Anda di halaman 1dari 15

PSIKOLOGI PESERTA DIDIK

“ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)”

Dosen Pengampu : Nadya Nela Rosa, M.Psi

DISUSUN OLEH :

Rizky Aryadanesa NIM 20.1498

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN ABDURRAHMAN

KEPULAUAN RIAU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayat-Nya. Segala
pujian hanya layak kita berikan kepada Allah SWT. Tuhan seluruh alam atas segala berkat, rahmat,
taufik, serta petunju-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah Psikologi Peserta Didik yang berjudul “ADHD (Attention Deficit
Hyperactivity Disorder)”. Shalawat beserta salam tidak lupa kita hadiahkan kepada junjungan
kita, yaitu baginda Nabi Muhammad SAW dengan ucapan Allahumma Shalli ‘Ala Sayyidina
Muhammad wa ‘ala Ali Sayyidina Muhammad.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Nadya Nela Rosa, M.Psi selaku
dosen pengampu pada mata kuliah Psikologi Pendidikan yang telah memberikan tugas ini. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam mengerjakan
makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi
penulis pribadi dan pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak kesalahan
didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini
bermanfaat bagi penulis pribadi dan untuk semua pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bintan, 23 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II............................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Pengertian ADHD ................................................................................................................ 3
B. Jenis-Jenis Anak ADD/ADHD ............................................................................................. 4
C. Karakteristik Anak ADD/ADHD ......................................................................................... 4
D. Ciri-ciri anak ADD/ADHD .................................................................................................. 5
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD ..................................................... 6
F. Fakta tentang ADD/ADHD .................................................................................................. 7
BAB III ......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan dambaan di setiap keluarga. Setiap keluarga mengharapkan kelak
anaknya tumbuh optimal, baik sehat fisik, kognitif, dan sosial, dapat dibanggakan serta
berguna bagi nusa dan bangsa. Tumbuh kembang adalah sebuah proses yang terjadi pada
manusia secara terus menerus selama seorang hidup. Memiliki pengetahuan tentang dasar -
dasar tumbuh kembang anak adalah hal yang sangat penting. (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).
Masa kanak – kanak merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan. Tidak semua
anak terlahir secara normal, beberapa dari mereka mengalami gangguan dalam
perkembangannya dan salah satunya disebut dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan
khusus (ABK) di Indonesia pada tahun 2016 mencapai angka 4,2 juta anak. American
Psychiatric Association menyatakan dalam DSM – V, bahwa diperkirakan 3 – 5 % anak usia
sekolah mengalami gangguan ADHD(American Psychriatric Association, 2013). Survey yang
dilakukan oleh National Survey of Children’s Health (NSCH) di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa presentasi anak usia 4 – 17 tahun yang mengalami gangguan ADHD
meningkat dari 7,8% menjadi 9,5% dalam kurun waktu 2003 – 2007 (dalam Mulyani, 2013).
Sementara di Indonesia dalam populasi sekolah ada 2%-4% anak yang mengalami gangguan
ADHD (Wirrawani, 2007).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa Indonesia disebut
dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), memiliki arti bahwa anak
penyandang ADHD memiliki keterbatasan dalam melakukan pemusatan perhatian terhadap
beberapa tugas yang diberikan kepada mereka. Meski ada motivasi baik sekalipun, mereka
sulit untuk mengerjakan. Bahkan, jika mereka mengerjakan tugas - tugas tersebut mereka lebih
banyak menghabiskan tenaga dibandingkan dengan anak - anak normal (tidak memiliki
ganggua). Tanda - tanda yang muncul pada anak ADHD antara lain : gangguan pemusatan
perhatian, dan konsentrasi, impulsivitas dan hiperaktivitas (Patternotte & Buitelaar, 2013).
Ada tiga tipe ADHD, yaitu ADHD/I (predominance of innatention), ADHD/H (hyperactive
and impulsive) dan ADHD/C (combined) (Coelho, dkk, 2015). Seorang anak ADHD seringkali
gelisah, sulit tenang saat duduk dalam waktu yang lama, mudah bingung, sulit menunggu
giliran, kesulitan berkonsentrasi dan mengikuti perintah atau instruksi yang diberikan, mudah
bosan dengan pekerjaan yang dilakukan, berbicara dengan nada yang tinggi, mengganggu
lingkungan sekitar, sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain, mudah kehilangan barang,
bertindak sembrono tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi (Primadhani,
2015). Gejala inatensi memiliki beberapa ciri – ciri antara lain : gagal dalam memperhatikan
suatu secara detail, kesulitan dalam mempertahankan suatu perhatian, tidak mendengarkan,

1
tidak menyelesaikan tugas sekolah, susah dalam mengorganisir sesuatu, mudah terganggu atau
terdistraksi dan mudah lupa (Parritz & Troy, 2014).
Mulyani (2013) meyakini bila kurangnya perhatian akan mengakibatkan anak sulit dalam
menyerap pelajaran di sekolah. Dimana anak ADHD mengalami kesulitan di lingkungan
sekolah, sering bermasalah dalam kedisiplinan ataupun bidang akademik. Hal tersebut sama
halnya dengan pendapat Santrock (2008), tuntutan akademik dan sosial yang meningkat di
lingkungan sekolah membuat anak ADHD menjadi kesulitan dengan kontrol perilaku,
kedisiplinan dan bermasalah dalam hal pertemanan. Menurut pendapat Murphy, Barkley &
Brush dalam Mulyani (2013), situasi ini dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi
anak dalam melakukan kegiatan sehari - hari dan juga mengganggu kesiapan anak dalam
belajar serta pada akhirnya menimbulkan penurunan kualitas hidup di kemudian hari.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ADHD?
2. Apasaja jenis-jenis anak ADHD?
3. Apasaja karakteristik anak ADHD?
4. Apasaja ciri-ciri anak ADHD?
5. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi anak ADHD?
6. Apasaja faktor tantang ADHD?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ADHD
2. Untuk mengetahui jenis-jenis anak ADHD
3. Untuk mengetahui karakteristik anak ADHD
4. Untuk mengetahui ciri-ciri anak ADHD
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak ADHD
6. Untuk mengetahui faktor ADHD

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ADHD

ADHD adalah istilah populer, kependekan dari Attention Deficit


Hyperactivity Disorder. Secara terjemahan dapat diartikan bahwa
Attention=perhatian, Deficit=berkurang, Hyperactivity=hiperaktif, Disorder=gangguan.
Dengan demikian, berarti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Hyperactivity berasal daridua kata yaitu
hyper dan activity. Hyper berarti banyak, diatas, tinggi. Activityberarti keadaan yang selalu
bergerak, eksplorasi serta respon terhadap rangsangan dari luar. Dengan demikian
berdasarkan pengertian tersebut hyperactivity(hiperaktif) adalah gerakan atau aktifitas yang
berlebih. (Konfrensi Nasional Neurodevelopmental II, 2006) mengemukakan bahwa ADHD
adalah adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatian. Perhatiannya sangat
singkat dibandingkan anak lain yang seusia dengannya, juga disertai hiperaktif dan tingkah
laku yang impulsif’.
Menurut Supraktekyo (1995:6) hiperaktif adalah suatu gejala kelambatan sebagai anak
yang sulit berkonsentrasi, perhatiannya sangat mudah beralih,motorik berlebihan dan sulit
mengikuti perinta.
Istilah ADHD ini merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis. Belakangan ini
gencar pula diperbincangkan dalam dunia pendidikan dan psikologi. Istilah ini memberikan
gambaran tentang suatu kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup
disfungsi otak, dimana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls,
menghambat perilaku,dan tidak mendukung rentang perhatian mereka. Jika hal ini terjadi
pada seorang anak dapat menyebabkan berbagai kesulitan belajar, kesulitan berperilaku,
kesulitan sosial, dan kesulitan-kesulitan lain yang saling berkaitan. Jadi, jika didefinisikan
secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom
(ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.Beberapa bentuk perilaku yang
muncul pada penyandang ADHD, mungkin pernah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.

3
Berikut contoh bentuk perilakuanak penyandang ADHD di kelas :

1. Anak tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.


2. Anak selalu bergerak.
3. Anak melamun saja di kelas.
4. Anak tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan cenderung tidak
bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
5. Anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.

B. Jenis-Jenis Anak ADD/ADHD


Ada klasik tiga jenis ADHD. Klasifikasi ini didasarkan pada gejala terkuat yang ditunjukan
anak sebagai berikut :
6. Sebagian besar Inattentive ini termasuk gejala utama seperti kurangnya perhatian,
purposefulness untuk menyelesaikan suatutugas, ikuti instruksi dan percakapan dan
membayar perhatian pada
detail kecil. Gangguan ini umum dalam orang-orang ini.
7. Sebagian besar Hyperactive, orang dengan jenis ADHD sering gelisahdan berbicara lebih
dari yang diperlukan. Mereka sulit untuk duduk diam untuk kerja, makanan atau sekolah.
Balita ini dapat mewujudkansebagai konstan berjalan, melompat dan fisik gerakan.
Kondisi ini juga mewujudkan sebagai impulsif. Orang mungkin berbicara keluar dari
gilirannya atau mengambil hal-hal dari orang lain. Impulsif ini
juga membuat individu rentan terhadap kecelakaan dan cedera.
8. Kombinasi dari kedua jenis, orang-orang ini menunjukkan campuran gejala dari kedua
tipe.

C. Karakteristik Anak ADD/ADHD


Menurut DSMIV T-R, terdapat 3 karakteristik utama gangguan ini, yakni:
1. Inattention (kesulitan memusatkan perhatian)
a. Gagal memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil
b. Sering melakukan kekeliruan pada pekerjaan sekolah
c. Pekerjaan di sekolah kotor, tidak rapi dan sembarangan
d. Tidak berpikir panjang (tidak banyak pertimbangan)

4
2. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan)
a. Tidak sabar
b. Kesulitan saat harus menunggu
c. Kesulitan pada saat harus menunda respon
d. Seringkali menyela atau menginterupsi

3. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan gerakan)


a. Kegelisahan
b. Gerakan-gerakan saat duduk
c. Tidak duduk kembali saat mengerjakan sesuatu
d. Berlari,naik-naik dalam situasi yang tidak tepat
e. Suka berpindah-pindah tempat

D. Ciri-ciri anak ADD/ADHD


Berikut adalah ciri-ciri dari anak yang megalami gangguan ADD/ADHD menurut buku
Penanganan Anak Berkelainan (2007).

1. Sulit untuk memusatkan perhatian.


2. Perilaku individu yang kurang mampu mengendalikan diri.
3. Berperilaku sangat aktif atau hyperaktif.
4. Disorganisasi, ketidakmampuan dalam mengatur berbagai hal sepertitugas-tugas sekolah
serta barang-barang yang dimilikinya (buku, mainan, dll)
5. Seringkali salah dalam membaca tanda-tanda social dan secara implusif menampilkan
perilaku social yang tidak sesuai.
6. Berperilaku agresif, terkadang menyerang orang lain jika tidak sesuai dengan
keinginanya. Perilaku ini dapat berupa tindakan fisik atau tindakan verbal.
7. Anak ADD/ADHD sangat sensitif secara emosional dan neorologis terhadap kegagalan
dan kesulitan yang dialaminya. Meraka akan merasakan frustasi yang tinggi dalam
menghadapi kegagalan.
8. Perilaku sering mencari sensasi.
9. Ketika situasi dikelas mulai membosankan anak ADD/ADHD seringkali
melamun sebagai refleksi dari aktivitas otaknya.
10. Memiliki koordinasi motorik yang tidak seimbang, sulit untuk melibatkan motorik
halus.
11. Kesulitan pada fungsi daya ingat jangka pendek. Penelitian Douglas (1983) menemukan
bahwa :

5
• Menunjukkan bahwa ADD kurang melakukan dengan baik tugas yang diberikan.

• Kegagalan untuk memusatkan untuk mengingat stimulus yang masuk dan


untuk konsentrasi pada tugas yang berkaitan dengangerak motorik.

• Kegagalan dalam mengontrol tugas-tugas untuk memanggil datayang telah


disimpan

12. Memiliki pola pikir yang obsesif. Berdasarkan penelitian diketahui sangat sedikit anak
hyperaktif ber IQ tinggi, penelitian Steward (1972) menyatakan IQ mereka biasanya lebih
rendah IQ performance dibandingkan IQ verbalnya.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD


Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti memusatkan
objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu, terdapat tiga faktor yang
dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
1. Faktor genetik/keturunan
Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang tuanya. ADHD
memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.
2. Ketidakseimbangan kimia
Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak (neurotransmitter)
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala ADHD.
3. Kinerja otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang mengontrol
perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak lainnya yang tidak
menderita ADHD.

Perilaku anak ADHD sangat membingungkan dan sangat kontradiktif.Perilaku yang


gegabah (kurang terkontrol) dan tidak terorganisir adalah sumber utama bagi stress anak,
orang tua, saudara, guru dan teman di kelas. Biasanya, usaha keras dan aturan yang
lebih ketat tidak membantu karena sebagian besar anak ADHD sudah berusaha berbuat
secara keras. Mereka ingin melakukannya dengan baik, tapi mereka selalu terhambat oleh
kontrol diri yang lemah. Hasilnya,mereka merasa sakit, bingung, dan sedih karena tidak

6
dapat berkonsentrasi. Mereka menjadi sering mengompol, membuang barang-barang,
atau bahkan memukul karena gagal menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan
rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 3)

F. Fakta tentang ADD/ADHD


1. Tidak semua anak dengan ADHD selalu bergerak.
Kita cenderung berpikir mereka hiperaktif dan impulsive, mereka yang tidak bisa diam
di tempat duduknya, mengetuk-ngetukkan pensil, mengambil barang yang bukan milik
mereka, dan membuat masalah. Mereka juga sepertinya hanya tahu satu tingkat kecepatan
terlalu cepat. Walaupun perilaku ini adalah pertanda klasik dari ADHD, beberapa anak
dengan ADHD justru relatif tenang. Terutama pada anak perempuan. Mereka cenderung
memiliki tipe ADHD yang seringkali membuat mereka sulit memperhatikan. Mereka
sering melamun, sulit mengikuti petunjuk, dan sulit fokus pada tugas sekolah. Namun
karena anak-anak jenis ini tidak mengganggu, ADHD mereka seringkali tidak terdiagnosis
dan tidak tertangani, jelas Dr. Fassler.

2. ADHD dapat diagnosis sedini mungkin sejak usia 3 tahun.

Anak-anak prasekolah secara alami memiliki rentang perhatian yang pendek, jadi
dokter mungkin ragu-ragu untuk menyatakan mereka menderita ADHD. Anak-anak
biasanya didiagnosis sekitar usia 6 tahun saat mereka diharapkan sudah bisa duduk tenang
di sekolah, mengikuti petunjuk, dan tidak mengganggu tapi kelainan ini tidak tiba-tiba
langsung muncul. “ADHD adalah kondisi kronis yang bisa dimulai sejak dini,” ujar
penasihat Parents Harold Koplewicz, MD, direktur New York University Child Study
Center di New York. Tanda-tanda yang muncul adalah agresivitas (yang sering membuat
anak dikeluarkan dari tempat penitipan anak atau preschool), bermasalah untuk fokus
pada aktivitas seperti saat dongeng sebelum tidur, dan perilaku yang tidak terkontrol
seperti menghambur ke tempat parkir yang ramai. “Jadi, ketika mereka sudah [terlambat]
didiagnosis ADHD, kebanyakan anak ini telah punya sejarah panjang dalam masalah
perilaku yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri mereka,” kata Dr. Koplewicz.
Faktanya, studi besar yang dilakukan National Institute of Mental Health (NIMH)
menunjukkan bahwa anak-anak berusia 3-5 tahun mengalami kemajuan setelah ditangani.
Para peneliti menemukan bahwa dosis pengobatan yang rendah akan aman dan efektif

7
tapi beberapa anak prasekolah lebih sensitif terhadap efek sampingnya, dibandingkan
pada anak yang lebih besar. Mereka perlu diawasi lebih dekat.

3. Hal lain dapat menimbulkan gejala pada anak.


Kondisi lain seperti sleep apnea (berhenti bernapas sejenak ketika tidur), masalah
penglihatan dan masalah pendengaran, membuat anak sulit fokus, atau membuat dirinya
jadi mengganggu. Hal-hal yang meninggalkan trauma, seperti kematian kakeknya atau
perceraian, dapat memicu perilaku ADHD. Jika dokter Anda mencurigai si kecil
menderita ADHD, ia mungkin akan mereferensikan Anda pada spesialis kesehatan
mental, seperti psikiater anak, psikolog, atau behavioral neurologist. Mereka akan
mengumpulkan informasi tentang perilaku anak dari Anda, guru, dan pengasuh anak,
seperti melakukan pemeriksaan fisik dan mengulas sejarah medis anak Anda. Dokter juga
akan menanyai dan mengobservasi si kecil, serta mengesampingkan ketidakmampuan
belajar potensial sebelum akhirnya membuat diagnosis.

4. Banyak anak yang seharusnya bisa mendapatkan manfaat dengan pengobatan tapi tidak
menjalaninya.

Studi besar NIMH lainya telah membuktikan bahwa pengobatan stimulan adalah
penanganan paling efektif bagi anak usia sekolah dengan ADHD, dan tidaksampai separo
jumlah anak yang didiagnosis menderita ADHD mencoba penanganan ini. Walaupun
tidak masuk akal untuk memberikan stimulan pada anak yang sudah terstimulasi secara
berlebihan, pengobatan ini justru populer karena dapat mengaktifkan neurotransmitter di
dalam otak yang berfungsi mengontrol perhatian dan impulsivitas. Beberapa orang tua
khawatir anak mereka akan terkena efek samping seperti penurunan berat badan, sakit
kepala, mudah marah, atau masalah tidur. Namun dokter biasanya dapat mengurangi hal
tersebutdengan menyesuaikan dosis, menggantinya dengan pengobatan lain (ada lebih
dari 20 jenis berbeda), atau mengubah waktu konsumsinya. Berlawanan dengan laporan
yang Anda mungkin dengar, American Academy of Pediactrics menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara stimulan dengan serangan jantung pada anak dan kebanyakan anak
tidak membutuhkan electrocardiogram (ECG) sebelum memulai pengobatan. Dokter akan
memesan ECG jika memiliki sejarah masalah jantung atau jika sesuatu yang
mengkhawatirkan muncul saat pemeriksaan fisik.

8
5. Namun pengobatan bukanlah satu-satunya jawaban.
Menambahkan strategi perilaku pada terapi obat dapat membantu anak di segala usia.
Orang tua dapat belajar langkah spesifik untuk memuji dan menghargai anak yang
bertingkah laku baik, seperti menyelesaikan tugas atau mengerjakan PR-nya, dan
mencabut hak istimewanya saat dia melompat-lompat di atas perabot rumah tangga atau
tidak mau duduk tenang di bangkunya. “Bahkanjika mereka menjalani pengobatan, anak-
anak dengan ADHD masih membutuhkan bantuan dengan kemampuan dasar, seperti
organisasi dan manajemen waktu,” jelas Ann Abramowitz, PhD, ketua dewan penasihat
profesional yayasan non-profit Children and Adults With Attention Deficit/Hyperactivity
Disorder. Kenyataannya, beberapa anak mengalami kemajuan pesat dengan penanganan
kombinasi, yang membuat mereka juga bisa mengurangi dosis pengobatannya. Banyak
anak dengan ADHD telah mencoba bentuk penanganan alternatif lainnya, seperti vitamin,
perubahan diet, dan biofeedback, tapi belum ada riset yang cukup untuk membuktikan
bahwa hal tersebut punya manfaat. Studi terbaru dalam Journal of the American Medical
Association misalnya, menemukan bahwa tanaman rempah-rempah St. John’stidak lagi
efektif dibandingkan placebo bagi anak dengan ADHD.

6. ADHD biasanya bukan satu-satunya diagnosis pada anak.

Banyak anak dengan diagnosis ADHD juga menderita masalah belajaratau bahasa,
dan lebih dari setengahnya memiliki kelainan kesehatan mental lain yang membuat
pengobatannya menjadi lebih kompleks. Anak dengan ADHD biasanya cenderung
menjadi oppositional defiant disorder. Mereka dapat menjadi sangat memusuhi orang
dewasa dan mengganggu orang lain dengan sengaja. Walaupun anak-anak yang
didiagnosis menderita ADHD dan bipolar disorder meningkat yang punya gejala yang
sama para pakar meyakini bahwa kebanyakan anak hanya memiliki salah satu gejala saja.
Kunci pembedanya: anak yang menderita bipolar disorder biasanya mengalami
penyimpangan tentang realitas. “Anak dengan ADHD mungkin suka berlarian di dalam
rumah dengan kostum Superman, tapi anak yang bipolar mungkin percaya bahwa dirinya
memiliki kekuatan super yang bisa membuatnya terbang,” jelas Dr. Koplewicz.
Bagaimanapun, masih banyak penelitian yang perlu dituntaskan untuk membantudokter
membuat diagnosis yang paling akurat.

9
7. Anak penderita ADHD rentan mengalami celaka.

Mereka mengalami cedera lebih dari anak lainnnya karena mereka tidak berpikir dua
kali sebelum mencoba aksi jagoan seperti akibat dengan papan luncurnya, dan mereka
cenderung berlari menghambur ke jalan raya tanpa mengecek keadaan dulu. Mereka juga
lebih sering masuk rumah sakit karena keracunan. Hasilnya, menurut CDC, biaya medis
untuk anak ADHD dua kali lebih tinggi dibandingkan anak biasa. Jika anak Anda
menderita ADHD, pastikan dia selalu menggunakan helm dan pelindung tubuh saat
sedang bersepeda atau bermain papan luncur, serta jauhkan alat rumah tangga yang
berbahaya dari jangkauan mereka.

8. Semakin besar anak, perilakunya akan membaik.

Penelitian baru menyatakan bahwa ADHD mungkin berhubungan dengan penundaan


perkembangan dalam frontal cortex area, bagian otak yang merupakan pusat dari
perhatian, perencanaan, dan berpikir. Pada anak dengan ADHD, daerah ini tidak benar-
benar matang sampai 3 tahun kemudian dibandingkan anak yang tidak menderita ADHD.
Lebih dari setengah anak dengan ADHD akan terus bergulat dengan masalah seperti
berusaha untuk fokus dan membuat rencanaketika dia dewasa. Penundaan perkembangan
ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak bisa mengatasi tendensi hiperaktif dan
impulsifnya saat mereka remaja, ujar Dr. Fassler.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
ADHD adalah istilah populer, kependekan dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder. Secara terjemahan dapat diartikan bahwa
Attention=perhatian, Deficit=berkurang, Hyperactivity=hiperaktif, Disorder=gangguan.
Dengan demikian, berarti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Hyperactivity berasal daridua kata yaitu
hyper dan activity. Hyper berarti banyak, diatas, tinggi. Activityberarti keadaan yang
selalu bergerak, eksplorasi serta respon terhadap rangsangandari luar. Dengan demikian
berdasarkan pengertian tersebut hyperactivity(hiperaktif) adalah gerakan atau aktifitas
yang berlebih.

B. Saran
Sebagai calon orang tua di masa yang akan datang sebaiknya kita harus banyak
mempelajari tentang ilmu parenting sehingga tidak lagi terkejut dalam menangani kasus
seperti ini kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, Conny R. 2010. Keluarbiasaan Ganda. Jakarta: Kencana PrenadaMedia


Group

Baihaqi, Mif & Sugiarmin. 2004. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung:
Refika Aditama.

Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : Indeks


http://www.tanyadok.com/anak/ayo-kenali-dan-pahami-adhd-anak

http://www.kesulitanbelajar.org/?p=24

12

Anda mungkin juga menyukai