Anda di halaman 1dari 13

PREVENSI & GANGGUAN EMOSI

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

KELOMPOK I :

Carolina Aprila Herlofin Manu 1907020238


Maria Ferina Rofle 1907020146
Melsin A.S Mellu Lani 1907020075
Juan Trisna Gratianie Nalenan Warduna 1907020174
Foldi anita muskanan 1907020196
Anjelina Sara Fatima Sanu 1907020236

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas karunia dan
kasih-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
sebagai tugas kelompok mata kuliah PREVERENSI & GANGGUAN EMOSI. Kami berusaha
menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun kami terima dengan baik demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberi informasi yang bermutu dan membantu bagi pembaca.
Akhir dari pengantar ini, kami menyampaikan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
tugas makalah ini dan kepada semua pihak yang membantu dalam upaya menyelesaikan makalah
ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita semua.

Kupang, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3
BAB I ............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................... 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................................. 4
BAB II ............................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN ............................................................................................................. 5
A. PENGERTIAN ADHD........................................................................................ 5
B. GEJALA ADHD ................................................................................................. 5
C. ETIOLOGI ADHD .............................................................................................. 6
D. TINGKAH LAKU ADHD................................................................................... 6-7
E. STUDI KASUS ADHD ....................................................................................... 7-8
F. PENANGANAN ADHD ..................................................................................... 8
BAB III........................................................................................................................... 9
PENUTUP ...................................................................................................................... 9
KESIMPULAN............................................................................................................... 9
SARAN .......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 10
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHssULUAN

ADHD adalah istilah populer, kependekan dari attention deficit hyperactivity


disorder, (attention= perhatian, deficit = berkurang, hyperactivity = hiperaktif, disorder =
gangguan). Dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian
disertai hiperaktif. Sebelumnya ADHD, pernah ada istilah ADD (Attention Deficit
Disorder ) yang berarti gangguan pemusatan perhatian. Pada saat ditambah hyperactivity
atau hiperaktif penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang ditulis ADHD, AD-HD,
ada juga yang menulis ADD/H. Tetapi, dari tiga jenis penulisan istilah itu, maksudnya
adalah sama.
Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah anak yang
memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi, hiperaktif, dan implusif yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas kehidupannya. Anak ADHD
akan sangat kesulitan mempertahankan perhatiannya pada suatu tugas tertentu. Kesulitan
ini bukan disebabkan karena adanya rangsangan-rangsangan luar yang mengganggu
mempertahankan perhatiannya. Anak ADHD mempunyai kesulitan untuk mendorong
rangsangan-rangsangan yang datang ke pemikirannya.
Proses pembelajaran disekolah membutuhkan konsentrasi. Oleh karena itu, setiap
anak di sekolah diharapakan dapat berkosentrasi dengan baik. Kemampuan anak dalam
berkonsentrasi akan mempengaruhi kecepatan dalam menangkap materi yang diberikan
guru. Arti kata konsentrasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pemusatan perhatian atau pikiran dalam suatu hal. Menurut Zeviere, F (2007)
memandang bahwa anak yang mengalami gangguan konsentrasi ditandai dengan: sering
sulit memusatkan perhatian secara terus menerus dalam suatu aktivitas, sering tampak
tidak mendengarkan kalau diajak bicara, sering tidak mengikuti instruksi dan gagal
menyelesaikan tugas, sering sulit mengatur kegiatan maupun tugas, sering mudah beralih
perhatian oleh rangsang dari luar, sering lupa dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah

1. Menjelaskan pengertian dari ADHD?


2. Apa saja gejala yang ditimbulkan dari gangguan ADHD?
3. Bagaimana Etiologi ADHD?
4. Apa saja tingkah laku ADHD?
5. Penjelasan mengenai studi kasus ADHD?
6. Bagaimana cara mengatasi ADHD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ap aitu ADHD
2. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan dari gangguan ADHD
3. Untuk mengetahui Etiologi ADHD
4. Untuk mengetahui tingkah laku ADHD
5. Untuk mengetahui penjelasan mengenai studi kasus ADHD
6. Untuk mengetahui cara untuk mengatasi ADHD
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian ADHD

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif yang sering disebut Attention


Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) yaitu sindrom neuropsikiatrik yang akhir-akhir ini
banyak ditemukan pada anak-anak, biasanya diserta dengan gejala hiperaktif dan tingkah
laku yang impulsif (Hatiningsih, 2013).
Taylor (1992) manyatakan bahwa anak yang hiperaktif merupakan suatu pola
perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak menaruh
perhatian dan impulsive. Anak-anak yang hiperaktif selalu bergerak, tidak mau diam
bahkan dalam situasi tertentu, misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran dikelas yang
menuntut agar mereka bersikap tenang karena anak hiperaktif tidak pernah
merasakannya.
ADHD menurut Kosasih (2012) adalah gangguan perilaku yang ditandai dengan
gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas kontrol dan perilaku yang
hiperaktif”. Dan ADHD menurut kelompok kami adalah kondisi anak-anak yang
memperlihatkan ciri atau Adhd itu adalah kondisi Anak-anak yang memperlihatkan ciri
atau gejela kurang konsentrasi, hiperaktif, dan implusif yang dapat menyebabkan adanya
kesulitan sosial belajar, kesulitan berperilaku, dan kesulitan sosial pada aktivitas
kehidupan sehari-hari nya.

2. Gejala ADHD
Perlu diketahui bahwa kemunculan gejala ADHD dimulai pada umur kanak-kanak,
bersifat menahun. Gejala utamanya berupa hambatan konsentrasi (Inatensi), pengendalian
diri (Impulsifitas), serta hiperaktif.
 Hambatan Konsentrasi atau Inatensi anak sering terlihat mengalami kesulitan
dalam memusatkan perhatian (tidak bisa fokus). Adanya stimulus secara spontan
dari indera masing-masing sangat mempengaruhi konsentrasi mereka. Daya tahan
konsentrasi mereka sangat terbatas, sehingga menghambat proses information
receiving dari luar (lingkungan).
 Pengendalian Diri atau Impulsifitas, anak mengalami kelainan sikap atau
ketidak harmonisan antara pikiran dengan tindakannya. (Disorder among think
and do). Faktor sense atau perasaan begitu mendominasi, sehingga mereka sangat
cepat merespon. Anak juga mengalami hambatan dalam menentukan skala
prioritas ketika sedang beraktifias, kondisi demikian sangat mengganggu
kepribadian dan lingkungannya.
 Hiperaktifias, anak mengalami aktifias berupa gerakan motorik yang berlebih di
atas rata-rata aktifias motorik anak normal sesuai usianya. Mereka terlalu banyak
bergerak serasa tanpa lelah dan tujuan yang jelas bahkan sangat sulit untuk
ditenangkan.

3. Etiologi ADHD

Etiologi menurut kamus besar indonesia yaitu cabang biologi tentang penyebab utama
penyakit, kodrat, sifat, dan cabang ilmu kedokteran tentang sebab dan asal penyakit. Jadi
etiologi adalah penanda sebab sakit sedangkan diagnosa penyakit manifestasi adalah
wujud atau bentuk yang terlihat yang disebabkan oleh penyakit etiologi. Faktor penyebab
anak dengan gangguan ADHD meliputi dua faktor yaitu :
1 Keturunan/Faktor genetic
Faktor genetik dilihat dari kerabat dekat yang tampaknya memiliki gejala yang
serupa. Kerabat itu baik bisa dari orang tua, paman saudara. Dll.
2 Deficit Neurotransmitter
Dua neurotransmitter pada otak tampaknya berperan dalam regulasi jumlah
pembangkitan dan perhatian. Kedua neurotransmitter adalah neutroadrenalin yanv
berperan pada pembangkitan sel, dan depomine yang berperan mengurangi respon
yang tidak diinginkan.
3 Kelambatan perkembangan sistem pembangkitan di otak
Beberapa indikasi bahwa kemungkinan anak hiperaktif menderita kelambatan
pembangkitan yang membuat mereka tidak sensitive pada rangsangan yang
datang. Jadi hiperaktif yang mereka alami mungkin mencerminkan pencarian
rangsangan dan bahkan karena rangsangan yang berlebihan.
4 Perkembangan otak yang abnormal
Kurang berfungsinya lobus frontal, yang merupakan area pada otak yang
mengumpulkan input aditori dan visual yang berlebihan. Hal ini menunjukan
bahwa lobus ini dibombardir dengan banyak informasi yang tidak tersaring dan
tidak sesuai.
5 Faktor lingkungan
Seperti ibu mengalami stres sewaktu hamil, paparan racun dari lingkungan
sewaktu masa kanak-kanak, misalnya paparan timbal dari cat. Adanya pola asuh
dan kondisi keluarga.

Lumbantobing(2001), menambahkan bahwa hiperaktif dapat disebabakan oleh beberapa hal.


penyakit struktural otak atau masalah biokimia otak dan faktor genetik atau keturunan.

4. Tingkah Laku ADHD

Anak dengan penyandang ADHD dikenal dengan tingkah yang Tidak bisa diam,
sulit memusatkan perhatian, impulsivitas (Restlessness, Inattention and Impulsiveness)
merupakan problem perilaku yang cukup sering didapatkan pada anak masa prasekolah
dan usia sekolah.
Hiperaktif dapat ditunjukkan dengan perilaku Perilaku yang dimiliki anak berupa tidak
mau diam, lebih menggunakan kemampuan motorik seperti bergerak tiada hentinya,
sering mengganggu bahkan menyakiti teman- temannya, suka berganti aktivitas dari satu
aktivitas ke aktivitas lain, rentan perhatian rendah hanya berkisar 5 sampai 10 menit saja,
tidak pernah menyelesaikan tugas, dan tidak sabaran.
Disamping itu ada upaya penanganan perilaku hiperaktif berupa lebih
mengetahui masalah yang dialami anak, sering memanggil anak dengan sebutan “sayang,
baik”, mencari titik kelemahan anak, sering menyanjung anak, mencari tahu persoalan
yang menjadi titik masalah, dan terkadang tidak memperdulikan anak sesuai situasi dan
kondisi. Remaja dan dewasa juga bisa menunjukkan ciri ciri ini, tetapi umumnya dengan
derajat yang lebih ringan. Dalam derajat yang berat, ciri-ciri ini akan mengganggu
terhadap individu yang mengalaminya maupun orang-orang di sekitarnya. Maka
konsekuensinya keadaan ini dianggap sebagai gangguan mental dan perilaku. Anak
dengan gangguan ini akan mempunyai risiko yang tinggi untuk mengalami problem
belajar, tingkah laku dan berbagai masalah sosial, serta cenderung mengalami kesulitan
dan kegagalan yang lebih serius pada masa remaja dan dewasanya. Gangguan ini
berdampak buruk dengan terjadinya hambatan pada perkembangan anak, baik dalam
perkembangan kognitif, emosi, perilaku, sosialisasi maupun komunikasi. Komorbiditas
dan keterkaitannya dengan gejala lain seperti agresivitas, gangguan tingkah laku,
gangguan sikap menentang, gangguan belajar, depresi, cemas, dan sebagainya membuat
kondisi ini menjadi kelompok gangguan yang kompleks. Kesulitan juga timbul dalam
pola asuh dan pendidikannya. Anak-anak ini acapkali mendapat label sebagai anak nakaI,
bandel, bodoh, malas, menyusahkan, sulit diatur dan sebagainya. Cap atau label tersebut
akan diterima anak baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungannya. Akibat semua
ini anak akan mengembangkan citra diri yang negatif dengan segala konsekuensinya.

5. Studi Kasus ADHD

Berikut salah satu contoh kasusnya adalah : Faktor resiko ADHD pada anak
didenpasar. Di Bali laporan mengenai besaran kejadian ADHD hanya bersumber dari
laporan kasus di poliklinik atau pusat terapi tumbuh kembang anak. Selama tahun 2012
jumlah pasien ADHD yang berkunjung ke poliklinik Tumbuh Kembang RSUP Sanglah
sebanyak 63 orang. Jumlah kunjungan anak ADHD di Pusat Terapi Anak dan Sekolah
Kebutuhan Khusus Pradnyagama Denpasar selama tahun 2012 mencapai 150 anak. Dari
150 anak tersebut sebanyak 50 anak masih melakukan terapi di Pradnyagama.
Penyebab ADHD sampai dengan saat ini belum diketahui dengan jelas. Faktor
risiko yang diduga meningkatkan kejadian ADHD adalah genetik. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa bila orang tua mengalami ADHD, sebagian anak mereka dijumpai
mengalami gangguan tersebut. Faktor risiko lain adalah berbagai zat yang dikonsumsi
oleh ibu saat hamil yaitu tembakau dan alkohol. Riwayat BBLR juga diduga dapat
meningkatkan risiko kejadian ADHD pada anak, meskipun belum diketahui apakah
gejala ADHD akan ada sampai anak menjadi dewasa.Faktor riwayat lahir prematur juga
diduga meningkatkan kejadian ADHD dan hal ini diperkuat beberapa penelitian lain yang
melaporkan bahwa 30% anak yang lahir pada usia kehamilan 36 minggu mengalami
ADHD pada usia sekolah. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap masalah
perkembangan termasuk ADHD. Faktor risiko lain yang juga diduga dapat meningkatkan
kejadian ADHD tetapi belum banyak dilakukan penelitian adalah riwayat persalinan
dengan ekstrasi forceps.Faktor riwayat kejang demam juga diduga meningkatkan
kejadian ADHD selain faktor riwayat trauma kepala pada anak.Hasil penelitian lain yang
cukup menarik adalah adanya dugaan bahwa konsumsi makanan manis dapat
meningkatkan kejadian ADHD. Setelah dilakukan penelitian maka diketahui bahwa Bayi
berat lahir rendah (BBLR) dan riwayat ADHD pada orang tua/keluarga dijumpai secara
bermakna meningkatkan risiko ADHD sedangkan paparan asap rokok saat ibu hamil,
kelahiran prematur, kelahiran dengan forcep, riwayat kejang demam, riwayat trauma
kepala dan konsumsi makanan manis tidak meningkatkan risiko ADHD.

6. Cara Mengatasi ADHD

Prefensi/Pencegahan ADHD berbagai upaya telah dilakukan oleh para terapis, psikolog,
termasuk oleh orang tua untuk mengatasi atau meminimalisir gangguan gangguan
perkembangan yang dialami oleh anak ADHD. Contohnya pemberian terapi bagi anak-
anak dengan gangguan adhd. Terapi yang bisa digunakan pada anak adhd contohnya
terapi perilaku dan terapi bermain. Pada terapi perilaku yang biasa dilakukan dan
diberikan kepada anak dengan gangguan ADHD:
1. Menerapkan modifikasi perilaku bagi anak ADHD. Tujuannya untuk
memodifikasi perilaku yang maladaptif menjadi adaptif.
2. Terapi kognitif-perilaku. Terapi ini cocok diberikan kepada anak yang
mempunyai pikiran yang lebih ke negatif. Tujuannya dapat membantu mengubah
pikiran pikiran yang negatif menjadi positif sehingga seseorang anak adhd bisa
mengontrol pikirannya dan emosinya juga stabil.
Lalu pada terapi bermain, guru atau pengajar dapat membimbing lagunya sehingga ia
dapat berfokus pada kegiatan gerak motorik tubuhnya. Ericsson permainan adalah suatu
bentuk penyesuaian diri manusia sia yang sangat berguna menolong anak menguasai
kecemasan dan konflik. Dengan bermain anak dapat melepaskan energi fisik yang
berlebihan dan membebaskan perasaan-perasaannya yang terpendam. Terapi bermain
juga dapat diyakini dapat menyelesaikan sulitan kesulitan psychosocial dan mendorong
anak untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

ADHD menurut kelompok kami adalah kondisi anak-anak yang memperlihatkan ciri atau
Adhd itu adalah kondisi Anak-anak yang memperlihatkan ciri atau gejela kurang konsentrasi,
hiperaktif, dan implusif yang dapat menyebabkan adanya kesulitan sosial belajar, kesulitan
berperilaku, dan kesulitan sosial pada aktivitas kehidupan sehari-hari nya. Gejala ADHD
diantaranya: Hambatan konsentrasi (inatensi),Pengendalian diri (impulsifitas) dan Hiperaktifitas.
Etiologi atau penyebab ADHD diantaranya yaitu : Keturunan/faktor genetic, deficit
neurotransmitter, kelambatan perkembangan sistem pembagian diotak, perkembangan otak yang
abnormal dan faktor lingkungan. Adapun tingkah laku ADHD : implusif, sulit berkonsentrasi dan
hiperaktif. Berdasarkan studi kasus faktor penyebab ADHD pada anak di Denpasar diperoleh
keterangan bahwa ADHD umumnya disebabkan oleh faktor genetik dan Bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR). ADHD dapat diatasi dengan terapi penerapan modifikasi perilaku dan terapi
kognitif perilaku.

SARAN

Orang tua menganggap ADHD adalah perilaku yang normal sehingga tidak memeriksakannya ke
dokte. Oleh karena itu bagi orang tua penting mengenali gejala ADHD serta mengetahui perbedaannya
perilaku normal pada anak-anak. Bukan hal itu aja diagnosis ADHD harus dilakukan melalui kerja sama
berbagai pihak yaitu dokter anak, psikiater anak, orang tua, serta pihak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Putra, AP. (2018) . Meningkatkkan Kreativitas Anak Dengan ADHD Melalui Literasi. Jurnal
pendidikan madrasah ibtidaiyah. 1(2), 354-370.

Simatupang Dorlice, Ningrum Surya Putri Eka (2020) .Studi Tentang Perilaku Hiperaktif Dan
Upaya Penanganan Anak Di TK Pembina Tebing Tinggi. Pedagogi: Jurnal Anak Usia Dini dan
Pendidikan Anak Usia Dini. 6 (1), 31-39.

Wahidah Evita Yuliatul. (2018). Identifiasi dan Psikoterapi terhadap ADHD (Attention
Defiit Hyperactivity Disorder) Perspektif Psikologi Pendidikan Islam Kontemporer. Jurnal studi
Agama. 17 (2). 297-318.

Erinta, Deyla. Budiani, Meita Santi. (2012) Efektivitas Penerapan Terapi Permainan
Sosialisasi Untuk Menurunkan Perilaku Impulsif Pada Anak Dengan Attention Deficit
Hyperactive Disorder (ADHD). Jurnal Psikologi:Teori dan Terapan, 3(1), 67-78.

Andajani, Joeda Sri. (2019). Model pembelajaran anak dengan gangguan pemusatan perhatian
dan hiperaktif. Surabaya: Unesa University Press.
https://online.anyflip.com/furfd/dfhy/mobile/index.html

Farchatul, Aola. (2016). Pengaruh Aktivitas Finger Painting Terhadap Peningkatan


Kemampuan Konsentrasi Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Haniman Fatima.(2007) ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER


(ADHD) SEBAGAI FENOMENA MEDIS, AKADEMIS, DAN SOSIAL. Airlangga University
Press

Adiputra Sudarma I Made. Sutarga I Made. Pinatih Gede Ngurah Indraguna. 2015. Faktor
Resiko Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada anak di Denpasar. public health and
prefentive medecine archive. 3(1), 35-39.

Anda mungkin juga menyukai