Disusun Oleh :
DESI WIDARIANI (2006539430)
I GUSTU AYU (2006539544)
NADIA SABARETA (2006539696)
RISAK (2006539815)
SELVIN PAMALLA MANGIWA (2006539866)
i
Daftar Pustaka ..........................................................................................................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Culture Care Theory Leininger”
tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dengan tujuan menyelesaikan tugas pada program
mata kuliah Paradigma Keperawatan S1 Ekstensi Keperawatan tahun ajaran 2020/2021. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ns. Shanti Farida Rachmi, S.Kep. selaku dosen Mata Kuliah Paradigma dan Teori
Keperawatan Ekstensi Kelas B yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan
makalah ini.
2. Teman-teman seperjuangan, khususnya kelas S1 Ektensi Keperawatan Universitas
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena adanya
keterbatasanilmu, materi dan referesnsi serta pengalaman yang penulis miliki. Oleh kerena itu,
segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Penulis berharap, semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan memberikan manfaat bagi
semua pihak yang memerlukan. Amin
Penulis
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori keperawatan mengandung beberapa unsur yang membentuknya, seperti abstraksi
sebuah teori, konseptualisasi terhadap klien, kesehatan/ penyakit, lingkungan, dan perawatan,
serta cara mendeskripsikan atau menjelaskan atau memprediksi suatu fenomena (Berman,
Snyder, Frandsen, 2015). Abstraksi sebuah teori yang paling tinggi misalnya filosofi
Nightingale, Henderson, dan Watson, kemudian disusul oleh model-model keperawatan
(Neuman, Orem, Rogers, Roy, dan King) sampai yang memiliki abstraksi atau cakupan yang
lebih sempit, yakni teori keperawatan (Peplau,Leininger, dan Parse).
Konseptualisasi sebuah teori misalnya bagaimana Nightingale menjelaskan hubungan antara
klien dengan lingkungannya atau saat Neuman memandang klien sebagai suatu sistem yang perlu
dipenuhi kebutuhannya secara holistik (bio-pisko-sosio-spiritual). Yang terakhir, suatu teori
dapat menjelaskan sebuah fenomena, seperti yang dilakukan oleh Leininger, yakni saat
memandang fenomena budaya yang bervariasi, beragam, dan memiliki keunikannya sendiri. Ia
menganggap bahwa asuhan keperawatan harus mampu menjadi pemersatu antara tindakan
keperawatan yang diberikan dengan kebudayaan yang dimiliki tiap klien.
Leininger (2002) berpendapat bahwa asuhan keperawatan yang kompeten secara budaya
(culturally competent nursing care) merupakan asuhan keperawatan yang menggunakan
pengetahuan kesehatan berbasis budaya secara sensitif, kreatif, dan bermakna untuk disesuaikan
dengan cara hidup dan kebutuhan umum individu atau kelompok agar memberi manfaat dan
keuntungan bagi kesehatan dan kesejahteraan atau mengahadapi penyakit, ketidakmampuan atau
kematian.
Dari teori Madeline Leininger dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya perawatan pasien
terhadap kebiasaan praktik kesehatan dan perawatan pasien sehari-hari. Perawat diharapkan
dapat mengintegrasikan budaya perawatan pasien dengan konsep asuhan keperawatan
profesional yang dimilikinya dan menerapkan konsep-konsep yang terdapat dalam teori ini
melalui intervensi yang bersifat mempertahankan (maintenance), mengakomodasi
(accomodation) ataupun merestrukturisasi (restructuring) budaya perawatan pasien.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Biografi dan Latar Belakang dari teori Madeleine M. Leininger?
2. Apa teori dan dihasilkan dan definisi Madeleine M. Leininger?
3. Bagaimana Analisa terhadap teori dan Ruang Lingkup teori Madeleine M. Leininger?
4. Bagaimana Asumsi teori Madeleine M. Leininger?
5. Bagaimana konsep Metaparadigma yang dihasilkan oleh teori Madeleine M. Leininger?
6. Pandangan Dunia Yang Tercermin Pada Teori Leininger?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengalisa perbedaan berbagai metode, teori dan konsep keperawatan dari
berbagai ahli filosofi terkhusus teori keperawatan dari Madeleine M. Leininger dalam
penyesuaian masalah konsep perbedaan Budaya dalam lingkup pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui bibiografi dari Madeleine M. Leininger
b. Mampu menjelaskan Latar Belakang dari teori Madeleine M. Leininger
c. Mampu menjelaskan komponen teori dan definisi konsep teori Madeleine M. Leininger
d. Mampu menjelaskan Analisa terhadap teori dan Ruang Lingkup teori Madeleine M.
Leininger
e. Mampu memaparkan asumsi utama teori Madeleine M. Leininger
f. Mampu memaparkan Pandangan Dunia Yang Tercermin Pada Teori Leininger
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Biografi
Madeleine M. Leininger lahir 13 Juli 1925 di Sutton, Nebraska. Madeleine M. Leininger adalah
pelopor keperawatan transkultural dan pemimpin dalam teori keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada perawatan manusia. Leininger adalah perawat profesional pertama
dengan persiapan pascasarjana di bidang keperawatan yang memegang gelar PhD di bidang antropologi
budaya dan sosial.
Asal mula Culture Care Theory yang dikemukakan oleh Leininger saat dirinya berada di
Cincinnati dan menemukan bahwa staff kurang memahami factor-faktor budaya yang mempengaruhi
perilaku anak-anak. Dari Latar belakang budaya anak-anak yang beragam, dia mengamati perbedaan
dalam respons terhadap asuhan dan perawatan psikiatri yang sangat memprihatinkan. Dia menjadi
semakin khawatir bahwa terapi psikoanalisa dan terapi strategi lainnya sepertinya tidak menyentuh anak-
anak yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dan keutuhan dan staff lain tidak menampilkan
suatu asuhan yang benar-benar adequate dalam menolong anak-anak tersebut. Leininger mengajukan
banyak pertanyaan kepada dirinya dan staff tentang perbedaan budaya di antara anak-anak dan hasil terapi
yang didapatkan dan mengamati bahwa hanya beberapa anggota staff yang memiliki pengetahuan dan
memiliki perhatian mengenai factor-faktor budaya dalam mendiagnosis dan pengobatan klien.
Margaret Mead berkunjung menjadi profesor tamu di Departemen Psikiatri Universitas Cincinnati,
dan Leininger membahas potensi hubungan timbal balik antara keperawatan dan antropologi dengan
Mead. Meski tidak bantuan langsung, dorongan dan solusi oleh Mead, Leininger memutuskan untuk
melanjutkan studi doktoral yang berfokus pada antropologi budaya, sosial, dan psikologis di University of
Washington, Seattle.
Sebagai mahasiswa doktoral, Leininger mempelajari banyak budaya. Dia menemukan antropologi
sangat menarik dan percaya akan menjadi ilmu yang menarik bagi semua perawat. Dia fokus pada orang
Gadsup di Dataran Tinggi Timur New Guinea, dimana dia tinggal dengan penduduk asli selama 2 tahun
dan melakukan studi etnografis dan etnonursing di dua desa (Leininger, 1995c, 1996b). Tidak hanya
dapat mengamati ciri-ciri unik budaya, ia juga mengamati sejumlah perbedaan budaya yang mencolok
terkait dengan praktik asuhan keperawatan dan bagaimana cara mempertahankan kesehatan. Dari studi
mendalam dan pengalaman langsungnya dengan Gadsup, ia mengembangkan Culture Care Theory of
3
Diversity and Universality (Culture Care Theory) dan The Ethnonursing Method (Leininger, 1978,
1981, 1991b, 1995c). Penelitian dan teori Leininger telah membantu mahasiswa keperawatan memahami
perbedaan budaya dalam perawatan manusia, kesehatan, dan penyakit. Dia telah menjadi pemimpin
perawat utama yang mendorong banyak siswa dan fakultas untuk melanjutkan pendidikan dalam bidang
antropologi dan menghubungkan pengetahuan ini kedalam praktik dan teori Pendidikan keperawatan
transkultural. Antusiasme dan perhatiannya yang mendalam terhadap pengembangan bidang keperawatan
transkultural dengan fokus perawatan pada manusia telah menopangnya selama lebih dari 5 dekade.
Leininger (1970, 1978) mengidentifikasi beberapa bidang umum pengetahuan dan minat penelitian
teoritis antara keperawatan dan antropologi, merumuskan konsep, teori, prinsip, dan praktik keperawatan
transcultural. Metode penelitian ethnonursing adalah metode penelitian keperawatan pertama yang
dikembangkan untuk perawat untuk menguji fenomena budaya dan perawatan yang kompleks. Lebih dari
50 perawat dengan gelar doktor dan banyak mahasiswa magister dan sarjana muda telah dipersiapkan
dalam keperawatan transkultural dan telah menggunakan Teori Perawatan Budaya Leininger (Leininger,
1990a, 1991b; Leininger & McFarland, 2002a; Leininger & Watson, 1990)
Organisasi pendidikan dan layanan meminta konsultasi kepada Leininger tentang keperawatan
transkultural, kepedulian humanistik, penelitian etnonursing, Teori Perawatan Budaya, dan trend dalam
perawatan kesehatan di seluruh dunia. Selain keperawatan transkultural dengan perawatan sebagai fokus
utama, Leininger pun tertarik pada administrasi dan pendidikan komparatif, teori-teori keperawatan,
politik, dilema etika keperawatan dan perawatan kesehatan, metode penelitian kualitatif, masa depan
keperawatan dan asuhan keperawatan, dan kepemimpinan keperawatan. Teori Perawatan Kebudayaan
miliknya digunakan di seluruh dunia dan berkembang dalam relevansi dengan penemuan pengetahuan
dari beragam budaya. Leininger bekerja dengan antusias untuk membujuk pendidik dan praktisi
keperawatan untuk memasukkan konsep perawatan transkultural dan perawatan khusus budaya ke dalam
kurikulum keperawatan dan praktik klinis untuk semua aspek keperawatan (Leininger, 1991b, 1995c;
Leininger & McFarland, 2002a; Leininger & Watson, 1990). Dia tetap aktif dalam dua disiplin ilmu dan
terus berkontribusi pada keperawatan dan antropologi di konferensi dan pertemuan nasional dan
internasional. Leininger tinggal di Omaha, Nebraska, dan semi-pensiun tapi aktif dalam konsultasi,
penulisan, dan mengajar perkuliahan. Tujuannya adalah mendirikan lembaga keperawatan transkultural
untuk mendidik dan memfasilitasi penelitian tentang keperawatan transkultural dan fenomena kesehatan.
Saat di Wayne State University, Leininger menerima Penghargaan Fakultas Kehormatan Dewan
Bupati, Penghargaan Penelitian yang Terhormat, Penghargaan Presidensial dalam Pengajaran, dan
Penghargaan Mentor Fakultas yang Luar Biasa.
4
1. Pendidikan Leininger
a. Tahun 1948 lulus dari program diploma di Sekolah Keperawatan St. Anthony di Denver.
b. Pada tahun 1950 memperoleh gelar sarjana dalam ilmu biologi dari Benedictine College di
Atchison, Kansas, dengan jurusan filsafat dan humanistic.
c. Selama menjadi direktur pelayanan keperawatan di Rumah Sakit St. Joseph di Omaha, Leininger
melanjutkan studi lanjutan di bidang keperawatan di Creighton University di Omaha, Nebraska
(Leininger, 1995c, 1996b).
d. Pada tahun 1954, Leininger memperoleh gelar master dalam keperawatan psikiatris dari Catholic
University of America di Washington, D.C.
2. Perjalanan Karir
a. Tahun 1948 memulai karir keperawatan saat berada di Korps Perawat Angkatan Darat AS.
b. Tahun 1950 Setelah lulus, dia menjadi instruktur, perawat staf, dan perawat kepala di unit bedah
medis dan membuka unit psikiatri sementara dan menjadi direktur pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit St. Joseph di Omaha
c. Bekerja di University of Cincinnati College of Health, dan memulai program spesialis klinis
tingkat master pertama dalam keperawatan psikiatri anak dan memulai program keperawatan
pasca sarjana pertama dalam keperawatan psikiatris di Universitas Cincinnati dan Pusat
Perawatan Psikiatri Terapi di Rumah Sakit Universitas di Cincinnati.
d. Pada tahun 1966, Kursus keperawatan transkultural pertama ditawarkan di University of
Colorado dan Leininger adalah profesor keperawatan dan antropologi dan ia memprakarsai dan
mengarahkan program ilmuwan perawat (PhD).
e. Pada tahun 1968 Dia memprakarsai Komite Keperawatan dan Antropologi dengan Asosiasi
Antropologi Amerika
f. Pada tahun 1969, ia diangkat sebagai Dekan dan Profesor Keperawatan dan Dosen Antropologi di
Universitas Washington, Seattle, dimana ia mendirikan departemen keperawatan akademik untuk
program magister dan doktoral dalam keperawatan transkultural. Dia memulai beberapa kursus
keperawatan transkultural dan membimbing perawat pertama dalam program PhD dalam
keperawatan transkultural.
g. Pada tahun 1974, Leininger diangkat sebagai Dekan dan Profesor Keperawatan di Sekolah Tinggi
Keperawatan dan Asisten Profesor Antropologi di Universitas Utah di Salt Lake City. Di sana ia
5
memulai program master dan doktor dalam keperawatan transkultural (Leininger, 1978).
Program-program ini adalah yang pertama menawarkan kursus substantif yang difokuskan secara
khusus pada keperawatan transkultural.
h. Pada tahun 1981, Leininger direkrut ke Wayne State University di Detroit, untuk menjadi
Profesor Keperawatan, Adjunct Professor of Anthropology, dan Director of Transcultural
Nursing Offerings sampai dia setengah pensiun pada tahun 1995. Dia memimpin Center for
Health Research disana selama 5 tahun. Saat di Wayne State University, ia mengembangkan
kursus dan seminar dalam perawatan transkultural, kepedulian, dan metode penelitian kualitatif
untuk mahasiswa keperawatan sarjana muda, magister, doktoral, dan pascadoktoral serta untuk
mahasiswa non-perawat. Dr. Leininger mengajar dan membimbing siswa dan perawat dalam
penelitian lapangan dalam keperawatan transcultural dan merupakan salah satu pemimpin
perawat pertama yang menggunakan metode penelitian kualitatif.
i. Pada 1960-an, dia mengajar metode ini di berbagai universitas di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia. Leininger mempelajari 14 budaya dan terus berkonsultasi untuk proyek penelitian dan
institusi yang menggunakan Culture Care Theory.
j. Pada tahun 1974 Leininger memprakarsai National Transcultural Nursing Society dan
mendirikan National Research Care Conference pada 1978 bagi perawat untuk mempelajari
fenomena perawatan manusia (Leininger, 1981, 1984a, 1988a, 1990a, 1991b; Leininger &
Watson, 1990). Dia memprakarsai Journal of Transcultural Nursing pada tahun 1989 dan
menjadi editor hingga 1995.
k. Pada tahun 1976 dan 1995, Leininger diakui atas kontribusinya yang signifikan kepada American
Association of Colleges of Nursing sebagai presiden penuh waktu pertamanya. Dia menerima
Penghargaan Kepemimpinan Luar Biasa Russell Sage
l. Pada tahun 1995 dan ditunjuk sebagai Anggota Akademi Keperawatan Amerika dan Masyarakat
Antropologi Terapan. Affiliasinya termasuk Sigma Theta Tau International, Delta Kappa
Gamma, dan Scandinavian College of Caring Science di Stockholm, Swedia. Dia adalah seorang
sarjana tamu dan dosen pengajar terkemuka di 85 universitas di Amerika Serikat dan di seluruh
dunia dan menjadi profesor tamu di universitas di Swedia, Wales, Jepang, Cina, Australia,
Finlandia, Selandia Baru, dan Filipina.
m. Pada tahun 1996, Universitas Madonna, Livonia, Michigan, menghormatinya dengan dedikasi
Koleksi Buku Leininger dan Ruang Baca Leininger atas kontribusinya yang luar biasa pada
bidang keperawatan dan ilmu sosial dan humaniora.
n. Leininger telah menerima banyak penghargaan dan penghargaan atas pencapaian profesional dan
akademik seumur hidupnya. Dia ada di Who’s Who of American Women, Who’s Who in Health
6
Care, Who’s Who in Community Leaders, Who’s Who of Women in Education, Who’s Who in
Community Service, Who’s Who in International Women, dan masih banyak lagi. Namanya
muncul di Daftar Nasional Orang Amerika Terkemuka dan Tokoh Internasional, Wanita
Internasional, dan Daftar Nasional Pemimpin Komunitas Terkemuka. Dia telah menerima gelar
kehormatan, termasuk LHD dari Benedictine College di Atchison, Kansas; gelar PhD dari
University of Kuopio, Finlandia; dan DS dari University of Indiana, Indianapolis.
8
Leininger (2002a) membedakan antara Transcultural Nursing dan Cross-Cultural Nursing.
Yang pertama mengacu pada perawat yang disiapkan dalam Transcultural Nursing yang
berkomitmen untuk mengembangkan pengetahuan dan praktik dalam keperawatan transkultural,
sedangkan Cross-Cultural Nursing mengacu pada perawat yang menerapkan konsep
antropologis (Leininger, 1995c; Leininger & McFarland, 2002a).
Leininger menentukan keperawatan internasional dan keperawatan transkultural sebagai
berikut: keperawatan internasional berfokus pada perawat yang berfungsi diantara dua budaya;
dan, keperawatan transkultural berfokus pada beberapa budaya dengan basis teori dan praktik
komparatif (Leininger, 1995c; Leininger & McFarland, 2002a). Leininger menggambarkan
generasi perawat transkultural sebagai perawat yang disiapkan ditingkat sarjana muda yang
mampu menerapkan konsep, prinsip, dan praktik keperawatan transkultural yang dihasilkan oleh
spesialis perawat transkultural (Leininger, 1989a, 1989b, 1991c, 1995c; Leininger & McFarland,
2002a). Spesialis perawat transkultural yang disiapkan dalam program pascasarjana menerima
persiapan dan bimbingan yang mendalam dalam pengetahuan dan praktik keperawatan
transkultural. Spesialis ini telah memperoleh keterampilan kompetensi melalui pendidikan pasca
sarjana muda. “Spesialis ini telah mempelajari budaya yang dipilih secara cukup mendalam
(nilai, keyakinan, dan cara hidup) dan sangat berpengetahuan dan secara teoritis didasarkan pada
perawatan, kesehatan, dan faktor lingkungan yang berkaitan dengan perspektif keperawatan
transkultural” (Leininger, 1984b, hlm. 252). Spesialis perawat transkultural adalah seorang
praktisi lapangan ahli, guru, peneliti, dan konsultan yang berkenaan dengan budaya terpilih. Nilai
individu dan penggunaan teori keperawatan dalam mengembangkan dan memajukan
pengetahuan dalam disiplin keperawatan transkultural (1995c, 2001).
Leininger (1996b) memegang dan mempromosikan jenis teori baru dan berbeda. Dia
mendefinisikan teori sebagai penemuan pengetahuan sistematis dan kreatif tentang domain yang
diminati atau fenomena yang penting untuk dipahami atau untuk menjelaskan beberapa
fenomena yang tidak diketahui. Dia percaya teori keperawatan harus mempertimbangkan
penemuan kreatif tentang individu, keluarga, dan kelompok, dan kepedulian, nilai, ekspresi,
keyakinan, dan tindakan atau praktik mereka berdasarkan cara hidup budaya mereka untuk
memberikan perawatan yang efektif, memuaskan, dan konkrit secara budaya. Jika praktik
keperawatan gagal mengenali aspek budaya dalam pemenuhan kebutuhan manusia, akan
berdampak pada ketidakpuasan dengan layanan keperawatan, sehingga berdampak pada
9
penyembuhan dan peningkaan derajat kesehatan masyararakat (Leininger, 1991b, 1995a, 1995c;
Leininger & McFarland, 2002a, 2006).
Leininger (1991b) mengembangkan Theory of Culture Care Diversity and Universality,
berdasarkan keyakinan bahwa seseorang dari budaya yang berbeda dapat memberikan informasi
dan mampu membimbing para profesional untuk menerima jenis perawatan yang mereka
inginkan atau butuhkan dari orang lain. Culture adalah cara hidup orang-orang yang berpola dan
dihargai yang mempengaruhi keputusan dan tindakan dalam kehidupan. Oleh karena itu, teori ini
diarahkan kepada perawat untuk menemukan dan mendokumentasikan kehidupan klien dengan
menggunakan sudut pandang, pengetahuan, dan praktik etnik klien dengan etika yang sesuai
(pengetahuan profesional) sebagai dasar untuk membuat tindakan dan keputusan perawatan
profesional yang konkrit secara budaya (Leininger, 1991b, 1995c).
Culture Care adalah teori keperawatan yang luas karena memperhitungkan perspektif
holistik kehidupan dan keberadaan manusia dari waktu ke waktu, termasuk faktor struktur sosial,
pandangan dunia, sejarah dan nilai budaya, konteks lingkungan (Leininger, 1981), ekspresi
bahasa, masyarakat dan pola profesional dilihat dari segi budaya. Culture Care adalah beberapa
dasar penting untuk penemuan pengetahuan perawatan yang merupakan inti dari keperawatan
yang mengarah pada kesehatan klien dan praktik keperawatan terapeutik pada masyarakat.
The Culture Care Theory bersifat induktif dan deduktif, berasal dari etnic (dari dalam) dan
etika (dari luar) pengetahuan (1991b). Teori ini bukanlah teori menengah atau teori makro tetapi
paling baik dilihat secara luas dengan domain minat tertentu (1991b, 1995c; Leininger &
McFarland, 2002a, 2006). Menurut Leininger (2002c), Theory of Culture Care Diversity and
Universality memiliki beberapa ciri yang berbeda. Teori ini difokuskan secara eksplisit pada
menemukan perawatan budaya yang holistik dan komprehensif, dan dapat digunakan dalam
budaya Barat dan non-Barat karena beberapa faktor holistik ditemukan secara universal. Theory
of Culture Care saat ini digunakan secara meluas dan tumbuh secara relevan serta penting untuk
memperoleh data kebudayaan yang mendasar dari kebudayaan yang berbeda.
11
2. Nilai budaya adalah keinginan individua tau Tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu
Tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan
keputusan.
3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dalam
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan Tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang dating dan individu yang mungkin Kembali lagi (Leininger,1985).
4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa
budayanya adalah yang terbaik diantara budaya – budaya yang dimiliki oleh orang lain.
5. Etnis berikatan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri – ciri dan kebiasaan yang lazim. Etnik adalah seperangkat
kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu (kelompok etnik). Sekelompok
etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta
menurunkannya ke generasi berikutnya (Henderson,1981).
6. Ras adalah perbedaan macam – macam manisua didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia. Ras merupakan system pengklasifikasian manusia berdasarkan
karakteristik fisik pigmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh dan bentuk
kepala. Ada tiga jenis ras yang umumnya dikenal yaitu Kaukasoid, Negroid, Mongoloid.
7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungan dan orang - orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan prilaku
pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan
baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan
manusia.
9. Caring adalah Tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
12
10. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau
memberikan kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
Kesehatan, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai
kematian dengan damai.
11. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga Kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
13
g. Perbedaan mendasar antara praktek keperawatan tradisional dan professional
mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek keperawatan.
h. Perawatan transcultural akan mempersiapkan perawat untuk dapat Menyusun asuhan
keperawatan pada setiap budaya yang berbeda, dan dapat menentukan hasil yang tepat
sesuai dengan kebudayaan klien tersebut.
i. Keberhasilan dalam Kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan tersebut tidak
menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan aras keyakinan dan nilai budaya
klien.
14
Gambar: The Sun Rise Model
15
permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari kesehatan, persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan.
b) Faktor keagamaan dan falsafah hidup (Religous and Philosofical Factors).
Agama adalah suatu sistem simbol yang mengakibatkan pandangan dan motivasi yang
realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi kuat sekali untuk
menempatkan kebenarannya di atas segalanya bahkan di atas kehidupannya sendiri.
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal
putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh.
c) Faktor Sosial dan keterikatan keluarga (Kinship and Social Factors).
Faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama
panggilan dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien dengan kepala
keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga.
d) Faktor nilai budaya dan gaya hidup (Cultural Values and Lifeways).
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia mengenai apa yang
dianggap baik dan buruk. Hal-hal yang perlu dikaji berhubungan dengan nilai-nilai
budaya dan gaya hidup adalah posisi dan jabatan, bahasa yang digunakan, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit,
sarana hiburan yang dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-
hari.
e) Faktor peraturan dan kebijakan (Polithical and Legal Factor).
Peraturan dan kebijakan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan
individu dalam asuhan keperawatan transkultural. Misalnya peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang menunggu.
f) Faktor ekonomi (Economical Faktor ).
Klien yang dirawat dapat memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Sumber ekonomi yang ada pada umumnya
dimanfaatkan klien antara lain asurannsi, biaya kantor, tabungan. Faktor ekonomi yang
harus dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan.
g) Faktor pendidikan (Educational Factor).
Latar belakang pendidikan individu adalah pengalaman individu dalam menmpuh jalur
pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu, maka
keyakinannya harus didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan dapat beradaptasi
16
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Perawat perlu mengkaji latar
belakang pendidikan meliputi tingkat pendidikan, jenis pendidikan, serta kemampuan
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang
kembali.
17
7. Cultural and social structure dimensions
Mengacu pada dimensi yang dinamis, holistic dan pola yang saling berhubungan dari
struktur kultur termasuk agama (spiritual), persaudaraan (sosial), karakteristik politik
(legal), ekonomi, edukasi, teknologi, nilai kultural/ budaya, filosofi, sejarah dan Bahasa.
8. Environtmental Context
Mengacu pada totalits dari lingkungan (fisik, geografi dan sosio kultural), situasi atau
kejadian yang berhubungan dengan pengalaman yang memberikan itepretasi, memberi
petunjuk terhadap ekspresi manusia dan pengambilan keputusan dengan referensi
lingkungan atau situasi tertentu
9. Ethnohistory
Mengacu pada urutan fakta, kejadian atau perkembangan waktu yang diketahui,
dibuktikan atau didokumentasi tentang proses terjadinya suatu budaya manusia
10. Etnic
Mengacu pada pandangan dan nilai fenomena yang sifatnya dari luar dan lebih universal
11. Health
Mengacu pada kondisi kesejahteraan atau kondisi restoratif yang dipahami secara
kultural, ditemukan, dinilai dan dipraktikkan oleh individua tau kelompok dan memberi
kesempatan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari
12. Transcultural Nursing
Mengacu pada area formal kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan praktik yang berfokus
pada fenomena holistic cultured care and caring. Kompetensi untuk membnatu individu/
kelompok untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan/kesejahteraan,
beradaptasi dengan kecacatan, kematian atau kondisi kemanusiaan lainnya dalam budaya
yang kongruen dan bermanfaat
13. Culture Care Preservation or Maintenance
Mengacu pada tindakan profesional untuk memberikan bantuan, dukungan, fasilitas,
memberi kesempatan dan pengambilan keputusan untuk membantu orang dalam budaya
tertentu dalam rangka mempertahankan serta memelihara nilai keperawatan dan gaya
hidup untuk kesejahteraan manusia, untuk sembuh dari sakit atau beradaptasi dengan
penderitaan atau kematian.
D. Asumsi Utama
Asumsi dari teori culture care diversity and universality dari Leininger adalah :
1. Keperawatan
a. Care adalah esensi keperawatan dan sesuatu yang berbeda, dominan, sentral dan
focus pemersatu
b. Keperawatan berbasis kultural esensial untuk kesejahteraan, kesehatan, pertumbuhan
dan pertahanaan dalam menghadapi masalah atau kematian
c. Keperawatan berbasis kultural paling komprehensif dan holistic untuk mengetahui,
menjelaskan, mengintepretasikan dan memprediksi fenomena proses keperawatan dan
memberi arahan untuk pengambian keputusan dan tindakan keperawatan
d. Transcultural Nursing adalah disiplin ilmu humanistic dan scientificcare, merupakan
profesi dengan manfaat utama melayani individu, kelompok, komunitas, sosial dan
organisasi
e. Keperawatan berbasis kultural penting untuk pengobatan dan penyembuhan, tidak
dapat terjadi penyembuhan tanpa perawatan. Tetapi erawatan dapat eksis tanpa 19
pengobatan.
f. Konsep cultural care memiliki makna ekspresi, pola, proses dan bentuk structural
dari perawatan transcultural dengan diversitas (perbedaan) dan universilitas
(persamaan)
2. Manusia
a. Setiap budaya manusia mempunyai pengetahuan perawatan secara umum, secara
praktiknya. Dalam pengetahuan perawatan professional dan praktiknya sangat
transcultural dan individual
b. Nilai cultural care berupa keyakinan dan praktiknya dipengaruhi oleh pandangan,
bahasa, filosofi, spiritual, persaudaraan, sosial, politik, legal, pendidikan, ekonomi,
teknologi, etnohirostical, konteks lingkungan dari suatu kebudayaan
3. Kesehatan
a. Bermanfaat dalam kesehatan dan kepuasan cultural care dipengaruhi oleh kesehatan
dan kesejahteraan individu, keluarga, kelompok dan komunitas dalam konteks
lingkungan mereka
b. Kongruen secara budaya dan perawatan yang bermanfaat dapat terjadi hanya ketika
nilai perawatan, ekspresi atau pola diketahui dan digunakan secara ekpisit untuk
kesesuaian, keamanan dan perawatan yang bermanfaat
c. Persamaan dan perbedaan cultural care ada antara professional care dan generic
care pada pandangan budaya manusia.
4. Lingkungan
a. Konflik budaya, praktik pemaksaan budaya, tekanan budaya, dan penderitaan
budaya mencerminkan kurangnya pengetahuan. Budaya peduli untuk memberikan
perawatan yang kongruen, bertanggung jawab, aman, dan sensitive.
b. Metode penelitian kualitatif ethnonursing menyediakan sarana penting untuk
menemukan secara akurat dan menafsirkan emic dan etic tertanam, kompleks, dan
beragam data Culture Care
E. Penerimaan Theori Culture Care Diversity and Universality Oleh Komunitas Perawat 20
(Dunia)
1. Praktek
Leininger mengidentifikasi beberapa faktor yang terkait dengan lambatnya perawat
untuk mengenalikan dan menghargai factor transkultural keperawatan dan budaya dalam
praktik keperawatan dan pendidikan (Leininger, 1991b; Leininger & McFarland, 2006).
a. Sebagian besar perawat memiliki sedikit pengetahuan tentang antropologi dan
bagaimana pengetahuan antropologi dapat berkontribusi pada perawatan manusia
dan perilaku kesehatan, atau sebagai latar belakang pelayanan dan pengetahuan
untuk memahami fenomena keperawatan atau masalah.
b. Kedua, meskipun manusia memiliki kebutuhan budaya yang sudah lama dan
melekat, banyak klien enggan mendorong tenaga kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan budaya mereka dan karena itu tidak menuntut agar kebutuhan budaya
dan sosial mereka diakui atau dipenuhi
c. Ketiga, keperawatan transcultural tidak diterima karena tidak tahu, menghargai,
atau mengerti relevansi pengetahuan budaya dengan transcultural keperawatan atau
yang penting untuk keperawatan.
d. Keempat, ketika Leininger mulai mempromosikan pentingnya perawat
mempelajari perawatan manusia, memperoleh pengetahuan latar belakang dalam
antropologi, dan memperoleh persiapan lulusan dalam keperawatan transkultural,
penelitian, dan praktek
e. Kelima, Leininger membantah keperawatan cenderung terlalu etnosentris dan
terlalu jauh terlibat dalam mengikuti minat dan arahan kedokteran.
f. Keenam, keperawatan lambat dalam membuat kemajuan substantif dalam
perkembangan tubuh yang berbeda pengetahuan, karena banyak peneliti perawat
terlalu bergantung pada penelitian kuantitatif metode untuk mendapatkan hasil yang
terukur daripada hasil data kualitatif. Penerimaan baru-baru ini dan penggunaan
metode penelitian kualitatif dalam keperawatan memberikan wawasan baru terkait
keperawatan dan keperawatan transkultural (Leininger, 1991b, 1995c; Leininger &
McFarland, 2002a). Ada minat yang semakin besar untuk menggunakan
pengetahuan, penelitian, dan praktik keperawatan transkultural oleh perawat di
seluruh dunia
Saat dunia menjadi lebih beragam secara budaya, perawat perlu dipersiapkan untuk
memberikan perawatan yang kompeten secara budaya. Beberapa perawat mengalami
culture shock, konflik, dan bentrokan saat mereka berpindah dari satu daerah ke daerah lain
dan dari masyarakat pedesaan ke perkotaan tanpa persiapan keperawatan transkultural.
Seperti konflik budaya timbul, keluarga kurang puas dengan perawatan dan pelayanan
medis (Leininger, 1991b). Perawat yang bepergian dan mencari pekerjaan pengalaman
budaya internasional stress. Oleh karena itu, pendidikan keperawatan transkultural adalah
penting untuk semua perawat di seluruh dunia. Sertifikasi perawat transkultural oleh
Transcultural Nursing. Masyarakat memberikan langkah besar untuk melindungi publik dari
perawatan yang tidak aman dan tidak kompeten secara budaya praktik (Leininger, 1991a,
2001).
2. Pendidikan
Dalam pendidikan perawat mengenai transcultural sangat diperlukan karena Saat ini
kesadaran publik yang tinggi akan biaya perawatan kesehatan, budaya yang berbeda, dan
hak asasi manusia, ada permintaan yang lebih besar untuk kepedulian yang menyeluruh,
holistik, dan transkultural kepada orang-orang yang harus dilindungi dan memberikan
perawatan berbasis kualitas dan untuk mencegah tuntutan hukam.
Programnya adalah dibutuhkan untuk latihan dan persiapan sertifikasi perawat
transcultural. Ada kebutuhan untuk penelitian dan konsultasi di seluruh dunia. Masih
ada dana penelitian yang tidak memadai untuk mempelajari keperawatan transcultural
pendidikan dan praktek. Meskipun permintaan masyarakat akan perawat transkultural
terbukti, mendidik persiapan masih lemah dan terbatas untuk perawat di seluruh dunia
3. Penelitian
Perawat saat ini menggunakan Teori Perawatan Budaya Leininger di seluruh dunia.
Teori keperawatan ini difokuskan secara khusus tentang Perawatan Budaya dan dengan
metode penelitian tertentu (ethnonursing) untuk menguji. Konsep dan metode untuk
mengintegrasikan perawatan emic dan etic pendekatan ke dalam modalitas praktik
perawatan primer dan penggunaan Pendidikan penelitian dan praktik kontinu sebagai 22
dasar untuk melakukan tindakan dan keputusan klinis. Grand Nursing Theories
memiliki ruang lingkup yang luas dan secara substantif tidak spesifik, konsep dan
proposisinya realatif abstrak.
F. Analisis Theory of Culture Care Diversity and Universality dari Theory Leininger
1. Clarity/ Kejelasan
Leinenger melalui teori culture care diversity and universality menggambarkan konsep
dan proposisi teorinya dengan cukup jelas. Untuk memperjelas proposisi konsep tersebut
teori ini dilengkapi dengan diagram yang disebut dengan Sunrise Enabler. Pemahaman
tentang budaya suatu masyarakat dijadikan latar belakang oleh perawat untuk melakukan
pendekatan kepada pasien dan melaksanakan asuhan keperawatan.
2. Simplicity/ Kesederhanaan
Teori culture care diversity and universality diambil dari disiplin ilmu antropologi dan
keperawatan. Teori ini mendefinisikan keperawatan transcultural sebagai bagian utama
dari keperawatan, yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya
serta bagian budaya yang ada di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan,
pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga
dapat dikatakan teori cukup kompleks. Teori Perawatan Budaya Leininger relevan di
seluruh dunia untuk memandu penelitian perawat dalam konseptualisasi pendekatan
penelitian untuk mempelajari budaya. Saat teori telah sepenuhnya dikonseptualisasikan,
Leininger menemukan mahasiswa keperawatan sarjana dan pascasarjana bersemangat
untuk menggunakan teori dan menemukan betapa praktisnya, relevan, dan berguna dalam
pekerjaan mereka.
3. Generality
Teori culture care diversity and universality memiliki cakupan teori yang luas/umum
melalui pendekatan perspektif multicultural, dapat diaplikasikan pada individu dan
masyarakat dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Disatu sisi, teori ini
memiliki kelemahan yaitu kemungkinan adanya bias dalam pemberian asuhan
keperawatan apabila ditemui konflik budaya antara perawat dengan pasien.
23
4. Aksesibilitas
Teori culture care diversity and universality dapat diteliti dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk mengungkap fenomena keperawatan dan kesehatan yang
belum diketahui pada berbagai macam budaya. Saat ini sudah ada 135 bentuk
keperawatan transcultural yang sudah diidentifikasi sebagai bagian dari keperawatan
transcultural dan memungkinkan untuk terus bertambah seiring dengan penelitian yang
tetap dilakukan. Tubuh pengetahuan keperawatan transcultural yang telah ditetapkan
selama dekade terakhir memiliki dampak yang besar pada keperawatan dan banyak
sistem perawatan kesehatan (Leininger, 1995c; Leininger & McFarland 2002a, 2006).
5. Importance
Teori culture care diversity and universality berperan penting dalam pencapaian tujuan
keperawatan. Teori ini sangat bermanfaat, bisa diaplikasikan, dan esensial dalam
pendidikan, pelayanan dan penelitian keperawatan serta membawa dampak perubahan
dalam dunia keperawatan. Teori culture care diversity and universality berpotensi pada
pengembangan ide-ide baru dalam Pendidikan, praktek professional dan penelitian
keperawatan. Teori ini bisa menjadi sarana untuk membangun disiplin dan profesi
keperawatan yang dapat dipertahankan, dapat menjadi acuan praktik keperawatan di
dunia dengan berbagai macam budaya yang berbeda.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Leininger berasal dari disiplin ilmu antropologi dan keperawatan yang
mendefinisikan Transcultural Nursing sebagai bidang utama keperawatan yang berfokus pada
studi komparatif dan analisis budaya dan subkultural yang beragam di dunia sehubungan dengan
nilai-nilai kepedulian, ekspresi, keyakinan akan sehat dan sakit, dan perilaku kebiasaan. Tujuan
teori ini untuk menemukan keragaman perawatan manusia secara universal dalam kaitannya
dengan pandangan dunia, struktur sosial, berupa bagaimana menemukan cara untuk memberikan
perawatan yang sesuai menurut budaya masyarakat ditinjau dari keanekaragaman budaya yang
berbeda ataupun serupa dalam mempertahankan atau mendapatkan kembali kehidupan kesehatan
dan juga bagaimana cara menghadapi kematian yang sesuai budaya.
Konsep Kebudayaan menurut Leininger dalam buku Transcultural Nursing Consept,
theory and Practies yaitu: kebudayaan yang mempersepsikan penyakit kedalam bentuk
pengalaman tubuh internal dan bersifat personal, budaya sangat menekankan proses, perilaku
dan nilai perawatan, kebudayaan yang menekankan pada prilaku dan proses pengobatan (caring)
yang cenderung dilaksanakan oleh pria daripada wanita. Perbedaan mendasar antara praktek
keperawatan tradisional dan professional mengakibatkan konflik budaya dan membebani praktek
keperawatan. Keberhasilan dalam kesehatan akan sulit dicapai apabila pemberi pelayanan
tersebut tidak menggunakan pengetahuan dan praktek yang didasarkan atas keyakinan dan nilai
budaya klien.
Sunrise model dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan
komprehensif dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori keragaman asuhan
budaya & kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001). Dalam model sunrise menampilkan
visualisasi hubungan antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan keperawatan.
Adapun asumsi utama yang menjadi dasar metaparadigma keperawatan menurut teori
Leininger yaitu:
1. Keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang
diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan 25
B. Saran
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll
26
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, Martha Raile, (2014). Nursing Theorist and Their Works. 8th Ed. St.Louis, Missouri:
Mosby Elsevier, Inc.
Carol Taylor, Carol Lillis. (1997). Fundamentals of Nursing : the art and science of nursing
care. Vol I 3ed , Philadelphia, Lippincott.
Chinn & Jacobs. (1983). Theory and Nursing a systematic approach. St. Louis : Mosby
Company.
Kozier, Barbara et al. (2000). Fundamental of Nursing : The nature of nursing practice in
Canada. 1st Canadian Ed. Prentice Hall Health, Toronto.
Leahy, Julia M & Kizilay, Patricia E. (1998). Foundations of Nursing Practice : A Nursing
Process Approach. 1st Ed, WB Saunders Company, Philadelphia
Leninger, M. diambil pada 10 Oktober 2006 dari http://en.wikipedia.org/wiki/Madeleine
Leininger.
Robinson & Kish. (2001). Edvance Practice Nursing. St. Louis : Mosby Inc.