Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS FT.

KOMPREHENSIF II
RSUD dr. La Palaloi Kabupaten Maros

LAPORAN KASUS

”PENATALAKSAAN FISIOTERAPI PADA RADICULAR PAIN

AT CAUSA ISCHIALGIA”

OLEH:
RIDHO ANUGRAH
PO. 71.4.241.18.1.066
D.IV B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus praktek komprehensif II atas nama Ridho Anugrah Nim :


PO.71.4.241.18.1.066 di dr. La Palaloi Maros mulai tanggal 09 Mei sampai dengan 04
Juni 2022 dengan judul kasus “Penatalaksaan Fisioterapi Pada Radicular Pain At
Causa Ischialgia ’’

Telah di setujui oleh Pembimbing Lahan ( Clinical Educator) untuk diajukan


sebagai salah satu persyaratan dalam meny elesaikan praktek komprehensif II di Dr. La
Palaloi Maros
Makassar ,28 Mei 2022

Mengetahui

Clinical Educator Preceptor

Ilham Hidayat N,S,Ft.Physio.M.Biomed Hasbiah,S.St.Ft.,M.Kes


NIP.19810204 200502 1 004 NIP.197205051995032001

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................. 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... 3
BAB IPENDAHULUAN..................................................................................................................... 4
BAB IITINJAUAN KASUS ................................................................................................................. 6
A. Tinjauan Anatomi Fisiologi .............................................................................................. 6
B. Tinjauan Ischialgia .......................................................................................................... 10
C. Tinjauan Pengukuran Fisioterapi Kasus Ischialgia ......................................................... 12
D. Tinjauan Intervensi Fisioterapi........................................................................................ 13
BAB IIIPROSES ASSESMENT FISIOTERAPI..................................................................................... 17
A. Identitas Pasien................................................................................................................ 17
B. History Taking ................................................................................................................ 17
C. Inspeksi/Observasi .......................................................................................................... 17
D. Pemeriksaan fungsi gerak dasar ...................................................................................... 18
E. Pemeriksaan Spesifik ...................................................................................................... 19
F. Pengukuran fisioterapi..................................................................................................... 19
G. Diagnosa Fisioterapi ........................................................................................................ 20
H. Problematik Fisioterapi ................................................................................................... 20
BAB IVINTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI ......................................................................... 21
A. Rencana Intervensi Fisioterapi ........................................................................................ 21
B. Strategi Intervensi Fisioterapi ........................................................................................ 21
C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi ................................................................... 21
D. Edukasi dan Home Program ............................................................................................ 24
E. Evaluasi Fisioterapi ......................................................................................................... 25
BAB VPEMBAHASAN.................................................................................................................... 26
A. Pembahasan Assesment Fisioterapi................................................................................. 26
B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi .................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 30

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-Nya, Penatalaksaan Fisioterapi Pada
Radicular Pain At Causa Ischialgia ’’

Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas komprehensif II di dr. La
Palaloi Maros. Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi
mengenai penatalaksaan fisioterapi untuk kasus tersebut.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :


1. Bapak / Ibu dosen Fisioterapi Politeknik Kesehatan Makassar.
2. Bapak / Ibu pembimbing di dr. La Palaloi Maros
3. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
Laporan Kasus ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan selesainya laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman yang membutuhkan.

Makassar, 28 Mei 2022

Ridho Anugrah

3
BAB I

PENDAHULUAN

Ischialgia merupakan salah satu keluhan nyeri yang sering didapatkan di


masyarakat. Angka kejadian Ischialgia hampir sama pada semua populasi
masyarakat diseluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diperkirakan 1,6% sampai 43% dari seluruh populasi masyarakat yang bekerja
(Kumar, 2011). Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi sesudah sefalgia
dan migren yang mencapai 34,8%. Perubahan anatomi progresif yang terjadi
secara alamiah pada daerah lumbosakral dalam waktu yang lama dapat
menimbulkan masalah pada punggung bawah. Selain itu dapat juga rasa nyeri
ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak
membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan, dan rasa nyeri juga
sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. Jika dibiarkan maka
lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah atau
tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah
tersebut (Yanuar, 2002). Ischialgia merupakan keluhan nyeri yang terjadi di
sepanjang perjalanan nervus ischiadicus. Sebagian besar disebabkan oleh
penjepitan akar saraf L4-L5 dan L5-S1 yang biasa dikenal dengan Hernia
Nukleus Pulposus. HNP lumbal sering disebabkan oleh kebiasaan postur yang
jelek saat melakukan aktivitas pekerjaan yang berlangsung lama. Keluhan
ischialgia akan menghambat gerak fungsional lumbal. Nyeri ini di sebabkan
oleh terjepitnya saraf ischiadicus, Saraf ini keluar dari lumbosacralis dan
menuju ke foramen infra piriformis. Dan penyakit ini bisa di sebabkan oleh
berbagai faktor yang berkaitan dalam kehidupan sehari- hari. Daerah punggung
bawah bagian lumbal di syarafi oleh Nervus Ischiadicus yang merupakan syaraf
perifer paling besar yang terdiri dari serabut-serabut saraf Spinal L4 – Sacrum 3
Nervus Ischiadicus jika terjadi penekanan oleh neoplasma atau osteofit di Spina
Ischiadicus akan menimbulkan nyeri yang terasa menjalar di sepanjang
perjalanan. Nervus Ischiadicus yang disebut nyeri Ischialgia (Priguna, 1988)

4
Fisioterapi adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan
fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan fisik, elektris dan mekanis, pelatihan fungsi
dan komunikasi ( SK Menkes RI No. 136/XI/XXI, 2001 ).

Gangguan akibat keterbatasan fungsi dan gerakan merupakan masalah


utama bagi fisioterapi. Gangguan tersebut dapat terjadi oleh karena kelainan
neuromuskuloskletal termasuk ischialgia. Ischialgia merupakan penyebab
terbanyak terjadinya terbatasnya gerak dan gangguan berjalan.

Microwave Dyatermi (MWD), Transcutaneous Electrical Nerves


Stimulation (TENS), Friction dan Streching
Microwave Diatermi (MWD) suatu modalitas fisioterapi yang dapat
bermanfaat dalam mengurangi nyeri. Transcutaneous Electrical Nerves
Stimulation (TENS) memberikan efek fisiologis antara lain efek pada jaringan
tubuh untuk mengurangi nyeri, stimulasi saraf sensorik, stimulasi saraf motorik,
efek pada kontraksi otot, stimulasi pada saraf denervated, dan efek kimia dari
stimulasi. Friction untuk menurunkan spasme pada otot piriformis dan quadratus
lumborum serta Streching digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas serta
elastisitas otot, meningkatkan range of motion, serta penurunan peradangan dan
exercise bugnet untuk melatih kekuatan otot panggul

5
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Anatomi Fisiologi


Nervus ischiadicus serabut saraf yang terbesar didalam tubuh manusia
yang berasal dari fleksus sacralis. Fleksus sacralis dibentuk oleh rami anterior
L5-S1 yang kadang dapat tambahan dari L4-S4. Fleksus sacralis berada
disebelah ventral dari M. piriformis. Fleksus sacralis akan mempercabangkan
diri menjadi N. Ischiadicus, N. Gluteus Superior, N. Gluteus Inferior, N
Cutaneus Femoris Posterior. Nervus Ischiadicus meninggalkan pelvic lewat
forament ischiadica major, di bawah musculus piriformis dan berjalan ke distal
diantara trochanter major os femur dan tuberositas Ischiadica makin ke distal N.
Ischiadicus berada di anterior musculus biceps femoris dan musculus
semimembranosus, kemudian masuk ke pusat popliteadimana N. Ischiadicus
berakhir dan bercabang menjadi dua yaitu : N. Tibialis dan N.Peroneus
Communis
1. N. Tibialis
Dibentuk oleh seluruh bagian anterior fleksus sacralis. Serabut saraf ini
menerima serabut dari dua segmen spinalis lumbal bawah dan tiga segmen
sacral bagian atas. Perjalanan saraf ini dimulai pada bagian atas fossa poplitea
serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan kaki. Pada daerah
ini N tibialis akan mengeluarkan cabang terminalisnya yaitu N. Plantaris
Medialis dan lateral yang terus berjalan kedalam kaki
2. N. Peroneus Communis
Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh aka
saraf L4-L5 dan S1-L2. Nervus ini berjalan kearah distal agak lateral pada
dinding lateral fossa poplitea dekat tepi medial M. Biceps Femoris dengan
caput lateral M. gastrocnrmius kemudian melindungi collum fibulae pada M.
Pereneus longus. Akan bercabang dua yaitu N. Peroneus superfisialis dan N.
Peroneus profundus Adapun komponen – komponen dari regio pinggang
adalah kulit, otot, ruas, tulang sendi, bantalan sendi, facet joint. Dan apabila

6
semuanya ini mengalami gannguan maka sangat berpotensi untuk terkena
NPB yang bisa berlanjut menjadi ishialgia

GB 1.2
Perjalanan N. Ischiadicus

Perjalanan Nervus Ischidicus di mulai dari L4-S3, dan saraf ini memiliki
percabangan antara lain:
a) N. lateral poplital yang terdapat pada caput fibula
b) N. Medial popliteal yang terdapat pada fossa polplitea
c) N. Tibialis Posterior yang terdapat pada sebelah bawah
d) N. Suralis/Saphenus yang terdapat pada tendon ascilles
e) N. Plantaris Yang berada pada telapak kaki

GB 1.3, 1.4
Letak M. Piriformis yang dipersarafi oleh N. Ischiadicus

Otot-otot yang dipersarafi oleh n. ischiadicus adalah :


1. M. Hamstring terbagi atas 3 bagian :
a. M. Semimembranosus

7
Origo : Tuberositas ischiadicus
Insersio : Bagian medial condylus
Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint
Nervus : Tibia L5, S1, S2
b. M. Semitendinosus
Origo : Tuberositas ischiadicus
Insersio : Bagian proksimal medial corpus tibia
Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint
Nervus : Tibia L5, S1, S2
c. M. Biceps femoris
Origo : Caput longum bagian posterior tuberositas
ishiadicus
Insersio : Bagian lateral caput femur
Fungsi : Ekstensi hip, fleksi dan rotasi medial knee joint
Nervus : Tibia L5, S1, S2
2. M. Gluteus maximus
Origo : Bagian depan os ilium
Insersio : Tractus iliotibial
Fungsi : Ekstensi dan lateral rotasi hip
Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1
3. M. Gluteus medisus
Origo : Permukaan luar dari illium, antara anterior dan
posterior garis gluteal
Insersio : Trochanter mayor femur
Fungsi : Abduksi dan medial rotasi hip
Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1
4. M. Gluteus Minimus
Origo : Permukaan luar dari illium, antara anterior dan
inferior garis gluteal
Insersio : Trochanter mayor
Fungsi : Abduksi dan medial rotasi hip
Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1

8
5. M. Piriformis
Origo : Permukaan pelvic os sacrum, incisura ischiadica
mayor
Insersio : Permukaan Intermedial dan trochanter mayor
Fungsi : Abduksi dan ekstensi hip
Nervus : L4-S3
6. M. Tensor fasia latae
Origo : Spina iliaca anterior superior
Insersio : Tractus iliotibial
Fungsi : Ekstensi, abduksi, fleksi, dan medial rotasi hip
Nervus : Gluteus superior L4, L5, S1
7. M. Gracillis
Origo : Corpus dan ramus dari pubis
Insersio : Garis dari trocahnter minor ke aspera
Fungsi : Abduksi, fleksi, dan medial rotasi hip
Nervus : Obturatorium L4-L5
8. M. Gastrocnemius
Origo : Caput medial :epicondylus medial dan
permukaan poplitea dari femur
Caput lateral : Epicondylus lateral
Insersio : Tendon calcaneus ke dalam permukaan posterior
dari calcaneus
Fungsi : Plantar fleksi ankle, fleksi knee
Nervus : Tibialis S1, S2
9. M. Soleus
Origo : Permukaan posterior dari caput dan 1/3
proksimal corpus tibia

Insersio : Tendon calcaneus bagian posterior dari calcaneus

Fungsi : Plantar fleksi ankle


Nervus : Tibialis S1, S2
10. M. Tibialis anterior

9
Origo :Condylus lateralis dan 2/3 bagian atas dari
permukaan lateral tibia ankle
Insersio :Metatarsal I, permukaan plantar dari medial
cuneiform
Fungsi : Dorso fleksi dan inversi ankle
Nervus : Peroneus L3, L5, S1
11. M. Tibialis Posterior
Origo :Bagian posterior dari membrana interossea,
permukaan posterior tibia, 2/3 permukaan medial
fibula
Insersio : Tendon calcaneus
Fungsi : Plantar fleksi ankle
Nervus : Peroneus L4, L5, S1

B. Tinjauan Ischialgia
1. Definisi Iscialgia
Ischialgia berasal dari kata “ischion” yang berarti panggul dan ”algos”
yang berarti nyeri. Nyeri ini terasa pada pungung bawah dan pinggul,
lalu menjalar turun hingga ke paha dan kaki. Penyebab utamanya adalah
disfungsi dari saraf ischiadikus. Nervus ischiadikus merupakan saraf
terpanjang pada tubuh manusia. Saraf ini berasal dari spinal cord menuju
bagian belakang kaki dengan melewati pinggul komplikasi.
Ischialgia adalah rasa nyeri yang menjalar sepanjang perjalanan nervus
Ischiadicus dan kedua cabangnya yaitu nervus peroneus comunis & nervus
tibialis. Keluhan yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area otot
hamstring, nyeri ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan
sensorik maupun motorik sesuai distribusi nervus ischiadicus. Keluhan
pasien dapat pula berupa nyeri yang semakin menjadi saat membungkuk,
berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau saat merotasi internal paha,
juga nyeri saat miksi/defekasi dan dispareunia. Hal ini dapat terjadi karena
proses beberapa penyakit seperti trauma fisik, elektris, infeksi, dan masalah
metabolisme, dan autoimun. Ischialgia meningkat frekuensinya seiring
dengan banyaknya aktivitas yang dikerjakan. Orang awam pada umumnya

10
menginterpretasikan ischialgia dengan rasa sakit dan nyeri pada pantat
(Minaryanti, 2009).
2. Etiologi Ischialgia
Nucleus pulposus yang tertekan hebat akan mencari jalan keluar dan
melalui robekan annulus fibrosus mendorong ligamen longitudinal terjadilah
hernia. Hal ini akan menyebabkan penjepitan jarak antara corpus vertebra
yang akhirnya akan mengiritasi akar saraf yang masuk ke foramen
intervertebralis sehingga timbul nyeri yang hebat kadang – kadang menjalar
sampai ke tungkai. HNP sering terjadi pada daerah Lumbal 4 - Lumbal 5 dan
Lumbal 5 - Sacrum 1 dimana kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu
dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat beban
(Muttaqin, 2008).
3. Patofisiologi Ischialgia
Ischialgia merupakan nyeri menjalar sepanjang perjalanan n.ichiadicus
L4-S2. Ischialgia yang terasa bertolak dari lokasi foramen infrapiriformis
dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadicus, nervus poroneus dan
nervus tibialis harus di curigai sebagai manifestasi ischiadicus primer atau
entrapment neuritis dengan tempat jebakan di daerah sacroiliaka.
Ischialgia yang dirasakan bertolak dari vertebra lumbosacralis atau
daerah paravertebralis lumbosacralis dan menjalar sesuai dengan salah satu
radiks yang ikut menyusun nervus ischiadicus. Sebelum terjadi ischialgia
selalu di dahului dengan Low Back pain atau Nyeri Pinggang Bawah itu
sendiri seperti perasaan nyeri, pegal, linu atau terasa tidak enak di daerah
pinggang, trauma, pantat yang factor pencetusnya oleh berbagai sebab, mulai
dari yang paling jelas seperti salah posisi dan lain sebagainya.
4. Gambaran Klinis Ischialgia
Sakit yang menyebar dari punggung bawah menuju paha belakang
hingga kaki merupakan tanda khas pada ischialgia. Sakit yang terjadi dapat
beragam, mulai dari yang ringan hingga seperti tertusuk-tusuk, sensasi
terbakar atau perasaan tak nyaman yang luar biasa.
Terkadang dapat dirasakan seperti tersentrum listrik. Rasa ini akan
bertambah parah apabila penderita batuk, bersin, atau duduk dalam waktu

11
yang lama. Dan harus digaris bawahi adalah pada ischialgia, hanya satu
tungkai ekstremitas yang terkena, amat jarang ditemui kasus ischialgia pada
kedua tungkai.
Kehilangan kontrol miksi dan defekasi. Merupakan tanda dari sindrom
cauda equine, amat jarang tapi merupakan keadaan yang amat
berbahaya.
Pada ischialgia sering juga dijumpai adanya spasme pada otot-otot
paravertebra lumbal, gluteus, gastrocnemius dan hamstringnya. Oleh
karena nyeri sehingga otot-otot tidak mampu bekerja secara maksimal.

C. Tinjauan Pengukuran Fisioterapi Kasus Ischialgia


1. Pengukuran Nyeri
Pengukuran Nyeri yang di gunakan yaitu VAS merupakan metode
pengukuran intensitas nyeri yang sensitif, murah dan mudah dibuat,
VAS lebih sensitif dan lebih akurat dalam mengukur nyeri
dibandingkan dengan pengukuran deskriptif, Mempunyai korelasi yang baik
dengan pengukuran yang lain, VAS dapat diaplikasikan pada semua
pasien, tidak tergantung bahasa bahkan dapat digunakan pada anak-
anak di atas usia 5 tahun, VAS dapat digunakan untuk mengukur semua jenis
nyerinamun VAS juga memiliki kekurangan yaitu VAS memerlukan
pengukuranyang teliti untuk memberikan penilaian, pasien harus hadir saat
dilakukan pengukuran, serta secara visual dan kognitif mampu melakukan
pengukuran.VAS sangat bergantung pada pemahaman pasien terhadap
alat ukur tersebut. Sehingga edukasi / penjelasan terapis / pengukur
tentang VAS terhadap pasien sangat dibutuhkan.

2. Pengukuran kekuatan otot

12
Kekuatan otot adalah kemampuan dari otot baik secara kualitas maupun
kuantitas mengembangkan ketegangan otot untuk melakukan kontraksi (
Waters & Bhattacharya 2009 ). Pengukuran kekuatan otot yang dilakukan
pada kasus Ischialgia adalah Bugnet Exercise. Bugnet exercise adalah cara
yang baik untuk mengisolasi dan memperkuat otot gluteus dan hamstring.
Jika melakukan latihan ini dengan benar, bugnet exercise digunakan untuk
stabilitas dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-otot
punggung bawah dan hip
3. Pengukuran fungsional/disabilitas lumbal
Aktivitas fungsional adalah suatu gambaran kemampuan pasien dalam
melakukan aktivitas fungsional sehari-hari seperti: perawatan diri, aktivitas
mengangkat, berjalan, duduk, berdiri, tidur dan jongkok. Adapun aktivitas
fungsional yang berhubungan dengan mobilitas lumbal yaitu aktivitas yang
menimbulkan terjadinya gerakan pada daerah lumbal, misal gerakan
mengangkat, mambungkuk, memutar, dan jongkok Pengukuran Disabilitias
Lumbal menggunakan Oswetry Disability Index.
D. Tinjauan Intervensi Fisioterapi
1. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan suatu cara
penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem saraf dan
peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui permukaan kulit
dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai
tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik syaraf berdiameter besar maupun kecil
yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke saraf pusat.
Efektifitas TENS dapat diterangkan lewat teori gerbang kontrol.
Dalam penurunan nyeri melalui mekanisme segmental, TENS akan
menghasilkan efek analgesia dengan jalan mengaktifasi serabut A beta yang akan
menghibisi neuron nosiseptif di kornu dorsalis medulla spinalis, yang mengacu
pada teori gerbang kontrol bahwa gerbang terdiri dari sel internunsia yang bersifat
inhibisi yang dikenal sebagai substansia gelatinosa dan yang terletak di kornu
posterior dan sel T yang merelai informasi dari pusat yang lebih tinggi (Parjoto,
2006).
Tujuan Pemberian Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) adalah
untuk memeilhara fisiologis otot dan mencegah atrofi otot, re-edukasi fungsi otot,

13
modulasi nyeri tingkat sensorik, spinal dan supraspinal, menambah Range Of
Motion (ROM)/mengulur tendon, memperlancar peredaran darah dan
memperlancar resorbsi oedema
2. Micro Wave Diathermy (MWD)
Suatu alat sebagai pengoobatan yang menggunakan sttesor fisis berupa energy
elektromagnetik yang dihasilkan oleh aris bolak-balik berfrekuensi 2450 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 cm.
a. Indikasi
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedative, serta
perbaikan metabolism.
b. Kontraindikasi
Pemakaian implant alat pacu jantung, adanya logam dalam jaringan dan
permukaan jaringan, gangguan pembuluh darah, gangguan sesibilitas,
pendarahan.
3. Terapi Latihan
Terapi latihan yang diberikan kepada pasien adalah Streaching, baik Stretching
active, Stretching passive, dan Active resisted exercise. Tujuan dari latihan tersebut
adalah untuk penguatan dan peregangan otot-ototdan memperbaiki atau
mengembalikan kearah sikap tubuh yang normal.
a. Stretching active
Dengan metode active movement exercise ditujukan untuk
merelaksasikan otot piriformis dextra, menjaga ekstensibilitas otot,mencegah
perlengketan, memelihara lingkup gerak sendi. Pelaksanaanya yaitu posisi
pasien tidur terlentang.Pasien diminta untuk menggerakkan kaki kiri dengan
posisi (fleksi hip, fleksi knee dextra), dan kaki kanan dengan posisi (fleksi,
eksorotasi hip dan fleksi knee sinistra). Kaki kanan diletakkan diatas lutus kiri.
Kemudian pasien menarik kaki kiri mendekati dada. Pengulangan gerakan
dilakukan 10-30 kali.
b. Stretching passive
Ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri, relaksasi otot piriformis
sinistra,dan mengulur otot piriformis sinistra yang mengalami
pemendekan.Pelaksanaanya yaitu posisi pasien tidur terlentang, posisi terapis
berada disamping pasien pada sisi kontralateral dari tungkai yang terlibat.
Kemudian gerakan fleksi dan adduksikan hip disertai internal rotasi hip dengan
menggunakan kedua tangan terapis. Dalam posisi otot piriformis sinistra terulur

14
maksimmal (fleksi, adduksi dan internal rotasi hip yangmaksimal).Pengulangan
gerakan selama 8 kali.
4. Transverse Friction
a. Pengertian
Tranverse friction merupakan suatu teknik manipulasi yang
bertujuan untuk mencegah perlengketan jaringan, memperbaiki sirkulasi
darah, dan menurunkan rasa nyeri secara langsung.
b. Efek Transverse Friction
Jaringan penghubung berkembang secara luas sebagai suatu
konsekuensi dari kegiatan sel-sel yang mengalami inflamasi, vaskular,
sel-sel limpatik endothelial dan fibroblast. Perkembangan jaringan
penghu-bung dibagi dalam 3 fase utama, yaitu infla-masi, proliferasi
(granulasi), dan remodelling. Proses ini terjadi secara terpisah tetapi
berkelanjutan (perubahan sel, matriks, dan perubahan vaskular) yang
dimulai dengan pelepasan mediator inflamatory dan berakhir dengan
pembentukan kembali jaringan yang rusak.
5. Mobilisasi saraf
Mobilisasi saraf adalah modalitas pengobatan yang digunakan dalam
kaitannya dengan lesi dari sistem saraf. Teknik mobilisasi saraf meliputi
gerakan berulang dari segmen yang mengalami gangguan, serta kombinasi
gerakan dari segmen sisi distal dan proksimalnya (Kostopoulos, 2003).
a. Tujuan mobilisasi saraf
Tujuan utama dari mobilisasi saraf yaitu untuk mengembalikan
keseimbangan dinamis antara gerakan jaringan saraf dan jaringan di
sekitarnya, sehingga mengurangi tekanan intrinsik pada jaringan saraf.
b. Manfaat mobilisasi saraf
Manfaat dari teknik mobilisasi saraf meliputi :
1) Memfasilitasi gliding saraf
2) Meningkatkan vaskularisasi saraf
3) Meningkatkan aliran axoplasmic atau transport axonal.
c. Kontraindikasi

15
Kontraindikasi dilakukannya mobilisasi saraf menurut Butler (1991)
adalah :
1) Kondisi yang irritable
2) Inflamasi akut atau gangguan yang mengenai sistem saraf, seperti
Guillain Barre
3) Gangguan neurologis (defisit neurologis)
4) Lesi cauda equina
5) Cidera medula spinalis.
d. Teknik Mobilisasi Saraf Ischiadicus
Posisikan pasien dengan posisi tidur terlentang, kemudian
lakukan gerakan fleksi hip, adduksi hip, dan dorso ankle selama 3
detik secara berulang-ulang.
6. Bugnet Exercise
a. Teknik ke 1, Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang
keras. Fleksikan tungkai pada sendi lutut dan sendi panggul
gerakkanlah menuju dada lalu diusahakan paha menempel pada dada,
tahan beberapa detik. Lakukanlah beberapa kali. Dapat dilakukan
satuper satu. (Ulangi 10-30 kali).
Frekuensi : 2 kali seminggu selama 4 minggu
Intensitas : optimal resisten dengan 10-30 kali repitisi
Time : 5 menit
Teknik : isometric kontraksi
b. Teknik ke 2, Berbaring terlentang dengan kaki difleksikan pada sendi
genu dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial,
dengan melipatkan tangan menyilang di dada dan mengangkat bahu
setinggi 15-30 cm dari lantai. Lakukan beberapa kali. (Ulangi 10-30
kali).
Frekuensi : 2 kali seminggu selama 4 minggu
Intensitas : optimal resisten dengan 10-30 kali repitisi
Time : 5 menit
Teknik : isometric kontraksi

16
BAB III

PROSES ASSESMENT FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. R
b. Umur : 20 Tahun
c. Jenis kelamin : laki –laki
d. Agama : Islam
e. Alamat : Maros
f. Pekerjaan :-

B. History Taking
Keluhan utama : Nyeri
Lokasi keluhan : Pinggang bawah hingga tungkai kanan
Riwayat Perjalanan Penyakit : ±1 tahun yang lalu pasien ke jawa untuk bekerja dan
di sela-sela pekerjaannya pasien merasakan nyeri pada
punggung bawah. Kemudian pasien pulang ke maros
dan memilih tidak memeriksakan kondisinya, setelah
nyeri yang dirasakan pasien tak kunjung hilang hingga
terasa kebas sampai ke ujung kaki dan sudah
mengganggu aktifitas sehari-harinya seperti timbulnya
nyeri pada saat duduk dan berdiri dalam waktu relatif
lama. Maka pasien berinisiatif untuk pergi melakukan
pengobatan d rsud dr. la palaloi maros dan di anjurkan
oleh dokter untuk menjalani pengobatan fisioterapi.
Riwayat Penyakit Dahulu :-

C. Inspeksi/Observasi
1. Inspeksi
a. Statis
1) Anterior : Postur tampak lateral deviasi
2) Posterior : - posisi pelvic asimetris
- Postur tampak kifosis
b. Dinamis

17
Ketika berjalan cenderung menumpu pada tungkai sebelah kiri
2. Vital sign
Tekanan Darah : 110/85 mmHg
Denyut Nadi : 70x/menit
Frekuensi Nafas : 18x/menit
Suhu : 360C
3. Palpasi
Terdapat nyeri tekan dan spasme pada otot Erector spine, quadratus
lumborum dan piriformis

D. Pemeriksaan fungsi gerak dasar


1. Gerak Aktif
a. Flexi Lumbal : Nyeri bagian punggung bawah , keterbatasan
gerakan
b. Extensi Lumbal : Tidak nyeri
c. Lateral Flexi kiri : Nyeri punggung bawah sisi kanan
d. Lateral fleksi kanan : tidak nyeri
e. Rotasi kiri : Tidak nyeri
f. Rotasi kanan : tidak nyeri
2. Gerak Passif
a. Flexi Lumbal : Nyeri bagian punggung bawah , keterbatasan
gerakan
b. Extensi Lumbal : Tidak nyeri
c. Lateral Flexi kiri : Nyeri punggung bawah sisi kanan
d. Lateral fleksi kanan : Tidak Nyeri
e. Rotasi kiri : Tidak nyeri
f. Rotasi kanan : Tidak Nyeri
3. TIMT
a. Flexi Lumbal : Nyeri, Tahanan Minimal
b. Extensi Lumbal : Tidak nyeri , Tahanan Minimal
c. Lateral Flexi kiri : Nyeri, Tahanan Minimal
d. Lateral fleksi kanan : Tidak nyeri, Tahanan Minimal
e. Rotasi kiri : Tidak nyeri, Tahanan Minimal

18
f. Rotasi kanan : Tidak Nyeri, Tahanan Minimal

E. Pemeriksaan Spesifik
a. Straight Leg Raise Test
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada nyeri pada daerah lumbal
atau adanya penekanan pada akar saraf
Hasil : Positif (+)
Interpretasi : Positif nyeri mengindikasikan adanya penekanan pada
akar saraf
b. Piriformis Test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya dampak dari piriformis
muscle tightness
Hasil : Positif (+)
Interpretasi : Positif test jika nyeri atau rasa kebas muncul selama test.

F. Pengukuran fisioterapi
a. Visual Analog Scale (VAS)

Tujuan : Untuk mengetahui derajat nyeri pasien


Hasil :
- Nyeri diam : 3
- Nyeri tekan : 8
- Nyeri gerak : 5
Interpretasi : Terdapat nyeri ringan pada saat diam, nyeri hebat pada saat
ditekan, dan nyeri sedang pada saat bergerak
c. Pengukuran nyeri pinggang (Skala ODI)
Oswestery Disability Index (ODI) adalah indeks yang berasal dari Oswestery
Low Back Pain Questionnaire yang digunakan oleh dokter dan peneliti untuk
mengukur rasa nyeri yang rendah. Pertama kali dipublikasikan oleh Jeremy
Fairbank pada tahun 1980. ODI saat ini dianggap sebagai salah satu standar

19
emas untuk mengukur derajat kecacatan dan memperkirakan kualitas hidup
seseorang yang sering terkena sakit nyeri pinggang.
Seksi Score
Intensitas nyeri 4
Perawatan diri 2
Mengangkat benda 3
Berjalan 1
Duduk 2
Berdiri 2
Tidur 1
Kehidupan Sosial 3
Bepergian 1
Pekerjaan Rumah Tangga 2
Total score 21
 0% - 20% : kecacatan minimal (minimal disability)
 21% - 40% : kecacatan sedang (moderate disability)
 41% - 60% : cacat berat (severe disability)
 61% - 80% : nyeri punggung yang melumpuhkan (crippled)
 81% - 100% : pasien ini terikat di tempat tidur atau memiliki
gejala yang berlebihan

G. Diagnosa Fisioterapi
“Radicular Pain At Causa Ischialgia”.

H. Problematik Fisioterapi
No. Komponen ICF Pemeriksaan / pengukuran
yang membuktikan

1. Impairment
- Nyeri PFGD dan VAS
- Spasme otot erector spine, Palpasi
quadratus lumborum,
piriformis
2. Activity Limitation
- Gangguan duduk dalam ODI
waktu yang lama
- Nyeri apabila berdiri ODI
terlalu lama
3. Participaton Restriction
Keterbatasan dalam melakukan Anamnesis
pekerjaan dan Berolahraga

20
BAB IV

INTERVENSI DAN EVALUASI FISIOTERAPI

A. Rencana Intervensi Fisioterapi


1. Tujuan Jangka Pendek
a. Menurunkan nyeri
b. Menunrunkan spasme pada M. Erector spine, M. quadratus lumborum, M.
piriformis
2. Tujuan Jangka Panjang
Mengembalikan kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas
fungsional sehari-hari (ADL)
B. Strategi Intervensi Fisioterapi
No. Problematik Tujuan Intervensi Jenis
Fisioterapi Intervensi
1. Impairment
- Nyeri Untuk menurunkan nyeri MWD,
- Spasme otot Untuk menurunkan spasme pada TENS,Friction,
erector spine, otot erector spine, quadratus streching,
quadratus lumborum, piriformis Mobilisasi
lumborum, saraf, bugnet
piriformis exercise

2. Activity Limitation
- Gangguan Untuk melatih otot yang lemah Bugnet
duduk dalam serta memperkuat otot panggul Exercise
waktu yang Pengurangan rasa nyeri, TENS
lama memelihara fisiologis otot dan
- Nyeri apabila mencegah atropi otot
berdiri terlalu
lama
3. Participaton
Restriction
Keterbatasan dalam Untuk mengembalikan aktivitas Edukasi dan
melakukan pekerjaan pasien dalam kehidupan sosial Home program
dan Berolahraga seperti biasanya

C. Prosedur Pelaksanaan Intervensi Fisioterapi

1. Trancutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS)

21
Tujuan : Pengurangan rasa nyeri, memelihara fisiologis otot dan
mencegah atropi otot.
Posisi Pasien : Tidur terlentang
Posisi Fisioterapis : Berdiri disamping pasien bed
Prosedur : Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian yang
menghalangi. Pasang elektroda pada punggung bawah
dan di Gastrocnemeius pasien di titik nyeri atur
intensitas sesuai toleransi pasien. Fisioterapis selalu
memonitor pasien selama terapi berlangsung. Rapikan
Alat

2. Friction
Tujuan : Menghancurkan myoglosis yaitu timbunan dari sisa-sisa
pembakaran yang terdapat pada otot dan menyebabkan
pengerasan serabut otot
Posisi Pasien : Miring ke samping
Posisi Fisioterapis : Berada disamping bed tepat dibelakang pasien
Teknik : Fisioterapis menggerus dengan menggunakan jari
jempol (jari yang paling kuat) dan siku tangan pada otot
piriformis pasien hingga menemukan titik nyeri agar otot-
otot menjadi rileks
Dosis : 2 kali seminggu , dengan tekanan yang menimbulkan nyeri
yang masih bisa ditahan oleh pasien
3. Stretching
Tujuan : Merileksasikan otot
Posisi Pasien : Supine position
Posisi Fisioterapis : Berada disamping bed
Teknik : -Ulur betis maksimal dengan mendorsofleksikan ankle
semaksimal mungkin, berikan tahanan terlebih dahulu.
- Berbaring terlentang dengan fleksi hip kemudiam
fisioterapis mendorong ke arah medial dan plantarkan
telapak kaki sampai pasien merasakan peregangan pada
otot piriformis

22
Dosis : 8 hitungan, 10-30 repititisi
4. Bugnet Exercise
a. Teknik ke 1, Berbaringlah terlentang pada lantai atau matras yang keras.
Fleksikan tungkai pada sendi lutut dan sendi panggul gerakkanlah
menuju dada lalu diusahakan paha menempel pada dada, tahan beberapa
detik. Lakukanlah beberapa kali. Dapat dilakukan satuper satu. (Ulangi
10-30 kali).
Frekuensi : 2 kali seminggu selama 4 minggu
Intensitas : optimal resisten dengan 10-30 kali repitisi
Time : 5 menit
Teknik : isometric kontraksi
b. Teknik ke 2, Berbaring terlentang dengan kaki difleksikan pada sendi
genu dan telapak kaki berada flat di lantai. Lakukan sit up parsial, dengan
melipatkan tangan menyilang di dada dan mengangkat bahu setinggi 15-
30 cm dari lantai. Lakukan beberapa kali. (Ulangi 10-30 kali).
Frekuensi : 2 kali seminggu selama 4 minggu
Intensitas : optimal resisten dengan 10-30 kali repitisi
Time : 5 menit
Teknik : isometric kontraksi
5. Mobilisasi saraf
Mobilisasi saraf adalah modalitas pengobatan yang digunakan dalam
kaitannya dengan lesi dari sistem saraf. Teknik mobilisasi saraf meliputi
gerakan berulang dari segmen yang mengalami gangguan, serta kombinasi
gerakan dari segmen sisi distal dan proksimalnya (Kostopoulos, 2003).
a. Tujuan mobilisasi saraf
Tujuan utama dari mobilisasi saraf yaitu untuk mengembalikan
keseimbangan dinamis antara gerakan jaringan saraf dan jaringan di
sekitarnya, sehingga mengurangi tekanan intrinsik pada jaringan saraf.
b. Manfaat mobilisasi saraf
Manfaat dari teknik mobilisasi saraf meliputi :
1) Memfasilitasi gliding saraf
2) Meningkatkan vaskularisasi saraf

23
3) Meningkatkan aliran axoplasmic atau transport axonal.
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi dilakukannya mobilisasi saraf menurut Butler (1991)
adalah :
1) Kondisi yang irritable
2) Inflamasi akut atau gangguan yang mengenai sistem saraf, seperti
Guillain Barre
3) Gangguan neurologis (defisit neurologis)
4) Lesi cauda equina
5) Cidera medula spinalis.
d. Teknik Mobilisasi Saraf Ischiadicus
Posisikan pasien dengan posisi tidur terlentang, kemudian
lakukan gerakan fleksi hip, adduksi hip, dan dorso ankle selama 3
detik secara berulang-ulang.
6. MWD
a. Persiapan alat
1) Siapkan alat MWD
b. Persiapan pasien
1) Fisioterapis menjelaskan mengenai prosedur dan tujuan pemberian
intervensi MWD.
2) Instruksikan pasien untuk melepas pakaian dan aksesoris yang
berbahan logam pada area tungkai.
3) Posisi pasien menyamping/side lying
4) Pasang circuplode MWD dengan jarak 5 cm dari punggung pasien.
c. Teknik pelaksanaan
1) Nyalakan MWD dengan menekan tombol ON.
2) Atur dosis terapi yaitu : intensitas 70 watt, jarak 5 cm, durasi waktu
8 menit
D. Edukasi dan Home Program
1. Edukasi
a. Pasien diminta untuk menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri
seperti duduk dan berdiri dalam waktu relatif lama

24
b. Mengurangi kegiatan yang melibatkan pembebanan berlebihan pada
punggung seperti mengangkat barang berat
2. Home Program
a. Meminta pasien untuk melakukan gerakan latihan yang telah dilakukan
saat terapi seperti gerakan Bugnet Exercise. Dan dianjurkan untuk
melakukan self streaching.

E. Evaluasi Fisioterapi

No Problematik Intervensi Evaluasi


Fisioterapi

Awal Terapi Akhir Terapi


1. Impairment
- Nyeri MWD, Pada tanggal 18 mei Pada tanggal
- Spasme otot TENS,Friction, 2022 awal terapi, 25 mei 2022
erector spine, streching, pasien merasakan akhir terapi,
quadratus Mobilisasi nyeri pada saat nyeri yang
lumborum, saraf, bugnet bergerak dan dirasakan
piriformis exercise ditekan terdapat pasien sedikit
spasme pada otot berkurang dan
erector spine, terjadi
quadratus penurunan
lumborum, spasme
piriformis.
2. Activity
Limitation
- Gangguan Bugnet Pasien kesulitan dan Nyeri yang
duduk dalam exercise merasakan nyeri dirasakan
waktu yang TENS pada saat duduk dan pasien pada
lama berdiri dalam waktu saat duduk
- Nyeri apabila relatif lama dan berdiri
berdiri terlalu lama hilang
lama timbul.
3. Participaton
Restriction
Keterbatasan Edukasi dan Saat melakukan Pasien belum
dalam melakukan Home Program pekerjaan dan mampu
pekerjaan dan berolahraga pasien melakukan
Berolahraga. masih merasakan pekerjaan dan
nyeri. aktivitas
berolahraga.

25
BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Assesment Fisioterapi


1. Identitas Pasien
Pada konsep Evidence Based Practice bahwa Assessment (indentitas
pasien) dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan bukti-bukti yang
paling relevan seputar indentitas diri pasien yang nanti dapat menentukan
hasil untuk mendukung tercapainya tujuan. Kita melakukan proses
sistematik pengumpulan, penganalisaan, dan penafsiran informasi dari
pasien untuk menentukan apa yang menjadi tujuan . pada kondisi ischialgia
kita menanyakan umur serta pekerjaan pasien yang menjadi pemicu atau
penyebab ischialgia tersebut. Perubahan terkait usia di tulang belakang,
seperti herniasi diskus dan tulang yang menonjol, adalah penyebab paling
umum dari ischialgia Pekerjaan yang mengharuskan mengangkut beban
berat atau posisi yang tidak ergonomis untuk waktu yang lama. Orang yang
duduk untuk jangka waktu lama atau memiliki gaya hidup yang tidak aktif
memiliki risiko lebih besar terjadi ischialgia daripada orang yang aktif.
2. History Taking
Pada history taking terdapat keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit,
serta riwayat penyakit sebelumnya, menurut literature Diagnosa dan
Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang Belakang bahwa dalam proses
assessment kita memasukkan history taking agar kita bisa mentukan
intervensi apa yang akan diberikan pada pasien ischialgia tersebut agar tidak
menjadi kontra indikasi pada pemberian alat maupun terapi exercise serta
kita mengukur tekanan darah, denyut nadi serta pernapasan pasien karena
itu juga berkaitan, apabila pasien memiliki riwayat hipertensi yang menjadi
kontra indikasi pada salah satu alat yang diberikan
3. Inspeksi/Observasi
Pada inspeksi terdapat dua bagian Statis dan dinamis dimana pada statis
kita melihat pada saat pasien diam, sedangkan pada dinamis kita melihat
pada saat pasien berjalan. Dan pada hasil yang didapatkan dari kedua

26
terdapat spasme dan kelemahan otot , serta pasien merasakan nyeri saat
duduk berjam jam.
4. Pemeriksaan Fisioterapi
Pemeriksaan Fungsi Dasar untuk mengetahui apakah mengalami
kegterbatasan gerak pada Regio Lumbal
Pemeriksaan Spesifik
a. Straight Leg Raise Test
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada nyeri pada daerah
lumbal atau adanya penekanan pada akar saraf
Hasil : Positif (+)
Interpretasi : Positif nyeri mengindikasikan adanya penekanan
pada akar saraf
b. Piriformis Test
Tujuan : Untuk mengidentifikasi adanya dampak dari
piriformis muscle tightness
Hasil : Positif (+)
Interpretasi : Positif test jika nyeri atau rasa kebas muncul
selama test.

B. Pembahasan Intervensi Fisioterapi


1. Transcutaneus Electrical NerveStimulation (TENS)
Terapi pada kasus ischialgia sinistra, setelah diberikan modalitas fisioterapi
berupa Transcutaneus Electrical NerveStimulation(TENS) dapat menggurangi
nyeri karena pemberian terapi listrik akan memblokir perjalanan nyeri yang
akan menuju keotak, sehingga impuls yang dihantarkan tidak sampai menuju
keotak (Pardjoto, 2006). Nyeri Dari hasil evaluasi didapatkan penurunan nyeri
dari sebelum terapi nilai intensitas yaitu 52,0 mA menjadi 40,0 mA.Pada terapi
ke empat.
2. Streching
Untuk meningkatkan lingkup gerak sendi dilakukan Streching Apabila
latihan dilakukan secara teratur dan benar dalam waktu yang relatif lama akan
meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot sebagai stabilisasi aktif, sehingga
tubuh akan lebih tahan terha dap perubahan gerakan dan pembebanan statis

27
atau dinamis akan memberikan efek penurunan pada ketegangan otot-otot
trunk sehingga menambahluas gerak sendi pada trunk (Susanti,2015).
Dari hasil evaluasi di dapatkan adanya penambahan LGS fleksi lumbal
dari sebelum terapi pada gerak fungsi dasar saat fleksi lumbal masih terasa
nyeri , setelah terapi ke empat sudah bias digerakkan tetapi masih terbatas.
3. Bugnet Exercise
Peningkatan aktifitas fungsional pada kondisi ischialgia et causa HNP karena
dengan adanya pengurangan nyeri yang merupakan masalah utama pasien lebih
berani menggerakkan trunk dan tungkainya sehingga aktifitas fungsionalnya
juga meningkat. Dari hasil evaluasi didapatkan adanya peningkatan
kemampuan fungsional yang diukur menggunakan skala owestry dari sebelum
terapi.
4. Friction
Friction dapat secara langsung mengurangi atau menghilangkan nodule
melalui tekanan secara dalam di titik nyeri pada bagian otot piriformis yang
spasme dan membuat otot dapat lebih mudah mobilisas, mobilisasi jaringan
otot piriformis itu sendiri agar kembali normal dengan cara mengurangi nyeri
di titik nyeri otot. Hal ini penting untuk mengembalikan fungsi metabolisme
aliran darah yang tidak lancar , sehingga membuat aktifasi nosiseptif seperti
enkefalin, endorphin, serotonin, dan noradrenalin meningkat dan dapat sampai
di otot yang spasme (Weber C. 2002).
5. Micro Wave Diathermy (MWD)
Suatu alat sebagai pengoobatan yang menggunakan sttesor fisis berupa energy
elektromagnetik yang dihasilkan oleh aris bolak-balik berfrekuensi 2450 MHz
dengan panjang gelombang 12,25 cm.
a. Indikasi
Menurunkan nyeri, normalisasi tonus otot melalui efek sedative, serta
perbaikan metabolism.
b. Kontraindikasi
Pemakaian implant alat pacu jantung, adanya logam dalam jaringan dan
permukaan jaringan, gangguan pembuluh darah, gangguan sesibilitas,
pendarahan
6. Mobilisasi saraf

28
Mobilisasi saraf adalah modalitas pengobatan yang digunakan dalam
kaitannya dengan lesi dari sistem saraf. Teknik mobilisasi saraf meliputi
gerakan berulang dari segmen yang mengalami gangguan, serta kombinasi
gerakan dari segmen sisi distal dan proksimalnya (Kostopoulos, 2003).

29
DAFTAR PUSTAKA

Aras, Djohan. 2014. Tes Spesifik Muskuloskeletal Disorder. Makassar PhysioCare


Publishing.

Aras Djohan, Hasnia Ahmad, Andy Ahmad, 2017. Tes Spesifik Muskuloceletal
Disorder. Makassar: Physiocare Publishing.

Anshar, Sudaryanto. 2011. BIOMEKANIK (Osteokinematika dan Arthrokinematika).


Makassar : Politeknik Kesehatan Makassar.

Apley, A. Graham, Buku A jar Or thopedi Frak tur Sistem Apley, 7th ed, Widya
Medika CD Atlas of clinical Anatomi

Achmad , Arisandi.Aras,Johan.,And Ahmad, Hasnia. 2019.Physical Therapy Special


Test II. Makassar: Professional Physiotherapy Publishing.

Bandy, Reese. 2010. Joint Range of Motion and Muscle Length Testing . Second
Edition. Missouri: St Louis.

Catana,M dkk. 2010. Traumatic lumbar Spondylolisthesis. Case Report


Jurnal.healthsains: 1 : 29-88

Mahadewa, et al. 2009.Diagnosa dan Tatalaksana Kegawat DaruratanTulangBelakang.


Jakarta: CV sagung Seto.Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta:
Penerbit bukukedokteran EGC.

Kushartanti BM. Wara dan Satyagraha Ali. 2005. Penyusunan Standar Diagnosis Dan Terapi
Fisik untuk Ischialgia dan Low Back Pain Diklinik Terapi Fisik FIK-UNY. Yogyakarta :
Universitas Negri Yogyakarta. (diakses pada tanggal 22 November 2018)

Aras, Djohan dkk.2019 the new consept of physical therapist test and measuretment.Sidoarjo :
Widya physio

Achmad, Arisandy, dkk. 2019. physical Therapy special Test II. Sidoarjo Widya Physio

Fairbank Jc, Pynsent Pb. The Oswestry Disability Indeks Spine 2000 Nov 15;(22) 2940- 52;
discussion 52.

30

Anda mungkin juga menyukai