MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan
DOSEN PENGAMPU :
PALEMBANG 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
baik itu berupa sehat fisik, maupun akal pikiran sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya tentu saya tidak sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul “Teori Culture Care Leininger” ini disusun guna memenuhi
tugas pada Mata Kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang “teori culture care leininger” bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. `
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tidak terhingga kepada :
1. Ns. Nuriza Agustina, S.Kep., M.Kes., M.Kep selaku dosen penanggungjawab dan tim
pengajar pada mata kuliah Psikososial dan Budaya Dalam Keperawatan.
2. Ns. Abu Bakar Sidik, S.Kep., M.Kes selaku tim pengajar pada mata kuliah Psikososial dan
Budaya Dalam Keperawatan.
3. Teman-teman mahasiswa mahasiswa yang turut serta dalam membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Semoga makalah ini ada manfaatnya baik baik pembaca maupun penulis. Saya
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 10
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................
..................................................................................................................................................ii
iii
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................
................................................................................................................................................16
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Teori adalah sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang didasari fakta-fakta
yang telah di observasi tetapi kurang absolut atau bukti secara langsung.Yang dimaksud teori
keperawatan adalah usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan.
Ilmu keperawatan sendiri didasarkan pada suatu teori yang sangat luas. Proses
keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktik keperawatan.
Keperawatan merupakan suatu bentuk layanan kesehatan professional yang berdasarkan pada
ilmu dan etika keperawatan. Keperawatan sebagai integral dari pelayanan kesehatan, ikut
menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. Banyak model konseptual dan teori yang telah
dikembangkan para ahli yang telah dikembangkan para ahli keperawatan, dimana teori dan
model konseptual merupakan suatu cara memandang, menilai situasi kerja yang menjadi
petunjuk bagi perawat dalam mendapatkan informasi untuk menjadikan perawat peka
terhadap apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
Teori-teori keperawatan juga digunakan dalam praktik, penelitian dan proses belajar-
mengajar dalam bidang keperawatan sehingga perlu diperkenalkan, dikaji dan dikembangkan
untuk memperkuat profesi keperawatan. Perawat perlu memiliki latar belakang pengetahuan
baik teoritis maupun empiris terhadap teori-teori keperawatan yang ada, sehingga perawat
perlu memahami dan mengaplikasikan teori-teori tersebut.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan yang ada adalah teori keperawatan yang
dikembangkan oleh Madeleine Leininger yang lebih dikenal dengan teori “Transcultural”.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka makalah ini akan membahas mengenai teori
culture care Leininger
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BIOGRAFI MADELEINE LEININGER
Madeleine M. Leininger lahir di Suton, Nebraska. Dia menempuh pendidikan
Diploma pada tahun 1948 di St.Anthony Hospital School of Nursing, di daerah Denver. Dia
juga mengabdi di organisasi Cadet Nurse Corps, sambil mengejar pendidikan dasar
keperawatannya. Pada tahun 1950 dia meralih gelar Sarjana dalam bidang Ilmu Biologi dari
Benedictine College di Kansas. Setelah menyelesaikan studi keperawatannya di Creighton
University, Ohama, dia menempuh pendidikan magister dalam bidang keperawatan jiwa di
Chatolic University, Washington DC, Amerika. Dia merupakan perawat pertama yang
mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral, yang diraih di University of
Washington. Dan pada tahun terakhir, dia tinggal di Ohama, Nebraska.
Pada pertengahan tahun 1950. Saat Leininger bekerja untuk membimbing anakanak
rumahan di Cincinnati, dia menemukan bahwa salah seorang dari stafnya tidak mengerti
tentang faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dia menyimpulkan, bahwa
diagnosis keperawatan dan tindakannya belum membantu anak secara memadai. Pengalaman
tersebut, mendorong Leininger untuk menempuh pendidikan doktoral dalam bidang
antropologi. Awalnya dia menulis pada akhir tahun 1970. Tulisannya ini berfokus membahas
caring dan transcultural nursing. Dia melanjutkan untuk menulis mengenai permasalahan
tersebut. Namun sebelumnya dia telah mempublikasikan teori mengenai caring dalam
keanekaragaman budaya dan universalitas.
Leininger mempunyai peran dalam bidang edukasi dan administrasi. Dia sempat
menjadi dekan keperawatan di Universities of Washington dan Utah. Dia juga merupakan
direktur dari organisasi Center for Health Research di Wayne States University, Michigan.
Sampai akhirnya dia pensiun sebagai professor emeritus. Dia juga belajar di New Guinea
sampai program doktoral, dia telah mempelajari 14 macam budaya di daerah pedalaman. Dia
merupakan pendiri dan pimpinan (pakar) dari bidang transcultural nursing dan dia telah
menjadi konsultan di bidang tersebut dan teorinya tentang culture care around the globe. Dia
telah mempublikasikan jurnal yang berjudul The Journal of Transcultural Nursing in 1989
yang telah direvisi selam 6 tahun. Dia berhasil mendapatkan honor yang tinggi dan meraih
penghargaan nasional dan menjadi penceramah di lebih dari 10 negara.
2
2.2 TEORI MADELEINE LEININGER (Cultural Diversity and Universality)
Teori keperawatan transcultural berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
Leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan. Leininger mendefinisikan keperawatan
transcultural sebagai bagian utama dari keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan
dan analisa perbedaan budaya serta bagian budaya di dunia dengan tetap menghargai nilai-
nilai asuhan, pengalaman sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang ddasari oleh pemahaman tentang adanya
perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat.
Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut
diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Cultural shock akan
dialamai oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami disorientasi. Kebutaan budaya
yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitas pelayanan keperawatan
yang diberikan.
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau
yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya, Leininger memfokuskan
pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian dia menemukan teori
cultural diversity and universality yang semula disadarinya dari kebutuhan khusus anak
karena didasari latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing merupakan
subbidang dari praktik keperawatan yang telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-
nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya.
Transcultural Nursing adalah suatu area / wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia.
Asumsi mendasar dari teori ini adalah prilaku caring. Caring adalah esensi dari
keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakan keperawatan.
Tindakan caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan
kepada individu secara utuh. Prilaku caring semestinya diberikan kepada manusia sejak lahir
3
hingga manusia itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala sesuatu
yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang utuh. Human caring
merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi
diantara kultur satu tempat dengan tempat lainnya.
a. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan
dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.
b. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu
tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan
keputusan.
c. Perbedaan budaya. Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai
budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan
dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris, diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain. adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik
e. Etnis, berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasal manusia
g. Etnografi, adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang
tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk
mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara
keduanya.
h. Care, adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan
perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi
kebutuhan baik actual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas
kehidupan manusia.
4
i. Caring, adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau
antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
j. Cultural Care, berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui
nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung
atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan
kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan
mencapai kematian dengan damai.
k. Culturtal imposition, berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk
memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.
1. Manusia
Adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan normanorma
yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut
Leininger manusia memiliki kemampuan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada.
2. Sehat
Adalah seluruh aktivitas yang dimiliki klien dalam engisi kehidupannya, terletak pada
rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam
konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
3. Lingkungan
5
4. Keperawatan
Adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan
kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Strategi yang digunakan dalam asuhan
keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan budaya, mengakomodasi budaya dan
mengubah budaya klien.
6
Matahari terbit sebagai lambang atau symbol perawatan. Suatu kekuatan untuk
memulai pada puncak dari model ini dengan pandangan dunia dan keistimewaan struktur
sosial untuk mempertimbangan arah yang membuka pikiran yang mana ini dapat
mempengaruhi kesehatan dan perawatan atau menjadi dasar untuk menyelidiki berfokus pada
keperawatan profesional dan sistem perawatan kesehatan secara umum. Anak panah berarti
mempengaruhi tetapi tidak menjadi penyebab atau garis hubungan. Garis putus-putus pada
model ini mengindisikan sistem terbuka. Model ini menggambarkan bahwa tubuh manusia
tidak terpisahkan dari budaya mereka Suatu hal yang perlu diketahui bahwa masalah dan
intervensi keperawatan tidak tampak pada teori dan model ini. Tujuan yang hendak
dikemukakan oleh Leininger adalah agar seluruh terminologi tersebut dapat diasosiasikan
oleh perawatan lainnya. Intervensi keperawatan ini dipilih tanpa menilai cara hidup klien atau
nilai-nilai yang akan dipersepsikan sebagai suatu gangguan, demikian juga masalah
keperawatan tidak selalu sesuai dengan apa yang menjadi pandangan klien. Model ini
7
merupakan suatu alat yang produktif untuk memberikan panduan dalam pengkajian dan
perawatan yang sejalan dengan kebudayaan serta penelitian ilmiah.
8
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut
budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa
yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya. Yang perlu
dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam
berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk
klien yang dirawat.
Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
Faktor pendidikan (educational factors)
tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang
pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
9
Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini
Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip
askep yaitu :
Culture care preservation/ maintenance
d. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.
10
2.7 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI MADELEINE LEININGER
KELEBIHAN
Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan pengetahuan
kepada perawat dalam pemberian asuan dengan latar belakang budaya yang berbeda
dengan cara perawat dapat menegosiasikan
Penggunaan tri ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan berdampak
terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit sehingga pasien bebas
memilih alternaltif dan tindakan pengobatan yang ditawarkan.
Penggunaan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat keputusan
yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan praktek
keperawatan.
KELEMAHAN
Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak bisa berdiri sendiri dan hanya
digunakan sebagai pendamping dari berbagai macam konseptual model ainnya.
Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi spesifik dalam mengatasi masalah
keperawatan sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya
Teori ini juga belum sepenuhnya bisa erubah persepsi klien karena menekankan pada
salah satu pilihan intervensi dalam melaksanakan tindakan.
1. Riset (Research)
Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam berbagai
budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari dipelajari. Selain itu juga,
digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural nursing ini, merupakan
satu-satunya teori yang yang membahas secara spesifik tentang pentingnya menggali budaya
pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
Kajian yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada keluarga yang
salah-satu anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut. Hal yang dilihat
disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga anggota keluarga yang
11
mengalami gangguan neurologis, tersebut. Akhirnya, anggota keluarga yang sehat di
wawancara dan diobservasi guna memperoleh data. Ternyata mereka melakukan penjagaan
terhadap anggota keluarga yang sakit, selama kurang lebih 24 jam. Hanya satu orang saja
yang tidak ikut berpartisipasi untuk merawat anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa
faktor yang memengaruhi kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota
yang sakit. Faktor tesebut, dintaranya adalah komitmen dalam kepedulian, pergolakan
emosional, hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan ketabahan. Penemuan ini
menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap pasien merupakan salah
ekspresi dari sifat caring dan memperikan sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan
peka budaya.
Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis ekspresi
dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika dalam sift caring
jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing kualitatif. Data dikumpulkan dari
40 orang partisipan, termasuk di dalamnya adalah para penduduk Anglo Amerika dan Afrika
Amerika, staf keperawatan, serta penyedia pelayanan. pemelihara gaya hidup preadmission,
perawatan yang profesional dan memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara
appartemen dengan rumah para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang
mencerminkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi masyarakat
dan para staf profesional untuk mengembangkan teori culture care diversity and universality.
2. Edukasi (Education)
Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan keperawatan
bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau dalam dunia keperawatan
mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan pada tahun 1917, saat komite
kurikulum dari National League of Nursing (NLN) mempublikasikan sebuah panduan yang
berfokus pada ilmu sosiologi dan isu sosial yang sering dihadapi oleh para perawat.
Kemudian, tahun 1937 komite NLN mengelompokan latar belakang budaya ke dalam
panduan untuk mengetahui reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.
Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan antara tahun
1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya mengembangkan
Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan program perawat besama
ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing. Kemudian dia memperkenalkan teori
ini kepada mahasiswa pascasarjana pada tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa program
12
keperawatan tidak mengenali pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat
pelayanan yang diberikan kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang
sangat besar dalam proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger
merasa khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan konsultasi
di setiap belahan dunia.
Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing
dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan langsung dengan
klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai budaya yang sama dengan
dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi klien yag berasal dari luar negara
Indonesia.
3. Kolaborasi (Colaboration)
Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan mengacu
pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan
asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk
kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali
lagi (Leininger, 1985).
Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan
memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan
staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman terhadap budaya klien akan
diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Strategi ini merupakan strategi perawatan peka budaya yang dikemukakan oleh Leininger,
antara lain adalah :
13
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat
membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau
amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang nilai
gizinya setara dengan ikan.
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status
kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok
menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan
dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
14
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. Bila perawat
tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga tidak akan
terjadi hubungan terapeutik.
5. Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit yang
dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan oleh pasien. Hal
ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan
kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara Indonesia fasih dan nyaman menggunakan
bahasa Indonesia. Terutama bagi masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat
dengan pelayanan kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-
nilai budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Teori keperawatan transcultural berasal dari disiplin ilmu antropologi dan oleh Dr. M.
Leininger dikembangkan dalam konteks keperawatan.
2. Leininger mendefinisikan keperawatan transcultural sebagai bagian utama dari
keperawatan yang berfokus pada studi perbandingan dan analisa perbedaan budaya
serta bagian budaya di dunia dengan tetap menghargai nilai-nilai asuhan, pengalaman
sehat sakit dan juga kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat.
3. Konsep dalam transcultural nursing yaitu budaya, nilai budaya, perbedaan budaya,
etnosentris, etnis, ras, etnografi, care, caring, culture care dan cultural imposition.
4. Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(sunrise model)
5. Tindakan keperawatan yang diberikan pada klien harus tetap memperhatikan 3 prinsip
askep yaitu Culture care preservation/ maintenance, Culture care accommodation/
negotiation dan Culture care repatterning/ restructuring
3.2 SARAN
1. Penerapan teori Leinienger diperlukan pengetahuan dan pemahaman tentang ilmu
antropologi agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang baik.
2. Pelaksanaan teori leininger memerlukan pengabungan dari teori keperawatan yang lain
yang terkait seperti teori adaptasi, self care, dll
16
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Hidayat, A. Azis. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Alih bahasa oleh yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Sudiharto. 2007. Asuhan keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. cetakan 1.Penerbit buku Kedokteran EGC.
Muhlisin, A. 2008. Aplikasi model konseptual caring Jean Watson dalam asuhan
keperawatan. Berita Ilmu Keperawatan, 1(3), halaman 147-150
17