Anda di halaman 1dari 14

Definisi ADHD

ADHD merupakan kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau yang dalam
bahasa Indonesia ADHD berarti gangguan pemusatan pehatian disertai hiperaktif.
Sebelumnya ada istilah lain yaitu ADD (Attention Deficit Disorder) atau ada yang menulis dengan
ADD/H.
Dalam bahasa Indonesia ditulis menjadi GPP/H (Gangguan Pemusatan Perhatian dengan/tanpa
Hiperaktif).
ADHD merupakan suatu gangguan kronis (menahun) yang dapat dimulai pada masa bayi dan dapat
berlanjut sampai dengan dewasa.
Ciri-ciri utama:

Rentang perhatian yang kurang

Impulsivitas yang berlebihan

Adanya hiperaktivitas
Gejala-gejala ‘rentang perhatian yang kurang’ meliputi:

1. Gerakan yang kacau


2. Cepat lupa
3. Mudah bingung
4. Kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain
Karakteristik ADHD berdasar Diagnostic Statistical Manual

1. Kurang perhatian
2. Hiperktifitas impulsifitas Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian
yang menyebabkan gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.
3. Ada suatu gangguan di satu atau lebih situasi.
4. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan.
5. Gejala terjadi karena bukan gangguan skizofrenia, psikotik atau gangguan mental
Penyebab ADHD
ADHD disebabkan oleh berbagai macam faktor:
1 Faktor genetic
a. ADHD terjadi dalam keluarga
b. Studi pada anak adopsi
c. Studi pada anak kembar
d. Studi gen khusus

2. Faktor neurobiologis
Tipe ADHD

1. Tipe ADHD gabungan


2. Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe
ADHD hiperaktif implusif
3. Tipe ADHD hiperaktif implusif
Pendampingan Anak ADHD
1. Bersikap Sabar
2. Bersikap Jeli
3. Bersikap Kreatif
4. Bersikap Tanggap
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasional
2. Ansietas/ketakutan yang berhubungan dengan diagnosis
3. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan lingkungan perawatan kesehatan (Wong 2008,
p. 671)
Intervensi
1. Anak dan keluarga akan mendapatkan dukungan pada waktu diagnosis
2. Reaksi emosional keluarga akan diterima
3. Anak dan keluarga akan mengatasi berbagai stres situasi
4. Anak dan keluarga akan menerima informasi yang tepat tentang kondisi
5. Anak dan keluarga akan membuat lingkungan yang normal untuk anak
6. Keluarga akan menetapkan tujuan masa depan yang realistis (Wong 2008, p. 670)
Implementasi

1. Memberikan dukungan pada waktu diagnosis (Wong 2008, p. 670)


2. Menerima reaksi emosional keluarga (Wong 2008, p. 672)
3. Mendukung metode koping keluarga (Wong 2008, p. 674)
4. Memberi pendidikan mengenai gangguan umum dan perawatan kesehatan umum (Wong
2008, p. 677)
5. Meningkatkan perkembangan normal (Wong 2008, p. 679)
6. Menetapkan tujuan masa depan yang realistis (Wong 2008, p. 683)
Evaluasi
 Amati pola komunikasi keluarga satu sama lain dan kemampuan mereka
 Amati respons anggota keluarga terhadap diagnosis
untuk membahas perasaan tentang masalah-masalah, seperti dampak
dan jenis pertanyaan atau kekhawatiran yang mereka kondisi anak pada pernikahan atau tambahan tanggung jawab
ajukan perawatan; selidiki layanan yang digunakan keluarga, seperti kelompok
 Wawancarai keluarga berkenaan dengan pengetahuan bantu atau sumber komunitas lain
dan pemahaman mereka tentang kondisi anak; amati  Lakukan uji skrining perkembangan pada anak kecil dan bandingkan
jika mereka mempunyai saran yang telah baku, seperti hasilnya dengan batu loncatan kemampuan anak yang diharapkan;
penggunaan alat identifikasi untuk anak yang memiliki selidiki penggunaan alat bantu fungsional untuk membantu anak
kondisi tertentu mengembangkan potensi mereka; tanyakan pada keluarga tentang
 Amati respons profesional terhadap reaksi, seperti kehadiran anak di sekolah dan interaksinya dengan teman sebaya
 Wawancarai keluarga untuk menentukan apakah kebutuhan dan
pengingkaran, rasa bersalah, dan marah dan apakah
perhatian tentang identifikasi diri mereka telah dibahas secara
intervensi suportif digunakan oleh keluarga adekuat (Wong 2008, p. 684)

Anda mungkin juga menyukai