Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS PRAKTIK KLINIK I

PENERAPAN KERANGKA ACUAN BIOMEKANIK PADA


KONDISI FROZEN SHOULDER

Disusun oleh :
SHOFIATUNNISA’
NIM. P27228019153

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Praktik Klinik I Periode 2 Juni -13 Juni 2020

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV OKUPASI TERAPI


JURUSAN OKUPASI TERAPI
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN 2020
HALAMAN PENGESAHAN

Telah disahkan oleh Pembimbing Praktik sebagai Laporan Individu Praktik Klinik
I Mahasiswa Program Studi Diploma IV Okupasi Terapi Jurusan Okupasi Terapi
Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta Pada Area Fisik Dewasa PERIODE
2-13 JUNI 2020 pada:

Hari:

Tanggal:

Menyetujui,
Pembimbing Praktik

Khomarun, M.OT
NIP. 19640823.199003.1.001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
“Penerapan Kerangka Acuan Biomekanik Pada Kondisi Frozen Shoulder”.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan berupa
arahan dan dorongan yang sangat berarti sejak dari persiapan sampai dengan
selesainya Laporan Kasus ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
dan penghargaan kepada:
1. Bapak Khomarun, M.OT selaku dosen pembimbing dan ketua Jurusan
Okupasi Terapi yang telah memberikan bimbingan serta rekomendasi bagi
penulis.
2. Teman-teman Mahasiswa Prodi D-IV Jurusan Okupasi Terapi Politeknik
Kementerian Kesehatan Surakarta, dan berbagai pihak yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan
spiritual.
3. Keluarga kecilku yang tercinta, yang telah memberikan cinta dan
dukungan.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih
atas bantuan dan jerih payahnya hingga terselesaikannya Laporan Kasus
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Kasus ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Maka, kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya Laporan Kasus ini.
Semoga Laporan Kasus ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khusunya.
Sukoharjo, Juni 2020
Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................5
BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................6
A. Definisi...........................................................................................................6
B. Prevalensi/Insiden...........................................................................................6
C. Etiologi............................................................................................................6
D. Gambaran Klinis/Masalah..............................................................................7
E. Prognosis.........................................................................................................7
BAB III LAPORAN KASUS...................................................................................8
A. Identitas Pasien...............................................................................................8
B. Data Subjektif.................................................................................................8
C. Data Objektif...................................................................................................9
D. Identifiasi Problem/Kesimpulan dari Data Subjektif dan Data Objektif......10
E. Prioritas Masalah...........................................................................................10
F. Diagnosis Okupasi Terapi..............................................................................10
G. Prognosis Fungsional....................................................................................10
H. Clinical Reasoning dalam Menentukan Problem, Tujuan dan Media yang
Digunakan..........................................................................................................11
I. Menyusun Program Terapi.............................................................................11
BAB IV PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
LAMPIRAN...........................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Frozen shoulder adalah penyakit yang umum terjadi. Kelainan yang terjadi
pada sendi glenohumeral, kemungkinan merupakan suatu reaksi inflamasi kronis
nonspesifik, terutama pada jaringan sinovial, dan mengakibatkan penebalan
kapsuler dari sinovial. Ada beberapa sinonim antara lain Periarthritis
scapulohumeral, Adhesive capsulitis, Pericapsulitis, Stiff shoulder dan Bursitis
obliterative. Pada Traditional Chinese Medicine (TCM) disebut kelainan sendi
bahu pada usia 50 tahun.

Terjadinya Frozen shoulder biasanya bertahap dan idiopatik, bisa terjadi


akut dan berhubungan dengan trauma ringan dari sendi bahu. Penyakit ini timbul
terutama pada usia pertengahan (50 tahun), kebanyakan pada wanita dan biasanya
sembuh sendiri tetapi durasi dan keparahan sangat bervariasi. Kebanyakan
penderita sembuh dalam 2 tahun, walaupun demikian ada beberapa gejala yang
dirasakan lebih lama.

Gambaran klinik Frozen shoulder ditandai dengan nyeri dan terbatasnya


gerakan aktif maupun pasif. Rasa nyeri dapat dirasakan hebat dan mengganggu
tidur. Terbatasnya gerakan biasanya terlihat pada rotasi eksternal dan kurang
terlihat pada gerakan abduksi dan rotasi internal.

Frozen shoulder menyerang sekitar 2% dari populasi usia 40-60 tahun dan
dengan perbandingan jumlah kasus pada wanita lebih banyak. Prevalensi dari
kasus frozen shoulder diperkirakan 2-5% dari populasi general dan resiko
meningkat pada bahu yang tidak dominan. Studi mengatakan 40% pasien
mengalami nyeri sedang selama kurang lebih 2-3 tahun dan 15% dari kasus
tersebut memiliki disabilitas jangka panjang. (C, Hand et all.:2008)

5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Definisi
Frozen Shoulder adalah suatu patologi yang ditandai dengan nyeri, limitasi
gerakan sendi glenohumeralis baik secara aktif maupun pasif tanpa perubahan
radiologis, kecuali adanya oestopenia atau klasifikasi tendinitis. Berdasarkan
pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa kasus ini merupakan
patologi yang belum diketahui penyebabnya atau idopatik yang menyebabkan
nyeri, penurunan lingkup gerak sendi dan mengakibatkan penurunan aktifitas
fungsional. ( Salim, 2013)

American Shoulder dan Elbow Surgeons mendefinisikan frozen shoulder


sebagai kondisi etiologi yang ditandai dengan keterbatasan yang signifikan dari
gerak aktif dan pasif bahu yang terjadi karena kerusakan jaringan dalam. Banyak
fisioterapis percaya frozen shoulder termasuk kondisi yang sulit untuk
dipecahkan. (Varcin, L: 2013)

Frozen shoulder merupakan suatu kondisi dimana gerakan bahu menjadi


terbatas . Frozen shoulder memiliki tingkatan kepararahan yang bervariasi mulai
dari nyeri ringan sampai berat dan tingkatan keterbatasan seberapa besar terhadap
gerakan sendi glenohumeral. (Mound: 2012)

B. Prevalensi/Insiden
Frozen shoulder menyerang sekitar 2% dari populasi usia 40-60 tahun dan
dengan perbandingan kasus pada wanita lebih banyak perbandingan jumlah kasus
pada wanita lebih banyak. Prevalensi dari kasus frozen shoulder diperkirakan 2-
5% dari populasi general dan resiko meningkat pada bahu yang tidak dominan.
Studi mengatakan 40% pasien mengalami nyeri sedang selama kurang lebih 2-3
tahun dan 15% dari kasus tersebut memiliki disabilitas jangka panjang. (C, Hand
et all.:2008)

C. Etiologi
Frozen shoulder merupakan suatu kondisi dimana gerakan bahu menjadi
terbatas. Penyebab dari kasus frozen shoulder belum diketahui dan penyebab
pasti. Frozen shoulder menyebabkan kapsul yang membungkus sendi bahu
menjadi memendek dan mengerut dan terbentuk jaringan parut. Kondisi ini
dikenal sebagai adhesive capsulitis yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
sendi bahu sehingga lama-kelamaan bahu menjadi sulit untuk digerakkan. (C,
Hand et all.:2008)

Meskipun etiologi masih belum jelas, Capsulitis Adhesiva dapat


diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder. Frozen Shoulder dianggap primer

6
jika gejalanya tidak diketahui sedangkan hasil sekunder jika penyebabnya
diketahui. (Walmsley et al, 2009)

Ada tiga subkategori Frozen Shoulder sekunder yaitu meliputi (1) faktor
sistemik disebabkan oleh diabetes melitus dan kondisi metabolik lainnya, (2)
Faktor ekstrinsik disebabkan oleh kardiopulmonal, serviks, CVA, fraktur humerus
serta Parkinson, dan (3) faktor instrinsik disebabkan oleh patologi pada rotator
cuff, tendinitis bisipitalis , tendonitis supraspinatus, Capsulitis Adhesiva.
( Mcclure dan Leggin, 2009)

Menurut AAOS faktor predisposisi frozen shoulder antara lain :


immobilisasi lama, trauma, over use, injuries, operasi pada sendi, hipertiroidisme,
penyakit kardiovaskuler dan depression.

D. Gambaran Klinis/Masalah
Gejala pada penderita dengan keluhan frozen shoulder umumnya adalah
sakit pada bahu dan terbatasnya jangkauan gerakan pada bahu sehingga
mengalami kesulitan untuk menggerakkan bahu dan melakukan berbagai aktivitas
sehari-hari seperti mengulurkan tangan, memakai baju, dan gerakan di atas kepala
seperti menyisir rambut. Gerakan juga terbatasi pada gerakan pasif dan aktif.

Ada 3 tahapan bahu beku, diantaranya: Tahap Pembekuan (Tahap 1). Ini
adalah tahap paling sakit dan gerakan bahu juga terbatas. Tahap ini biasanya
berlangsung 6-12 minggu. Tahap Beku (Tahap 2). Rasa sakit berkurang dalam
tahap ini, namun kekakuan tetap ada. Tahap ini biasanya berlangsung 4 hingga 6
bulan. Tahap Melumer (Tahap 3). Pada stadium akhir, gerakan pada tangan secara
perlahan membaik setelah jangka waktu lama. Tahap ini dapat berlangsung lebih
dari 1 tahun.

E. Prognosis
Frozen Shoulder memiliki sejarah alam yang baik. Umumnya merupakan
kondisi yang sembuh sendiri yang dapat diobati dengan terapi fisik dan biasanya
sembuh dalam 1-3 tahun. Waktu untuk pemulihan tidak berbeda antara Frozen
Shoulder primer dan sekunder. Tidak ada perbedaan dalam rasa sakit dan
kecacatan Frozen Shoulder pada pasien dengan dan tanpa diabetes. Pasien dengan
Frozen Shoulder tidak memiliki tingkat aktivitas bahu yang lebih rendah daripada
kontrol berdasarkan jenis kelamin dan usia. Namun, beberapa penelitian telah
menunjukkan nyeri jangka panjang dan kekakuan bahu setelah perawatan
konservatif. Cacat jangka panjang pada 15%, kehilangan fungsional permanen
pada 7-15%, dan gejala persisten pada 40%.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Pasien berinisial S berjenis kelamin laki-laki, beragama islam dan berusia
51 tahun. Tn. S bertempat tinggal di Baki, Sukoharjo. Tn. S bekerja sebagai
karyawan swasta dengan sisi dominan kanan. Tn. S memiliki diagnosis Frozen
Shoulder sebagai salah satu faktor dari penyakit Hipertiroidisme yang dialaminya.

B. Data Subjektif
1. Data Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada tanggal 3 Juni 2020,
dapat diketahui bahwa Tn. S memiliki postur tubuh yang miring ke kiri pada
bagian pundak, namun tidak nampak menahan sakit. Selain itu, Tn. S juga
memiliki kontak mata yang cukup bagus. Penampilan Tn. S terlihat cukup
rapi dan bersih. Tn. S mampu kooperatif dan mampu memahami instruksi
yang diberikan. Tn. S juga mampu menyesuaikan diri dengan baik.

2. Data Screening
Berdasarkan hasil screening test yang dilakukan Tn. S saat memakai baju,
diketahui bahwa Tn. S mampu dalam melakukan aktivitas tersebut, namun
Tn. S memerlukan sedikit bantuan. Tn. S memulai dengan memasukkan
bajunya ke tangan terlebih dahulu kemudian Tn. S memasukkan bajunya ke
kepala. Pada saat menurunkan baju agar baju tersebut dapat menutupi
seluruh badan Tn. S mengalami kendala.

3. Initial Assessment (keluhan, riwayat kondisi pasien, harapan)


Berdasarkan hasil interview yang dilakukan dengan Tn. S pada tanggal 3
Juni 2020, didapatkan informasi bahwa kondisi Frozen Shoulder Tn. S
merupakan salah satu faktor dari penyakit Hipertiroidisme yang dialaminya.
Tn. S mengatakan bahwa sakit pada bahunya ini sudah berjalan cukup lama
bahkan sebelum Tn. S menjalani perawatan di salah satu rumah sakit.
Keluhan Tn. S sekarang adalah tidak bebas dalam menggerakkan tangan
kirinya.

Berdasarkan pernyataan Tn. S, dalam melakukan aktivitas sehari-hari Tn. S


tidak mengalami kesulitan dan dapat melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Namun, untuk aktivitas memakai baju terutama kaos Tn. S
membutuhkan sedikit bantuan karena tangan kiri Tn. S terasa sakit saat
digerakkan pada arah tertentu dan Tn. S juga mengalami kesulitan dalam
mengambil sesuatu yang letaknya berada diatas. Sehingga Tn. S berharap
tangan kiri beliau bisa kembali pulih seperti sediakala dan tidak terasa sakit.

8
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Functional Independence Measurement (FIM)
Berdasarkan pemeriksaan untuk mengukur tingkat kemandirian pasien
menggunakan blangko pemeriksaan Functional Independence Measurement
(FIM), diperoleh hasil yaitu total skor 123 dari 18 point tes. Dari data
tersebut menunjukan bahwa Tn. S tergolong dalam kategori mandiri
penuh / complete independence. Tn. S medapatkan nilai 4 pada aktivitas
memakai baju pada tubuh bagian atas karena Tn. S memerlukan bantuan
minimal pada aktivitas tersebut.

2. Pengukuran Lingkup Gerak Sendi (LGS)


Berdasarkan pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi (LGS) bahu kiri pasien,
diperoleh hasil yaitu sebagai berikut:

NO. GERAK SHOULDER GIRDLE HASIL NORMAL


1. Fleksi 90° 180°
2. Ekstensi 37° 60°
3. Abduksi 80° 180°
4. Abduksi Horizontal 23° 45°
5. Adduksi Horizontal 85° 135°
6. Rotasi Internal 20° 70°
7. Rotasi Eksternal 35° 90°
Tabel 1 Hasil Lingkup Gerak Sendi Shoulder Sinistra

3. Pemeriksaan Kekuatan Otot (KO)


Berdasarkan pemeriksaan Kekuatan Otot (KO) bahu kiri pasien dengan
menggunakan pemeriksaan Manual Muscle Testing (MMT), diperoleh hasil
yaitu nilai 4 untuk pemeriksaan otot upper trapezius dan levator scapulae
pada gerakan elevation, anterior deltoid pada gerakan flexion,
coracobrachialis pada gerakan flexion-adduction, middle deltoid dan
supraspinatus pada gerakan abduction, serta otot pectoralis major, terres
major dan latissimus dorsi pada gerakan adduction. Nilai 3 untuk
pemeriksaan otot serratus anterior pada gerakan abduction-lateral rotation,
middle trapezius pada gerakan adduction, latissimus dorsi dan teres major
pada gerakan extention, pectoralis major pada gerakan horizontal
adduction, serta otot infraspinatus dan teres minor pada gerakan external
rotation. Dan nilai 2 untuk pemeriksaan otot rhomboids pada gerakan
adduction-medial rotation, lower trapezius pada gerakan depression,
posterior deltoid pada gerakan horizontal abduction, serta subscapularis
pada gerakan internal rotation.

9
4. Pemeriksaan Visual Analog Scale (VAS)
Berdasarkan pemeriksaan untuk mengukur tingkat nyeri pasien
menggunakan blangko pemeriksaan Visual Analog Scale (VAS), diperoleh
hasil yaitu tidak ada rasa nyeri pada saat pengukuran nyeri diam dan nyeri
tekan. Sedangkan untuk pemeriksaan nyeri gerak pasien merasakan nyeri
sedang.

D. Identifiasi Problem/Kesimpulan dari Data Subjektif dan Data Objektif


1. Aset
Aset yang dimiliki pasien yaitu Tn. S mampu dalam melakukan aktivitas
makan, mandi, merias diri, dan toileting. Tn. S mampu melakukan
manajemen BAB dan BAK dengan baik. Tn. S mampu dalam berpindah
tempat secara mandiri. Tn. S juga mampu dalam mobilitas secara mandiri.
Tn. S mampu dalam melakukan aktivitas naik turun tangga. Tn. S juga
mampu dalam berkomunikasi dan berekspresi dengan baik. Tn. S memiliki
ingatan yang baik. Tn. S juga mampu dalam bersosialisasi dengan tetangga
dan mampu memecahkan masalah.

2. Limitasi
Limitasi yang dimiliki pasien yaitu Tn. S memerlukan bantuan minimal
dalam melakukan aktivitas berpakaian untuk tubuh bagian atas karena
tangan kiri Tn. S terasa sakit saat digerakkan ke belakang. Tn. S juga
mengalami kesulitan saat mengambil sesuatu yang letaknya berada diatas
karena tangan kiri Tn. S terasa sakit saat digerakkan lurus ke atas.

E. Prioritas Masalah
Prioritas masalah pasien yaitu Tn. S mengalami kesulitan dalam
menggerakkan tangan kirinya ke belakang dan lurus ke atas.

F. Diagnosis Okupasi Terapi


Tn. S mengalami kendala dalam melakukan activity of daily living yaitu
aktivitas berpakaian secara mandiri karena Tn. S mengalami kesulitan dalam
menggerakkan tangan kirinya ke belakang. Tn. S juga mengalami kesulitan dalam
mengambil sesuatu yang letaknya berada diatas.

G. Prognosis Fungsional
Frozen Shoulder memiliki sejarah alam yang baik. Umumnya merupakan
kondisi yang sembuh sendiri yang dapat diobati dengan terapi fisik dan biasanya
sembuh dalam 1-3 tahun. Waktu untuk pemulihan tidak berbeda antara Frozen
Shoulder primer dan sekunder. Tidak ada perbedaan dalam rasa sakit dan
kecacatan Frozen Shoulder pada pasien dengan dan tanpa diabetes. Pasien dengan
Frozen Shoulder tidak memiliki tingkat aktivitas bahu yang lebih rendah daripada
kontrol berdasarkan jenis kelamin dan usia.

10
Permasalahan yang terjadi pada pasien frozen shoulder adalah nyeri,
penurunan kekuatan otot, penurunan LGS sehingga menyebabkan penurunan
kemampuan aktivitas fungsional pasien. Beberapa penelitian telah menunjukkan
nyeri jangka panjang dan kekakuan bahu setelah perawatan konservatif. Cacat
jangka panjang pada 15%, kehilangan fungsional permanen pada 7-15%, dan
gejala persisten pada 40%.

H. Clinical Reasoning dalam Menentukan Problem, Tujuan dan Media yang


Digunakan
Kerangka acuan yang digunakan pada kasus frozen shoulder ini adalah
kerangka acuan biomekanik. Dipilihnya kerangka acuan ini karena pada kondisi
frozen shoulder menimbulkan masalah pada keterbatasan lingkup gerak sendi dan
penurunan kekuatan otot karena kekakuan bahu dan rasa nyeri pada sendi bahu.
Tujuan penggunaan kerangka acuan biomekanik adalah pasien diharapkan mampu
meningkatkan lingkup gerak sendi bahu, meningkatkan kekuatan otot dan daya
tahan, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas fungsional secara mandiri.
Media terapi juga harus disesuaikan berdasarkan kebutuhan pasien untuk
mencapai tujuan dan melatih gerakan fungsional yang diharapkan pasien. Pada
kasus ini, Tn. S berharapkan dapat memakai baju dan mengambil sesuatu yang
letakya diatas secara mandiri. Karena memakai baju adalah aktivitas yang
dilakukan Tn. S setiap harinya. Dan mengambil sesuatu yang letaknya diatas juga
sering Tn. S lakukan, seperti saat mengambil buku dirak atas.

I. Menyusun Program Terapi


1. Tujuan
a. Tujuan Jangka Panjang 1
Tn. S mampu memakai baju secara mandiri dalam 9 kali sesi terapi
1) Tujuan Jangka Pendek 1.1
Tn. S mampu memakai baju beresleting secara mandiri dalam 3 kali
sesi terapi
2) Tujuan Jangka Pendek 1.2
Tn. S mampu memakai baju berkancing secara mandiri dalam 3 kali
sesi terapi
3) Tujuan Jangka Pendek 1.3
Tn. S mampu memakai baju kaos secara mandiri dalam 3 kali sesi
terapi
b. Tujuan Jangka Panjang 2
Tn. S mampu mengambil buku yang letaknya di atas secara mandiri dalam
6 kali sesi terapi
1) Tujuan Jangka Pendek 2.1
Tn. S mampu mengambil buku dimeja secara mandiri dalam 2 kali sesi
terapi
2) Tujuan Jangka Pendek 2.2

11
Tn. S mampu mengambil buku dirak buku yang sedang secara mandiri
dalam 2 kali sesi terapi
3) Tujuan Jangka Pendek 2.3
Tn. S mampu mengambil buku dirak buku yang tinggi secara mandiri
dalam 2 kali sesi terapi

12
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Frozen shoulder atau sering disebut capsulitis adhesiva adalah rasa nyeri
yang mengakibatkan lingkup geraksendi (LGS) pada bahu terbatas, mungkin
timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa
tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan
penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik
secara aktif atau pasif. (Widya, 2013)

Pasien berinisial S memiliki sisi dominan kanan dengan diagnosis Frozen


Shoulder sebagai salah satu faktor dari penyakit Hipertiroidisme yang dialaminya.
Aset yang dimiliki pasien yaitu Tn. S mampu dalam melakukan aktivitas makan,
mandi, merias diri, dan toileting. Tn. S mampu melakukan manajemen BAB dan
BAK dengan baik. Tn. S mampu dalam berpindah tempat secara mandiri. Tn. S
juga mampu dalam mobilitas secara mandiri. Tn. S mampu dalam melakukan
aktivitas naik turun tangga. Tn. S juga mampu dalam berkomunikasi dan
berekspresi dengan baik. Tn. S memiliki ingatan yang baik. Tn. S juga mampu
dalam bersosialisasi dengan tetangga dan mampu memecahkan masalah. Limitasi
yang dimiliki pasien yaitu Tn. S memerlukan bantuan minimal dalam melakukan
aktivitas berpakaian untuk tubuh bagian atas karena tangan kiri Tn. S terasa sakit
saat digerakkan ke belakang. Tn. S juga mengalami kesulitan saat mengambil
sesuatu yang letaknya berada diatas karena tangan kiri Tn. S terasa sakit saat
digerakkan lurus ke atas.

Kerangka acuan yang digunakan pada kasus frozen shoulder ini adalah
kerangka acuan biomekanik. Dipilihnya kerangka acuan ini karena pada kondisi
frozen shoulder menimbulkan masalah pada keterbatasan lingkup gerak sendi dan
penurunan kekuatan otot karena kekakuan bahu dan rasa nyeri pada sendi bahu.
Tujuan penggunaan kerangka acuan biomekanik adalah pasien diharapkan mampu
meningkatkan lingkup gerak sendi bahu, meningkatkan kekuatan otot dan daya
tahan, sehingga pasien dapat melakukan aktivitas fungsional secara mandiri.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Amwa Wigati. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Frozen


Shoulder Sinistra e.c Capsulitis Adhesiva di RSUD Panembahan Senopati
Bantul [Naskah Publikasi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Suharti, Amien, Rokhim Sunandi, Faizah Abdullah. 2018. Penatalaksanaan


Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra Terkait Hiperintensitas Labrum
Posterior Superior di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
Jurnal Vokasi Indonesia. 6 (1): 51-54.

Romadhoni, Dea Linia. 2015. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen


Shoulder Akibat Capsulitis Adhesiva Sinistra di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta [Naskah Publikasi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Yuliana, Rosida. 2014. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen Shoulder


Sinistra di Puskesmas II Kartasura [Naskah Publikasi]. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Fairusyah, Bagas. 2015. Frozen Shoulder [Referat]. Surabaya: Universitas Hang


Tuah.

Wagola, Taufiq M. 2016. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Frozen


Shoulder Dekstra E.C Capsulitis Adesiva dengan Modalitas Infra Red (IR)
dan Terapi Manipulasi di RS. Aisyiyah Ponorogo [Naskah Publikasi].
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Windakrismey, Astrid. 2019. Penerapan Kerangka Acuan Biomekanik Untuk


Melatih Aktivitas Grooming (Menyisir Rambut) Pada pasien Frozen
Shoulder Dextra di RSUD DR. Moewardi Surakarta [Karya Tulis Ilmiah].
Surakarta: Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta.

https://www.medscape.com/answers/1261598-39081/what-is-the-prognosis-of-
frozen-shoulder-syndrome-fss

14
LAMPIRAN

15

Anda mungkin juga menyukai