Anda di halaman 1dari 13

ANALISI TENTANG KESEHATAN MENTAL

“Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)”


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alamiah Dasar

Dibuat Oleh:
Ilham Saputra_122002010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALIM SANUSI PUI BANDUNG
2024
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan Makala tentang
Analisis Kesehatan Mental

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dede Sustri M.Pd selaku dosen Ilmu
Alamiah Dasar Banyak kendala yang kami hadapi saat menyusun makalah ini, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas dari Ibu Dede Sustri
M.Pd serta mengharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca
khususnya Mahasiswa / i Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Halim Sanusi
PUI Bandung sayaberharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat saya utuhkan agar
kedepannya saya dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.

Bandung, 02 Februari 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................................2
Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

Bagaimana kemampuan anak ADHD dalam pembelanjaan..............................3

Bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan


guru atau sebuah instansi pada anak ADHD......................................................5
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan........................................................................................................9
Daftar Pustaka

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah istilah medis untuk
gangguan mental berupa perilaku impulsif dan hiperaktif. Gejala ADHD membuat
anak-anak kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu.

Meski lebih rentan terjadi pada anak, gejala yang muncul bisa bertahan hingga usia
remaja bahkan dewasa. ADHD terbagi menjadi 3 subtipe, yaitu:

• Dominan hiperaktif-impulsif. Tipe ini biasanya muncul dengan masalah


hiperaktivitas bersamaan dengan perilaku impulsif.
• Dominan inatentif. Tipe ini memiliki ciri sulit untuk menaruh perhatian penuh
pada satu hal dalam satu waktu. Anak-anak dengan kondisi ini cenderung tidak
bisa memperhatikan dengan baik.
• Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif. Jenis ini menunjukkan ciri
hiperaktif, impulsif, dan tidak dapat memperhatikan dengan baik.

Ciri-ciri ADHD sering muncul dan mulai dapat diamati pada anak usia prasekolah
ketika anak mulai belajar mengembangkan organ motorik. Menurut Davidson, dkk
(2006) beberapa bentuk perilaku yang timbul pada anak ADHD adalah berlarian di
dalam kelas saat guru mengajar, tidak dapat duduk di kursi dengan tenang sehingga
kesulitan mengikuti proses belajar, sulit menunggu giliran, bergerak aktif tanpa tujuan
atau banyak melamun sehingga sulit memusatkan perhatian kepada apa yang ia
pelajari. Selain itu, terdapat juga perilaku negatif yang mengundang reaksi dari
lingkungannya, seperti sering mengganggu teman, melempar benda-benda di
sekitarnya, adanya aktivitas berlebihan yang tidak beraturan dan mengacau.

Baihaqi & Sugiarman (2006) menyampaikan bahwa simtom kurang konsentrasi,


hiperaktif, dan impulsif akan menimbulkan ketidakseimbangan sebagian besar
aktivitas hidup anak ADHD. Dalam hal berinteraksi sosial anak ADHD memiliki
beberapa masalah. Anak ADHD memiliki perilaku impulsif, yaitu tindakan yang
memiliki dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali.
Akibatnya anak ADHD cenderung buruk dalam berkomunikasi sehingga sering dijauhi
oleh teman-temannya. Selain itu, sebagian besar masyarakat sering kali melabeli anak
ADHD dengan sebutan anak nakal, si pengganggu, si pembuat onar, atau pemalas. Hal
ini akan menjadi beban psikologi yang berat bagi anak ADHD sehingga dapat
menimbulkan dampak yang buruk terhadap perkembangan kognitif, emosi, dan
penyeseuaian diri anak.

1
Menurut hasil studi dari Journal of Pediatrics (dalam Parenting Indonesia, 2020) jika
olahraga yang dilakukan tepat, olahraga dapat memberikan manfaat terapi bagi anak
dengan ADHD. Pillarella (dalam Parenting Indonesia, 2020) menyampaikan bahwa
jika ingin mencoba olah raga permainan bagi anak ADHD maka lebih disarankan
olahraga individual yang bertempo cepat seperti lari atau renang estafet. Menurut
Muhajir (2004 hlm. 166) renang adalah olahraga yang menyehatkan, sebab hampir
semua otot tubuh bergerak. Karena olah raga renang melibatkan banyak gerakan maka
renang bagus bagi anak ADHD. Hiperaktifitas dan energi lebih yang dimiliki anak
ADHD akan tersalurkan. Selain itu gerakan-gerakan yang dilakukan ketika renang juga
merupakan gerakan koordinasi beberapa anggota tubuh, sehingga sangat baik anak
ADHD untuk melatih kemampuan fokusnya, karena anak ADHD cenderung susah
fokus dan perhatiannya sangat mudah teralihkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang terjadi yaitu
sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan anak ADHD dalam pembelanjaan?


2. Bagaimana sistem pembelajaran yang diterapkan guru atau sebuah instansi
pada anak ADHD?

1.3 Tujuan Masalah


Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dari itu tujuan masalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui kemampuan anak ADHD dalam pembelajaran di lingkungan
sekolahnya
2. Mengetahui sistem pembelajaran yang tepat unutk anak ADHD

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Kemampuan Anak ADHD Dalam Pembelanjaan

Bab ini membahas materi terkait pendidikan anak ADHD. Pendidikan bagi anak
ADHD merupakan hal yang harus diperhatikan bagi orang tua maupun guru anak
ADHD mengingat kondisi anak ADHD yang berbeda dari anak reguler pada umumnya.
Dalam bab ini akan membahas materi terkait sistem sekolah, belajar dan pengajaran,
mengatasi perbedaan belajar dan perilaku di ruang kelas: beberapa pertimbangan
umum, dan manajemen anak ADHD.

Untuk anak-anak dengan ADHD, struktur adalah salah satu kata yang paling
menantang yang akan mereka temui, karena mengganggu rutinitas. Namun,
kebenarannya, sama halnya dengan anak pada umumnya, mereka membutuhkan dan
akan merespons dengan baik, jika sistem yang ada tepat. Struktur hanya dapat dicapai
melalui penerapan sistem yang konsisten. Jadwal pelajaran reguler dan tidak berubah
dari Senin hingga Jumat sangat ideal. Alternatif, seperti jadwal enam hari atau dua
minggu, lebih sulit untuk anak-anak dengan ADHD untuk mengelolanya, meskipun
dapat bekerja selama sistem tidak diubah setelah mereka terbiasa. Skenario terburuk
adalah di mana ada variabel terbanyak; pelajaran yang berbeda pada hari yang berbeda
di ruangan yang berbeda dengan guru yang berbeda. Anak-anak dengan ADHD
mendapat manfaat besar dari keakraban, semakin terstruktur dan jadwal teratur.

2.1.1 Sistem Perilaku


Bersamaan dengan struktur sekolah, sistem perilaku diperlukan, yang mencerminkan
kinerja positif dan negatif. Token, stiker, bagan bintang, dan sertifikat hanyalah
beberapa contohnya. Anak-anak dengan ADHD harus memiliki konsekuensi langsung
terhadap perilaku mereka. Mereka tidak mungkin termotivasi oleh target jangka
panjang yang tersedia untuk semua, seperti mendapatkan laporan akhir jangka panjang
yang bagus. Imbalan langsung, konsisten, dan nyata seperti yang disebutkan di atas
sangat penting agar sistem perilaku bekerja. Tipe anak dengan ADHD merasa sulit
untuk melihat masa depan dan tidak memiliki hubungan nyata dengan masa lalu.
Setelah momen berlalu, itu benar-benar sejarah; hal tersebut merupakan salah satu
alasan mengapa anak-anak dengan ADHD merasa sangat sulit untuk menerima
tanggung jawab atas tindakan mereka. Motivasi diri sulit ditemukan pada beberapa
anak dengan ADHD, namun sebagian besar akan berupaya untuk mencapai sesuatu.
Melibatkan anak ADHD dalam pengambilan keputusan tentang imbalan apa yang ingin
mereka terima adalah salah satu cara untuk memastikan munculnya motivasi dalam diri
mereka.

3
Pemberian hadiah untuk aktivitas tertentu juga akan berbeda berdasarkan usia, mulai
dari waktu bermain untuk anak yang lebih kecil hingga hak istimewa di luar lokasi
untuk anak yang lebih besar. Jika memungkinkan, orang tua harus didorong untuk
mengambil tanggung jawab atas kegiatan imbalan di luar sekolah, karena hal ini tidak
hanya memungkinkan mereka untuk merasa menjadi bagian dari proses, tetapi juga
menciptakan kesempatan untuk berbagi pengalaman positif dengan anak mereka.

Penguatan negatif seharusnya hanya digunakan sebagai bagian dari proses yang jelas,
bertahap, atau tahap intervensi, mengikuti taktik, pengabaian terencana. Tahap pertama
yang memungkinkan untuk dapat dilakukan adalah respons non- verbal yang
sederhana, seperti tatapan, dengan memindahkan anak menjauh dari kelompok atau
'time out', sebaiknya pemberian penguatan negatif hanya dilaksanakan setelah tahap
sebelumnya gagal.

Aturan juga merupakan komponen penting dari sistem perilaku apa pun. Sekali lagi
aturan berfungsi untuk menyediakan struktur dan prediktabilitas yang dibutuhkan
seorang anak dengan ADHD. Aturan sekolah harus sederhana dan totalnya tidak lebih
dari lima, dibedakan menjadi tidak lebih dari tiga aturan individu untuk anak dengan
ADHD, yang dapat dilaminasi pada kartu dan dibuat mudah dibawa, sehingga
berfungsi sebagai pengingat visual yang nyata.

ADHD memiliki suatu pola yang menetap dari kurangnya perhatian dan atau
hiperaktivitas, yang lebih sering dan lebih berat bila dibandingkan dengan anak lain
pada taraf perkembangan yang sama. Biasanya kondisi ini menetap selama masa
bersekolah dan bahkan sampai usia dewasa, walaupun sekitar 30-40% dari kelainan ini
lambat laun menunjukkan perbaikan dalam perhatian dan kegiatannnya. Biasanya
didapatkan ciri-ciri ADHD ini pada dua atau lebih situasi yang berbeda seperti di
rumah, di sekolah, dan di tempat kerja. Kondisi ini bila dibiarkan akan berdampak pada
prestasinya di sekolah. Anak tidak dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan
kemampuannya, ataupun mengalami kesulitan belajar. Akibat lain anak dapat tidak
naik kelas dan cukup besar kemungkinan untuk drop out dari sekolah dengan segala
permasalahan yang akan timbul.

Diperkirakan sekitar 2-20% anak usia sekolah di Amerika Serikat mengalami ADHD
dan rasio anak laki-laki: perempuan berkisar antara 3-5:1. Sedangkan menurut
penelitian Breton tahun 1999, (dalam MIF Baihaqi & M. Sugiarmin) ADHD lebih
banyak dialami oleh anak laki-laki daripada anak perempuan dengan estimasi 2-4 %
untuk anak perempuan dan 6-9 % untuk anak laki-laki. Di kalangan usia remaja, angka
kejadian ADHD menjadi menurun, baik pada perempuan maupun laki-laki, tetapi
jumlah anak laki-laki tetap lebih banyak daripada perempuan dengan rasio
perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan lebih tinggi lagi dalam sampel klinis dimana
perbandingannya mencapai 6:1 atau bahkan lebih. Kebanyakan dari mereka yang

4
mengalami gangguan ini mulai membutuhkan bantuan pada usia 6-9 tahun, walaupun
banyak orangtua yang mengatakan bahwa masalah pada anaknya sebenarnya telah
muncul sejak masa anak-anak ini duduk di
Taman Kanak-kanak. Namun demikian anak ADHD selalu memiliki tiga komponen
ciri utama yang sama yaitu inattention, impulsivitas, dan hyperaktif.

2.2 Bagaimana Metode Pembelajaran yang diterapkan guru atau sebuah instansi
pada anak ADHD

Karakteristik Anak ADHD


American Psychiatric Association. (2004). DSM IV T-R, terdapat 3 karakteristik utama
gangguan ADHD, yakni:
a. Inatensi (kesulitan memusatkan perhatian
b. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan)
c. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan gerakan)

Untuk lebih jelasnya berikut diuraikan perilaku-perilaku yang mencerminkan ketiga


karakteristik utama dari anak ADHD.
a. Inatensi
1. Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail
atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaaan sekolah dan
kegiatan-kegiatan lainnya.
2. Seringkali mengalami kesulitan memusatkan perhatian terhadap tugas-
tugas atau kegiatan bermain.
3. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
4. Seringkali tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam menyelesaikan
pekerjaan sekolah (bukan disebabkan karena perilaku melawan atau
kegagalan untuk mengerti instruksi).
5. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
6. Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas dan
kegiatan, misalnya kehilangan pertemanan, kehilangan tugas sekolah,
kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lainnya.
b. Hiperaktif
1. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat
di kursi,
2. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi
lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk,
3. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi dimana hal
ini tidak tepat.
4. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang,
5. Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah dikendalikanoleh motor, dan
6. Sering berbisara berlebihan.

5
c. Impilsivitas
1. Mereka sering memberikan jawaban sebelum pertanyyan selesai
2. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran
3. Mereka sering menginterupsi atau menganggu orang lain.

2.2.1 Media Pembelajaran Yang Digunakan


1. Multimedia
Menurut Rahman (2016, p185), Multimedia merupakan kombinasi teks,
seni, suara, gambar, animasi, video, yang disampaikan melalui komputer
atau dimanipulasi secara digital dan dapat disampaikan atau dikontrol
secara intraktif.
2. Game
Menurut Rahman (2016, p185), Game adalah permainan yang dapat
dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada menang dan kalah, biasanya
dalam konteks dan tidak serius dan dengan tujuan refresing. Menurut
Pratama (2014, p17), Dalam Bahasa Indonesia game diartikan sebagai
permainan. Permainan adalah kegiatan kompleks yang didalamnya terdapat
peraturan, play dan budaya. Sebuah permainan adalah sistem dimana
pemain terlibat konflik buatan, disini pemain berinteraksi dengan sistem
dan konflik dalam permainan merupakan rekayasa atau buatan.
3. Game Edukasi
Menurut Putra (2016, p47), Game sering kali dituduh memberikan
pengaruh negatif terhadap anak. Faktanya, Game mempunyai fungsi dan
manfaat positif bagi anak, di antaranya, anak mengenal teknologi komputer,
pelajaran untuk mengikuti pengarahan dan aturan, Latihan memecahkan
masalah dan logika, melatih saraf motorik dan keterampilan spasial,
menjalin komunikasi anak-orang tua saat bermain bersama, serta
memberikan hiburan. Bahkan, bagi pasien tertentu, permainan game dapat
digunakan sebagai terapi penyembuhan. Edukasi adalah proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk menemukan jati dirinya, yang dilakukan
dengan mengamati dan belajar yang kemudian melahirkan tindakan dan
perilaku. Edukasi sebenarnya tidak jauh berbeda dari belajar yang
dikembangkan oleh aliran behaviorisme dalam psikologi. Hanya istilah ini
sering dimaknai dan diinterpretasikan berbeda dari learning yang bermakna
belajar. Dan istilah ini seringkali digunakan dalam pendekatan pendidikan
yang tentu maknanya lebih dari sekedar belajar. Kerangka Pikir ADHD
dengan Puzzle Game, Menurut Astuti (2016, p32), diketahui anak autis
memiliki gangguan perilaku dan gangguan dalam memusatkan perhatian
(konsentrasi). Misal saat ada di dalam kelas, anak autis seringkali
memperlihatkan perilaku yang berlebihan (hiperaktif), seperti menggerak-
gerakkan kaki, berlari-lari serta melakukan gerakan tertentu secara

6
berulang-ulang. Dalam hal memusatkan konsentrasi, anak autis seringkali
mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian dalam rentang yang
lama, sehinggga akan sukar dalam menyimpan informasi yang disampaikan
oleh guru. Seperti yang diungkapkan Komala Sari (2014, p276), “Gangguan
yang sering dialami oleh anak autis adalah gangguan pada pemusatan.

2.2.2 Guru yang Ideal untuk Anak ADHD


Anak ADHD merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang terbilang
unik, ADHD kesulitan dalam mengontrol energi berlebihan sehingga tidak
jarang sering mengganggu aktivitas kelas, anak ADHD juga mengalami
masalah dalam berkonsentrasi sehingga
kesulitan dalam menerima dan memahami materi yang disampikan oleh
guru dalam kegiatan pembelajaran. Adapun kriteria guru yang ideal untuk
anak ADHD adalah sebagai berikut:
1. memiliki pengetahuan tentang ADHD dan menerima keberadaan
anak dengan ADHD
2. memberlakukan aturan, secara fleksibel, sambil tetap tenang dan
positif
3. memodifikasi gaya dan sumber daya pengajaran agar sesuai dengan
gaya belajar anak membangun aktivitas sebanyak mungkin pada
hari sekolah
4. pragmatis tentang penyelesaian pekerjaan rumah
5. memberikan kesempatan bagi anak untuk mencapai keberhasilan
dalam bidang kemampuannya menggabungkan tugas-tugas dengan
minat tinggi dan rendah sesuai dengan gaya belajar anak
6. tahu kapan harus tenang ketika tingkat frustrasi anak mulai
memuncak
7. berbicara dengan jelas dan singkat, penggunaan bahasa dapat
dimengerti
8. memiliki kontrol dari kelas tanpa mengendalikan
9. menyediakan umpan balik yang terus-menerus konsisten terkait
dengan perilaku anak
10. mengembangkan kedekatan individual pada anak untuk memberi
tahu adanya tugas yang tidak pantas / perilaku yang tidak pantas
menjaga jarak yang cukup dekat dengan anak tanpa mengganggu
11. mengabaikan gangguan kecil, mengetahui kapan tidak melakukan
intervensi untuk menghindari eskalasi perilaku
2.2.3 Akomodasi Kelas untuk Siswa ADHD
Hal yang dapat dilakukan oleh guru untuk membantu meminimalkan
gangguan anak ADHD di kelas yaitu dengan membuat beberapa perubahan
di dalam kelas, seperti uraian dibawah ini:

7
a. Tempat duduk
▪ Tempatkan siswa dengan ADHD jauh dari jendela dan jauh dari pintu.
▪ Tempatkan siswa dengan ADHD tepat di depan meja guru kecuali jika
itu justru menjadi gangguan bagi siswa.
▪ Kursi di baris, dengan fokus pada guru, biasanya lebih baik daripada
siswa duduk di bagian tengah atau saling berhadapan.
▪ Kondisikan lingkungan kelas yang tenang tanpa gangguan saat ujian
dan saat belajar.
b. Penyampaian materi pembelajaran/ informasi
▪ Berikan instruksi satu per satu dan ulangi seperlunya.
▪ Jika memungkinkan, sebaiknya mata pelajaran yang sulit dan berat
dijadwalkan pada pagi hari.
▪ Gunakan visual seperti grafik, gambar, kode warna.
▪ Guru membuat garis besar atau inti dari materi yang disampaikan
saat pembelajaran sebagai bahan catatan bagi anak.
c. Pekerjaan siswa
▪ Buat lembar kerja dan tes dengan item yang lebih sedikit, berikan
kuis singkat yang sering daripada tes panjang, dan kurangi waktu
pelaksanaan tes.
▪ Tes siswa dengan ADHD dengan cara yang sesuai dengan gaya
belajar mereka, sehingga mereka dapat mengerjakan tes dengan
baik, seperti secara lisan atau mengisi bagian yang kosong.
▪ Membagi proyek/ tugas jangka panjang menjadi beberapa
segmen dan tentukan tujuan penyelesaian untuk masing- masing
segmen.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di Tarik berdasarkan hasil analisis sampai pengujian
aplikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Permainan edukasi untuk pengenalan huruf dan angka bagi anak kebutuhan ADHD
tingkat TK meningkatkan pemahaman terhadap angka dan huruf
2. Aplikasi permainan edukasi untuk anak ADHD kelas TK memberikan minat
belajar yang lebih besar dalam mengenal angka dan huruf karena pembelajaran
lebih menarik

9
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa/article/download/1546/1096/
http://repository.upi.edu/48906/2/S_PAUD_1500559_Chapter1.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/ADHD.pdf
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2144/MENGENALI%20AD
HD%20(ATTENTION%20DEFICIT%20HYPERACTIVITY%20DISORDER)%20
DAN%20PENANGANNYA%20PADA%20ANAK%20SEJAK%20DINI.pdf?seque
nce=1&isAllowed=y
https://core.ac.uk/download/pdf/18605480.pdf
Buku Pendidikan Anak ADHD Mirnawati M.Pd, Dr. H. Amka, M.Si
Buku Strategi Penanganan Anak ADHD Dr.Marlina S.Pd., M.Si. Grahita Kusumastuti
M.Pd
Buku Memahami dan Membantu Anak ADHD Drs. MIF. Baihaqi, M.Si dan Drs. M.
Sugiarmin, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai