Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Tugas ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa yang diampu oleh :
Riza Alshanty Latifah, M.Kep., Ners

Disusun oleh:
Dwi Rahmawati : 160711055
Fitria Indah Lestari : 160711019
Khuznul Abdillah : 1607110
Liya Laeliyah : 160711020
Lucia : 1607110
Suharyani : 160711005
Tika wulandari : 160711012
Ucup Supriadi : 171711023

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN 2019

1
VISI MISI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON

VISI
“Menjadi fakultas ilmu kesehatan unggulan dalam menyiapkan sarjana
dibidang kesehatan yang islami, profesional, dan mandiri di bidang
kesehatan komunitas”.

MISI
1. Melaksanakan Catur-Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah dalam
bentuk pendidikan dan pengajaran berbasis nilai keislaman.
2. Melaksanakan berbagai kegiatan ilmiah bertema kesehatan dan ilmu
keperawatan komunitas.
3. Menjalin kerjasama tingkat nasional maupun internasional yang bertujuan
meningkatkan kompetensi lulusan.

2
VISI MISI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DAN
PROGRAM PROFESI NERS

VISI
“Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang islami,
profesional dan mandiri di bidang keperawatan komunitas tingkat nasional
pada tahun 2022”.

MISI
1. Menyelenggarakan pendididkan sarjana dan profesi keperawatan yang
islami sesuai catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan
kompetensi keperawatan.

3
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, Tuhan Semesta alam yang


Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur
atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
KEBUTUHAN KHUSUS (ABK)
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah hasil ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dari
penulisan makalah hasil ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat
memperbaiki makalah ini.

Cirebon, 21 November 2019

Penulis

4
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................................
Visi dan Misi Fakultas ................................................................................................ ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 6
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................
A. Definisi ADHD ......................................................................................................... 8
B. Karakteristik ADHD ................................................................................................. 9
C. Penyebab ADHD .................................................................................................... 11
D. Tipe ADHD............................................................................................................ 13
E. Pendampingan Anak ADHD .................................................................................. 14
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................... 16 - 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 18

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan anugrah dari Tuhan yang sangat dinantikan
kehadirannya, namun tidak semua anak beruntung dengan mendapatkan
kesempurnaan. Terdapat beberapa anak yang istimewa, berbedadari yang
lain yang harus mendapatkan perhatian khusus. Anak berkebutuhan khusus
adalah mereka yang memerlukan penanganan khusus yang berkaitan dengan
kekhususanya.(Fadhli, 2010).Sama halnya dengan anak yang normal, anak
yang berkebutuhan khusus juga harus di perhatikan, pertumbuhan dan
perkembangan anak sangat penting bagi anak karena menentukan masa
depannya.
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan
secara simpel sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-
anak pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari
kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan Handicap.
Gangguan hiperaktivitas atau Attention Deficit Hiperactive
Disorder sebenarnya sudah dikenal lama oleh masyarakat, tetapidengan
istilah yang berbeda. Sejarah gangguan ADHD telah mendapatkan
berbagai label, mencerminkan berbagai pandangan tentang penyebabnya
(Sarwono, 2010).
Khusus untuk anak yang mengalami gangguan kognitif seperti ADHD
membutuhkan perhatian yang lebih terutama dari orang-orang sekitar,
sehingga perawat perlu melibatkan lingkungan untuk memberikan asuhan
keperawatan pada anak. Untuk itu akan dibahas bagaimana asuhan
keperawatan pada anak yang berkebutuhan khusus.

6
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang didapat diambil
adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ADHD ?
2. Apa Karakteristik dari ADHD?

7
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi ADHD
ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity
Disorder atau yang dalam bahasa Indonesia ADHD berarti gangguan
pemusatan pehatian disertai hiperaktif. Sebelumnya ada istilah lain yaitu
ADD (Attention Deficit Disorder) atau ada yang menulis dengan ADD/H.
Maksud dari setiap penulisan istilah tersebut sebenarnya sama. Dalam
bahasa Indonesia ditulis menjadi GPP/H (Gangguan Pemusatan Perhatian
dengan/tanpa Hiperaktif). Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu
kondisi medis yang disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak,
di mana individu mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls,
menghambat perilaku, dan tidak medukung rentang perhatian mereka.
Secara umum ADHD menjelaskan kondisi yang memperlihatkan ciri kurang
konsentrasi, hiperaktif, dan implusif yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas mereka. ADHD merupakan
suatu gangguan kronis (menahun) yang dapat dimulai pada masa bayi dan
dapat berlanjut sampai dengan dewasa. Ciri-ciri utama:
1. Rentang perhatian yang kurang
2. Impulsivitas yang berlebihan, dan
3. Adanya hiperaktivitas
Gejala-gejala ‘rentang perhatian yang kurang’ meliputi:
1. Gerakan yang kacau
2. Cepat lupa
3. Mudah bingung
4. Kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau
kegiatan bermain

8
B. Karakteristik ADHD
Kriteria ADHD dari DSM IV (1994) Berikut ini kriteria ADHD berdasar
Diagnostic Statistical Manual.
1. KURANG PERHATIAN
Pada kriteria ini penderita ADHD paling sedikit mengalami 6
atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung paling
sedikit 6 bulan,
1) Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang
detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan
sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2) Seringkali mengalami kesulitan memusatkan perhatian terhadap
tugas-tugas atau kegiatan bermain
3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung
4) Seringkali tidak mengikuti instruksi dan gagal dalam
menyelesaikan pekerjaan sekolah (bukan disebbkan karena
perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi)
5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan
kegiatan
6) Seringkali kehilangan barang/benda penting untuk tugas-tugas
dan kegiatan, misalnya kehilangan permanan;kehilangan tugas
sekolah;kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain.
7) Sering menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk
melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental ang
ddukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau
pekerjaan rumah
8) Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar
9) Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari

2. HIPERKAKTIFITAS IMPULSIFITAS
Paling sedikit 6 atau lebih gejala-gejala hiperaktivitas
impulsifitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan

9
sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan dengan tingkat
perkembangan.
Hiperaktivitas
1) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan
sering menggeliat di kursi,
2) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau
dalam situasi lainnya di mana diharapkan agar anak tetap
duduk,
3) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam
situasi dimana hal ini tidak tepat.
4) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat
dalam kegiatan senggang secara tenang,
5) Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah dikendalikan
oleh motor, dan
6) Sering berbicara berlebihan.
Implusifitas
1) Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan
selesai.
2) Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.
3) Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain,
misalnya memotong pembicaraan atau permainan.

3. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian


yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7
tahun.
4. Ada suatu gangguan di satu atau lebih situasi.
5. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan dalam fungsi
sosial, akademik, atau pekerjaan.
6. Gejala terjadi karena bukan gangguan zkizofrenia, psikotik atau
gangguan mental

10
C. Penyebab ADHD
ADHD tidak dapat diidentifikasi secara fisik dengan X-ray atau
laboratorium.ADHD hanya dapat dilihat dari perilaku yang sangat kentara
pada diri anak ADHD. Mengapa demikian? Karena ADHD adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit
dibedakan di antara anak-anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan
beserta penyebabya.
Sebuah laporan yang ditulis pada 1987 daam kongres Amerika Serikat
yang disebabkan oleh Inter-Agency of Learning Disabilities menerangkan,
bahwa sebab-sebab ADHD ada kaitannya dengan gangguan fungsi
neurologis khususnya gangguan di dalam otak yang mencakup aspek
neurologis dari nerotransnitter. Sayangnya, para peneliti kurang mengerti
dengan jelas mekanisme khusus mengenai bahan kimia neurotransmitter ini.
Ternyata neurotransmitter dapat mempengaruhi perhatian, pengendalian
impuls, dan tingkat aktivitas anak.
Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di
lingkungan sekitar, maupun di luar rumah dalam bentuk limbah pabrik,
faktor genetika dari salah satu orang tua atau genetika kedua orang tua,
masalah selama kehamilan ibu pada saat kelahiran, atau apa saja yang dapat
menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan penting sebagai
faktor penyebab ADHD.
Seperti ibu-ibu merokok, minum-minuman beralkohol, atau
mengonsumsi obat-obatan yang tidak tepat selama kehamilan dapat
menimbulkan dampak negatif pada bayi yang sedang dikandungnya. Hal ini
didukung oleh penemuan yang menyatakan, bahwa ada keterkaitan antara
merokok selama kehamilan dan ADHD
(Kotimaa,dkk.,2003;Linnet,dkk.,2003).
Pemakaian yang berlebihan terhadap alkohol sebelum melahirkan dapat
juga berdampak pada inatensi, hiperaktif, impulsivitas, serta keterhambatan
dalam pembelajaran dan perilaku (Mick, Biderman, Faraone, Sayer, dan
Kleinman,2002).

11
ADHD disebabkan oleh berbagai macam faktor. Faktor yang
berpengaruh teradap ADHD, yaitu faktor genetika, neurobiologis, diet,
alergi, dan zat timah.
1. Faktor genetic
Beberapa bukti penelitian menyatakan, bahwa faktor genetika
adalah faktor penting dalam memunculkan perilaku ADHD (Kuntsi
dan Stevenson,2000;Tannock,1998).
a. ADHD terjadi dalam keluarga
Satu Pertiga dari anggota keluarga anak ADHD memiliki
gangguan (Farone,dkk.,2000;Smalley,dkk.,2000). Jadi, jika
orang tua mengidap ADHD, anak-anaknya memiliki resiko
ADHD sebesar 60% (Biederman,dkk.,1995).
b. Studi pada anak adopsi
Angka ADHD mendekati tiga kali lebih banyak terjadi pada
keturunan langsung daripada adopsi (Sprich, Biederman,
Crawford, Mundy, dan France, 2000).
c. Studi pada anak kembar
Pada anak kembar, jika salah satu anak, yaitu sekitar 70-80%
mengidap ADHD (Levy dan Hay,2001;Thapar,2003).
d. Studi gen khusus
Analisis molekul genetika menyatakan, bahwa gen-gen
tertentu dapat menyebabkan ADHD pada anak
(Faraone,dkk.,1992).
2. Faktor neurobiologis
Dalam beberapa penemuan tentang neurobiologis, terdapat
kesamaan ciri dengan anak yang mengalami ADHD dengan
kerusakan fungsi lobus prefrontl. Melalui MRI (pemeriksaan otak
dengan teknologi tinggi) menunjukan ada ketidaknormalan pada
bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang
saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebal
secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini

12
berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respon,
dan organisai respon. Kerusakan-kerusakan daerah ini
memunculkan ciri-ciri serupa dengan ciri-ciri pada ADHD.
Informasi lain bahwa anak ADHD mempunyai korteks prefrontal
lebih baik dibanding anak tidak ADHD.

D. Tipe ADHD
Sekarang ini anak ADHD dibedakan ke dalam tiga tipe. Pertama, Tipe
ADHD gabungan,. Kedua tipe ADHD kurang memperhatikan dan hiperaktif
implusif. Ketiga, tipe ADHD hiperaktif implusif.
1. Tipe ADHD gabungan
Untuk megetahui ADHD tipe ini, dapat dideteksi oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah paling sedikit 6
di antara 9 kriteria untuk hiperaktivitas implusifitas. Munculnya enam
gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang signifikan
disertai adanya beberapa bukti, antara lan sebagai berikut.
 Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
 Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua setting yang
berbeda.
 Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam
kemampuan akademik.
 Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi
psikologi atau psikiatri lainnya.
2. Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif implusif
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling
sedikit 6 di antara 9 gejala untuk 'perhatian' dan mengakui bahwa
individu-individu tertentu mengalami sikap kurang memerhatikan yang
mendalam tanpa hiperaktivitas / implusifitas. Hal ini merupakan salah
satu alasan mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan
ADHD ditulis dengan garis -AD/HD. Hal ini membedakan bahwa

13
'ADHD kurang memerhatikan dari jenis ketiga yang dikenal dengan
tipe hiperaktif implusif.
3. Tipe ADHD hiperaktif implusif
Tipe ketiga ini menuntut sedikit 6 di antara 9 gejala yang terdaftar pada
bagian hiperaktif implufisitas. Tipe 'ADHD kurang memperhatikan' ini
mengacu pada anak-anak yang mengalami kesulitan lebih besar dengan
memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor perseptual(persepsi
gerak), cenerung untuk melamun, dan kerap kali menyendiri secara
sosial.

E. Pendampingan Anak ADHD


Karena anak ADHD ini merupakan anak yang berbeda dari yang lain,
dengan ini dibutuhkan sebuah pendampingan dan ketangguhan orang tua
dan guru di sekolah untuk memahami, membaca, dan terus mempelajari
perkembangan anak, serta selanjutnya menyikapi dan mengembangkan
aspek-aspek kelebihan anak. Sebagai orang tua yang setiap harinya pasti
akan selalu bertemu dan bersama anaknya, hal yang harus dilakukan untuk
mendampingi anaknya yang menderita ADHD ini yaitu dengan :
1. Bersikap Sabar
Sikap yang paling menentukan dalam menghadapi anak berkebutuhan
khusus adalah sabar. Mudah memang mengucapkannya, namun tidak
semua orang mampu menguasainya. Dalam masalah psikologi, sabar
adalah modal utama dalam mengasuh anak berkebutuhan khusus,
termasuk ADHD. Selain itu juga, kita harus pandai menyikapi tingkah
laku yang menyimpang dari anak tersebut untuk selanjutnya kita
arahkan pada hal yang positif.
2. Bersikap Jeli
Orang tua harus jeli menyikapi perilaku-perilaku yang menyimpang
karena anak berkebutuhan khusus hanya mapu melakukan tanpa
memikirkan akibatnya. Jika orang tua jeli, semua yang diutarakan dan
dilakukannya adalah suatu ungkapan dan keinginan untuk kesenangan.

14
3. Bersikap Kreatif
Misalnya untuk melatih konsentrasinya, orang tua bisa memebelikan
manik-manik dengan ukuran besar. Dan orang tua memberikan sebuah
contoh dalam pembuatan tasbih, hal ini akan membat anak melakukan
membuat tasbih.
4. Bersikap Tanggap
Hal penting lainnya adalah tanggap terhadap keinginan, ungkapan, atau
perilaku anak. Sifat anak berkebutuhan khusus rata-rata cepat meniru,
terutama penyimpangan-penyimpangan, walaupun hanya melihat atau
mendengar sekilas.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengetahuan keluarga tentang ketersediaan sistem pendukung
b. Persepsi keluarga mengenai penyakit/ketidakmampuan
c. Pengetahuan umum anggota keluarga tentang kondisi sebelum diagnosis
anak dibuat (Wong 2008, p. 671)

d. Pengetahuan tentang stres yang terus-menerus, misalnya keuangan,


karier
e. Kesadaran mengenai reaksi anggota keluarga terhadap anak dan penyakit

f. Kaji perasaan anak tentang ketidakmampuan yang dimilikinya. (Wong


2008, p. 670)

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasional
b. Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan diagnosis
c. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan lingkungan perawatan
kesehatan (Wong 2008, p. 671)

3. Perencanaan
a. Anak dan keluarga akan mendapatkan dukungan pada waktu diagnosis
b. Reaksi emosional keluarga akan diterima
c. Anak dan keluarga akan mengatasi berbagai stres situasi
d. Anak dan keluarga akan menerima informasi yang tepat tentang kondisi
e. Anak dan keluarga akan membuat lingkungan yang normal untuk anak
f. Keluarga akan menetapkan tujuan masa depan yang realistis (Wong
2008, p. 670)

4. Implementasi
a. Memberikan dukungan pada waktu diagnosis (Wong 2008, p. 670)
b. Menerima reaksi emosional keluarga (Wong 2008, p. 672)
c. Mendukung metode koping keluarga (Wong 2008, p. 674)
d. Memberi pendidikan mengenai gangguan umum dan perawatan
kesehatan umum (Wong 2008, p. 677)
e. Meningkatkan perkembangan normal (Wong 2008, p. 679)
f. Menetapkan tujuan masa depan yang realistis (Wong 2008, p. 683)

16
5. Evaluasi
a. Amati respons anggota keluarga terhadap diagnosis dan jenis pertanyaan
atau kekhawatiran yang mereka ajukan

b. Wawancarai keluarga berkenaan dengan pengetahuan dan pemahaman


mereka tentang kondisi anak; amati jika mereka mempunyai saran yang
telah baku, seperti penggunaan alat identifikasi untuk anak yang
memiliki kondisi tertentu

c. Amati respons profesional terhadap reaksi, seperti pengingkaran, rasa


bersalah, dan marah dan apakah intervensi suportif digunakan oleh
keluarga

d. Amati pola komunikasi keluarga satu sama lain dan kemampuan mereka
untuk membahas perasaan tentang masalah-masalah, seperti dampak
kondisi anak pada pernikahan atau tambahan tanggung jawab perawatan;
selidiki layanan yang digunakan keluarga, seperti kelompok bantu atau
sumber komunitas lain

e. Lakukan uji skrining perkembangan pada anak kecil dan bandingkan


hasilnya dengan batu loncatan kemampuan anak yang diharapkan;
selidiki penggunaan alat bantu fungsional untuk membantu anak
mengembangkan potensi mereka; tanyakan pada keluarga tentang
kehadiran anak di sekolah dan interaksinya dengan teman sebaya

f. Wawancarai keluarga untuk menentukan apakah kebutuhan dan


perhatian tentang identifikasi diri mereka telah dibahas secara adekuat
(Wong 2008, p. 684)

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Baihaqi dan Sugiarmin.2006.Memahami dan Membantu Anak


ADHD.Bandung:PT Refika Aditama.
2. Exceptional Learners:An introduction to special education,Eleven
edition.Boston:Pearson Education.In.
3. Wong, D.L (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1.
Jakarta: EGC

18

Anda mungkin juga menyukai