Anda di halaman 1dari 24

TEORI MODEL MADELEINE LEININGER

DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Oleh Kelompok 3 :

Bagus Widya Haryoko (2214314201180)


Endah Yulia Sasmita (2214314201167)
Faizatul Farianti Imtihana (2214314201176)
Febry Hadi Kusuma (2214314201190)
Hutpri Swasti Asih (2214314201164)
Ida Bagus Hidayat (2214314201187)
Maya Oktaviyanti Rismala (2214314201175)
Rony Wahyudi (2214314201192)
Shafira Qana Bangsa (2214314201209)
Suyatmi (2214314201183)
Yunita Kusma Hardianti (2214314201210)
Zenith Marta Adeana (2214314201186)
Zera Kusuma Wardani (2214214201182)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI
MALANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esaa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah- Nya sehingga penulisan makalah tentang “Teori Model
Madeleine Leininger Dalam Praktek Keperawatan” dapat selesai tepat waktu. Adapun
penulisan makalah ini sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Falsafah
dan Teori Keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan keperawatan.

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
2.1 Biografi Madeleine Leininger.....................................................................................3
2.2 Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality)..............................4
2.3 Tujuan Teori Madeleine Leininger..............................................................................5
2.4 Kelemahan Teori Madeleine Leininger.......................................................................6
2.5 Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan.......................................6
BAB III.....................................................................................................................................11
3.1 TINJAUAN KASUS.................................................................................................11
3.2 PEMBAHASAN........................................................................................................15
BAB IV....................................................................................................................................17
4.1 Kesimpulan................................................................................................................17
4.2 Penutup......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang


memberikanpelayanan kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga, dan
masyarakat. Sebagai salah satu tenaga profesional, keperawatan menjalankan dan
melaksanakan kegiatan praktek keperawatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan
dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dimana ciri sebagai profesi
adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji kebenarannya serta ilmunya
dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.

Perawat dalam mempratikkan keperawatannya harus memperhatikan budaya dan


keyakinan yang dimiliki oleh klien, sebagaimana yang disebutkan oleh teori model
Madeleine Leininger bahwa teori model ini memiliki tujuan yaitu menyediakan bagi
klien pelayanan spesifik secara kultural. Untuk memberikan asuhan keperawatan dengan
budaya tertentu, perlu memperhitungkan tradisi kultur klien, nilai-nilai kepercayaan ke
dalam rencana perawatan.

Berdasarkan latar belakang di atas kami membuat makalah mengenai penerapan teori
model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan. Hal ini ditujukan supaya lebih
memahami teori model menurut Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan, agar
perawat mampu melakukan pelayanan kesehatan peka budaya kepada klien menjadi
lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

a. Apa yang dimaksud teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan ?
b. Apa tujuan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan ?
c. Apa kelebihan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan ?
d. Apa kelemahan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek keperawatan ?
e. Bagaimana penerapan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan ?

1
1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan

b. Untuk mengetahui tujuan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan

c. Untuk mengetahui kelebihan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan

d. Untuk mengetahui kelemahan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan

e. Untuk mengetahui penerapan dari teori model Madeleine Leininger dalam praktek
keperawatan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Madeleine Leininger

Madeleine M. Leininger lahir di Suton, Nebraska. Dia menempuh pendidikan


Diploma pada tahun 1948 di St.Anthony Hospital School of Nursing, di daerah Denver.
Dia juga mengabdi di organisasi Cadet Nurse Corps, sambil mengejar pendidikan dasar
keperawatannya. Pada tahun 1950 dia meralih gelar Sarjana dalam bidang Ilmu Biologi
dari Benedictine College di Kansas. Setelah menyelesaikan studi keperawatannya di
Creighton University, Ohama, dia menempuh pendidikan magister dalam bidang
keperawatan jiwa di Chatolic University, Washington DC, Amerika. Dia merupakan
perawat pertama yang mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral, yang diraih di
University of Washington. Dan pada tahun terakhir, dia tinggal di Ohama, Nebraska.

Pada pertengahan tahun 1950. Saat Leininger bekerja untuk membimbing anak-anak
rumahan di Cincinnati, dia menemukan bahwa salah seorang dari stafnya tidak mengerti
tentang faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak-anak. Dia menyimpulkan,
bahwa diagnosis keperawatan dan tindakannya belum membantu anak secara memadai.
Pengalaman tersebut, mendorong Leininger untuk menempuh pendidikan doktoral dalam
bidang antropologi. Awalnya dia menulis pada akhir tahun 1970. Tulisannya ini berfokus
membahas caring dan transcultural nursing. Dia melanjutkan untuk menulis mengenai
permasalahan tersebut. Namun sebelumnya dia telah mempublikasikan teori mengenai
caring dalam keanekaragaman budaya dan universalitas.

Leininger mempunyai peran dalam bidang edukasi dan administrasi. Dia sempat
menjadi dekan keperawatan di Universities of Washington dan Utah. Dia juga
merupakan direktur dari organisasi Center for Health Research di Wayne States
University, Michigan. Sampai akhirnya dia pensiun sebagai professor emeritus. Dia juga
belajar di New Guinea sampai program doktoral, dia telah mempelajari 14 macam
budaya di daerah pedalaman. Dia merupakan pendiri dan pimpinan (pakar) dari bidang
transcultural nursing dan dia telah menjadi konsultan di bidang tersebut dan teorinya
tentang culture care around the globe. Dia telah mempublikasikan jurnal yang berjudul
The Journal of Transcultural Nursing in 1989 yang telah direvisi selam 6 tahun. Dia

3
berhasil mendapatkan honor yang tinggi dan meraih penghargaan nasional dan menjadi
penceramah di lebih dari 10 negara.

2.2 Teori Madeleine Leininger (Cultural Diversity and Universality)

Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau
yang kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya, Leininger memfokuskan
pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian dia menemukan teori
cultural diversity and universality yang semula disadarinya dari kebutuhan khusus anak
karena didasari latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing merupakan
subbidang dari praktik keperawatan yang telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada
nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya.

Bahasan yang khusus dalam teori Leininger, antara lain adalah :

1. Culture
Apa yang dipelajari, disebarkan dan nilai yang diwariskan, kepercayaan, norma, cara
hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfikir, membuat
keputusan, serta motif tindakan yang diambil.
2. Culture care
Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai
yang diwariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu, menfasilitasi
atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan
kesejahteraannya, memperbaiki kondisi kesehatan, menangani penyakit, cacat, atau
kematian.
3. Diversity
Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya, pengetahuan, dan adat kesehatan,
serta asuhan keperawatan.
4. Universality
Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktik terkait konsep sehat dan
asuhan keperawatan.
5. Worldview
Cara seseorang memandang dunianya
6. Ethnohistory
Fakta, peristiwa, kejadian, dan pengalaman individu, kelompok, budaya, lembaga,
terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah
budaya dalam jangka waktu tertentu.

Untuk membantu perawat dalam menvisualisasikan Teori Leininger, maka Leininger


menjalaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta kognitif yang
bergerak dari yang paling abstrak, ke yang sederhana dalam menyajikan faktor penting
teorinya secara holistik.

Sunrise model dikembangkan untuk memvisualisasikan dimensi tentang pemahaman


perawat mengenai budaya yang berdeda-beda. Perawat dapat menggunakan model ini
saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien dengan
berbagai latar belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori, namun
setidaknya model ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk memahami aspek holistik,
yakni biopsikososiospiritual dalam proses perawatan klien. Selain itu, sunrise model ini
juga dapat digunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien
(individu, kelompok, khususnya keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya klien
secara menyeluruh. Sampai pada akhirnya, klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya
melihat penyakit serta kondisi emosional yang dimiliki pasien. Namun, merawat pasien
secara lebih menyeluruh. Adapun, sebelum melakukan pengkajian terhadap kebutuhan
berbasis budaya kepada klien, perawat harus menyadari dan memahami terlebih dahulu
budaya yang dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak, maka bisa saja terjadi cultural
imposition.
2.3 Tujuan Teori Madeleine Leininger

Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan


pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan
yang spesifik dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). Dalam
hal ini, kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya dimiliki oleh
kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku Minang.
Sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan yang umumnya dipegang oleh
masyarakat secara luas. Misalnya, kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan
perilaku yang baik, untuk meminimalisir tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme
ketika makan. Dengan mengetahui budaya spesifik dan budaya universal yang dipegang
oleh klien, maka praktik keperawatan dapat dilakukan secara maksimal.

Kelebihan Teori Madeleine Leininger


a. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak kaku
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut
diperhatikan dalam memberikan asuhan.

b. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem, Virginia


Henderson, dan Neuman.

c. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.

d. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan saat


melakukan asuhan keperawatan.

2.4 Kelemahan Teori Madeleine Leininger

Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencakup proses asuhan keperawatan.

2.5 Penerapan Teori Madeleine Leininger dalam Keperawatan

2.6.1 Riset (Research)

Teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode penelitian dalam


berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah dipelajari dipelajari.
Selain itu juga, digunakan untuk menguji teori ethnonursing. Teori transcultural
nursing ini, merupakan satu-satunya teori yang yang membahas secara spesifik
tentang pentingnya menggali budaya pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
Kajian yang telah dilakukan mengenai etnogeografi dilakukan pada keluarga
yang salah-satu anggota keluarganya mengalami gangguan neurologis yang akut.
Hal yang dilihat disini, adalah bagaimana anggota keluarga yang sehat menjaga
anggota keluarga yang mengalami gangguan neurologis, tersebut. Akhirnya,
anggota keluarga yang sehat di wawancara dan diobservasi guna memperoleh data.
Ternyata mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang sakit,
selama kurang lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut berpartisipasi
untuk merawat anggota yang sakit. Setelah dikaji, ada beberapa faktor yang
memengaruhi kepedulian anggota keluarga yang sehat untuk menjaga anggota
yang sakit. Faktor tesebut, dintaranya adalah komitmen dalam kepedulian,
pergolakan emosional, hubungan keluarga yang dinamis, transisi dan ketabahan.
Penemuan ini menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap
pasien merupakan salah ekspresi dari sifat caring dan memperikan sumbangsih
pada pengetahuan tentang perawatan peka budaya.

Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis


ekspresi dari pelaksaan sifat caring warga Anglo Amerika dan Afrika Amerika
dalam sift caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing
kualitatif. Data dikumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk di dalamnya
adalah para penduduk Anglo Amerika dan Afrika Amerika, staf keperawatan, serta
penyedia pelayanan. Pemelihara gaya hidup preadmission, perawatan yang
profesional dan memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara
appartemen dengan rumah para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang
mencerminkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi
masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori culture care
diversity and universality.

2.6.2 Edukasi (Education)

Dimasukannya keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan


keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau dalam
dunia keperawatan mulai diintegrasikan ke dalam kurikulum keperawatan pada
tahun 1917, saat komite kurikulum dari National League of Nursing (NLN)
mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu sosial
yang sering dihadapi oleh para perawat. Kemudian, tahun 1937 komite NLN
mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui reaksi
seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya.

Promosi kurikulum pertama tentang Transcultural Nursing dilaksanakan


antara tahun 1965-1969 oleh Madeleine Leininger. Saat itu Leininger tidak hanya
mengembangkan Transcultural Nursing di bidang kursus. Tetapi juga mendirikan
program perawat besama ilmuwan Ph-D, pertama di Colorado School of Nursing.
Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada
tahun 1977. Ada pandangan, jika beberapa program keperawatan tidak mengenali
pengaruh dari perawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang diberikan
kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam
proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia. Namun, Leinginger merasa
khawatir beberapa program menggunkannya sebagai fokus utama. Karena saat ini
pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan presentasi dan
konsultasi di setiap belahan dunia.

Di Indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural


nursing dalam sistem pendidikannya. Karena kelak, saat para perawat berhadapan
langsung dengan klien, mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai
budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan, mereka juga bisa saja menghadapi
klien ynag berasal dari luar negara Indonesia.

2.6.3 Kolaborasi (Colaboration)

Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus dioptimalkan dengan


mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan
untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu
yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan


memerlukan suatu proses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang
budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kolaborasi dengan
klien, ataupun dengan staf kesehatan yang lainnya. Nantinya, pemahaman terhadap
budaya klien akan diimplentasikan ke dalam strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi perawatan peka
budaya yang dikemukakan oleh Leininger, antara lain adalah :
a. Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan
sesuai dengan nilai-nilai yang relavan, misalnya budaya berolah raga setiap
pagi.
b. Strategi II, Mengakomodasi/negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan,
misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis,
maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang
nilai gizinya setara dengan ikan.
c. Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang
biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih
biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang
dianut.
2.6.4 Pemberi Perawatan (Care Giver)
Perawat sebagai care giver diharuskan memahami konsep teori Transcultural
Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan
terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami oleh
klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan
perbedaan nilai budaya. Culture imposition adalah kecenderungan tenaga
kesehatan (perawat), baik secara diam maupun terangterangan memaksakan nilai
budaya, keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu,
keluarga, atau kelompok dan budaya lain karena mereka meyakini bahwa
budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain.
Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memiliki kebiasaan selalu
makan dengan sambal sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau
makan. Ini merupakan tugas perawat untuk mengkaji hal tersebut karena ini terkait
dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan
keperawatan. Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar
budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus
mengkaji efek samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah
memberikan dampak yang negatif atau tidak memberikan pengaruh apapun. Jika
memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus
merestrukturisasi kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan hal
yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa tidak
nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektivitas
keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya
sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutik.

2.6.5 Manajemen
Dalam pengaplikasiannya di bidang keperawatan Transcultural Nursing bisa
ditemukan dalam manajemen keperawatan. Diantaranya ada beberapa rumah sakit
yang dalam memberikan pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan
oleh pasien. Hal ini memugkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara
Indonesia fasih dan nyaman menggunakan bahasa Indonesia. Terutama bagi
masyarakat awam, mereka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan
kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini dikarena nilai-nilai
budaya yang dipegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat.
2.6.6 Sehat dan Sakit
Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat
bergantung, dan ditentukan oleh budaya. Budaya akan mempengaruhi seseorang
mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.
Apresiasi terhadap sakit yang ditampilakan dari berbagai wilayah di Indonesia
juga beragam. Contohnya, Si A, yang berasal dari suku Batak mengalami influenza
disertai dengan batuk. Namun, dia masih bisa melakukan aktivitas sehari-harinya
secara normal. Maka dia dikatakan tidak sedang sakit. Karena di Suku Batak,
seseorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk menjalankan
aktivitasnya secara normal.
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 TINJAUAN KASUS

3.1.1 Gambaran Kasus

Ny. D, berusia 29 tahun masuk ke unit keperawatan onkologi dengan keluhan nyeri
pelvic dan pengeluaran cairan pervagina. Hasil pemeriksaaan Pap Smear
didapatkan menderita Ca Cerviks stadium II dan telah mengalami Histerektomy
radikal dengan bilateral salpingo-oophorectomy.

Riwayat kesehatan masa lalu : jarang melakukan pemeriksaan fisik secara teratur.
Ny D mengatakan bahwa tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara sendiri.
Tinggi badan 5 kaki 4 inci dan BB 89 pound. Biasanya dia memiliki BB 110
pound. Dia seorang perokok dan menghabiskan kurang lebih 2 pak sehari dan
berlangsung selama 16 tahun. Dia sudah memiliki 2 orang anak. Kehamilan
pertama ketika dia berusia 16 tahun dan kehamilan yang kedua saat berusia 18
tahun. Sejak saat itu dia menggunakan kontrasepsi oral secara teratur. Dia menikah
dan tinggal dengan suaminya bersama 2 orang anaknya dirumah ibunya, dengan
sanitasi lingkungan yang kurang baik. Suaminya seorang pengangguran. Dia
menggambarkan suaminya seorang yang emosional dan kasar.

Ny D telah mengikuti pembedahan dengan baik kecuali satu hal dia belum mampu
mengosongkan kandung kemihnya. Dia masih merasakan nyeri dan mual post
operasi. Hal itu mengharuskan dia untuk menggunakan kateter intermitten di
rumah. Obat yang digunakan adalah antibiotic, analgetik untuk nyeri dan
antiemetic untuk mualnya. Sebagai tambahan, dia akan mendapatkan terapi radiasi
sebagai pengobatan rawat jalan.

Ny D sangat sedih. Dia menunjukkan perhatian yang sangat besar terhadap masa
depannya dan kedua anaknya. Dia percaya bahwa penyakit ini adalah sebuah
hukuman akibat masa lalunya.

13
3.1.2 Penerapan Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori Leininger
a. Pengkajian

Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi


kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “ Leininger’s Sunrise
models” dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu :

1. Faktor teknologi (technological factors)

Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu


mengkaji berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan
teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari
bantuan kesehatan.

2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and philosophical factors)

Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut,
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar
untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang
utuh, status pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien terhadap
kesehatan atau penyebab penyakit.

3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( kinship & social factors)

Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama
lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan
tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga,
kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga,
kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok
olah raga atau pengajian.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural values & lifeways)

Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya
hidup adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa
yang digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan
kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah
tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke kantor.

5. Faktor kebijakan dan peraturan rumah sakit (political and legal factors)

Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan
keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam
berkunjung, pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang
boleh menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien
yang dirawat.

6. Faktor ekonomi (economical factors)

Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan
pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah
tabungan dalam sebulan

7. Faktor pendidikan (educational factors)

Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat


pendidikan pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya.

b. Diagnosa Keperawatan

Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah :

- Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin
berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya
- Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang
bergantung pada ketiga aspek tersebut
- Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun
kehidupan social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian,
kekeluargaan dan ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan
Perencanaan dan Implementasi
Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga
strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu :

- Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care


preservation/maintenance) bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
- Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau
negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan
- Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care
repartening / recontruction).

Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan :

1. The goal of culture care preservation or maintenance :

- Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam


merawat pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama
seperti ustad di mesjid.

- Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang


mengatakan bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya
dan mendapatkan pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada " dukun"
yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya.

- Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien


dan teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.

2. Culture Care accommodation or Negotiation:

- Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki


lingkungan yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman
tetangga pasien.

- Perawat lain (yang merawat pasien) akan mengidentifikasi dan


menetapkan obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode
yang digunakan pada pasien.
3. Culture care Repatterning or restructuring:

- Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan,


seorang ahli diet akan dikirim untuk menyusun menu pasien dan
mengatasi anemia yang dialami.

- Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan


merokok, penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan
para perokok untuk merokok di luar ruangan.

c. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap :

- Keberhasilan pasien mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan


- Negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya
- Restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan

3.2 PEMBAHASAN

1. Kemampuan teori menghubungkan konsep dalam melihat fenomena

Teori Transcultural Nursing yang digambarkan dalam Sunrise Model


menunjukan bahwa level satu dan dua dari teori memilki banyak kesamaan
dengan beberapa teori keperawatan lainnya sedangkan pada level ketiga dan
keempat memiliki perbedaan spesifik dan bersifat unik jika dibandingkan
dengan teori lainnya.

2. Tingkat generalisasi teori

Teori dan model yang dikemukan oleh Leininger relatif tidak sederhana,
namun demikian teori ini dapat didemontrasikan dan diaplikasikan sehingga
dapat diberikan justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep-konsep yang
dikemukakan saling berhubungan.

3. Tingkat kelogisan teori

Kelogisan teori Leininger adalah pada fokus dari pandangannya dengan


melihat bahwa latar belakang budaya pasien (individu, keluarga, kelompok,
masyarakat) yang berbeda sebagai bagian penting dalam rangka pemberian
asuhan keperawatan.

4. Testabilitas teori

Teori Cultural care diversity and Universality dikembangkan berdasarkan


atas riset kualitatif dan kuantitatif.

5. Kemanfaatan teori bagi peningkatan body of knowledge

Beberapa penelitian tentang konsep perawatan dengan memperhatikan


budaya telah memberikan arti akan pentingnya pengetahuan dan pemahaman
tentang perbedaan dan persamaan budaya dalam praktek keperawatan.

6. Kemanfaatan teori pada pengembangan praktek keperawatan

Teori ini sangat relevan dan dapat diterapkan secara nyata dalam praktek
keperawatan, karena teori ini mengemukakan adanya pengaruh perbedaan
budaya terhadap perilaku hidup sehat. Dan dalam aplikasinya teori ini sangat
relevan dengan penerapan praktek keperawatan komunitas.

7. Konsistensi teori

Leininger menyampaikan pentingnya pemahaman budaya dalam rangka


hubungan perawat pasien yang juga sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Imoge King yang menekankan pentingnya persamaan persepsi perawat pasien
untuk pencapaian tujuan.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity dan universality, atau
yang lebih dikenal dengan transcultural nursing. Berfokus pada nilai-nilai budaya,
kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya, serta di dalam teorinya
membahas khusus culture, culture care, diversity, universality, worldview, ethnohistory.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktek keperawatan pada kebudayaan yang
spesifik dan universal . Dalam teori ini terdapat beberapa kelebihan dan juga kekurangan
yang perlu diperbaiki dan dipertahankan. Selain itu teori ini juga dapat diterapkan dalam
berbagai bidang/aspek diantaranya bidang riset, edukasi, kolaborasi, pemberi perawatan,
manajemen, dan sehat sakit.

Dalam bidang riset, teori Leininger telah diuji cobakan menggunakan metode
penelitian dalam berbagai budaya, dimana hasil penemuan ini berguna bagi masyarakat
dan para staf profesional untuk mengembangkan teori transcultural nursing.

Dalam bidang edukasi, Leininger mengembangkan Transcultural Nursing di bidang


kursus dandi sebuah program sekolah perawat. Teori Leininger memberikan pengaruh
yang sangat besar dalam proses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia karena
teori ini sangat penting guna menciptakan perawatan profesional yang peka budaya.

Dalam bidang kolaborasi, teori Leininger ini diterapkan di lingkungan pelayanan


kesehatan ketika melakukan kolaborasi dengan klien, ataupun dengan staf kesehatan
yang lainnya. Dalam pemberian perawatan, perawat diharuskan memahami konsep teori
Transcultural Nursing untuk menghindari terjadinya cultural shock atau culture
imposition saat pemberian asuhan keperawatan.

Dalam bidang manajemen teori Transcultural Nursing bisa diaplikasikan saat


pemberian pelayanan menggunakan bahasa daerah yang digunakan oleh pasien. Hal ini
memungkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan
kesehatan.Dalam aspek sehat dan sakit, Leininger menjelaskan hal tersebut sebagai suatu
hal yang sangat bergantung, dan ditentukan oleh budaya, karena budaya akan
mempengaruhi seseorang mengapresiasi keadaan sakit yang dideritanya.

19
4.2 Penutup

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Apabila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun, maka sampaikanlah
kepada kami. Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan kami selaku
penyusun mohon maaf dan semoga pembaca dapat memakluminya.
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Betty M & Pamela B. Webber. 2005. Theory and Reasoning in Nursing. Virginia:
Wolters Kluwer
Sagar, Priscilla Limbo. 2014.Transculural Nursing Education Strategies. United States:
Spinger Publishing Company.
George, J.B. 1995. Nursing Theories. 4th ed. New Jersey: Prentice Hall.
Aplikasi Teori Transcultural Nursing dalam Proses Keperawatan oleh Rahayu Iskandar, Ners,
M.Kep. Diperoleh, 19 Februari 2015, dari,
https://www.academia.edu/5611692/Aplikasi_Leininger .
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Diakses, 23 Februari 2015, dari
https://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Janes, Sharyn & Karen Saucier Lundy. 2009. Community Health Nursing-Caring for the
Public’s Health-Third Edition. United States: Jones & Barklett Learning. Diakses, 23
Februari 2015, dari https://books.google.co.id/books?
id=OYAmBgAAQBAJ&pg=PA286&dq=sunrise+model&hl=id&sa=X&ei=nMbqVI
HPK4eLuATx1oKwCw&redir_esc=y#v=onepage&q=sunrise%20model&f=false.
(rizal 2012)rizal, wahyu. 2012. “Ilmu Keperawatan: APLIKASI TEORI MADELEINE
LEININGER.”

21

Anda mungkin juga menyukai