PERIODE II
RSUD HAJI MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Keterampilan Dasar Praktek Klinik (KDPK II) atas nama A.
Shoulder” telah disetujui sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan praktek
September 2022.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan kasus ini
Frozen Shoulder”
Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas praktek klinik di
Poliklinik Fisioterapi RSUD haji Makassar Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan
Kasus ini.
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan selesainya laporan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................................................... i
A. Identitas Pasien.............................................................................................................. 27
C. Inspeksi/Observasi ........................................................................................................ 27
iii
F. Pengukuran Fisioterapi ................................................................................................ 28
I. Problematika ................................................................................................................. 30
E. Evaluasi .......................................................................................................................... 38
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 42
B. Saran............................................................................................................................... 42
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari gerak dan fungsi gerak
yang merupakan bagian integral dari kapasitas fisik dan kemampuan fungsional.
Munculnya beberapa keluhan juga sering menyertai dalam aktivitas gerak tubuh
manusia. Regio bahu merupakan area yang memiliki mobilitas tinggi dan stabilitas yang
minimal sehingga region bahu sering mengalami cedera. Dampak dari cedera bahu
sering menyebabkan kaku bahu yang biasa dikenal sebagai frozen shoulder. (Muhammad
Secara epidemologi frozen shoulder di indonesia terjadi pada usia 40-60 tahun,
dan lebih sering terjadi pada wanita dari pada laki-laki. frozen shoulder merupakan suatu
kondisi gerak sendi bahu menjadi terbatas. Penyakit ini memiliki tingkat keparahan
bervariasi mulai dari nyeri ringan hingga nyeri berat (Suharti. A et al., 2018). Prevelensi
pada penderita frozen shoulder 10-20% dari penderita diabetes melitus. Adapun faktor
antara lain immobilisasi yang lama, akibat trauma, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan
trauma.(Purnomo D, 2017)
2022 daftar kunjungan penderita Frozen Shoulder sebanyak 5 pasien. Pasien berjenis
Adapun intervensi yang diberikan kepada penderita Frozen shoulder yaitu Infra
oksigenasi yang cukup pada daerah yang sedang terapi. Kondisi ini selanjutnya
1
sehingga membantu proses penyembuhan jaringan secara lebih cepat. (Nur Nasution,
2022)
abnormal cross link antara serabut-serabut kolagen sehingga terjadi perbaikan lingkup
gerak dan juga peregangan otot-otot shoulder sehingga peredaran darah lancar dan nyeri
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Anatomi Shoulder
adalah os. humerus, os. scapula, dan os. clavicula. Beberapa sendi yang terlibat
glenohumeral terdiri dari fossa glenoidalis scapula dan caput humeri. Fossa
yang berbentuk bola dengan diameter 3 cm dan menghadap superior, medial, dan
pembungkus sendi yang berasal dari ligament. Pada sendi glenohumeral terdapat
yaitu:
colagen sedikit lunak dan tidak memiliki saraf reseptor pada pembuluh darah.
Fungsi dari kapsul tersebut adalah untuk menghasilkan cairan synovial dan
3
secara normalnya adalah bening, tidak berwarna, dan jumlahnya ada pada
b. Kapsul fibrosa (lapisan luar) Kapsul fibrosa adalah jaringan fibrosa yang
sangat keras yang dimemiliki oleh saraf reseptor pada pembuluh darah.
Fungsinya dari kapsul fibrosa ini adalah untuk memelihara posisi dan
a. Scapula
akromion, dan coracoid. Scapula sebagai tempat melekat beberapa otot yang
berfungsi menggerakkan bahu secara kompleks. Empat otot rotator cuff yang
c. Clavicula
lateral dan manubrium pada sisi medial. Menahan scapula untuk mencegah
d. Humerus
4
tempat melekatnya insertio otot deltoid. Pada bagian distal humerus terdapat
kapsul sendi.
5
c. Ligament Acromioclavicular yang berfungsi untuk memperkuat bagian
superior kapsul sendi dan memberikan stabilitas pada sendi AC. Memiliki 2
acromioclavicular inferior
joint
6
e. Ligament humeral trasversal yang berfungsi melintang menahan kepala
7
g. Ligament costoclavicular berfungsi sebagai struktur stabilisasi utama sendi
sendi sternoclavicular
8
Otot-otot pembungkus sendi glenohumeral terdiri dari otot rotator cuff,
a. M. Supraspinatus
b. M. Infraspinatus
c. M. Subscapularis
d. M. Teres Minor
9
Gambar 1. 10 otot Rotator Cuff
Anatomi frozen shoulder terdapat otot pengerak yang yang terdapat pada
a. Fleksi
1) M. Pectoralis Major
costa I-VII
b. Ekstensi
1) M. Latissimus Dorsi
10
c. Abduksi
1) M. Supraspinatus
2) M. Deltoideus
d. Adduksi
1) M. Coracobrachialis
e. Medial Rotasi
1) M. Subscapularis
f. Lateral Rotasi
1) Teres Minor
11
2) Infraspinatus
2. Biomekanik Shoulder
a. Gerakan Osteokinematik
1) Gerakan Fleksi
mendekati kepala, bergerak pada bidang sagittal dan axisnya melalui pusat
caput humeri dan tegak lurus bidang sagital. Otot penggerak utamanya
sedangkan untuk 90° − ± 180° dibantu oleh otot pectoralis mayor, otot
2) Gerakan Ekstensi
utamanya adalah otot latissimus dorsii dan teres mayor. Sedangkan pada
gerakan hiperekstensi teres mayor tidak berfungsi lagi hanya sampai 90°
3) Gerakan Abduksi
eksternal rotasi. Otot-otot yang bekerja pada fase ini adalah deltoid,
12
seratus anterior, dan trapezius. Gerakan ini dihambat oleh adanya tahanan
4) Gerakan Adduksi
oleh otot latissimus dorsii, teres mayor, dan subscapularis. Luas gerakan
yang melalui caput humeri. Gerakan ini dilakukan oleh otot infraspinatus,
b. Gerakan Arthrokinematika
Roll adalah suatu gerakan sendi dimana perubahan jarak titik kontak pada
suatu permukaan sendi sama besarnya dengan perubahan jarak titik kontak
dimana hanya ada satu titik yang selalu kontak dengan titik-titik yang selalu
13
1. Pada gerakan endorotasi, caput humerus roll searah dengan gerakan
2. Pada gerakan abduksi, caput humerus roll searah dengan gerakan abduksi
menjadi memendek dan mengerut dan terbentuk jaringan parut. Kondisi ini
dikenal sebagai adhesive capsulitis yang menyebabkan nyeri dan kekakuan pada
Etiologi frozen shoulder belum diketahui secara pasti. Faktor resiko paling
sering pada frozen shoulder adalah usia > 40 tahun, jenis kelamin wanita lebih
banyak dari pada pria sebanyak 70%, trauma yang belum lama terjadi seperti
pemulihan, dan dapat menyebabkan kapsul bahu menjadi kaku.(Budi Wardani &
Wintoko, 2021)
14
Kondisi lain yang dapat meningkatkan resiko, yaitu stroke, hipertiroid atau
hipotiroid, cedera bahu, penyakit parkinson, kanker, dan complex regional pain
syndrome.
Istilah capsulitis adhesive pertama kali dicatat oleh Neviaser (1983). Dia
menggambarkan kondisi klinis dari gerakan bahu terbatas yang muncul sebagai
hasil dari proses inflamasi, yang mengubah kepatuhan jaringan ikat kapsul sendi.
Keterbatasan gerak yang terkait dengan perubahan jaringan ikat seperti itu
"frozen shoulder") paling banyak terjadi pada peristiwa seluler yang dimulai
pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi
kontraktur, sehingga khas pada kasus dikenal sebagai pembatasan pola kapsular.
15
Pola kapsular untuk bahu digambarkan sebagai pola gerakan di mana
rotasi eksternal adalah gerakan yang paling terbatas, diikuti oleh abduksi
glenohumeral (bukan bahu total), dan rotasi internal sebagai gerakan yang paling
tidak terbatas. Pemeriksa biasanya akan menilai pasien untuk pola kapsuler
eksternal rotasi dan abduksi. Nyeri seringkali terasa menjalar ke bawah siku
sesuai dengan pola kapsular (eksternal rotasi dan abduksi paling terbatas,
dan internal rotasi dan fleksi paling sedikit terbatas). Seringkali pasien
merasakan nyeri di akhir lingkup gerak yang terbatas. Jika pasien dapat
dan aktivitas bahu secara bertahap, komplikasi kontraktur sendi dan jaringan
keterbatasan gerakan dalam pola kapsular dan penurunan joint play. Terjadi
16
tangan ke atas, ke luar, atau ke belakang punggung, nyeri biasanya
17
BAB III
1. Pengukuran ROM/LGS
Gerakan aktif dan pasif pada sendi atau serangkaian sendi dengan menghasilkan
dudut gerak kehilangan joint-ROM dikaitkan dengan gangguan fungsi. Test dan
digunakan untuk mengukur kwantitas dan kwalitas nyeri yang pasien rasakan
dengan menampilkan satu kategorisasi nyeri mulai dari “ Tidak Nyeri, Ringan,
Sedang, dan Berat. Sebagai alat ukur, VAS jelas bersifat Subjektif, menghasilkan
data interval dengan nilai-nilai Rasio yang subjektif pula.(Aras et al., 2016)
MMT adalah sebuah metode untuk menilai fungsi dan kekuatan dari
terkait gaya gravitasi dan tahanan manual melalui ROM yang ada. (Aras et al.,
2016).
18
4. Pemeriksaan (Joint Play Movemant)
a. Dorsal Glide
humeri sedangkan tangan yang satu menyanggah lengan bawah pasien dan
tangan kiri fisioterapi berada dibagian atas elbow setelah itu tangan kanan
b. Glenohumeral Joint
pasien kemudian tangan kiri fisioterapis berada pada caput humeri pasien lalu
19
c. Distraksi
d. Caudal Glide
20
e. Ventral Glide
ventral dan tangan kanan fisioterapis memegang lengan distal bagian bawah
dari fisioterapis.
dermatom dari akar saraf yang dipengaruhi. Indikasi adanya nerve entrapment
(SPADI). SPADI adalah pemeriksaan berupa kuesioner yang menilai tingkat rasa
a. Definisi
21
tempat antara cahaya tampak (visible light) dan gelombang mikro
c. Indikasi
renauld’s disease.
d. Kontraindikasi
2) Gangguan Sensasi
3) Kanker
2. Manual Terapi
22
1) Definisi
2) Grade Osilasi
a) grade I yaitu amplitudo kecil, dilakukan pada awal lingkup gerak dan
tidak mencapai batas lingkup gerak sendi dan dilakuan oscilasi 2-3
c) grade III yaitu amplitudo besar, dilakukan sampai batas lingkup gerak
gerak.(Trisnowiyanto, 2016)
3) Efek Fisiologis-Teurapik
(Trisnowiyanto, 2016)
23
4) Indikasi
a) Nyeri,
d) Gangguan posisi/subluksasi,
e) Keterbatasan progresif,
5) Kontra Indikasi
b) Hipermobilitas,
c) Inflamasi
1) Definisi
kombinasi dari gerak rolling dan gliding pada caput humeri yang
bersangkutan.
2) Efek Fisiologi-Teurapik
secara pasif atau aktif akan menyebabkan otot dan jaringan di sekitar
24
durasi penguluran. Sedangkan GTO sensitif terhadap ketegangan otot
10 detik akan menyebabkan otot dan jaringan lunak di sekitar sendi yang
memendek akan terulur. Pada saat otot terulur MS juga terulur. MS akan
panjang itu terjadi serta memberikan sinyal pada medula spinalis untuk
otot.(Trisnowiyanto, 2016)
3) Indikasi
a) Nyeri,
d) Gangguan posisi/subluksasi,
e) Keterbatasan progresif,
4) KontraIndikasi
a) Hipermobilitas,
b) Inflamasi
3. Strengthening
yang akan terus ditambah. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
morfologikal otot, yaitu semakin besar massa otot yang terbentuk maka
25
Latihan strengthening juga memiliki beberapa manfaat dan hasilnya
untuk otot. Berikut manfaat dari latihan strengthening adalah memfasilitasi otot
26
BAB IV
A. Identitas Pasien
Umur : 66 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : I.R.T
B. History Taking
4. Riwaya perjalanan penyakit : nyeri dirasakan ± 1 tahun yang lalu sesudah operasi
5. Riwayat Penyakit : -
C. Inspeksi/Observasi
1. Statis
2. Dinamis
Pasien berjalan dengan dengan bahu kiri lebih tinggi dari bahu kanan dan Nyeri
27
D. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1 Fleksi Nyeri dan terbatas Nyeri dan terbatas Nyeri dan Tahanan Minimal
2 Ekstensi Nyeri dan terbatas Nyeri dan terbatas Nyeri dan Tahanan Minimal
3 Abduksi Nyeri dan terbatas Nyeri dan terbatas Nyeri dan Tahanan Minimal
4 Adduksi Nyeri dan terbatas Nyeri dan terbatas Nyeri dan Tahanan Minimal
5 Eksorotasi Nyeri dan terbatas Nyeri dan terbatas Nyeri dan Tahanan Minimal
6 Endorotasi Nyeri dan terbatas Nyeri dan terbatas Nyeri dan Tahanan Minimal
E. Pemeriksaan Spesifik
a. Fleksi :3
b. Ekstensi :3
c. Abduksi :3
d. Adduksi :3
e. Internal Rotasi : 3
f. Eksternal Rotasi : 3
F. Pengukuran Fisioterapi
1. Pengukuran ROM
2 Ekstensi 0 - 200 0 – 40 0
28
3 Abduksi 0 - 800 0 – 1400
5 Eksorotasi 0 – 50 0 – 500
Pain Scale
Bagaimana rasa sakit anda? Lingkari nomor dibawah ini untuk menjelaskan rasa sakit
anda 0 = tidak sakit dan 10 = sangat sangat sakit
1. Paling nyeri (buruk) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Disability Indeks
Bagaimana tingkat Kesulitan yang anda. Lingkari nomor dibawah ini untuk menjelaskan
tingkat kesuliatan anda 0 = tidak ada kesulitan dan 10 = sangat sulit dilakukan
1. Mencuci rambut 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2. Mebasuh punggung 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. Mengenakan celana 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
29
7. Membawa benda berat 4,5 kg 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
28
Total pain scale = 50 𝑋 100 = 56%
67
Total Disability Scale = 80 𝑋 100 = 83, 75%
123
Total SPADI = = 130 𝑋 100 = 94, 62%
Shoulder
I. Problematika
Frozen Shoulder
Membuktikan
1. Impairment
30
a. Nyeri Gerak dan Diam VAS, Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
2. Activity Limitation
3. Partisipantion Restriction
31
BAB V
d. Memperbaiki Posture
1. Impairment
Kekuatan Otot
32
2. Activity Limitation
pakaian tanpa
hambatan
perawatan diri
tanpa hambatan
3. Participation Restriction
hari
1. InfraRed (IRR)
a. Posisi Pasien
b. Persiapan alat
ingin diberikan.
33
c. Teknik Pelaksanaan
Frekuensi : 3 X Seminggu
Time : 10 Menit
2. Manual Terapi
3) Teknik Pelaksanaan
fisioterapis berada di atas bahu dan tangan kanan memegang sisi luar
elbow pasien
34
2) Roll Glide Kearah Ventral
menstabilkan elbow.
endorotasi.
3. Strenthening
35
3) Teknik pelaksanaan : perintahkan pasien untuk melakukan Gerakan fleksi
sebanyak 3 kali
sebanyak 3 kali.
sebanyak 3 kali
sebanyak 3 kali.
36
e. Strenthening Muscle Endorotasi
sebanyak 3 kali.
sebanyak 3 kali.
1. Edukasi
Pasien diberikan eduksi jika berbaring untuk tidak salalu menghadap ke kanan
2. Home Program
Lansia
37
E. Evaluasi
Movement
b. Aktif b. Aktif
50 100
38
3. Kelemahan Strengthening MMT = 3 MMT = 4-
Otot
Translasi), kiri)
Mobilisasi
With
Movement
39
BAB VI
PEMBAHASAN
ditemukan adanya pola kapsuler yaitu eksorotasi lebih terbatas dari abduksi dan
abduksi lebih terbatas dari endorotasi. Pemeriksaan nyeri dengan menggunakan vas
ditemukan bahwa nyeri yang dirasakan oleh pasien yaitu 6 termasuk dalam nyeri
shoulder dengan hasil nilai otot yaitu 3 untuk semua Gerakan pada shouder.
pemeriksaan activity daily living dengan menggunakan Shoulder Pain and Disability
untuk mendapatkan efek thermal dari IRR, sehingga menimbulkan efek vasodilatasi
relaksasi juga akan meningkatkan kemampuan otot untuk berkontraksi (fisiologi otot).
Spasme yang terjadi akibat penumpukan sisa metabolisme (asam laktat) dapat
dihilangkan dengan pemberian pemanasan. Hal ini dapat terjadi oleh karena pemanasan
pada pasien untuk menurunkan nyeri dan juga untuk menambah Range Of Motion
(ROM). Pada pasien tersebut ditemukan adanya pengurangan nyeri dari nilai vas 6/10
40
Latihan strengthening digunakan pada pasien untuk meningkatkan kekuatan
otot. Pada pasien tersebut ditemukan adanya kelemahan otot dengan nilai MMT = 3
41
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
nyeri disekitar bahu kanan, penurunan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot,
bahu kanan. Setelah mendapatkan terapi IRR (Infra Red), manual Terapi dan terapi
gerak sendi, peningkatan kekuatan otot, dan adanya peningkatan kemampuan aktivitas
fungsional. Hal ini sedikit membuktikan bahwa pemberian terapi IRR, Manual Terapi
kekuatan otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pada kasus frozen shoulder
dextra.
B. Saran
Pasien disarankan untuk melakukan latihan – latihan yang telah diajarkan oleh
terapis serta mempunyai motivasi untuk sembuh. Serta Untuk keluarga diharapkan
selalu memberikan motivasi serta support atau dorongan kepada pasien agar pasien
bersemangat untuk melakukan latihan di rumah seperti latihan yang sudah diajarkan
oleh terapis.
42
DAFTAR PUSTAKA
Aras, D., Ahmad, H., & Achmad, A. (2016). The New Concept Of Physical Therapist
Test And Measuretment (Tim Widya Physio Publishing, Ed.). Widya Physio
Publishing.
Muhammad Muslim Hasan, Ansar, & Sri Saadiyah L. (2020). Difference Effect Of End-
Range Mobilization And Passive Range Of Motion Exercise Towards The Changes
In Functional Shoulder Ability For Patient With Frozen Shoulder At Rsud Kota
Makassar.
Nur Nasution, M. (2022, August). Terapi Infrared, Tujuan Dan Manfaatnya Pada
Purnomo D. D. (2017). Pengaruh Mikro Wave Diatermi Terapi Manual Dan Terapi
(JFR),. 2, 70–78.
Rohana, M. (2005). Efek Traksi Dan Translasi Kaudal Terhadap Penurunan Nyeri
Suharti, A., Rokhim, S., & Abdullah, F. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada
Tasya Salim, A., & Wijaya Saputra, A. (2021). Efektivitas Penggunaan Intervensi
Fisioterapi Terapi Latihan Dan Infrared Pada Kasus Dislokasi Sendi Bahu. 1.
v
Trisnowiyanto, B. (2016). Beda Pengaruh Intervensi Peregangan Dan Mobilisasi Sendi
vi