fasilitas atau
keputusan dan tindakan profesional yang dapat menolong klien untuk mengubah atau memodifikasi cara
hidup mereka agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan yang lebih menguntungkan dengan
menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki klien sesuai dengan budayanya.
r. Perawatan kultural yang konggruen mengacu kepada kemampuan kognitif untuk membantu,
mendukung, menfasilitasi atau membuat suatu keputusan dan tindakan yang dapat memperbaiki kondisi
individu, atau kelompok dengan nilai budaya, keyakinan dan cara hidup yang berbeda, yang bertujuan
untuk memperoleh kesejahteraan dan kesehatan.

2. Asumsi Mayor
Asumsi mayor untuk mendukung teory cultural care : diversity and universality yang dikemakan ole
Leininger : 
a. “Care” adalah esensi keperawatan serta focus yang mempersatukan perbedaan sentral dan dominant
dalam suatu pelayanan.
b. Perawatan (Caring) yang didasarkan pada kebudayaan adalah sutau aspek esensial unuk memperoleh
kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan dan ketahanan, serta kemampuan untuk enghadapi rinangan
maupun kematian.
c. Perawatan yang berdasarkan budaya adalah bagian yang paling komprehensif dan holistic untuk
mengetahui, menjelaskan, menginterprestasikan dan memprediksikan fenomena asuhan keperawatan
serta memberikan panduan dalam pengambilan keputusan dan tindakan perawatan.
d. Keperawatan traskultural adalah disiplin ilmu perawatan humanistic dan profesi yang memiliki tujuan
utama untuk melayani individu, dan kelompok.
e. “Caring” yang berdasarkan kebudayaan adalah suatu aspek esensial untuk mengobati dan
menyembuhkan dimana pengobatan tidak akan mungkin dilakukan tanpa perawatan, sebaliknya
perawatan dapat tetap eksis tanpa pengobatan.
f. Konsep keperawatan cultural, arti, ekspresi, pola-pola, proses dan struktur dari bentuk perawatan
transkultural yang beragam dengan perbedaan dan persamaan yang ada.
g. Setiap kebudayaan manusia memiliki pengetahuan dan praktek perawatan tradisional serta praktik
professional yang bersifat budaya dan individual.
h. Praktek perawatan keyakinan dan nilai budaya dipengaruhi oleh dan cenderung tertanam dalam
pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama, kekeluargaan, sosial, politik, pendidikan, ekonomi, teknologi,
etnohistory, dan lingkungan kebudayaan.
i. Keuntungan, kesehatan dan kepuasan terhadap budaya perawatan mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan individu, keluarga, kelompok, komunitas di dalam lingkungannya.
j. Kebudayaan dan keperawatan yang konggruen dapat terwujud apabila pola-pola, ekspresi dan nilai-
nilai perawatan digunakan secara tepat, aman dan bermakna.
k. Perbedaan dan persamaan perawatan cultural tetap berada diantara masyarakat tradisioal dan
professional pada setiap kebudayaan manusia.
l. Konflik cultural, beban praktek kebudayaan, stress kultural merefleksikan kurangnya pengetahuan
perawatan kultural untuk memberikan perawatan, rasa aman, tangung jawab yang koggruen dengan
kebudayaan.
m. Metode penelitian kualitatif ethnonursing memberikan intepretasi dan temuan yang penting mengenai
pemberian asuhan keperawatan dengan kebudayaan komplek yang berbeda.

8
3. Esensi keperawatan dan kesehatan
a. Perbedaan-perbedaan interkultural terhadap keyakinan kepetrawatan, nilai dan praktek akan
merefleksikan perbedaan kemampuan identifikasi dan praktek asuhan keperawatan yang bersifat umum.
b. Kebudayaan yang memiliki nilai iindividualisme yang tinggi dengan model independen akan
menunjukan tanda-tanda dari nilai dan praktek keperawatan diri, dimana kebudayaan yang tidak
memiliki nilai individualisme dan independen akan menunjukan tanda terbatas dan praktek keperawatan
diri.
c. Jika terdapat hubungan yang erat antara praktek dan keyakinan pemberi dan penerima pelayanan
praktek keperawatan , hasil yang diperoleh klien akan dapat ditingkatkan dan lebih memuaskan .
d. Klien dari kebudayaan yang berbeda dapat mengidentifikasi nilai caring dan non caring mereka serta
keyakinan terhadap ethnonursing.
e. Perbedaan utama antara nilai perawatan tradisional dengan perawatan profesional, merupakan tanda
dari konflik budaya antara pemberi pelayanan kesehatan profesional dan klien.
f. Praktek dan tindakan caring yang diterapkan dengan menggunakan teknologi berbeda secara kultural
dan memiliki perbedaan terhadap hasil dalam pencapaian kesehatan dan kesejahteraan klien.
g. Tanda terpenting dari ketergantungan perawat terhadap teknologi merupakan tanda dari
depersonalisasi asuhan keperawatn humanistik pada klien.
h. Bentuk simbolis dan fungsi ritual dari praktek dan perilaku asuhan keperawatan memiliki hasil dan
makna berbeda dalam kebudayaan yang berbeda.
i. Politik, agama, ekonomi, hubungan kekeluargaan, nilai budaya dan lingkungan memberikan pengaruh
yang besar terhadap praktek budaya untuk mencapai kesejahteraan individu, keluarga dan kelompok.

4. Konsep kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcutural Nursing; concepts, theories and
practices (1978 & 1995).
a. Kebudayaan yang mempersepsikan penyakit ke dalam bentuk pengalaman tubuh internal dan bersifat
personal (contohnya yang disebabkan oleh kondisi fisik, genetic,stress dalam tubuh) lebih cenderung
menggunakan teknik dan metode keperawatan diri secara fisik dari pada melakukan perawatan
berdasarkan budaya yang memandang penyakit sebagai suatu keyakinan kultural dan ekstra personal
serta pengalaman budaya secara langsung.
b. Budaya sangat menekankan proses, prilaku dan nilai perawatan (caring), memegang peranan yang
lebih cenderung dilakukan wanita daripada pria.
c. Kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan (caring) cenderung dilaksanakan
oleh pria daripada wanita.
d. Klien (masyarakat umum / tradisional) yang membutuhkan pelayanan keperawatan (caring), pertama
sekali cenderung untuk mencari bantuan dari pihak keluarga maupun relasinya dalam mengatasi
masalahnya, baru kemudian mencari pemberi pelayanan kesehatan professional apabila orang-orang
terdekatnya tidak mampu memeberikan kondisi yang efektif, keadaan klien semakin memburuk atau jika
terjadi kematian.
e. Kegiatan perawatan yang banyak dipraktekkan di masyarakat (ethno caring activities), yang memiliki
keuntungan terapeutik bagi klien dan keluarganya, kurang dipahami oleh kebanyakan perawat
professional di Werstern.
f. Jika terdapat prilaku perawatan yang efektif dalam suatu kebudayaan maka kebutuhan pengobatan dan
pelayanan dari petugas professional akan berkurang.
g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional mengakibatkan konflik
budaya dan membebani praktek keperawatan.
h. Perawatan transkultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat menyusun asuhan keperawatan
pada setiap budaya yang berbeda, dan dapat menentukan hasil yang tepat sesuai dengan kebudayaan
klien tersebut.
i. Keberhasilan dalam perawatan kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan tersebut tidak
menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan atas keyakinan dan nilai budaya klien.

5. The Sunrise Model ( Model matahari terbit)


Sunrise Model dari teori Leininger dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Matahari terbit sebagai
lambang/ symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk memulai pada puncak dari model ini dengan
pandangan dunia dan keistimewaan struktur sosial untuk mempertimbangkan arah yang membuka pikiran
yang mana ini dapat mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki
berfokus pada keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah
berarti mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada model
ini mengindikasikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia tidak
terpisahkan/tidak dapat dipisahkan dari budaya mereka.

9
Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan
model ini. Tujuan yang hendak dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut
dapat diasosiasikan oleh perawatan profesional lainya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai
cara hidup klien atau nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah
keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini merupakan suatu
alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan perawatan yang sejalan dengan
kebudayan serta penelitian ilmiah.

Gambar : The Sun Rise Model

Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan keperawatan
transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
1. Faktor Teknologi ( Technological Factors )
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Berkaitan dengan pemanfatan
teknologi kesehatan, maka perawat perlu mengkaji berupa persepsi individu tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan,
persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor keagamaan dan falsafah hidup ( Religous and Philosofical Factors)
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang realistis bagi para
pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk menempatkan kebenarannya di atas
segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama
yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh
tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors)
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama panggilan dalam
keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan
keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan
rutin oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways)
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan buruk.
Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah posisi dan
jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang
berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan
aktivitas sehari-hari.

5. Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor)


Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam
asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
6. Faktor ekonomi ( Economical Faktor )
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya
agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya dimanfaatkan klien antara lain asurannsi,
biaya kantor, tabungan.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan.
7. Faktor pendidikan (Educational Factor)
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti
ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta
kemampuan belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. 

BAB III
ANALISA TEORI

A. Kelebihan :
1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan kepada perawat
dalam pemberian asuhan dengan latar belakang budaya yang berbeda.

1
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk memaksimalkan pelaksanaan model-
model teori lainnya (teori Orem, King, Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak terhadap
pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori trancultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan yang kompeten
dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek keperawatan .

B. Kelemahan :
1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai
pendamping dari berbagai macam konseptual model lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan
sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan 
1. Teori ini dapat digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan mempertimbangkan aspek
budaya, nilai –nilai, norma dan agama.
2. Teori ini dapat digunakan untuk melengkapi teori konseptual yang lain dalam praktik asuhan
keperawatan. 

B. Saran
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu antropologi agar
dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori Leinienger memerlukan penggabungan dari teori keperawatan yang lain yang terkait,
seperti teori adaptasi, self care dan lain-lain. 

DAFTAR PUSTAKA

Carol Taylor, Carol Lillis. (1997). Fundamentals of Nursing : the art and science of nursing care. Vol I
3ed , Philadelphia, Lippincott.

Chinn & Jacobs. (1983). Theory and Nursing a systematic approach. St. Louis : Mosby Company.

Folley, Regina & Wurmser, Theresa A (2004). Culture Diversity/A Mobile Worksforce Command Creative
Leadership, New Patterships, and Inovative Approaces to Integration. Diambil pada 9 Oktober 2006 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?did=650824831&sid=3&clientld=45625&RQT=309&VName

Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice in Canada. 1st
Canadian Ed. Prentice Hall Health, Toronto.

Leahy, Julia M & Kizilay, Patricia E. (1998). Foundations of Nursing Practice : A Nursing Process Approach.

1
1st Ed, WB Saunders Company, Philadelphia

Leninger, M. diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Madeleine Leininger.

Robinson & Kish. (2001). Edvance Practice Nursing. St. Louis : Mosby Inc.

The Basic concepts of Trancultural Nursing. Diambil pada 10 Oktober 2006 dari
http://www.culturediversity.org/thirdwrld.htm.

Tomey, Ann Marriner & Alligood, Martha Raile, (1998). Nursing Theorists and their work, 4th Ed. Mosby,
St. Louis.
Posted by Gusri Wahyudi at 4:45 PM 

Anda mungkin juga menyukai