KOMPREHENSIF
DISUSUN OLEH :
ERDA TAHIRMAN
PO.71.4.241.19.1.014
2022
HALAMAN PENGESAHAN
ERDA TAHIRMAN
PO.71.4.241.19.1.014
Dengan Judul :
Tanggal 5-30 September 2022 di RSKD DADI MAKASSAR telah disetujui oleh Clinical
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyusun laporan kasus ini yang
Laporan kasus ini merupakan salah satu dari tugas klinik di RSKD Dadi Makassar.
Selain itu juga laporan kasus ini bertujuan memberikan informasi mengenai penatalaksaan
kasus ini.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, oleh
sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini. Dan semoga dengan selesainya laporan ini dapat bermanfaat
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1. Definisi................................................................................................................
2. Etiologi................................................................................................................
3. Patofisiologi.........................................................................................................
4. Gambaran klinis...................................................................................................
FISIOTERAPI……………….15
A. Identitas pasien................................................................................................................
B. History Taking.................................................................................................................
C. Inspeksi/Observasi...........................................................................................................
D. Pemeriksaan/pengukuran Fisioterapi...............................................................................
E. Diagnose Fisioterapi........................................................................................................
iii
F. Problematic Fisioterapi....................................................................................................
E. Evaluasi Fisioterapi.........................................................................................................
BAB VI PEMBAHASAN...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
visual dan mengabaikan sisi kiri.Penderita memberikan perhatian hanya kepada
sesuatu yang berada dalam lapang pandang yang dapat dilihatnya.
Di Indonesia sendiri, diperkirakan dalam setiap tahunnya ada 500.000
penduduk yang terkena serangan stroke. Sekitar 2,5% meninggal dan sisanya
mengalami kecacatan baik ringan ataupun berat. Angka ini diperkirakan akan
semakin meningkat oleh karena perubahan gaya hidup, lingkungan dan jenis
makanan yang semakin beragam. Stroke yang dapat menyerang kapan saja,
mendadak, siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda.
Diperkirakan satu sampai tiga orang akan mengalami stroke dan satu dari tujuh
orang meninggal karena stroke ( Sofwan, 2010 ).
Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan nakes diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0%)
, sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak
2.137.941 orang (12,1%) diketahui bahwa sebanyak 30% dari total kematian di
dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan stroke.
Menurut berbagai literature, inseden stroke hemoralgik antara 15% -
30% dan stroke non hemoralgik antara 70% - 80% tetapi untuk negara-negara
berkembang atau Asia, kejadian stroke hemoralgik sekitar 30% dan stroke non
hemoralgik 70% terdiri dari trombosit serebri 60% emboli serebri 5% dan lain-
lain 35%.
Stroke biasanya ditandai dengan kelumpuhan anggota gerak atas maupun
bawah pada salah satu sisi anggota tubuh. Stroke dapat menyebabkan
problematika pada tingkat impairment berupa gangguan motorik, gangguan
sensorik, gangguan memori dan kognitif, gangguan koordinasi dan
keseimbangan. Pada tingkat functional limitation berupa gangguan dalam
melakukan aktifitas fungsional sehari-hari seperti perawatan diri, transfer dan
ambulasi. Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan dalam
melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.
2
BAB II
TINJAUAN KASUS
1. Anatomi Otak
Otak adalah organ vital yang terdiri dari 100-200 milyar sel aktif yang
saling berhubungan dan bertanggung jawab atas fungsi mental dan intelektual
kita. Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron (Leonard, 1998). Otak
otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada
otak dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari
(Feigin, 2006).
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla
spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi (SST). Fungsi dari
SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian
bagiannya adalah
1) Cerebrum
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai
3
Cerebrum dibagi menjadi beberapa lobus, yaitu:
a. Lobus Frontalis
tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca
area asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah
broca yang mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan
sadar, perilaku sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004)
b. Lobus Temporalis
yang berjalan ke bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari
c. Lobus Parietalis
d. Lobus Oksipitalis
4
e. Lobus Limbik
Gambar 2.1 Lobus dari cerebrum, dilihat dari atas dan samping
2) Cerebellum
output. Cerebellum terdiri dari tiga bagian fungsional yang berbeda yang
pusat.
bagian dari cerebellum adalah lobus anterior, lobus medialis dan lobus
5
Gambar 2.2 Cerebellum, dilihat dari belakang atas.
3) Brainstem
medulla spinalis dan bagian-bagian otak, anyaman sel saraf dan 12 pasang
saraf cranial.
6
(Sumber : White, 2008)
2. Fisiologi Otak
diperlukan bagi fungsi jaringan hidup yang baik. Kebutuhan otak sangat
mendesak dan vital, sehingga aliran darah yang konstan harus terus
lain sehingga dapat menjamin suplai darah yang adekuat untuk sel.
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis
circulus willisi. Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri
karotis komunis yang berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri
medial. Di dekat akhir arteri karotis interna, dari pembuluh darah ini keluar
communicans anterior. Arteri vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria
subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari
setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu
7
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,
longitudinalis superior yang berada di medial. Dua buah vena cortex yang
1. Definisi Hemiparese
8
Hemiparese merupakan dimana terjadi kelemahan pada salah sisi tubuh
atau anggota gerak atas dan bawah yang berlawanan dengan lesi yang terjadi di
otak, berupa gangguan motorik dan gerakan ADL lainnya. Namun bisa
embolus – embolus tersebut berupa suatu thrombus yang terlepas dari dinding.
menyebabkan hilangmya fungsi dari sel –sel yang menghantarkan implus dari
gejalayang timbul tergantung dari penyebabnya, bila terjadi secara tiba – tiba
2. Etiologi
9
a. Faktor risiko internal (yang tidak dapat dikontrol/diubah) seperti umur, ras,
3. Patofisiologi
Stroke non hemoragik terjadi karena aliran darah ke otak tersumbat yang
diakibatkan oleh adanya bekuan darah di dalam arteri besar pada sirkulasi
sereberum. Sumbatan atau obstruksi ini dapat disebabkan oleh emboli maupun
aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh arteri yang lebih kecil (Kowalak,
Welsh, & Mayer, 2014). Ketika arteri tersumbat secara akut oleh trombus atau
embolus, maka akan menimbulkan lesi atau kerusakan sel saraf pada upper
10
terhadap informasi sensorik atau sering disebut dengan gangguan
11
4. Gambaran Klinis
Menurut Syahailatua 2014, manifestasi klinis yang timbul pada pasien stroke
8. Sakit kepala
12
BAB III
Algoritma Assesment
History Taking :
Pada hari Rabu, 7 September 2022 pasien bangun di soreh hari tiba-tiba pasien
merasakan lemah pada sisi kiri lengan dan tungkainya, di ikuti dengan wajah merot ke
salah satu sisi, dan akhirnya pasien di bawa ke rumah sakit, lalu di rujuk ke ruang
fisioterapi.
Inspeksi :
a. Statis : Bahu pasien asimetris, wajah merot ke kanan, tangan kanan terjuntai
b. Dinamis : Pasien datang dengan menggunakan bad, Pasien tidak mampu
menggerakkan lengan dan tungkai sebelah kanan.
Pemeriksaan fisik
Palpasi : tidak ada odema Pemeriksaan Pemeriksaan Refleks Berg Balance Scale :
Suhu: 36,7o C sensory Integrity:
Bicep : 0 tidak ada refleks 1 (resiko jatuh berat)
Tonus Otot: 0 Tes tajam tumpul :
Tidak normal
Tricep : 0 tidak ada refleks
Tes kasar halus : Patellaris: + hipoaktif ADL (Indeks Barthel) :
Tidak normal Achilles : + hipoaktif 4 (ketergantungan total)
Tes panas dingin :
Tidak normal
MMT
Lengan : 0
Tungkai : 1
Skala aswort : 0
13
1. Infra Red (IR)
1) Definisi
lebih daripada cahaya tampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infra
spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan tampak pada
2) Teknik Aplikasi IR
tujuan terapi infra merah sesuai kondisi dan keadaan seseorang, tiap
individu berbeda.
alkohol atau kapas yang diberi air. Bila mempunyai kulit yang
14
yang akan menerapi, sehingga tidak akan digunakan kapas alkohol
Terapis akan melakukan setting dosis waktu dan posisi alat infra
merah.
Bila terasa nyeri atau panas berlebihan saat terapi berlangsung segera
Selesai terapi akan ditandai oleh bunyi timer dari alat infra merah.
3) Efek terapeutik
4) Efek fisiologis
15
Menimbulkan panas pada jaringan-jaringan yang banyak
mengandung air banyak pula mendeposit energi, gelombang mikro otot lebih
contusion
b. Gangguan sensibilitas
1) Definisi TENS
saraf dan peripheral motor yang berhub ungan dengan perasaan melalui
permukaan kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk
16
informasi sensoris ke saraf pusat. Efektifitas TENS dapat diterangkan lewat
fisiologis antara lain : efek pada jaringan tubuh, stimulasi saraf sensorik,
stimulasi saraf motorik, efek pada kontraksi otot, stimulasi pada saraf
Indikasi dari TENS meliputi : nyeri akut, nyeri kronik, nyeri pasca
sangat lebar, penyakit vaskuler (arteri maupun vena), pasien dengan alat
3. Terapi Latihan
gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif untuk pemeliharaan dan perbaikan
17
Indikasi terapi latihan berikut ini beberapa keadaan yang umumnya dapat
Nyeri
tonus otot
1) Latihan Pasif
berasal dari orang lain ataupun dari mesin. Latihan pasif biasanya
mampu menahan beban gerakan tanpa resiko cedera lebih lanjut. Hal ini
18
Latihan jenis isometrik adalah jenis latihan dimana tidak terdapat
isometrik :
a. Pengertian
membuat sebuah konsep PNF therapeutic approach sekitar tahun 1940an. Dia
bersama dengan dua orang fisioterapis, Margaret Knott pada 1947 dan
contact untuk memfasilitasi gerakan. Tujuan adalah agar supaya pasien lebih
effisien dalam motor function dan mandiri dalam aktivitas sehari – hari. PNF
waktu berkembang dan menjadi metode viable treatment. Kabat, Knott, dan
19
menyaring pendekatan yang cocok selama beberapa tahun. Saat ini, klinisi dan
1) Rhythmic initiation
2) Slow reversal
kemudian diikuti oleh kontraksi isotonic dari sisi yang sakit. Slow
20
reserval-hold memiliki urutan yang sama dengan kontraksi isometric di
akhir jarak.
3) Rhythmic stabilization
5) Contact-relax
pergerakan pasif menuju agonistic pattern (pole sisi yang sakit). Prosedur
6) Hold-relax
relax tetapi meliputi kontraksi isometric dari sisi antagonis, yang diikuti
7) Rhythmic rotation
21
Sangat efektif untuk mengurangi spastisitas dan meningkatkan
c. Indikasi
5. Strengthening
22
mempengaruhi stabilitas tangan dan kaki untuk mengembangkan kemampuan
(Amaliyah,2016).
intrumen beban yang akan terus ditambah. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan morfologikal otot, yaitu semakin besar massa otot yang terbentuk
a. Meningkatkan Kekuatan
c. Meningkatkan power
Kontraindikasi
a. Inflamasi
23
inflamasi jika aktivitasnya tidak meningkatkan nyeri.
b. Nyeri
sustansial dikurangi.
cara manual.
24
g. Tentukan jumlah repetisi, pada umunya 8-10 xrepetisi.
6. Bridging Exercise
bridging exercise yang mana latihan ini baik untuk latihan penguatan stabilisasi
pada glutei, hip dan punggung bawah (Miller, 2012). Bridging exercise adalah
cara yang baik untuk mengisolasi dan memperkuat otot gluteus dan hamstring
(belakang kaki bagian atas ). Jika melakukan latihan ini dengan benar, bridging
otot perut serta otot-otot punggung bawah dan hip. Akhirnya, bridging exercise
bagian atas paha, otot-otot hamstring di bagian belakang paha, otot perut dan
Mengisolasi dan memperkuat otot gluteus dan hamstring. - Untuk stabilitas dan
latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot-otot punggung bawah
tulang belakang.
7. Stimulasi Taktil
25
Stimulasi taktil merupakan suatau rangsangan melalui sentuhan dan
sehingga merangsang golgi tendon dan gelondong otot. implus yang berasal
dari gelendong otot dan organ tendon dikirim oleh serat konduksi yang
paling kaya bermielin. Impuls propioseptif lain yang berasal atau bermula
dari reseptor fasia, sendi dan jaringan ikat yang lebih dalam, berjalan
Stimulasi taktil melalui saraf motoris perifer melatih fungsi tangan "graps
dan "release" serta dapat memberikan fasilitasi pada otot yang lemah
aktivitas sekitar sendi. Dengan upaya stimulasi bertujuan untuk memperkuat dan
aneka yang bertujuan untuk memelihara posisi dan pola yang dipengaruhi oleh
26
Pada penderita pasca stroke stadium akut, keadaan tonus ototnya menurun
(hipotonus). Oleh karena itu tonus otot harus dinaikkan sehingga mendekati
normal agar penderita mudah melakukan gerakan. Salah satu cara untuk
menaikkan tonus otot yaitu dengan aproksimasi dan sweep tapping (Johnstone,
stimulasi taktil dengan mengusap anggota gerak pasien dengan telapak tangan
2000).
8. Massage
dari tekanan atau sentuhan. Tangan dan bagian tubuh yang lain seperti lengan
bawah dan siku dapat digunakan untuk melakukan manipulasi di atas kulit,
didasarkan pada ide bahwa jantung ialah pusat pertumbuhan. Karena itu, cara
27
bergerak masuk kedalam dari ujung tubuh menuju kejantung..(Abdul
latief,dkk,2013).
a. Efek Fisiologis
b. Efek Terapeutik
- Mengulur otot
- Mengurangi spasme
- Membebaskan perlengketan
- Mengurangi nyeri.
Kasus-kasus kontraktur
28
BAB IV
A. Identitas Pasien
Nama : Ny . N
Umur : 83 Tahun
Alamat : Gowa
B. History Taking
Kelqauhan utama : Kelemahan pada lengan dan tungkai pada sisi kiri
soreh hari tiba-tiba pasien merasakan lemah pada sisi kiri lengan dan tungkainya, di
ikuti dengan wajah merot ke salah satu sisi, dan akhirnya pasien di bawa ke rumah
C. Inspeksi/Observasi
29
1. Statis:
a. Bahu asimetris
2. Dinamis:
D. Pemeriksaan/Pengukuran Fisioterapi
1. Vital sign
d. Suhu : 36.7 ℃
2. Palpasi
a. Suhu : normal.
30
Lengan : Tidak Normal
4. Pemeriksaan Refleks
Reflex fisiologis
1+ atau + : Hipoaktif
2+ atau ++ : Normal
Cara: Tempatkan ibu jari tangan pemeriksa di atas tendon biceps pasien
pada fossa cubiti, lalu ketuklah jari anda dengan palu reflex atau rubber
hummer.
Cara: Tempatkan ibu jari tangan pemeriksa di atas tendon triceps pasien
pada fossa olecranon, lalu ketuklah jari anda dengan palu reflex atau
rubber hummer.
Cara: Ketuklah tendon patella pasien dengan palu reflex atau rubber
hummer.
31
4. Reflex achilles
Refleks Patologis
1. Babinsky
Cara : pasien dalam posisi tidur terlentang, kemudian Tarik garis dari tumit
ke sepanjang arah lateral kaki kea rah jari-jari kaki dengan cepat
Hasil : Positif
Nilai Keterangan
32
Grup Otot Nilai Otot
Dextra Sinistra
Extremitas M. Deltoid
M. Brachialis
5 0
M. Brachioradialis
M. Pronator Teres
M. Fleksor Wrist
M. Ekstensor Wrist
Extremitas M. Hamstring
inferior M. Quadricep 5 1
M. Gastrocnemius
5 0
5 1
M. Frontalis 5 5
M. corrugator supercilli 5 5
M. Orbicularis oculli 5 3
33
M. Nasalis 5 3
M. Orbicularis oris 5 3
M. Buccinator 5 3
M. Platisma 5 3
M. Mentalis 5 3
7. Skala Asworth
Gradas Deskripsi
ekstensi
setengah)
Gerakan pasif
34
3 Bagian yang terkena atau bagian-bagiannya rigid dalam
ekstensi
Lengan : 0
Tungkai :0
Trunk : 0
diet
2 = Mandiri
1 = mandiri
perawatan diri
1 = mandiri untuk
wajah/rambut/gigi
35
4. Berpakaian 0 = tidak mampu mandiri 1
dibantu.
2 = mandiri (termasuk
kencing,resleting,dsb)
1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
1 = kadang-kadang mandiri
2 = mandiri
seimbang
orang
2 = bantuan minimal
3 = mandiri
36
9. Mobilitas 0 = tidak bisa berjalan 0
orang
3 = mandiri
1 = butuh bantuan
2 = mandiri
Total 0-20 4
20 : mandiri
1. Duduk ke berdiri
37
( ) 3 Mampu berdiri stabil tetapi menggunakan support tangan
mencoba
penyangga
(√) 0 Tidak mampu berdiri 30 detik tanpa bantuan, Jika subyek mampu
berdiri selama 2 menit tak tersangga, maka skor penuh untuk item 3 dan
3. Duduk tak tersangga tetapi kaki tersangga pada lantai atau stool
38
4. Berdiri ke duduk
5. Transfer
Instruksi : Atur jarak kursi . Mintalah subyek untuk berpindah dari kursi
yang memiliki sandaran tangan ke kursi tanpa sandaran atau dari tempat
tidur ke kursi.
39
(√) 0 Butuh bantuan untuk menjaga agar tidak jatuh
detik
detik
berdiri 15 Detik
sejauh mungkin yang dapat dicapai, saat lengan mencapai 90 derajat. Jari
40
( ) 1 Dapat meraih tetapi dengan pengawasan
pengawasan
( ) 3 Melihat kebelakan pada salah satu sisi dengan baik, dan sisi lainnya
kurang
41
lakukan pada arah sebaliknya.
( ) 3 Mampu berputar 360 derajat dengan aman pada satu sisi selama 4
penyangga
yang lainnya. Jika anda merasa kesulitan awali dengan jarak yang luas.
42
detik
(NHS)
F. Problematik Fisioterapi
43
Impairment: Activity Limitation: Participation Retriction:
- Kelemahan otot sisi kiri - Kesulitan - Pasien tidak dapat
menggerakkan lengan bekerja seperti
- Wajah merot ke kanan
dan tungkai kiri sebelumnya dan susah
-Hilangnya stimulasi berinteraksi dengan
- Kesulitan melakukan
lingkungan
transfer position
taktil
- Gangguan Koordinasi
1. Impairment
2. Activity Limitation
3. Participation Retriction
Pasien tidak dapat bekerja seperti Indeks Barthel dan Berg Balance
44
dengan lingkungan
45
BAB V
c. Memperbaiki keseimbangan
1. Impairment
bentuk wajah
Stimulasi taktil
46
Gangguan Koordinasi Memperbaiki PNF (rytmical Initiation)
fungsi Koordinasi
2. Activity Limitation
dan tungkai
3. Participation Retriction
seperti
sebelumnyadan
berinteraksi
dengan lingkungan
47
1. Infra Red (IR)
Persiapan alat : Cek alat, kabel dan pastikan alat dalam keadaan baik
Time : 15 menit
2.TENS
Dalam keadaan baik. Kemudian nyalakan alat dan letak pad elektroda pada
daerah yang meraskan nyeri dan pastikan pad elektroda keadaan basah
3. Terapi Latihan
Passive Exercise
48
Tujuan : Menghindari terjadinya kontraktur dan kekakuan
sendi
1) Wrist joint and finger joint : fisioterapis memegang tangan pasien yang
dan tangan yang satunya mengenggam tangan pasien dari sisi jari
(Kisner, 1996)
dan pronasi.
49
Gambar 4.6 Latihan gerak pasif pada sendi siku (Kisner, 1996)
atas dengan siku tetap lurus (Gb. a), gerak abduksi dan adduksi (Gb. b)
kearah sirkumduksi.
a b
4) Ankle joint dan finger joint kaki, fisioterapis memegang jari jari pasien
jari kaki (Gb. a), dilanjutkan dengan gerakan inversi dan eversi (Gb. b)
serta gerak plantar fleksi dan dorsal fleksi pergelangan kaki (Gb. c).
5)
a b
50
6) Knee joint dan hip joint dilakukan secara bersamaan : satu tangan
tungkai kearah fleksi dan ekstensi panggul disertai dengan fleksi dan
Gambar 4.9 Latihan gerak fleksi dan ekstensi pasif pada panggul dan
Gambar 4.10 Latihan gerak abduksi dan adduksi pada sendi panggul
(Kisner, 1996)
51
Gambar 4.11 Latihan gerak sirkumduksi pada sendi panggul (Kisner,
1996)
Dosis :
F : 3 x seminggu
I : Toleransi pasien
T : Passive
T : 10 kali repitisi
mendorong tangan fisioterapis yang ada di bawah telapak kaki pasien untuk
5. Strengthening Exercise
52
Teknik : Pasien memnggerakkan sendi setiap anggota gerak
atas dan bawah secara aktif kemudian terapis memberikan tahanan kearah
Dosis :
F : 3 x seminggu
I : Toleransi pasien
T : Strengthening
T : 8 kali repitisi
6. Bridging Exercise
keseimbangan
Posisi pasien : Tidur terlentang di atas bed dalam keadaan rileks dengan
Dosis :
F : 5 kali/minggu
T : Bridging
T : 1 menit
53
7. Latihan PNF
dengan pola-pola gerakan lengan yang ada dalam teknik PNF yaitu
endorotasi
dengan pola pola gerakan tungkai yang ada dalam teknik PNF yaitu
8. Massage
9. Stimulasi Taktil
54
Posisi pasien : supine lying
secara cepat
1. Edukasi
a. Kepada pasien
pasien selama menjalani terapi, memperhatikan gula darah tekanan darah pasien
2. Home Program
mirror exercise agar dapat mengembalikan bentuk wajah yang asimetris ,selain itu
E. Evaluasi Fisioterapi
55
Fisioterapi Awal Terapi Akhir Terapi
1 nilai 3
Asimetris Asimetris
swipping, tapping
koordinasi koordinasi
namun masih
lambat
56
sebelumnya dan susah PNF dan kesusahan untuk
dengan lingkungan
lingkungan
BAB VI
PEMBAHASAN
57
A. Pembahasan Assesment Fisioterapi
1. History Taking
jelas tentang penyakit yang diderita oleh pasien dan dengan adanya history taking
membuat hubungan pasien dengan fisioterapis dapat terjalin dengan baik sehingga
2. Inspeksi
keadaan pasien secara langsung. Inspeksi dibagi menjadi 2, yaitu inspeksi statis
(inspeksi pada saat diam atau tidak bergerak) dan inspeksi dinamis (inspeksi pada
saat bergerak).
Dalam keadaan statis dilihat bahwa posisi bahu tampak asimetris, terdapat oedem
pada pergelangan tangan dan kaki. Sedangkan dalam keadaan dinamisnya pola jalan
abnormal, hilangnya swing phase pada pola berjalan, ketika berjalan membutuhkan
3. Pengukuran Fisioterapi
a. Sensory Integrity
Pasien neurologis yang kehilangan satu atau lebih indra mereka mungkin
otot tetap tidak terpengaruh. Setelah stroke, pemulihan motorik dapat ditentukan
oleh tingkat gangguan sensorik. (Dylan,dkk. 2017). Secara klinis tes dan
cortical sensation.
58
b. Reflex integrity
excitability dari sistem saraf dan integritas sistem neuromuscular. Secara klinis,
tes dan pengukuran ini meliputi; deep tendon reflex. Refleks patela adalah deep
tendon reflex, dimediasi oleh saraf tulang belakang dari tingkat L2, L3, dan L4
di sumsum tulang belakang, terutama di akar L4. Tes refleks patela dilakukan
memukul tendon patela di bawah penutup lutut dengan uji hammer. (Leonardo,
dkk. 2019).
c. Tes Koordinasi
mencapai, gerakan yang lebih baik dianggap lebih cepat, lebih akurat dan lebih
halus dengan tingkat variabilitas yang lebih rendah. (Yosuke,dkk. 2017). Secara
klinis, tes dan pengukuran ini meliputi, finger to nose, finger to therapist finger,
teknik yang banyak digunakan untuk menilai kekuatan otot dalam pengaturan
59
klinis. Teknik ini tidak mahal untuk dilakukan dan mengikuti protokol standar
(Hsiao,dkk. 2017)
e. Index Barthel
efek pengobatan dalam uji coba stroke. Dari berbagai ukuran yang tersedia,
indeks Barthel (BI) adalah salah satu yang lebih lazim. BI adalah ukuran valid
tingkat kecacatan yang ekstrem (efek lantai dan langit-langit), dan keandalan
keseimbangan statis dan dinamis seseorang yang terdiri dari 14 perintah yang
a. Infra red
gelombang lebih panjang dari cahaya tampak , tapi juga lebih pendek dari
60
gelombang radio. Infra red terbagi dalam 3 jenis menurut panjang gelombangnya,
yaitu infra red jarak dekat (0.75-1.5 um), infra red jarak menengah (1.50-10 um)
dan infra red dengan jarak jauh (10-100 um) (paseban, 2014). Infra red merupakan
modalitas yang dipakai oleh fisioterapi dengan pemanasan yang bertujuan untuk
merileksasikan dan meningkatkan aliran darah superficial pada pasien stroke. Terapi
latihan merupakan suatu rancangan dari pelaksanaan gerak tubuh, postur, atau
aktivitas fisik yang disusun secara sistematis. Terapi latihan bertujuan untuk
mempersiapkan pasien atau klien dengan mengacu pada pencegahan atau perbaikan
2007).
b. TENS
fisiologis antara lain : efek pada jaringan tubuh, stimulasi saraf sensorik, stimulasi
saraf motorik, efek pada kontraksi otot, stimulasi pada saraf denervated, dan efek
Menurut (Kisner, 2012) bahwa terapi latihan adalah suatu program terapi yang
berupa latihan fisik pada pasien baik secara mandiri maupun dengan bantuan/
61
Fisioterapis. Dilakukan secara aktif ataupun pasif pada sendi yang ingin dilatih
d. Passive exercise
pemulihan sistem motorik otak selama masa pemulihan. Telah ditunjukkan bahwa
pada fase kronis setelah infark serebral, sirkuit fungsional restrukturisasi bekerja;
hal ini menyediakan perluasan lokal area aktivasi serebral dan perekrutan area
dihipotesiskan bahwa mekanisme efek latihan gerak aktif dan pasif pada sistem
sambungan baru, dan regenerasi aksonal. Melakukan berbagai latihan gerak setelah
e. Strengthening
Stroke adalah penyebab kematian ketiga paling umum di dunia barat dan
penyebab paling umum dari jangka panjang cacat dewasa (Bath, 2005). Diakui
bahwa negatif gangguan motorik setelah stroke, misalnya kehilangan kekuatan dan
harus menjadi bagian dari rehabilitasi pasca stroke. (Simone. dkk, 2006).
62
Latihan Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) adalah latihan
dinamis, dan gaya berjalan, dan banyak digunakan dalam pengaturan klinis untuk
digunakanuntuk latihan terapi pasien stroke, dapat menurunkan tonus otot yang
meningkat secara tidak normal dan kekakuan otot Lower Extremities pada sisi yang
g. Bridging Exercise
Bridging exercise biasa disebut pelvic bridging exercise yang mana latihan ini
baik untuk latihan penguatan stabilisasi pada glutei, hip dan punggung bawah
(Miller, 2012). Bridging exercise adalah cara yang baik untuk mengisolasi
dan memperkuat otot gluteus dan hamstring (belakang kaki bagian atas ). Jika
melakukan latihan ini dengan benar, bridging exercise digunakan untuk stabilitas
dan latihan penguatan yang menargetkan otot perut serta otot- otot punggung bawah
dan hip. Akhirnya, bridging exercise dianggap sebagai latihan rehabilitasi dasar
(Quinn, 2012).
h. Massage
dengan cara memberikan tekanan kepada tubuh, baik secara terstruktur, tidak
atau getaran, baik dilakukan secara manual ataupun menggunakan alat mekanis.
63
i. Stimulasi Taktil
Pada penderita pasca stroke stadium akut, keadaan tonus ototnya menurun
(hipotonus). Oleh karena itu tonus otot harus dinaikkan sehingga mendekati normal
agar penderita mudah melakukan gerakan. Salah satu cara untuk menaikkan tonus
otot yaitu dengan aproksimasi dan sweep tapping (Johnstone, 1991). Rangsangan
sendi (Bobath, 1970). Sedangkan sweep tapping adalah upaya peningkatan tonus
otot melalui stimulasi taktil dengan mengusap anggota gerak pasien dengan telapak
2000).
BAB VII
PENUTUP
KESIMPULAN
64
Stroke merupakan penyakit yang terjadi karena terganggunya peredaran
menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik (Batticaca,
2008). Menurut World Health Organization (WHO) dalam Muttaqin (2011) stroke
diotak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik lokal
maupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat
karena pecahnya pembuluh darah pada daerah otak tertentu dan stroke non
SARAN
bagi pasien agar melakukan latihan-latihan yang diberikan oleh fisioterapis agar
LAMPIRAN DOKUMENTASI
65
66
DAFTAR PUSTAKA
American Stroke Association & American Heart Association (AHA). 2015. The Stroke
Family
Amin, A. A., Purnomo, D., & Abidin, Z. (2018). Pengaruh Infra Red dan Terapi Latihan terhadap
Harb, Andrew., Kishner, Stephen. 2020. Modified Ashworth Scale. StatPearls Publishing.
67