Dibuat Oleh:
Ilham Saputra_122002010
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dede Sustri M.Pd selaku dosen Ilmu
Alamiah Dasar Banyak kendala yang kami hadapi saat menyusun makalah ini, namun
berkat dukungan dari berbagai pihak saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas dari Ibu Dede Sustri
M.Pd serta mengharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca
khususnya Mahasiswa / i Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Halim Sanusi
PUI Bandung sayaberharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat saya utuhkan agar
kedepannya saya dapat membuat makalah dengan lebih baik lagi.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang...................................................................................................1
Rumusan Masalah..............................................................................................2
Tujuan Masalah..................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD adalah istilah medis untuk
gangguan mental berupa perilaku impulsif dan hiperaktif. Gejala ADHD membuat
anak-anak kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu hal dalam satu waktu.
Meski lebih rentan terjadi pada anak, gejala yang muncul bisa bertahan hingga usia
remaja bahkan dewasa. ADHD terbagi menjadi 3 subtipe, yaitu:
Ciri-ciri ADHD sering muncul dan mulai dapat diamati pada anak usia prasekolah
ketika anak mulai belajar mengembangkan organ motorik. Menurut Davidson, dkk
(2006) beberapa bentuk perilaku yang timbul pada anak ADHD adalah berlarian di
dalam kelas saat guru mengajar, tidak dapat duduk di kursi dengan tenang sehingga
kesulitan mengikuti proses belajar, sulit menunggu giliran, bergerak aktif tanpa tujuan
atau banyak melamun sehingga sulit memusatkan perhatian kepada apa yang ia
pelajari. Selain itu, terdapat juga perilaku negatif yang mengundang reaksi dari
lingkungannya, seperti sering mengganggu teman, melempar benda-benda di
sekitarnya, adanya aktivitas berlebihan yang tidak beraturan dan mengacau.
1
Menurut hasil studi dari Journal of Pediatrics (dalam Parenting Indonesia, 2020) jika
olahraga yang dilakukan tepat, olahraga dapat memberikan manfaat terapi bagi anak
dengan ADHD. Pillarella (dalam Parenting Indonesia, 2020) menyampaikan bahwa
jika ingin mencoba olah raga permainan bagi anak ADHD maka lebih disarankan
olahraga individual yang bertempo cepat seperti lari atau renang estafet. Menurut
Muhajir (2004 hlm. 166) renang adalah olahraga yang menyehatkan, sebab hampir
semua otot tubuh bergerak. Karena olah raga renang melibatkan banyak gerakan maka
renang bagus bagi anak ADHD. Hiperaktifitas dan energi lebih yang dimiliki anak
ADHD akan tersalurkan. Selain itu gerakan-gerakan yang dilakukan ketika renang juga
merupakan gerakan koordinasi beberapa anggota tubuh, sehingga sangat baik anak
ADHD untuk melatih kemampuan fokusnya, karena anak ADHD cenderung susah
fokus dan perhatiannya sangat mudah teralihkan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Bab ini membahas materi terkait pendidikan anak ADHD. Pendidikan bagi anak
ADHD merupakan hal yang harus diperhatikan bagi orang tua maupun guru anak
ADHD mengingat kondisi anak ADHD yang berbeda dari anak reguler pada umumnya.
Dalam bab ini akan membahas materi terkait sistem sekolah, belajar dan pengajaran,
mengatasi perbedaan belajar dan perilaku di ruang kelas: beberapa pertimbangan
umum, dan manajemen anak ADHD.
Untuk anak-anak dengan ADHD, struktur adalah salah satu kata yang paling
menantang yang akan mereka temui, karena mengganggu rutinitas. Namun,
kebenarannya, sama halnya dengan anak pada umumnya, mereka membutuhkan dan
akan merespons dengan baik, jika sistem yang ada tepat. Struktur hanya dapat dicapai
melalui penerapan sistem yang konsisten. Jadwal pelajaran reguler dan tidak berubah
dari Senin hingga Jumat sangat ideal. Alternatif, seperti jadwal enam hari atau dua
minggu, lebih sulit untuk anak-anak dengan ADHD untuk mengelolanya, meskipun
dapat bekerja selama sistem tidak diubah setelah mereka terbiasa. Skenario terburuk
adalah di mana ada variabel terbanyak; pelajaran yang berbeda pada hari yang berbeda
di ruangan yang berbeda dengan guru yang berbeda. Anak-anak dengan ADHD
mendapat manfaat besar dari keakraban, semakin terstruktur dan jadwal teratur.
3
Pemberian hadiah untuk aktivitas tertentu juga akan berbeda berdasarkan usia, mulai
dari waktu bermain untuk anak yang lebih kecil hingga hak istimewa di luar lokasi
untuk anak yang lebih besar. Jika memungkinkan, orang tua harus didorong untuk
mengambil tanggung jawab atas kegiatan imbalan di luar sekolah, karena hal ini tidak
hanya memungkinkan mereka untuk merasa menjadi bagian dari proses, tetapi juga
menciptakan kesempatan untuk berbagi pengalaman positif dengan anak mereka.
Penguatan negatif seharusnya hanya digunakan sebagai bagian dari proses yang jelas,
bertahap, atau tahap intervensi, mengikuti taktik, pengabaian terencana. Tahap pertama
yang memungkinkan untuk dapat dilakukan adalah respons non- verbal yang
sederhana, seperti tatapan, dengan memindahkan anak menjauh dari kelompok atau
'time out', sebaiknya pemberian penguatan negatif hanya dilaksanakan setelah tahap
sebelumnya gagal.
Aturan juga merupakan komponen penting dari sistem perilaku apa pun. Sekali lagi
aturan berfungsi untuk menyediakan struktur dan prediktabilitas yang dibutuhkan
seorang anak dengan ADHD. Aturan sekolah harus sederhana dan totalnya tidak lebih
dari lima, dibedakan menjadi tidak lebih dari tiga aturan individu untuk anak dengan
ADHD, yang dapat dilaminasi pada kartu dan dibuat mudah dibawa, sehingga
berfungsi sebagai pengingat visual yang nyata.
ADHD memiliki suatu pola yang menetap dari kurangnya perhatian dan atau
hiperaktivitas, yang lebih sering dan lebih berat bila dibandingkan dengan anak lain
pada taraf perkembangan yang sama. Biasanya kondisi ini menetap selama masa
bersekolah dan bahkan sampai usia dewasa, walaupun sekitar 30-40% dari kelainan ini
lambat laun menunjukkan perbaikan dalam perhatian dan kegiatannnya. Biasanya
didapatkan ciri-ciri ADHD ini pada dua atau lebih situasi yang berbeda seperti di
rumah, di sekolah, dan di tempat kerja. Kondisi ini bila dibiarkan akan berdampak pada
prestasinya di sekolah. Anak tidak dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan
kemampuannya, ataupun mengalami kesulitan belajar. Akibat lain anak dapat tidak
naik kelas dan cukup besar kemungkinan untuk drop out dari sekolah dengan segala
permasalahan yang akan timbul.
Diperkirakan sekitar 2-20% anak usia sekolah di Amerika Serikat mengalami ADHD
dan rasio anak laki-laki: perempuan berkisar antara 3-5:1. Sedangkan menurut
penelitian Breton tahun 1999, (dalam MIF Baihaqi & M. Sugiarmin) ADHD lebih
banyak dialami oleh anak laki-laki daripada anak perempuan dengan estimasi 2-4 %
untuk anak perempuan dan 6-9 % untuk anak laki-laki. Di kalangan usia remaja, angka
kejadian ADHD menjadi menurun, baik pada perempuan maupun laki-laki, tetapi
jumlah anak laki-laki tetap lebih banyak daripada perempuan dengan rasio
perbandingan 3:1. Rasio ini bahkan lebih tinggi lagi dalam sampel klinis dimana
perbandingannya mencapai 6:1 atau bahkan lebih. Kebanyakan dari mereka yang
4
mengalami gangguan ini mulai membutuhkan bantuan pada usia 6-9 tahun, walaupun
banyak orangtua yang mengatakan bahwa masalah pada anaknya sebenarnya telah
muncul sejak masa anak-anak ini duduk di
Taman Kanak-kanak. Namun demikian anak ADHD selalu memiliki tiga komponen
ciri utama yang sama yaitu inattention, impulsivitas, dan hyperaktif.
2.2 Bagaimana Metode Pembelajaran yang diterapkan guru atau sebuah instansi
pada anak ADHD
5
c. Impilsivitas
1. Mereka sering memberikan jawaban sebelum pertanyyan selesai
2. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran
3. Mereka sering menginterupsi atau menganggu orang lain.
6
berulang-ulang. Dalam hal memusatkan konsentrasi, anak autis seringkali
mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian dalam rentang yang
lama, sehinggga akan sukar dalam menyimpan informasi yang disampaikan
oleh guru. Seperti yang diungkapkan Komala Sari (2014, p276), “Gangguan
yang sering dialami oleh anak autis adalah gangguan pada pemusatan.
7
a. Tempat duduk
▪ Tempatkan siswa dengan ADHD jauh dari jendela dan jauh dari pintu.
▪ Tempatkan siswa dengan ADHD tepat di depan meja guru kecuali jika
itu justru menjadi gangguan bagi siswa.
▪ Kursi di baris, dengan fokus pada guru, biasanya lebih baik daripada
siswa duduk di bagian tengah atau saling berhadapan.
▪ Kondisikan lingkungan kelas yang tenang tanpa gangguan saat ujian
dan saat belajar.
b. Penyampaian materi pembelajaran/ informasi
▪ Berikan instruksi satu per satu dan ulangi seperlunya.
▪ Jika memungkinkan, sebaiknya mata pelajaran yang sulit dan berat
dijadwalkan pada pagi hari.
▪ Gunakan visual seperti grafik, gambar, kode warna.
▪ Guru membuat garis besar atau inti dari materi yang disampaikan
saat pembelajaran sebagai bahan catatan bagi anak.
c. Pekerjaan siswa
▪ Buat lembar kerja dan tes dengan item yang lebih sedikit, berikan
kuis singkat yang sering daripada tes panjang, dan kurangi waktu
pelaksanaan tes.
▪ Tes siswa dengan ADHD dengan cara yang sesuai dengan gaya
belajar mereka, sehingga mereka dapat mengerjakan tes dengan
baik, seperti secara lisan atau mengisi bagian yang kosong.
▪ Membagi proyek/ tugas jangka panjang menjadi beberapa
segmen dan tentukan tujuan penyelesaian untuk masing- masing
segmen.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di Tarik berdasarkan hasil analisis sampai pengujian
aplikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Permainan edukasi untuk pengenalan huruf dan angka bagi anak kebutuhan ADHD
tingkat TK meningkatkan pemahaman terhadap angka dan huruf
2. Aplikasi permainan edukasi untuk anak ADHD kelas TK memberikan minat
belajar yang lebih besar dalam mengenal angka dan huruf karena pembelajaran
lebih menarik
9
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa/article/download/1546/1096/
http://repository.upi.edu/48906/2/S_PAUD_1500559_Chapter1.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/ADHD.pdf
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/2144/MENGENALI%20AD
HD%20(ATTENTION%20DEFICIT%20HYPERACTIVITY%20DISORDER)%20
DAN%20PENANGANNYA%20PADA%20ANAK%20SEJAK%20DINI.pdf?seque
nce=1&isAllowed=y
https://core.ac.uk/download/pdf/18605480.pdf
Buku Pendidikan Anak ADHD Mirnawati M.Pd, Dr. H. Amka, M.Si
Buku Strategi Penanganan Anak ADHD Dr.Marlina S.Pd., M.Si. Grahita Kusumastuti
M.Pd
Buku Memahami dan Membantu Anak ADHD Drs. MIF. Baihaqi, M.Si dan Drs. M.
Sugiarmin, M.Pd