DISUSUN OLEH :
KEPULAUAN RIAU
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan dambaan di setiap keluarga. Setiap keluarga mengharapkan kelak
anaknya tumbuh optimal, baik sehat fisik, kognitif, dan sosial, dapat dibanggakan serta
berguna bagi nusa dan bangsa. Tumbuh kembang adalah sebuah proses yang terjadi pada
manusia secara terus menerus selama seorang hidup. Memiliki pengetahuan tentang dasar -
dasar tumbuh kembang anak adalah hal yang sangat penting. (Soetjiningsih & Ranuh, 2013).
Masa kanak – kanak merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan. Tidak semua
anak terlahir secara normal, beberapa dari mereka mengalami gangguan dalam
perkembangannya dan salah satunya disebut dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder). Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak berkebutuhan
khusus (ABK) di Indonesia pada tahun 2016 mencapai angka 4,2 juta anak. American
Psychiatric Association menyatakan dalam DSM – V, bahwa diperkirakan 3 – 5 % anak usia
sekolah mengalami gangguan ADHD(American Psychriatric Association, 2013). Survey yang
dilakukan oleh National Survey of Children’s Health (NSCH) di Amerika Serikat
menyebutkan bahwa presentasi anak usia 4 – 17 tahun yang mengalami gangguan ADHD
meningkat dari 7,8% menjadi 9,5% dalam kurun waktu 2003 – 2007 (dalam Mulyani, 2013).
Sementara di Indonesia dalam populasi sekolah ada 2%-4% anak yang mengalami gangguan
ADHD (Wirrawani, 2007).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau dalam Bahasa Indonesia disebut
dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), memiliki arti bahwa anak
penyandang ADHD memiliki keterbatasan dalam melakukan pemusatan perhatian terhadap
beberapa tugas yang diberikan kepada mereka. Meski ada motivasi baik sekalipun, mereka
sulit untuk mengerjakan. Bahkan, jika mereka mengerjakan tugas - tugas tersebut mereka lebih
banyak menghabiskan tenaga dibandingkan dengan anak - anak normal (tidak memiliki
ganggua). Tanda - tanda yang muncul pada anak ADHD antara lain : gangguan pemusatan
perhatian, dan konsentrasi, impulsivitas dan hiperaktivitas (Patternotte & Buitelaar, 2013).
Ada tiga tipe ADHD, yaitu ADHD/I (predominance of innatention), ADHD/H (hyperactive
and impulsive) dan ADHD/C (combined) (Coelho, dkk, 2015). Seorang anak ADHD seringkali
gelisah, sulit tenang saat duduk dalam waktu yang lama, mudah bingung, sulit menunggu
giliran, kesulitan berkonsentrasi dan mengikuti perintah atau instruksi yang diberikan, mudah
bosan dengan pekerjaan yang dilakukan, berbicara dengan nada yang tinggi, mengganggu
lingkungan sekitar, sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain, mudah kehilangan barang,
bertindak sembrono tanpa mempertimbangkan akibat yang mungkin terjadi (Primadhani,
2015). Gejala inatensi memiliki beberapa ciri – ciri antara lain : gagal dalam memperhatikan
suatu secara detail, kesulitan dalam mempertahankan suatu perhatian, tidak mendengarkan,
1
tidak menyelesaikan tugas sekolah, susah dalam mengorganisir sesuatu, mudah terganggu atau
terdistraksi dan mudah lupa (Parritz & Troy, 2014).
Mulyani (2013) meyakini bila kurangnya perhatian akan mengakibatkan anak sulit dalam
menyerap pelajaran di sekolah. Dimana anak ADHD mengalami kesulitan di lingkungan
sekolah, sering bermasalah dalam kedisiplinan ataupun bidang akademik. Hal tersebut sama
halnya dengan pendapat Santrock (2008), tuntutan akademik dan sosial yang meningkat di
lingkungan sekolah membuat anak ADHD menjadi kesulitan dengan kontrol perilaku,
kedisiplinan dan bermasalah dalam hal pertemanan. Menurut pendapat Murphy, Barkley &
Brush dalam Mulyani (2013), situasi ini dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan bagi
anak dalam melakukan kegiatan sehari - hari dan juga mengganggu kesiapan anak dalam
belajar serta pada akhirnya menimbulkan penurunan kualitas hidup di kemudian hari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ADHD?
2. Apasaja jenis-jenis anak ADHD?
3. Apasaja karakteristik anak ADHD?
4. Apasaja ciri-ciri anak ADHD?
5. Apasaja faktor-faktor yang mempengaruhi anak ADHD?
6. Apasaja faktor tantang ADHD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ADHD
2. Untuk mengetahui jenis-jenis anak ADHD
3. Untuk mengetahui karakteristik anak ADHD
4. Untuk mengetahui ciri-ciri anak ADHD
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi anak ADHD
6. Untuk mengetahui faktor ADHD
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ADHD
3
Berikut contoh bentuk perilakuanak penyandang ADHD di kelas :
4
2. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan)
a. Tidak sabar
b. Kesulitan saat harus menunggu
c. Kesulitan pada saat harus menunda respon
d. Seringkali menyela atau menginterupsi
5
• Menunjukkan bahwa ADD kurang melakukan dengan baik tugas yang diberikan.
12. Memiliki pola pikir yang obsesif. Berdasarkan penelitian diketahui sangat sedikit anak
hyperaktif ber IQ tinggi, penelitian Steward (1972) menyatakan IQ mereka biasanya lebih
rendah IQ performance dibandingkan IQ verbalnya.
6
dapat berkonsentrasi. Mereka menjadi sering mengompol, membuang barang-barang,
atau bahkan memukul karena gagal menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan
rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 3)
Anak-anak prasekolah secara alami memiliki rentang perhatian yang pendek, jadi
dokter mungkin ragu-ragu untuk menyatakan mereka menderita ADHD. Anak-anak
biasanya didiagnosis sekitar usia 6 tahun saat mereka diharapkan sudah bisa duduk tenang
di sekolah, mengikuti petunjuk, dan tidak mengganggu tapi kelainan ini tidak tiba-tiba
langsung muncul. “ADHD adalah kondisi kronis yang bisa dimulai sejak dini,” ujar
penasihat Parents Harold Koplewicz, MD, direktur New York University Child Study
Center di New York. Tanda-tanda yang muncul adalah agresivitas (yang sering membuat
anak dikeluarkan dari tempat penitipan anak atau preschool), bermasalah untuk fokus
pada aktivitas seperti saat dongeng sebelum tidur, dan perilaku yang tidak terkontrol
seperti menghambur ke tempat parkir yang ramai. “Jadi, ketika mereka sudah [terlambat]
didiagnosis ADHD, kebanyakan anak ini telah punya sejarah panjang dalam masalah
perilaku yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri mereka,” kata Dr. Koplewicz.
Faktanya, studi besar yang dilakukan National Institute of Mental Health (NIMH)
menunjukkan bahwa anak-anak berusia 3-5 tahun mengalami kemajuan setelah ditangani.
Para peneliti menemukan bahwa dosis pengobatan yang rendah akan aman dan efektif
7
tapi beberapa anak prasekolah lebih sensitif terhadap efek sampingnya, dibandingkan
pada anak yang lebih besar. Mereka perlu diawasi lebih dekat.
4. Banyak anak yang seharusnya bisa mendapatkan manfaat dengan pengobatan tapi tidak
menjalaninya.
Studi besar NIMH lainya telah membuktikan bahwa pengobatan stimulan adalah
penanganan paling efektif bagi anak usia sekolah dengan ADHD, dan tidaksampai separo
jumlah anak yang didiagnosis menderita ADHD mencoba penanganan ini. Walaupun
tidak masuk akal untuk memberikan stimulan pada anak yang sudah terstimulasi secara
berlebihan, pengobatan ini justru populer karena dapat mengaktifkan neurotransmitter di
dalam otak yang berfungsi mengontrol perhatian dan impulsivitas. Beberapa orang tua
khawatir anak mereka akan terkena efek samping seperti penurunan berat badan, sakit
kepala, mudah marah, atau masalah tidur. Namun dokter biasanya dapat mengurangi hal
tersebutdengan menyesuaikan dosis, menggantinya dengan pengobatan lain (ada lebih
dari 20 jenis berbeda), atau mengubah waktu konsumsinya. Berlawanan dengan laporan
yang Anda mungkin dengar, American Academy of Pediactrics menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara stimulan dengan serangan jantung pada anak dan kebanyakan anak
tidak membutuhkan electrocardiogram (ECG) sebelum memulai pengobatan. Dokter akan
memesan ECG jika memiliki sejarah masalah jantung atau jika sesuatu yang
mengkhawatirkan muncul saat pemeriksaan fisik.
8
5. Namun pengobatan bukanlah satu-satunya jawaban.
Menambahkan strategi perilaku pada terapi obat dapat membantu anak di segala usia.
Orang tua dapat belajar langkah spesifik untuk memuji dan menghargai anak yang
bertingkah laku baik, seperti menyelesaikan tugas atau mengerjakan PR-nya, dan
mencabut hak istimewanya saat dia melompat-lompat di atas perabot rumah tangga atau
tidak mau duduk tenang di bangkunya. “Bahkanjika mereka menjalani pengobatan, anak-
anak dengan ADHD masih membutuhkan bantuan dengan kemampuan dasar, seperti
organisasi dan manajemen waktu,” jelas Ann Abramowitz, PhD, ketua dewan penasihat
profesional yayasan non-profit Children and Adults With Attention Deficit/Hyperactivity
Disorder. Kenyataannya, beberapa anak mengalami kemajuan pesat dengan penanganan
kombinasi, yang membuat mereka juga bisa mengurangi dosis pengobatannya. Banyak
anak dengan ADHD telah mencoba bentuk penanganan alternatif lainnya, seperti vitamin,
perubahan diet, dan biofeedback, tapi belum ada riset yang cukup untuk membuktikan
bahwa hal tersebut punya manfaat. Studi terbaru dalam Journal of the American Medical
Association misalnya, menemukan bahwa tanaman rempah-rempah St. John’stidak lagi
efektif dibandingkan placebo bagi anak dengan ADHD.
Banyak anak dengan diagnosis ADHD juga menderita masalah belajaratau bahasa,
dan lebih dari setengahnya memiliki kelainan kesehatan mental lain yang membuat
pengobatannya menjadi lebih kompleks. Anak dengan ADHD biasanya cenderung
menjadi oppositional defiant disorder. Mereka dapat menjadi sangat memusuhi orang
dewasa dan mengganggu orang lain dengan sengaja. Walaupun anak-anak yang
didiagnosis menderita ADHD dan bipolar disorder meningkat yang punya gejala yang
sama para pakar meyakini bahwa kebanyakan anak hanya memiliki salah satu gejala saja.
Kunci pembedanya: anak yang menderita bipolar disorder biasanya mengalami
penyimpangan tentang realitas. “Anak dengan ADHD mungkin suka berlarian di dalam
rumah dengan kostum Superman, tapi anak yang bipolar mungkin percaya bahwa dirinya
memiliki kekuatan super yang bisa membuatnya terbang,” jelas Dr. Koplewicz.
Bagaimanapun, masih banyak penelitian yang perlu dituntaskan untuk membantudokter
membuat diagnosis yang paling akurat.
9
7. Anak penderita ADHD rentan mengalami celaka.
Mereka mengalami cedera lebih dari anak lainnnya karena mereka tidak berpikir dua
kali sebelum mencoba aksi jagoan seperti akibat dengan papan luncurnya, dan mereka
cenderung berlari menghambur ke jalan raya tanpa mengecek keadaan dulu. Mereka juga
lebih sering masuk rumah sakit karena keracunan. Hasilnya, menurut CDC, biaya medis
untuk anak ADHD dua kali lebih tinggi dibandingkan anak biasa. Jika anak Anda
menderita ADHD, pastikan dia selalu menggunakan helm dan pelindung tubuh saat
sedang bersepeda atau bermain papan luncur, serta jauhkan alat rumah tangga yang
berbahaya dari jangkauan mereka.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ADHD adalah istilah populer, kependekan dari Attention Deficit
Hyperactivity Disorder. Secara terjemahan dapat diartikan bahwa
Attention=perhatian, Deficit=berkurang, Hyperactivity=hiperaktif, Disorder=gangguan.
Dengan demikian, berarti ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah
gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Hyperactivity berasal daridua kata yaitu
hyper dan activity. Hyper berarti banyak, diatas, tinggi. Activityberarti keadaan yang
selalu bergerak, eksplorasi serta respon terhadap rangsangandari luar. Dengan demikian
berdasarkan pengertian tersebut hyperactivity(hiperaktif) adalah gerakan atau aktifitas
yang berlebih.
B. Saran
Sebagai calon orang tua di masa yang akan datang sebaiknya kita harus banyak
mempelajari tentang ilmu parenting sehingga tidak lagi terkejut dalam menangani kasus
seperti ini kedepannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Baihaqi, Mif & Sugiarmin. 2004. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung:
Refika Aditama.
http://www.kesulitanbelajar.org/?p=24
12