Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan pada keluarga. Asuhan keperawatan
keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Agar pelayanan
kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat harus
mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, mengetahui tingkat pencapaian
keluarga dalam melakukan fungsinya. Memerlukan pemahaman setiap tahap
perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya. Pengkajian asuhan
keperawatan keluarga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
keluarga memenuhi tugas perkembangannya. Pasangan baru (keluarga baru
menikah) ialah ketika masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga nya masing-
masing.
Mempersiapkan keluarga yang baru membutuhkan penyesuaian peran dan
fungsi sehari-hari diantaranya belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan
sendiri dan pasangannya. Masing-masing menghadapi perpisahan dengan
keluarga sendiri dan orang tuanya, mulai membina hubunganungan baru dengan
keluarga dan kelompok social lainnya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian keluarga baru menikah ?
b. Bagaimana tugas perkembangan dan masalah – masalah yang terjadi pada
keluarga baru menikah ?
c. Bagaimana asuhan keperawatan pada keluarga baru menikah ?

C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada keluarga pasangan baru
menikah
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang konsep keluarga pemula(baru menikah).
1
2. Untuk mengetahui tugas perkembangan dan masalah-masalah yang terjadi
pada keluarga pemula (baru menikah).
3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga
pemula (baru menikah).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah unit sosial terkecil dari individu-individu yang diikat oleh
perkawinan (suami-istri), darah atau adopsi (orang tua-anak), dan dalam kasus
keluarga luas terlihat adanya nenek atau kakek dengan cucu. (Burgess dan Locke
(1992).

b. Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga Menurut Friedman, 1987 :
1 Fungsi Afektif
Fungsi afektif yaitu fungsi yang berhubungan dengan fungsi internal keluarga
yang merupakan dasar keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan ganbaran dirinya
yang positif, peranan yang dimiliki dengan baik dan penuh rasa kasih sayang.
2 Fungsi Sosial
Fungsi sosial yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu
yang menghasilkan interaksi social dan melaksanakan perannya dalam
lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan
sosialisasi dimana anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga, prilaku
melalui interaksi dalam keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga
berperan didalam masyarakat.
3 Fungsi Reproduksi
Fungsi Reproduksi yaitu fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumberdaya manusia.
4 Fungsi Ekonomi.
Fungsi Ekonomi, Yaitu memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan,
pakaian, perumahan dan lain-lain.
5 Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi Perawatan Kesehatan yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan dan asuhan Kesehatan / keperawatan atau pemeliharaan
3
kesehatan yang mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. (
Zaidin Ali,1999 ).

c. Tipe Keluarga
Delapan tipe keluarga menurut Frieman ( 1986 ) :
1. Nuclear Family
Keluarga terdiri dari orang tua dan anak yang masih menjadi tanggungan dan
tinggal alam satu rumah terpisah dari sanak keluarga lainnya.
2. Extended Family
Keluarga yang terdiri dari satu atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah dan saling menunjang satu sama lainnya.
3. Single Parent Family.
Keluarga yang dikepalai oleh satu kepala keluarga dan hidup bersama dengan
anak-anak yang masih bergantung padanya.
4. Nuclear Dyatd.
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak, tinggal dalam satu
rumah yang sama.
5. Recontituened atau Blended Family
Keluarga yang terbentuk dari perkawinan pasangan dan masing-masing
membawa anak dari hasil perkawinan terdahulu.
6. Tree Generation Family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yaitu kakek, nenek, bapak,ibu, anak dalam
satu rumah.
7. Single Adult Living Alone
Keluarga yang terdiri dari seorang dewasa yang hidup dalam rumahnya.
8. Midle Age Atau Ederly Coople
Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri usia pertengahan.

d. Tugas Keluaga Dalam Bidang Kesehatan


Tugas keluarga dalam bidang Kesehatan menurut Friedman, 1981 adalah :
1. Mengenal gangguan perkembangan Kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3. Memberikan keperawatan pada anggota keluarga yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

4
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga Kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas Kesehatan yang ada.

B. Keluarga Baru Menikah


a. Definisi
Pasangan baru menikah adalah ketika seorang laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui pernikahan yang sah dan meninggalkan keluarga
masing-masing.

b. Tahap – Tahap Pasangan Baru Menikah


1. Saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga via
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
2. Mempersiapkan keluarga yang baru.
3. Butuh penyesuaianan peran dan fungsi sehari-hari
4. Belajar hidup bersama, beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya.
5. Anggota dari tiga keluarga yaitu keluarga suami, istri dan keluarga sendiri.
Masing-masing menghadapi perpisahan dengan keluarga orangtuanya, mulai
membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok social pasangan
6. Yang perlu diputuskan : kapan waktu yang tepat untuk mendapatkan anak dan
jumlah yang diharapkan

c. Masalah Yang Biasa Dilakukan Oleh Pasangan Baru Menikah


1. Tidak menghadapi masalah utang
Ternyata, menurut data dari thenest.com, masalah keuangan adalah masalah
paling utama yang dipermasalahkan oleh pasangan. Jika sudah menikah, maka
ada baiknya pasangan tersebut mengeluarkan dan mengutarakan semua
masalah perutangan pasangan.
2. Mengasingkan diri dari pertemanan
Teman-teman adalah kunci sukses dari pernikahan. Jadi, jangan mengasingkan
diri dari mereka. Jika teman-teman Anda yang lajang berkumpul, pastikan
segalanya sudah dalam keadaan aman di rumah, lalu ikutlah pergi bersama
mereka, tentu dengan seizin suami.
5
3. Tidak cukup seks
Sebanyak 60% pasangan baru menikah yang mengikuti survey mengatakan
bahwa kehidupan seks mereka berantakan. Alasan terbanyak ialah kesibukan.
Coba untuk menginisiasikan acara berhubungan intim dengan pasangan.
4. Tidak menjaga tubuh
Orang yang sudah menikah, biasanya akan mengalami perubahan pada berat
badan. Mungkin karena kebiasaan minum atau makan di malam hari atau
karena sibuk berlelah-lelahan pada malam hari sehingga pada pagi harinya jadi
lebih semangat untuk sarapan dalam jumlah banyak. Hal ini harus diwaspadai.
Sebaiknya pasangan baru menikah mulai memperbanyak agenda untuk
berolahraga bersama pasangan.
5. Mertua dan ipar
Lima puluh persen pasangan yang disurvey oleh thenest.com memiliki masalah
dengan mertua dan ipar mereka. Cobalah untuk mengatur ekspektasi, seperti
pasangan akan datang berkunjung bersama pada akhirnya.
6. Pertengkaran tak penting
Hidup seatap dengan orang yang anda pikir sudah anda kenal bisa jadi hal yang
sangat memusingkan. Cobalah untuk tidak mudah terpancing amarah. Namun,
jika memang emosi marah sudah memuncak, ucapkan permisi, bilang bahwa
anda butuh waktu untuk sendiri dulu. Tenangkan diri anda sejenak. Pastikan
anda dalam keadaan tenang dan kepala dingin saat ingin menyelesaikan
masalah tadi. Saat emosi, pikiran anda tidak tenang dan bisa saja mengucapkan
hal-hal yang tak anda maksudkan yang bisa saja malah memperburuk masalah.
7. Terobsesi dengan bayi
Keinginan memiliki bayi adalah langkah besar berikut dalam hidup setelah
menikah. Namun, tenanglah, jangan terburu-buru dan menjadi terobsesi untuk
memilikinya segera. Rata-rata, pasangan memiliki bayi dalam jangka waktu 3
tahun pernikahan mereka.

d. Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan keluarga baru menikah :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
1) Akan menyiapkan kehidupan bersama yang baru
2) Sumber- sumber dari dua orang yang digabungkan.
3) Peran berubah.
6
4) Fungsi baru diterima.
5) Belajar hidup bersama sambil penuhi kebutuhan kepribadian yang
mendasar.
6) Saling mensesuaikan diri terhadap hal yang kecil yang bersifat rutinitas
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan terjadi apabila kedua
pasangan saling menyesuaikan diri dan kecocokan dari kebutuhan dan
minat pasangan.
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
Pasangan menghadapi tugas memisahkan diri dari keluarga asal dan
mengupayakan hubungan dengan orang tua pasangan dan keluarga besar
lainnya. Loyalitas utama harus dirubah untuk kepentingan perkawinannya.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau memilih KB.
Masalah kesehatan yaitu penyesuaian seksual dan peran perkawinan. Perawat
Perawat dalam Keluarga berencana Dalam keluarga berencana peran perawat
adalah membantu pasangan untuk memilih metoda kontrasepsi yang tepat
untuk digunakan sesuai dengan kondisi, kecendrungan, sosial budaya dan
kepercayaan yang dianut oleh pasangan tersebut, oleh karena itu proses
keperawatan lebih diarahkan kepada membantu pasangan memilih metode
kontrasepsi itu sendiri.
Kegagalan penggunaan metode kontrasespsi terjadi disebabkan karena
kurangnya pengetahuan wanita tersebut terhadap alat kontrasespsi itu sendiri
sehingga memberikan pengaruh terhadap kondisi fisiologis, psikologis,
kehidupan sosilaL dan budaya terhadap kehamilan tersebut. maka disinilah
letak peran perawat untuk memberikan pengetahuan yang tepat, sehingga hal
di atas tidak terjadi. Pengkajian Karena masalah kontrasepsi merupakan suatu
hal yang sensitif bagi wanita, maka dalam mengkaji hal ini perawat harus
sangat memperhatikan privasi klien. Rendahkan suara ketika mengkaji untuk
menigkatkan rasa nyaman klien dan pertahankan rasa percaya diri yang tinggi
klien.
Selain pengkajian umum (Identitas klien, Riwayat kesehatan, Riwayat
obgyn), pengkajian khusus yang perlu kita lakukan untuk memenuhi peran
sebagai edukator dalam pemilihan metode kontrasepsi yang tepat adalah :
1. Pengetahuan klien tentang macam-macam metoda kontrasepsi
Pengkajian ini dilakukan dengan menanyakan kapan wanita
tersebut berencana untuk memiliki anak. Kemudian tanyakan metoda apa
7
yang sedang direncanakan akan dipakai oleh klien. Bila klien menyatakan
satu jenis/metoda, perawat dapat menanyakan alasan penggunaan metoda
tersebut. pertanyaan-pertanyaan ini akan mengidentifikasi masalah-
masalah yang dihadapi klien terkait dengan kontrasepsi yang
digunakannya.
2. Pengetahuan tentang teknik penggunaan metoda kontrasepsi
Dalam melaksanakan perannya sebagai educator perawat harus
dapat menentukan tingkat pengetahuan klien tentang teknik penggunaan
kontrasepsi. Misalnya tanyakan tentang bagaimana klien tersebut
memakai diafragma, kapan dan di mana spermisida dioleskan atau berapa
kali dalam sehari klien tersebut harus mengkonsumsi pil KB dengan
menggali tingkat pengetahuan klien, perawat dapat menentukan bila ada
kesalahan persepsi dalam penggunaan yang akan menyebabkan tidak
efektifnya alat kontrasepsi yang dipakai dan akan menyebabkan terjadinya
kehamilan yang tidak direncanakan.
3. Kenyamanan klien terhadap metoda kontrasepsi yang sedang dipakai.
Dalam mengkaji kenyamanan klien, dengarkan keluhan-keluhan
klien terhadap efek samping dari kontrasepsi yang digunakannya.
Dengarkan juga pernyataan klien tentang kenyamanannya menggunakan
metoda kontrasepsi bulanan seperti suntik hormone dari pada pil keluarga
berencana yang harus di konsumsi setiap hari. Keefektifan suatu metoda
meningkat seiring dengan peningkatan kenyamanan klien dalam
menggunakan metoda tersebut.
4. Faktor-faktor pendukung penggunaan metode yang tepat
Jika klien berencana untuk mengganti metoda kontrasepsi
diskusikan tentang pilihan-pilihan yang cocok untuk digunakan. Kaji
faktor-faktor yang dapat membantu pemilihan metode terbaik seperti
riwayat kesehatan dahulu klien yang merupakan kontraindikasi dari
metoda kontrasepsi, riwayat obstetric, budaya dan kepercayaan serta
keinginan untuk mencegah kehamilan.
Adapun kontraindikasi penggunaan metoda kontrasepsi yang berkaitan
dengan riwayat kesehatan adalah:
 Kontrasepsi oral
 Pil keluarga berencana terpadu

8
Riwayat TBC, kejang, kanker payudara, benjolan payudara,
telat haid, hamil, pendarahan abnormal, hepatitis, penyakit
jantung, tromboplebitis. Untuk wanita perokok, usia lebih dari
35 tahun, pengidap Diabetes Melitus, epilepsy, dan penderita
hipertensi tidak dianjurkan menggunakan pil keluarga
berencana.
 Mini Pil
Mini pil ini sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang harus
menghindari segala jenis metoda hormonal, atau yang
mejalani pengobatan kejang
 Kontrasepsi Hormonal
 Hormone Implant
Kanker/benjolan keras di payudara, terlambat haid, hamil,
perdarahan yang tidak diketahui penyebabnya, penyakit
jantung dan keinginan untuk hamil kurang dari lima tahun.
 Hormone Injeksi
Suntikan terpadu tidak boleh diberikan pada wanita dalam
masa menyusui.
 Kontrasepsi Mekanik
 Diafragma dan kap servik diafragma dan kap servik tidak
dipakai pada wanita dengan riwayat alergi lateks dan riwayat
toksik shock syndrome.
 IUD Hamil atau kemungkinan hamil, resiko tinggi terkena
penyakit yang menular lewat hubungan seks, riwayat infeksi
alat reproduksi, infeksi sesudah persalinan/aborsi, kehamilan
ektopik, metroragia dismenorhea, anemia dan belum pernah
hamil, mola.
 Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi ini tidak ada kontraindikasinya, karena sifatnya
permanen. Digunakan bagi pasangan yang sudah tidak ingin atau
sudah tidak memungkinkan untuk mempunyai anak Analisa Data
Kurang pengetahuan tentang keluarga berencana merupakan
penyebab tersering dari gangguan fisik, psikologis dan social dalam
kaitannya dengan kehamilan yang tidak direncanakan.

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang
perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan
keluarga . Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga , perawat diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan
sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi
dengan cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga ,
diklasifikasikan dan dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1. Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal,
dan tipe keluarga.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga
Saat ini perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti.
 Tahap perkembangan
Keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
 Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-
masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit
(status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
 Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.

10
3. Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan
sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
 Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas
setempat yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
 Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan
keluarga berpindah tempat.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
 Sistem pendukung keluarga
Yang termasuk dalam sistem pendukung keluarga adalah jumlah
anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki
keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas
fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan
fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.
4. Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
 Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi oleh
keluarga .
 Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan penyakit.
 Pengobatan tradisional
Merupakan pilihan bagi keluarga untuk menentukan pengobatan
yang diinginkan ataupun alternative pilihan yang dipilih yaitu
pengobatan tradisional.

11
5. Status Sosial Ekonomi
 Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal suatu penyakit dan pengelolaannya. Berpengaruh pula
terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil keputusan
dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
 Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap
keluarga dalam melakukan pengobatan dan perawatan pada angota
keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena suatu penyakit.
Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena tidak seimbangnya sumber-sumber yang ada
pada keluarga .
6. Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Menurut Friedmen (1998:125), Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat
ini termasuk riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang terjadi dalam
kehidupan keluarga yang belum terpenuhi berpengaruh terhadap
psikologis seseorang yang dapat mengakibatkan kecemasan.
7. Aktiftas
Pola aktifitas yang dipilih oleh suatu keluarga dapat berpengaruh terhadap
terjadinya suatu penyakit dan gaya hidup suatu keluarga.
8. Data Lingkungan
 Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai
rumah, penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai faktor
penyebab terjadinya suatu penyakit.
 Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh
lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat
kesehatan.
9. Struktur keluarga
 Pola komunikasi

12
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan pasien
adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik
merupakan suatu tekhnik diman usaha mengajak pasien dan
keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan. Tekhnik tersebut
mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan
rasa kepedulian yang tinggi.
 Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan stress
psikologik.
 Struktur peran
Menurut Friedman(1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan membuat
anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran, dan
sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan
harapan maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga
10. Fungsi keluarga
 Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar
tidak menimbulkan suatu permasalahan maupun stressor tertentu
bagi anggota keluarga itu sendiri.
 Fungsi sosialisasi.
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga dalam
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini
mengancam status emosi menjadi labil dan mudah stress.
 Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak
untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
11. Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
 Berapa jumlah anak

13
 Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
 Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga.
12. Fungsi ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah :
 Sejauhmana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan
papan
 Sejauhmana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di
masyarakat sdalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga .
13. Stress dan Koping keluarga
 Stressor jangka pendek dan panjang
 Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang
dari 6 bulan.
 Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih
dari 6 bulan.
 Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga berespon
terhadap situasi/stressor.
 Strategi koping yang digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional
 Strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan
14. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode
yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan
fisik di klinik.
15. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.

14
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin berdasarkan pengkajian dan data adalah :
1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
Sedangkan diagnosa keperawatan lain yang dapat timbul yaitu:
2. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
3. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan
4. ketidakmampuan Koping keluarga b.d gangguan kemampuan untuk
memenuhi tanggung jawab peran sekunder.
5. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman
seksual

C. Rencana Tindakan Keperawatan


1. Resiko Perubahan Pemeliharaan Kesehatan berhubungan dengan Kurang
Pengetahuan Terhadap Pemilihan dan Ketersediaan Metoda Kontrasepsi.
a. Kriteria hasil
Setelah dilakukan intervensi, pasangan akan :
 Menjabarkan dengan benar tentang cara penggunaan metoda
kontrasepsi yang dipilih dan pemecahan masalahnya.
 Dapat menjelaskan tentang efek samping dan komplikasi dari
metoda kontrasepsi yang dipilih.
 Melaporkan adanya kepuasan terhadap metoda kontrasepsi yang
dipilih.
 Menggambarkan metoda lain yang dapat dipakai dan memilih salah
satu dari metoda tersebut bila pasangan inggin mengganti metode
kontrasepsi.
b. Intervensi
 Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberika
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, dan mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
 Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan

15
tindakan, mengidentfikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga
dan mendiskusikan tentang konsukensi tiap tindakan.
 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakait dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan

2. Koping keluarga ketidakmampuan b.d gangguan kemampuan untuk


memenuhi tanggung jawab pran skunder.
a. Tujuan :individu menyusun tujuan jangka panjang dan pendek untuk
perubahan.
b. Kriteria hasil
 Menyebutkan harapan untuk diri sendiri dan keluarga
 Menyebutkan sumber daya komunitas yang tersedia
c. Intervensi
 Beri kesempatan pada seluruh anggota keluarga untuk
menddiskusikan penilaian mereka terhadap situasi.
 Hindari saling menyalahkan tetapi fasilitasi ventilasi amarahnya
 Krarifikasi perasaan anggota keluarga
 Jika ada indikasi, minta anggota keluarga untuk mempertimbangkan
masalah dari perspektif anggota keluarga yang lain
 Jika ada anggota keluarga yang sakit, bantu keluarga untuk
mempunyai harapan yang lebih realistis.

3. Ketidakefektifan pola seksualitas b.d riwayat ketidakpuasan pengalaman


seksual
a. Tujuan
Individu melakukan kembali aktivitas seksual sebelumnya atau
menjalankan aktivitas seksual pengganti yang lebih memuaskan
b. Kriteria hasil
 Mengubah prilaku untuk mengurangi stressor
 Melakukan aktivitas seksual yang memuaskan
c. Intervensi
 Gali hubungan pasien dengan pasangannya

16
 Dorong untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual yang
mungkin mengganggu pasien.
 Lakukan latihan teratur untuk reduksi stress
 Anjurkan individu melakukan aktivitas seksual sedemikian rupa
yang mendekati pola sebelumnya

4. Konflik pengambilan keputusan b.d kurangnya informasi yang relefan


a. Tujuan
Individu akan membuat pilihan berdasarkan informasi
b. Kriteria hasil
 Menyatakan keuntungan dan kerugian dari pilihan berkeluarga
 Menceritakan mengenai ketakutan dan keprihatinan mengenai
pilihan pasangannya.
c. Intervensi
 Tetapkan hubungan saling percaya yang berarti meningkatkan saling
pengertian dan perhatian
 Gali apa yang timbul bila tidak mengambil keputusan
 Benahi kesalahan informasi
 Beri dorongan pada pasangan untuk terlibat dalam mengambil
keputusan
 Kolaborasi denag keluarga untuk mengklarifikasi proses
pengambilan keputusan

Intervensi secara umum yang bisa dilakukan perawat


a. Tujuannya adalah untuk membantu keluarga dan anggotanya bergerak ke arah
penyelesaian tugas-tugas perkembangan individu dan keluarga.
b. Penguasaan satu kumpulan tugas-tugas perkembangan keluarga memunginkan
keluarga bergerak maju ke arah tahap perkembangan berikutnya.
c. Jika tugas-tugas perkembang keluarga tidak terpenuhi maka keluarga
disfungsional.
d. Memberikan penyuluhan kepada keluarga mengenai proses perkembangan
keluarga.

17
e. Membantu keluarga mencapai dan mempertahankan keseimbangan antara
kebutuhan dan pertumbuhan pribadi dari anggota keluarga secara individual dan
fungsi yang optimum ( kebutuhan pertumbuhan keluarga).
f. Membimbing antisipasi & penyuluhan untuk mencapai tujuan prevensi primer.
g. Membantu keluarga mengantisipasi dan melewati transisi normatif yang beda
dalam kehidupan keluarga.

18
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki ikatan
perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi, punya
peran masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
Ciri-ciri keluarga, antara lain sebagai berikut : Diikat tali perkawinan, ada
hubungan darah, ada ikatan batin, tanggung jawab masing–masing, ada pengambil
keputusan, kerjasama diantara anggota keluarga, interaksi, dan tinggal dalam suatu
rumah.
Tugas perkembangan kelaurga pada tahap keluarga pemula yaitu: membangun
perkawinan, menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, membina
hubungan dengan keluarga lain: teman dan kelompok sosial, serta merencanakan
penambahan anggota baru (mempersiapkan menjadi orangtua), serta mendiskusikan
rencana punya anak.

B. Saran
Sebaiknya sebagai seorang perawat/calon perawat harus selalu memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasangan keluarga pemula, agar bisa menjalin hubungan
keluarga yang harmonis untuk kedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Achjar, K.A.2012. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:


Sagung Seto.

 Allender, JA & Spradley, B. W. 2009. Community as Partner, Theory and Practice


Nursing. Philadelpia: Lippincott.

 Anderson.E.T & Mc.Farlane.J.M.2000. Community Health and Nursing, Concept


and Practice. Lippincott: California.

 Carpenitto, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta: EGC.

 Iqbal,Wahit dkk. 2005.Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori dan Aplikasi dalam


Praktek Pendekatan Asuhan Keperawatan Komunitas, Gerontik, Keluarga.
Jakarta : EGC.

20
21

Anda mungkin juga menyukai