Anda di halaman 1dari 53

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN


HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

Pada bab kajian pustaka ini, dikemukakan teori-teori dan konsep-konsep yang

berhubungan dengan masalah-masalah penelitian. Dalam bab ini peneliti akan

mengemukakan beberapa teori yang relevan dengan topik penelitian.

2.1.1 Audit Internal

Audit internal mempunyai peranan yang cukup penting dalam suatu organisasi

seperti yang dikemukakan oleh Lawrence B. Sawyer mengutip pernyataan dari Institute

of Internal Auditors mengenai pengertian audit internal (Sawyer, 2009: 9) yakni :

“Internal auditing is an independent appraisals function established within an

organization to examine and evaluate its activities as a service to the organization.”

Menurut pernyataan IIA tersebut, fungsi audit internal dalam suatu organisasi

adalah untuk memeriksa dan juga mengevaluasi segala operasional perusahaan dengan

penilaian yang independen, agar tidak menyimpang dari tujuan perusahaan itu sendiri.

Memeriksa dan juga mengevaluasi merupakan tugas utama dan juga peran yang harus

dilaksanakan auditor internal terhadap perusahaan.

16
17

Pengertian audit internal yang dikemukakan oleh Sawyer, secara garis besar

sama halnya dengan yang dikemukakan oleh Committee of Sponsoring Organization

(COSO) yaitu :

“Internal audit is the process affected by an entity’s board of directors, management


and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the
achievement of objective in: 1) effectiveness and efficiency operations, 2) reability of
financial reporting, 3) the compliance with applicable laws and regulations.” (Arens,
2008: 65)

Audit internal merupakan proses yang dijalankan oleh pihak-pihak penting

organisasi seperti dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam suatu

organisasi yang bertujuan untuk menciptakan efektivitas dan efisiensi operasi,

keandalan laporan keuangan yang memadai dan juga kepatuhan terhadap hukum dan

peraturan yang berlaku.

Menurut Lawrence B. Sawyer, dkk (2009;10) mendefinisikan Audit Internal

sebagai berikut:

"Internal Audit is a systematic and objective assessment conducted by the internal


auditor on the operation and control of different within the organization to determine
whether (1) The financial and operating information is accurate and reliable; (2) The
risk facing the company have been identified and minimized; (3) Regulations External
and internal policies and procedures that can be received has been followed; (4)
Criteria for satisfactory operation have been met; (5) The resources have been used
efficiently and economically; and (6) Where the organization has achieved effectively
all done for the purpose of consultation with management and help members of the
organization in carrying out its responsibilities effectively".

Audit Internal adalah sebuah penilaian secara sistematis dan objektif yang

dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam

organisasi untuk menentukan apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat dan
18

dapat diandalkan, risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

diminimalisasi, Peraturan Eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa

diterima telah diikuti, kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, sumber daya

telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan tujuan organisasi telah dicapai secara

efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan

membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif “.

Menurut Mulyadi (2010:29) auditor internal adalah:

“Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang tugas
pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik tidaknya penjagaan
terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur
kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan
oleh berbagai bagian organisasi”.

Dari definisi di atas penulis menyimpulkan Audit Internal adalah sebuah

penilaian secara sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap

operasi dan kontrol yang berbeda-beda. Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian

internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi

perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah

ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah.

2.1.1.1 Kedudukan Auditor Internal

Kedudukan auditor internal dalam struktur organisasi sangat mempengaruhi

keberhasilannya menjalankan tugas, sehingga dengan kedudukan tersebut


19

memungkinkan auditor internal dapat melaksanakan fungsinya dengan baik serta dapat

bekerja dengan luwes dalam arti independen dan objektif. Struktur organisasi

penetapan bagian auditor internal secara jelas disertai dengan job description yang jelas

akan membawa dampak yang positif dalam proses komunikasi antara auditor internal

dengan pihak pemilik perusahaan atau manajer. Namun sebaliknya, penempatan yang

tidak jelas akan menghambat jalannya arus pelaporan dari auditor internal karena itu

perlu ditentukan secara tegas kedudukan auditor internal ini.

Menurut Sukrisno Agoes (2012:243-246), ada empat alternatif kedudukan internal

auditor dalam struktur organisasi yaitu:

a. Bagian internal audit berada dibawah direktur keuangan (sejajar dengan


bagian akuntansi keuangan),
b. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama,
c. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris,
d. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit director.

2.1.1.2 Tujuan dan Fungsi Auditor Internal

Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah untuk

membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung

jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai

kegiatan yang diperiksanya.

Menurut Wuryan Andayani (2011:3) tujuan audit internal adalah :

“Penganalisaan, konsultasi, menilai anggota-anggota organisasi atas efektivitas

dalam melaksanakan tanggung jawab mereka, menginformasikan tindakan-

tindakan yang telah di review dan memberikan rekomendasi”.


20

Tujuan Audit internal menurut Ratliff (2008:193) adalah sebagai berikut :

1) Existencies or Occurrence (Eksistensi) Aset dan kewajiban perusahaan berada

dalam waktu dan tanggal yang benar, dan transaksi yang dicatat adalah yang

terjadi dalam periode akuntansi.

2) Completeness (Kelengkapan) Semua transaksi, akuntansi dan informasi yang

berhubungan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

3) Right and Obligations (Penilaian dan Obligasi) Hak dan kewajiban dibedakan

dan dicerminkan dalam pelaporan asset, kewajiban, dan ekuitas yang nyata.

4) Valuation and Allocation (Penilaian dan alokasi) Jumlah yang dilaporkan

dalam laporan keuangan telah ditentukan dengan baik.

5) Presentation and Disclosure. (Presentasi dan Pengungkapan)

Fungsi auditor internal merupakan alat bantu manajemen guna menilai tingkat

efektif dan keefisienan pengendalian internal perusahaan, memberi saran ataupun

rekomendasi serta memberikan nilai tambah untuk manajemen sebagai dasar

pengambilan keputusan atau tindakan berikutnya. Seperti telah dikemukakan bahwa

Internal Auditing merupakan salah satu unsur daripada pengawasan yang dibina oleh

manejemen, dengan fungsi utama adalah untuk menilai apakah pengawasan intern telah

berjalan sebagaimana yang diharapkan. Adapun fungsi Internal Auditing secara

menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja Intern telah berjalan sebagaimana yang

diharapkan.
21

Menurut Sawyer yang dialihbahasakan oleh Desi Adhariani (2006:28)

mengemukakan bahwa fungsi audit internal adalah:

“Suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi, guna menelaah atau
mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memmberikan
saran-saran kepada manajemen. Tujuannya adalah untuk membantu tingkatan
manajemen agar tanggungjawab dilaksanakan secara efektif.”

Adapun fungsi audit internal secara menyeluruh mengenai pelaksanaan kerja

audit internal dalam mencapai tujuannya:

a. Membahas menilai kebaikan dan ketepatan pelaksanaan pengendalian

akuntansi, keuangan serta operasi.

b. Meyakinkan apakah pelaksanaan sesuai dengan kebijaksanaan rencana dan

prosedur yang ditetapkan

c. Meyakinkan apakah kekayaan perusahaan dipertanggungjawabkan dengan baik

dan dijaga dengan aman terhadap segala kemungkinan risiko kerugian

d. Meyakinkan tingkat kepercayaan akuntansi dan cara lainnya yang

dikembangkan dalam organisasi

e. Menilai kualitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang telah dibebankan.

Menurut Mulyadi (2008:211) fungsi audit internal dapat dijelaskan sebagai

berikut :

a. Fungsi audit internal adalah meyelidiki dan menilai pengendalian internal dan

efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai tugas organisasi. Dengan demikian fungsi

audit internal merupakan bentuk pengendalian yang fungsinya adalah untuk


22

mengukur dan menilai efektifitas dari unsur-unsur pengendalian internal yang

lain.

b. Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian bebas, yang terdapat dalam

organisasi, dan dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan, dan

kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan

tanggung jawab mereka. Dengan cara menyajikan analisis, penilaian

rekomendasi, dan komentar-komentar penting terhadap kegiatan manajemen,

auditor internal menyediakan jasa-jasa tersebut. Auditor internal berhubungan

dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada

unit atas catatan akuntansi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan tujuan dan fungsi auditor internal

adalah untuk membantu manajemen dan menilai kerja, prosedur, dan kebijakan yang

ditetapkan dalam organisasi agar dapat meyakinkan dan memperbaiki pelaksanaaan

tugas dan tanggung jawab manajemen untuk mengurangi risiko-risiko yang terdapat

dalam organisasi sehingga dalam orgnisasi dapat berjalan efektif dan merupakan

penilaian independen. Dari definisi diatas juga dapat penulis simpulkan fungsi auditor

internal yaitu, menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan

fungsi berbagai tugas organisasi. Fungsi audit internal merupakan kegiatan penilaian

bebas, yang terdapat dalam organisasi, dan dilakukan dengan cara memeriksa

akuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam

melaksanakan tanggung jawab mereka.


23

2.1.1.3 Tanggung Jawab Auditor Internal

Tanggung jawab seorang auditor internal dalam perusahaan tergantung pada

status dan kedudukannya dalam struktur organisasi perusahaan. Wewenang yang

berhubungan dengan tanggung jawab tersebut berurusan dengan kekayaan dan

karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok masalah yang dihadapi.

Menurut Hiro Tugiman (2011:53), tanggung jawab auditor internal

didefinisikan sebagai berikut :

“Auditor internal bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan

tugas pemeriksaan, yang harus disetujui dan ditinjau atau di review oleh

pengawas”

Sedangkan menurut Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:21), tanggung

jawab auditor internal adalah :

“Tanggung jawab auditor internal adalah menerapkan program audit internal,


mengarahkan personel, dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal juga
menyiapkan rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan
menyajikan program yang telah dibuat untuk persetujuan.”

Tanggungjawab dari auditor internal yang dikemukakan oleh (Amin Widjaja

Tunggal, 2012: 22) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Direktur audit internal memiliki tanggungjawab dalam menetapkan program


audit internal organisasi. Direktur audit internal bertugas untuk mengarahkan
personil atau karyawan dan aktivitas-aktivitas departemen audit internal yang
menyiapkan rencana tahunan, untuk memeriksa semua unit organisasi beserta
aktivitas yang telah dilakukan organisasi. Direktur audit internal menyajikan
program yang telah dibuat untuk persetujuan.
2. Auditing supervisor memiliki tanggungjawab dalam membantu direktur auditor
internal dalam mengembangkan program audit tahunan yang telah dibuat dan
membantu dalam mengkoordinasi kinerja pihak auditing dengan auditor
independen agar memberikan cakupan audit yang sesuai.
24

3. Tanggungjawab senior auditor adalah menerima program audit dan instruksi


untuk area audit yang telah ditugaskan oleh auditing supervisor. Senior auditor
memimpin staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit, dengan memantau dan
memberikan instruksi yang telah ia terima, agar pelaksanaan audit dapat
berjalan sesuai.
4. Tanggungjawab staf auditor adalah melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi
audit sesuai dengan aturan dan instruksi yang diterimanya.

Tanggung jawab internal auditor di dalam perusahaan tergantung pada status

dan kedudukannya di dalam perusahaan tersebut, dalam pembahasan ini tanggung

jawab internal auditor lebih di khususkan kepada kedudukan dan peranan internal

auditor untuk meningkatkan kinerja dan efisiensi perusahaan. Tanggung jawab tersebut

harus memberikan akses penuh kepada internal auditor tersebut untuk berurusan

dengan kekayaan dan karyawan perusahaan yang relevan dengan pokok permasalahan

yang dihadapi. Tanggung jawab internal auditor dalam perusahaan haruslah ditetapkan

dengan jelas melalui kebijakan manajemen perusahaan. Selain itu tanggung jawab

internal auditor dalam perusahaan haruslah ditetapkan dengan jelas dengan kebijakan

manajemen.

Dari pernyataan di atas auditor internal tidak mempunyai wewenang untuk

memberi perintah langsung pada pegawai-pegawai bidang operasi. Dengan demikian

terlihat jelas bahwa audit internal hanya bertanggungjawab sebatas penilaian yang

dilakukannya, sedangkan tindakan koreksinya merupakan tugas dari manajemen.

Peran auditor internal menurut Iman S. Tunggal dan Amin W. Tunggal (2015:

49), adalah sebagai Compliance Auditor dalam hal ini auditor internal

bertanggungjawab kepada direktur utama dan mempunyai akses kepada komite,

memonitor pelaksanaan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi,


25

mengevaluasi sistem pengendalian internal, memelihara dan mengamankan aktiva

perusahaan dengan meminimalisir risiko yang terjadi, serta menelaah kinerja korporat

melalui mekanisme audit keuangan dan audit operasional. Selain itu, audit internal juga

berperan sebagai Internal Business Consultant dalam hal ini audit internal membantu

komite audit dalam menilai risiko dengan memberi nasihat pada pihak manajemen,

melaksanakan fungsi konsultan dan memastikan pelaksanaan corporate governance,

serta menelaah peraturan corporate governance minimal dalam setahun sekali.

2.1.1.4 Ruang Lingkup Audit Internal

Ruang lingkup audit internal yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian

intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian

internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang

diberikan.

Menurut Guy, dkk, yang dialihbahasakan oleh Paul A. Rajoe (2008: 410),

menyatakan bahwa ruang lingkup audit internal adalah sebagai berikut :

1. Menelaah keandalan (Reliabilitas dan integritas) informasi keuangan dan


operasi serta perangkat yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur,
mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.
2. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum, dan
peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi, serta
harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal
tersebut.
3. Mereview berbagai cara yang digunakan untuk melindungi harta dan bila
dipandang perlu memverifikasi keberadaan harta-harta tersebut.
4. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber daya.
26

5. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah hasilnya akan
konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dan apakah kegiatan
atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Ruang lingkup audit internal menurut IIA mencakup pendekatan sistematis

yang dirancang untuk mengevaluasi dan meningkatkan kecukupan dan keefektifan

manajemen risiko, pengendalian, pengelolaan organisasi serta kualitas dari kinerja

organisasi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya dalam organisasi.

Ruang lingkup kegiatan audit internal mencakup bidang yang sangat luas dan

kompleks, meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif

maupun operasional. Hal tersebut sesuai dengan komitmen bahwa fungsi audit internal

adalah membantu manajemen dalam mengawasi jalannya roda organisasi. Namun

demikian audit internal bukan bertindak sebagai mata-mata, tetapi merupakan mitra

yang siap membantu dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.

Jadi ruang lingkup audit internal harus meliputi pemeriksaan dan evaluasi atas

kecukupan, serta efektivitas sistem pengendalian internal organisasi dan kualitas

kinerja ketika melaksanakan tanggungjawab penugasan. Maka dapat penulis simpulkan

bahwa ruang lingkup audit sesuai dengan komitmen fungsi audit internal yaitu

memberikan pelayanan kepada organisasi untuk membantu semua anggota organisasi

tersebut. Bantuan yang diberikan sebagai tujuan akhir semua organisasi dapat

melakukan tanggung jawab yang diberikan dan dibebankan kepadanya secara efektif.

Audit internal membantu manajemen dalam mencari berbagai kemungkinan yang

paling baik dalam penggunaan sumber modal secara efisien dan efektif, termasuk
27

efektivitas pengendalian dalam biaya yang wajar. Semua bantuan audit internal dapat

diberikan melalui analisis-analisis, penilaian, saran-saran, bimbingan, dan informasi

tentang aktivitas yang diperiksa.

2.1.1.5 Laporan Audit Internal

Menurut Gusti Agung Rai (2008:18) bahwa dalam menyusun kualitas hasil

pemeriksaan audit internal, untuk dapat mencapai tujuan laporan haruslah memenuhi

beberapa kriteria, yaitu : mentransfer informasi dan mendapat hasil(response), auditor

internal perlu memperhatikan standar untuk menjamin kualitas pelaporan. Secara

prinsip, terdapat tujuh standar kualitas pelaporan,yaitu :

a. Akurat
b. Objektif
c. Jelas
d. Ringkas
e. Konstruktif
f. Orientasi pada hasil
g. Lengkap
h. Tepat waktu

Adapun standar kualitas pelaporan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Akurat

Sebagai laporan yang mengharapkan tindak lanjut dari pembacanya,

laporan audit internal menggunakan gaya bahasa yang cocok. Untuk

mencapai tujuan ini, sebaiknya auditor menggunakan penekanan yang

tepat, dan hanya menyajikan informasi yang relevan dan valid serta telah
28

diteliti secara seksama dan cermat agar mudah dimengerti oleh penggun

laporan.

b. Objektif

Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak, dan

terbebas dari distorsi. Berbagai temuan, kesimpulan, dan rekomendasi

harus dilakukan tanpa ada suatu prasangka.

c. Jelas

Laporan yang jelas, mudah dimengerti dan logis. Kejelasan suatu laporan

dapat ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan bahasa teknis

yang tidak diperlukan dan pemberian informasi yang cukup

mendukung.

d. Ringkas

Laporan yang ringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan

menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Laporan tersebut

disusun dengan menggunakan kata kata secara efektif.

e. Konstruktif

Laporan konstruktif dapat dicapai dengan memberi penekanan penyebab,

bukan gejalanya. Komentar atau temuan positif dan negatif harus seimbang.

Dengan mengungkap satu temuan positif, sebuah laporan menjadi mudah

diterima oleh auditee. Cara lain agar konstruktif adalah dengan memberikan

perspektif yang proporsional terhadap suatu masalah dan menghargai tindakan

manajemen.
29

f. Orientasi pada hasil

Laporan audit harus menunjukkan bahwa auditor lebih mengutamakan

terciptanya hasil bagi organisasi. Auditor harus menunjukkan bahwa prinsipnya

bukan ingin mencari masalah tetapi mengetahui solusi. Orientasi pada hasil

akan terlihat apabila laporan mengandung rekomendasi yang spesifik dan dapat

diukur. Laporan harus memuat solusi yang praktis.

g. Lengkap

Sebaiknya laporan yang akan disampaikan kepada pihak yang

berkepentingan, dilampiri dengan dasar-dasar temuan dan pernyataan

auditor secara lengkap dan menyeluruh. Hal ini bertujuan untuk

menghindari adanya kesalahan dalam mengambil suatu rekomendasi atau

tindak lanjut yang akan diambil dari pengguna laporan tersebut.

h. Tepat waktu

Agar memiliki nilai manfaat, laporan audit harus disampaikan ssecara tepat

waktu. Laporan yang tepat waktu adalah yang memungkinkan pelaksanaan

tindak lanjut secara efektif


30

2.1.2 Pengetahuan Auditor Internal

2.1.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Dapat dijelaskan

bahwa pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh

seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui

dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu

yang belum dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Pengetahuan menurut Merriam (2010:24) adalah:

“The fact or condition of knowing something with familiarity gained

through experience or association or acquaintance with or

understanding of a science, art, or technique”

Definisi di atas dapat diartikan bahwa fakta atau kondisi mengetahui

sesuatu dengan keakraban yang diperoleh melalui pengalaman atau asosiasi

atau kenalan dengan atau pemahaman dari ilmu pengetahuan, seni, atau teknik

Menurut Ishak (2011: 8) pengetahuan adalah :

“Suatu fakta atau kondisi mengetahui sesuatu dengan baik yang didapat lewat

pengalaman dan pelatihan”.


31

Definisi pengetahuan dalam ruang lingkup audit menurut Sucipto (2007)

adalah:

“kemampuan penguasaan auditor atau akuntan pemeriksa terhadap medan audit

(penganalisaan terhadap laporan keuangan perusahaan)”.

Sedangkan menurut Raharjo dalam Sucipto (2007) pengetahuan auditor yang

berkaitan dengan pemeriksaan atau audit adalah:

1. Pengetahuan tentang penguasaan teknis dan seluk-beluk kewajiban audit.


2. Pengetahuan jenis-jenis dokumen dalam operasi perusahaan dan alur dokumen
dalam operasi perusahaan.
3. Pengetahuan atas berbagai indikasi terjadinya kekeliruan dan kecurangan dan
kemampuan auditor untuk menguasai sisi psikologis.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan auditor harus

mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk

melaksanakan tanggung jawabnya. Pimpinan aparat pengawas intern pemerintah harus

yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis dari aparat pengawas

intern pemerintah harus memadai untuk pekerjaan pemeriksaan yang akan

dilaksanakan. Oleh karena itu, pimpinan aparat pengawas intern pemerintah wajib

menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan pengalaman dalam

mengisi posisi di lingkungan aparat pengawas intern pemerintah.

Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak

memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya. Pengetahuan auditor


32

digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja. Seperti yang dikatakan Agung

Rai (2008:8) bahwa :

“Seorang auditor internal harus memiliki pengetahuan umum untuk

memahami entitas yang diaudit dan membantu pelaksanaan audit.”

Secara umum ada 5 (lima) pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang

auditor menurut Kusharyanti dalam Giu (2011) yaitu:

1) Pengetahuan pengauditan umum


2) Pengetahuan area fungsional
3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru
4) Pengetahuan mengenai industri khusus
5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah

Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit dan lain-

lain kebanyakan diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman.

Untuk area fungsional seperti perpajakan dan pengauditan dengan komputer sebagian

didapatkan dari pendidikan formal perguruan tinggi, sebagian besar dari pelatihan dan

pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor biasa mendapatkannya dari

pelatihan profesional yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Pengetahuan

mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan

pengalaman.

Menurut Ardeno Kurniawan (2014:24-25) di dalam menjalankan fungsinya,

auditor internal diwajibkan memiliki pengetahuan mengenai bidang-bidang berikut ini:

1. Auditing
2. Standar Audit Internal
3. Etika
4. Kewaspadaan terhadap risiko
33

5. Manajemen risiko korporasi


6. Perubahan-perubahan di dalam standar profesional
7. Keahlian-keahlian teknis di dalam industri
8. Tata kelola organisasi
9. Akuntansi Keuangan
10. Manajemen Bisnis
11. Sistem Organisasional
12. Strategi dan kebijakan bisnis
13. Budaya organisasi
14. Hukum bisnis dan peraturan hukum
15. Keuangan
16. IT/ICT
17. Akuntansi Manajerial
18. Pemahaman terhadap kerangka kerja kualitas
19. Ekonomi
20. Pemasaran

Seorang auditor internal harus selalu mengetahui perkembangan terakhir dalam

masalah-masalah keahlian, harus mengenali perkembangan baru agar dapat dengan

segera menghubungi seorang ahli dalam perusahaan apabila berhadapan dengan suatu

masalah khsusus. Bagi seorang auditor intern harus dijadikan suatu kebiasaan agar

selalu mengetahui setiap perkembangan dan kejadian perusahaan dari hari ke hari.

Apabila seorang auditor internal meninjau lebih luas kedalam masyarakat, maka

auditor intern tersebut harus meningkatkan pengetahuan secara luas mengenai

kemanusiaan dan ilmu sosial.


34

2.1.2.2 Indikator pengetahuan auditor internal

Pengetahuan diperlukan sebagai kemampuan seseorang untuk mencapai tingkat

kepuasan dalam bekerja dan dapat mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan

meningkatkan standar kualitas profesional dalam pekerjaan.

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2012:30), mengatakan bahwa :

“para pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan

berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan”.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan diatas, pengetahuan auditor internal

akan diukur dengan menggunakan indikator yang dikembangkan dari tiga dimensi

pengetahuan yang digunakan Tugiman (2011:40) yaitu :

1. Pengetahuan mengenai kecurangan

2. Pendidikan berkelanjutan

3. Ketelitian profesional

Berikut penjelasan-penjelasan mengenai indikator tersebut :

1. Pengetahuan mengenai kecurangan

Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk

dapat mengenali, meneliti, dan menguji adanya indikasi kecurangan. Pihak

manajemen dan pihak auditor internal mempunyai fungsi yang berbeda dalam

hal mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud. Secara normatif fungsi audit

internal adalah memberikan jasa penilaian yang independen, menguji dan

melakukan evaluasi kegiatan perusahaan. Sedangkan dalam usaha mendeteksi

fraud, fungsi auditor internal adalah membantu pihak manajemen dalam


35

melaksanakan tugasnya dengan cara melengkapi mereka dengan berbagai

analisis, penilaian, rekomendasi dan penyuluhan tentang masalah yang sedang

dikaji.

Pihak manajemen mempunyai tanggung jawab menyelenggarakan dan

memelihara pengendalian intern dengan biaya yang dapat

dipertanggungjawabkan. Auditor internal, di pihak lain, bertanggungjawab

bahwa ia telah bekerja dengan penuh kehatian-hatian dan seksama dalam

mendeteksi kemungkinan terjadinya fraud. Oleh sebab itu auditor internal harus

mempunyai pengetahuan yang memadai untuk mengidentifikasi indikator-

indikator kemungkinan suatu tindakan fraud telah terjadi.

Berbagai test yang dilakukan oleh auditor, bersamaan dengan efektifnya

pengendalian yang diciptakan oleh manajemen, indikasi-indikasi terjadinya

fraud akan bisa dideteksi untuk dilanjutkan ke tahap investigasi. Auditor

internal diwajibkan untuk meyakini pengetahuan dan keterampilan yang

dimiliki untuk melakukan investigasi.

2. Pendidikan berkelanjutan

Para auditor internal harus meningkatkan kemampuan teknisnya

melalui pendidikan yang berkelanjutan dan berkewajiban meneruskan

pendidikannya dengan tujuan meningkatkan keahliannya. Mereka harus

berusaha memperoleh informasi tentang kemajuan dan perkembangan baru

dalam standar profesi audit internal, prosedur, dan teknik pemeriksaan.

Pendidikan lebih lanjut dapat diperoleh melalui keanggotaan dan partisipasi


36

dalam perkumpulan profesi, kehadiran dalam berbagai konferensi, seminar,

kursus yang diadakan oleh suatu universitas, program pelatihan yang

dilaksanakan oleh organisasi (in-house training programs) dan partisipasi

dalam proyek penelitian.

3. Pengetahuan mengenai ketelitian profesional

Para auditor internal harus melaksanakan ketelitian profesional yang

sepantasnya dalam melaksanakan pemeriksaan. Ketelitian profesional

sepantasnya menghendaki penerapan ketelitian dan kecakapan yang secara

patut diduga akan dilakukan oleh seorang auditor yang bijaksana dan

berkompeten, dalam keadaan yang sama atau mirip. Karenanya, ketelitian

profesional harus sesuai dengan tingkat kesulitan pemeriksaan yang sedang

dilaksanakan. Dalam menerapkan ketelitian profesional yang sepantasnya,

auditor internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya

pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan atau error, kelalaian,

ketidakefektivan, pemborosan, ketidakefisienan, dan konflik kepentingan.

Mereka harus mengidentifikasi pengendalian yang lemah dan

merekomendasikan perbaikan untuk menciptakan kesesuaian dengan berbagai

prosedur dan praktek yang sehat.

Ketelitian yang selayaknya menghendaki suatu ketelitian yang

kompeten bukanlah pelaksanaan yang harus sempurna, tanpa ada kesalahan,

atau hasilnya luar biasa. Ketelitian yang selayaknya mewajibkan auditor


37

internal melakukan pengujian dan melakukan pemeriksaan secara mendetail

atau terperinci terhadap seluruh transaksi. Karenanya, pemeriksa tidak dapat

memberikan jaminan mutlak bahwa di dalam organisasi tidak terdapat suatu

ketidaksesuaian atau ketidakberesan. Walau demikian, kemungkinan terjadinya

ketidakberesan atau ketidaksesuaian secara material haruslah dipertimbangkan

atau diperhatikan pada saat auditor internal melaksanakan tugas pemeriksaan.

Apabila auditor internal mencurigai atau menduga telah terjadi

pelanggaran, pejabat yang berwenang di dalam organisasi haruslah diberitahu.

Pemeriksa dapat merekomendasikan apakah perlu melakukan penyelidikan atas

keadaan tersebut. Kemudian, auditor harus mereview atau meninjau untuk

meyakinkan apakah tanggungjawab auditor internal tersebut telah dipenuhi.

Melaksanakan ketelitian profesional yang selayaknya berarti

menggunakan kecakapan dan penilaian pemeriksaan yang pantas pada saat

melakukan pemeriksaan. Dalam hal ini pemeriksa internal harus

mempertimbangkan:

• Luas atau lingkup dari pekerjaan pemeriksaan yang diperlukan untuk mencapai

berbagai tujuan pemeriksaan.

• Materialitas dari persoalan, dimana prosedur-prosedur pemeriksaan diterapkan.

• Kecukupan dan keefektivan pengendalian, dan


38

• Biaya pemeriksaan sehubungan dengan keuntungan yang mungkin didapat dari

pemeriksaan tersebut.

Ketelitian profesional yang selayaknya mencakup mengadakan evaluasi

atas standar pekerjaan atau operasi yang telah diterapkan dan menentukan

apakah standar tersebut diterima dan dapat dipenuhi. Apabila suatu standar

dianggap samara tau tidak jelas, harus segera dilakukan penafsiran oleh pihak

yang berwenang. Apabila berwenang menafsirkan atau menentukan standar

pekerjaan atau operasi, auditor internal harus membuat kesepakatan dengan

pihak yang diperiksa tentang standar yang akan dipergunakan untuk mengukur

pelaksanaan operasi atau pekerjaan.

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Auditor Internal

Menurut Notoatmodjo (2010:22), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang yaitu:

a. Media massa/sumber informasi

b. Sosial budaya dan ekonomi

c. Lingkungan
39

Adapun penjelasan faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah

sebagai berikut:

a. Media massa/sumber informasi

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai pengaruh

besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

b. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

c. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Adapun faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan

pengetahuan auditor menurut Sularso dan Na’im dalam Sucipto (2007) antara lain:

1. Pengalaman audit,
2. Diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja,
3. Pengawasan dan review pekerjaan oleh akuntan pemeriksa pengawas,
4. Program pelatihan,
5. Tindak lanjut perencanaan audit, dan
6. Penggunaan pedoman audit.

Di samping faktor-faktor tersebut, menurut Libby dan Luft yang dikutip oleh

Thomas, Davis dan Seaman dalam Sucipto (2007), partisipasi dalam Continuing

Professional Education (CPE) atau pendidikan profesi berkelanjutan (PPL) juga dapat

meningkatkan tingkat pengetahuan seorang auditor dalam menjalankan tugas


40

pengauditannya. Dalam penelitian tersebut ternyata Continuing Professional

Education (CPE) atau pendidikan profesi berkelanjutan (PPL) ternyata terbukti dapat

meningkatkan pengetahuan seorang auditor yang kemudian berdampak pada keahlian

dan performance audit tersebut.

2.1.3 Pengalaman

2.1.3.1 Pengertian Pengalaman

Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan

perkembangan potensi dan proses yang membawa seseorang kepada sesuatu yang lebih

tinggi. Pengalaman kerja seseorang menunjukan jenis-jenis pekerjaan yang pernah

dilakukan seseorang dan memberikan peluang besar bagi seseorang untuk melakukan

pekerjaan yang lebih baik.

Pengalaman menurut Merriam (2010:35) adalah:

“The fact or state of having been affected by or gained knowledge through

direct observation or participation”

Definisi di atas dapat diartikan bahwa fakta atau keadaan yang dipengaruhi

oleh pengetahuan diperoleh melalui pengamatan langsung atau partisipasi.


41

Menurut Foster yang dialihbahasakan oleh Ramlan (2001:40), menyatakan

pengalaman kerja adalah :

“Sebagai suatu ukuran tentang lama waktu atau masa kerjanya yang telah

ditempuh seseorang dalam memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah

melaksanakannya dengan baik.”

Sedangkan dalam lingkup audit internal menurut Mulyadi (2010:41) definisi

pengalaman auditor adalah :

“Pengalaman auditor merupakan akumulasi gabungan dari semua yang

diperoleh melalui interaksi”

Dalam Singgih dan Bawono (2010) mengatakan definisi pengalaman adalah :

“suatu proses pembelajaran penambahan perkembangan potensi bertingkah


laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa juga
diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola
tingkah laku yang lebih tinggi.”

Menurut Sukrisno Agus (2012:33) mendefinisikan pengalaman auditor adalah:

“auditor yang mempunyai pemahaman yang lebih baik, mereka juga lebih
mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam
laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada
tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasar”

Sedangkan pengertian pengalaman dalam lingkup audit menurut Gusnardi

dalam Budi (2009) adalah :

“Pengalaman kerja audit (audit experience) dapat diukur dari jenjang jabatan
dalam struktur tempat auditor bekerja, tahun pengalaman kerja, gabungan
antara jenjang jabatan dan tahun pengalaman kerja, keahlian yang dimiliki
auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan yang pernah
42

diikuti oleh auditor tentang audit, masalah penting yang berhubungan dengan
pengalaman kerja auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian auditor.”

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah

dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk

melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang,

semakin terampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap

dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

Pengalaman audit mempunyai peranan yang penting dalam menanggapi bukti

audit. Individu yang kurang mengenal dengan suatu keputusan berisiko, berperilaku

secara lebih berhati-hati dan lebih menghindari risiko dibandingkan mereka yang lebih

mengenal dengan tugas itu. Maka dapat diartikan bahwa auditor yang kurang familiar

atau kurang berpengalaman terhadap suatu tugas pertimbangan akan lebih berorientasi

pada bukti negatif daripada auditor yang mempunyai pengalaman yang lebih banyak.

Persyaratan yang dituntut dari auditor adalah orang yang memiliki pendidikan dan

pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang

auditing sebagai seorang auditor. Seperti yang dikatakan Butt dalam Maghfirah (2008)

memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa :

“auditor yang berpengalaman akan membuat judgement yang relatif lebih baik
dalam tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang
berpengalaman sehingga auditor internal yang berpengalaman mampu
mengidentifikasi secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dan telaah
analitik. Akuntan pemeriksa (auditor internal) yang berpengalaman juga
memperlihatkan tingkat perhatian selektif yang lebih tinggi terhadap informasi
yang relevan.”
43

Dari uraian tersebut dapat diketahui, bahwa seorang auditor yang

berpengalaman akan memiliki gerakan yang lebih sigap dan cepat serta lancar dalam

menanggapi tanda-tanda kesulitan atau risiko yang akan muncul dalam pengauditan.

Auditor internal harus mengerti betul tentang masalah manusia dari sudut pandang

mereka, bukan dari sudut pengendalian protektif yang sempit. Apabila auditor internal

belajar dan memahami masalah personil operasi, mereka dapat membawa pengalaman

dan bakatnya untuk memberikan solusi yang konstruktif yang akan membantu

departemen operasi dan usaha secara keseluruhan.

2.1.3.2 Indikator pengalaman auditor internal

Terdapat dua tahapan-tahapan pengalaman yang menjadi indikator atau

dimensi pengalaman. Menurut Foster yang dialihbahasakan oleh Ramlan (2001:43)

yang menjadi dimensi dan indikator pengalaman salah satunya adalah :

1. Jam kerja auditor / lamanya waktu kerja

2. Tingkat Keterampilan

3. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan

Ketiga indikator pengalaman auditor internal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Jam kerja /lamawaktu kerja

Menurut Hughes (2006:41) mengemukakan bahwa :

“Working with other who have different background, perspective, or agenda

can often be a growth experience”

Pendapat di atas menjelaskan bahwa bekerja dengan orang yang memiliki

perbedaan latar belakang, perspektif atau sering membuat agenda akan


44

mengembangkan pengalaman dalam bekerja. Salah satu cara untuk memiliki

pengalaman audit dalam bekerja adalah dengan memiliki jam kerja menjadi auditor

atau lamanya menjadi auditor.

Dalam Jamilah (2012) menyatakan bahwa :

“Lamanya bekerja sebagai auditor menghasikan struktur dalam proses


pemahaman auditor. Pemahaman auditor dengan mengintrepretasikan arti dan
implikasi informasi-informasi spesifik, struktur-struktur untuk menentukan
seleksi auditor memahami dan bereaksi terhadap ruang lingkup tugas”

Dengan memiliki jam kerja menjadi auditor, kemampuan auditor dapat

ditingkatkan dengan tujuan untuk mengantisipasi semua keadaan yang mungkin

dihadapi akibat tuntutan pekerjaan secara profesional. Ketika seorang auditor yang

telah memiliki jam kerja yang lebih banyak akan dengan mudah menghadapi

perubahan yang sedang terjadi.

2. Tingkat keterampilan auditor

Hughes (2006:34) mengemukakan bahwa :

“Experience is not just a matter of what even happen to you, if also depends on

how you perceive those events”

Pendapat diatas menjelaskan bahwa pengalaman bukan hanya dipengaruhi oleh

apa yang terjadi pada kita tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana kita menanggapinya,

termasuk juga bagaimana cara auditor dalam menanggapi tugas auditnya. Dengan

keterampilan, auditor dapat memfokuskan perilaku pada tugas, auditor dapat lebih

cepat membiasakan diri dengan tugas tersebut. Dan wewenang tugas yang diberikan

antaranya pemberian wewenang tugas berupa kesempatan untuk lebih


45

mempertimbangkan keputusan-keputusan yang akan diambil dalam waktu-waktu yang

diperlukan.

Sedangkan menurut June Chung Gary S.Monroe (2008) dalam Jamilah (2012)

menyatakan :

“Saat auditor junior mengerjakan suatu tugas audit, ia belum memiliki struktur

memori yang relevan untuk dapat memeriksa dan memilah dengan memadai

informasi informasi yang relevan dengan tugas yang dikerjakannya.”

Selain itu, auditor junior juga belum dapat menganalisa dan mengintegrasikan

informasi pada suatu tingkat yang lebih dari hanya sekedar fitur-fitur permukaan

tugasnya saja, akibatnya muncul hasil-hasil penilaian yang kontradiktif. Sebaliknya

auditor yang berpengalaman memiliki struktur memori yang sangat berguna untuk

membantu mereka dalam mengolaah informasi pada tingkat yang lebih abstrak

sehingga dapat meminimalkan hasil-hasil penilaian yang kontradiktif tersebut.

3. Penguasaan pekerjaan dan peralatan

Dengan memiliki tingkat penguasaan aspek-aspek teknik peralatan dan teknik

pekerjaan, auditor dapat meningkatkan keahliannya, dan menghasilkan pencapaian

pekerjaan yang berkualitas.


46

2.1.3.3 Manfaat Pengalaman Auditor

Suatu perusahaan akan cenderung memilih tenaga kerja yang berpengalaman

daripada yang tidak berpengalaman. Hal ini disebabkan mereka yang berpengalaman

lebih berkualitas dalam melaksanakan pekerjaan sekaligus tanggung jawab yang

diberikan perusahaan dapat dikerjakan sesuai dengan ketentuan atau permintaan

perusahaan. Maka dari itu, pengalaman kerja mempunyai manfaat bagi perusahaan

maupun karyawan.

Manfaat pengalaman kerja adalah untuk kepercayaan, kewibawaan,

pelaksanaan pekerjaan dan memperoleh penghasilan. Berdasarkan manfaat masa kerja

tersebut, maka seseorang yang telah memiliki masa kerja lama apabila dibandingkan

dengan orang yang belum berpengalaman akan memberikan manfaat seperti:

a. Mendapatkan kepercayaan

b. Kewibawaan akan semakin meningkat

c. Pelaksanaan pekerjaan akan berjalan lancar

d. Dengan adanya pengalaman kerja akan semakin baik, dan tentu akan

memperoleh penghasilan yang lebih baik. Karyawan yang sudah

berpengalaman dalam bekerja akan membentuk keahlian dibidanya, sehingga

dalam menyelesaikan suatu pekerjaan akan cepat tercapai.

Pengalaman sangatlah diperlukan dalam rangka kewajiban seorang pemeriksa

(auditor internal) terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum pemeriksaan.


47

Pengalaman yang selanjutnya menghasilkan pengetahuan seorang auditor dimulai

dengan pendidikan formal, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman

selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang

profesional, auditor internal harus menjalani pelatihan teknis yang cukup.

Menurut A.Basit (2012) manfaat seseorang yang berpengalaman adalah :

“Orang tersebut mempunyai lebih banyak item yang mampu disimpan


dalam memorinya. Sehingga akan lebih mudah baginya untuk
membedakan item-item menjadi beberapa kategori. Hal ini juga
menunjukkan semakin banyak banyak pengalaman seseorang, maka hasil
pekerjaan semakin akurat dan lebih banyak mempunyai memori tentang
struktur kategori yang rumit.”

Dapat disimpulkan berdasarkan teori-teori diatas bahwa auditor internal yang

semakin berpengalaman cenderung mempunyai keunggulan dan kreatifitas dalam

mendeteksi, memahami dan mencari sebab dari suatu kesalahan atau manipulasi.

2.1.4 Akuntabilitas

2.1.4.1 Pengertian Akuntabilitas

Istilah akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris accountability

yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau

keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Dalam sektor publik, akuntabilitas dapat

diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau

kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan

secara periodik.
48

Sedangkan menurut Stephen Covey (2015)

“The obligation of an individual or organization to account for it’s activities,


accept responsibility for them, and to disclose the result in a transparent
manner. It also includes the responsibility for money or other entrusted
property”

Definisi di atas menjelaskan bahwa kewajiban seorang individu atau organisasi

untuk menjelaskan kegiatan itu, menerima tanggung jawab untuk mereka, dan untuk

mengungkapkan hasilnya secara transparan. Ini juga mencakup tanggung jawab untuk

uang atau harta yang dipercayakan lainnya

Seperti apa yang dikatakan Stephen Covey (2015) :

“accountability breeds responsibility yang artinya adalah akuntabilitas

melahirkan tanggung jawab”

Selain itu, akuntabilitas juga dapat diuraikan sebagai kewajiban untuk

menjawab dan menjelaskan kinerja dari tindakan seseorang atau badan kepada pihak-

pihak yang memiliki hak untuk meminta jawaban atau keterangan dari orang atau

badan yang telah diberikan wewenang untuk mengelola sumber daya tertentu

Sedangkan definisi akuntabilitas menurut Mahmudi (2010:23) adalah sebagai

berikut :

“kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan


pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan megungkapkan, segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak pemberi
amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
pertanggungjawaban tersebut.”
49

Definisi akuntabilitas menurut Mardiasmo (2006:3) adalah :

“Suatu bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau


kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran
yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban
yang dilaksanakan secara periodik”.

Dalam Mardisar dan Sari (2007) mendefinisikan akuntabilitas :

“sebagai bentuk dorongan psikologi yang membuat sesorang berusaha

mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil

kepada lingkungannya.”

Dengan memiliki akuntabilitas, seorang auditor internal telah memiliki etika

pribadi yang kuat dan komitmen kerja. Ketika dikirim ke beberapa lokasi

untuk melakukan review, auditor internal dapat menjaga sikap professional dan

melakukan pekerjaannya dengan jujur dan etis serta serta mempertanggungjawabkan

atas apa yang telah dikerjakannya kepada pemberi tugas. Hal ini benar-benar mendasar

dan perlu untuk membangun akuntabilitas dalam diri auditor internal sebagai

keterampilan yang diperlukan untuk membangun suatu kualitas kinerja yang baik.

Auditor dikatakan memiliki kemampuan profesional apabila dapat memberikan

jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para auditor

internal tersebut telah sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan, juga

haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan dari berbagai disiplin

ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan.


50

2.1.4.2 Tujuan Akuntabilitas

Pada dasarnya tujuan dari pelaksanaan akuntabilitas adalah untuk mencari

jawaban atas apa yang harus dipertanggungjawabkan, berdasarkan hal apa yang

sungguh-sungguh terjadi serta membandungkannya dengan apa yang seharusnya

terjadi. Apabila terjadi suatu penyimpangan atau hambatan, maka penyimpangan dan

hambatan tersebut harus segera dikoreksi. Maka pelaksanaan suatu kegiatan

diharapkan masih bisa mencapai tujuan yang diharapkan.

Penjelasan tersebut sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh J.B.Ghartey

yang dialihbahasakan Ramelan (2008:308) bahwa :

“Akuntabilitas ditujukkan untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang

berhubungan dengan stewardzip yaitu apa, mengapa, siapa, kemana, yang

mana, dan bagaimana suatu pertanggungjawaban harus dilaksanakan.”

Dari tujuan akuntabilitas yang telah dikemukakan di atas, dapat

diinterpretasikan bahwa akuntabilitas bukan hanya untuk mencari-cari kesalahan tetapi

untuk menjawab atas pertanggungjawaban seseorang berdasarkan apa yang terjadi

sesungguhnya, sehingga dapat segera diperbaiki apabila terjadi kesalahan

2.1.4.3 Indikator akuntabilitas auditor

Menurut Feny dan Yohanes (2012) terdapat tiga indikator yang digunakan

untuk mengukur akuntabilitas yaitu :

1. Profesionalisme

2. Pengabdian pada profesi

3. Motivasi kerja
51

Berikut penjelasan atas indikator-indikator yang telah disebutkan :

1. Profesionalisme

Menurut Arens (2010:87) profesionalisme adalah :

“Suatu tanggung jawab untuk berperilaku lebih dari sekedar memenuhi

tanggung jawab yang diberikan kepadanya, dan lebih dari sekedar memenuhi

undang-undang dan peraturan masyarakat”

Auditor internal yang berkualitas memiliki sikap profesional yang tinggi dan

sikap antusias yang tinggi terhadap pekerjaan. Dengan sikap profesional yang tinggi,

seorang auditor akan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan juga

mempertanggungjawabkan segala hasil yang akan dia dapatkan baik itu positif dan

negatif.

2. Pengabdian pada profesi

Pengabdian pada profesi seorang auditor merupakan dedikasi auditor terhadap

pekerjaanya yang dilakukan secara total dengan menggunakan pengetahuan dan

keahlian yang dimiliki. Totalitas pekerjaan tidak memprioritaskan materi.

Menurut Syahrir (2002) pengabdian pada profesi diceminkan dari :

“Dedikasi seseorang dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang

dimiliki serta keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun

imbalan ekstrinsik kurang beserta dengan penuh tanggung jawab.”

Pengabdian kepada profesi merupakan suatu komitmen yang terbentuk dari

dalam diri seseorang tanpa paksaan dari siapapun, dan secara sadar bertanggung jawab
52

terhadap profesinya. Auditor internal memiliki kewajiban untuk menjaga standar

perilaku etis tertinggi mereka kepada organisasi dimana mereka berlindung, profesi

mereka, masyarakat dan pribadi mereka sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung

jawab menjadi kompeten dan berusaha menjaga integritas dan obyektivitas mereka.

3. Motivasi Kerja

Manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dan memerlukan

motivasi atau dorongan dari orang lain untuk mencapai apa yang menjadi tujuan

hidupnya. Pemberian motivasi dengan tepat akan dapat menimbulkan semangat, gairah

dan keikhlasan kerja dalam diri seseorang.

Menurut Wibowo (2010:379) mengemukakan bahwa :

“Motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia


pada pencapaian tujuan. Sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi
meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan
intesitas, bersifat terus menerus dan adanya tujuan.”

Motivasi kerja merupakan komitmen dari seseorang tentang seberapa besar

motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, seberapa besar usaha atau

daya pikir yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan, dan seberapa besar

keyakinan mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan di dalam

perusahaan.
53

2.1.5 Kualitas Kinerja Auditor Internal

2.1.5.1 Pengertian Kualitas Kinerja Auditor

Keberadaan auditor internal di perusahaan-perusahaan perlu diamati

karakteristik individunya, karena hal yang berkaitan dengan pengawasan dan

pengendalian internal perusahaan. Apabila auditor internal di perusahaan-perusahaan

telah memiliki kualitas kinerja yang baik dalam memenuhi tanggung jawabnya, maka

pengendalian internal dalam perusahaan tersebut akan berjalan dengan baik, mampu

memberikan hasil kerja yang optimal dan menciptakan mekanisme pengawasan yang

dapat memastikan bahwa penggunaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada di dalam

perusahaan telah digunakan secara efektif dan efisien. Dengan demikian sumber daya

dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan

kinerja perusahaan.

Menurut Mondy (2008:45) kualitas kinerja adalah :

“quality of ability to perform, capacity achieve and desired result”

Definisi di atas menjelaskan bahwa kualitas kemampuan untuk melakukan,

kapasitas mencapai dan hasil yang diinginkan.

Menurut Ristio dkk (2014) mendefinisikan :

“Kualitas kinerja auditor adalah mutu dari hasil kerja auditor dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab auditor itu. Kinerja

auditor menjadi tolak ukur dari kerja auditor, apakah sudah baik atau belum”.
54

Menurut Basuki dan Krisna (2009), kualitas kinerja auditor internal adalah :

“Auditor yang berkualitas tinggi dan melakukan pekerjaannya dengan


profesional, maka dia akan menghasilkan output yang berkualitas tinggi pula,
karena diasumsikan mampu mencegah dan mendeteksi praktek-praktek
akuntansi yang dipertanyakan dan melaporkan error dan irregularities dalam
akuntansi”.

Menurut Ariani (2015) definisi kualitas kinerja auditor adalah :

“Sejauh mana mutu dari tindakan atau pelaksanan tugas pemeriksaan yang telah

diselesaikan oleh auditor dalam kurun waktu tertentu yang didasarkan atas

kecakapan dan kesungguhan.”

Kinerja (prestasi kerja) dapat diukur melalui pengukuran tertentu (standar),

dimana kualitas adalah berkaitan dengan mutu kerja yang dihasilkan, sedangkan

kuantitas adalah jumlah hasil kerja yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan

ketepatan waktu adalah kesesuaian waktu yang telah direncanakan.

Kualitas kinerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan

diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor,

kualitas kinerja dilihat dari hasil audit yang dihasilkan dan dinilai dari seberapa banyak

auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan.

2.1.5.2 Indikator Kualitas Kinerja Auditor Internal

Menurut S.Purwandari (2013) kualitas kinerja auditor internal diukur dengan

menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Seberapa jauh auditor menjalankan prosedur dalam pemeriksaan


2. Kuantitas Kerja
3. Ketepatan Waktu
4. Pendekatan Komparatif (Perbandingan)
5. Kualitas Keputusan yang diambil
55

Indikator diatas akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Seberapa jauh auditor menjalankan prosedur dalam pemeriksaan.

Prosedur audit meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh auditor

dalam melakukan audit. Prosedur audit ini sangat diperlukan bagi auditor internal agar

tidak melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif dan

mendapatkan hasil yang berkualitas. Sehingga laporan yang dihasilkan sesuai dengan

prosedur dapat berguna secara maksimal bagi pemegang kepentingan/pembuat

kebijakan.

b. Kuantitas Kerja, yaitu :

• Jumlah hasil kerja yang dapat diselesaikan dengan target yang menjadi

tanggung jawab pekerjaan auditor

• Serta kemampuan untuk memanfaatkan sarana dan prasarana penunjang

pekerjaan

c. Ketepatan Waktu

Kegunaan laporan merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu, laporan audit

harus tepat waktu dan disusun sesuai dengan standar dan prosedur. Karena ketepatan

waktu dalam memberikan laporan audit akan berdampak pada kualitas kinerja auditor

dan juga pada perusahaan, dikarenakan laporan audit yang berkualitas dan tepat waktu

akan ditujukan untuk memberikan rekomendasi/informasi guna merangsang

dilakukannya tindakan konstruktif.


56

d. Pendekatan komparatif (perbandingan)

Menilai dengan membandingkan antara kinerja auditor yang satu dengan

auditor yang lainnya, atau juga dengan membandingkan hasil audit sebelumnya yang

telah dikerjakan oleh auditor. Pendekatan komparatif bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana mutu dari hasil pekerjaan auditor yang telah dicapai. Sehingga auditor

internal dapat melakukan introspeksi terhadap pekerjaan dan konsistensi dalam

mempertahankan hasil kerja

e. Kualitas keputusan yang diambil

Menurut Carolita (2012) menyebutkan :

“kualitas hasil kerja auditor juga bisa dilihat dari kualitas keputusan yang

diambil.”

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan

yaitu outcome oriented dan process oriented . Pendekatan outcome oriented digunakan

jika solusi dari sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sudah dapat

dipastikan. Untuk menilai kualitas keputusan yang diambil dilakukan dengan cara

membandingkan solusi atau hasil yang dicapai dengan standar hasil yang telah

ditetapkan sebelumnya. Sedangkan pendekatan process oriented digunakan jika solusi

sebuah permasalahan atau hasil dari sebuah pekerjaan sangat sulit dipastikan. Maka

untuk menilai kualitas keputusan yang diambil auditor dilihat dari kualitas tahapan/

proses yang telah ditempuh auditor selama menyelesaikan pekerjaan dari awal hingga

menghasilkan sebuah keputusan.


57

Kualitas kinerja auditor dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu berkualitas

(dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak berkualitas (tidak dapat

dipertanggungjawabkan).

2.1.5.3 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Kinerja Auditor Internal

Menurut Noe (2010:45) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas

kinerja dari seorang auditor berdasarkan penilaian dengan kriteria tertentu yang dilihat

dari beberapa pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan komparatif yang menilai dengan membandingkan antara kinerja


kerja individu yang satu dengan yang lainnya atau membandingkan pekerjaan
yang sedang di kerjakan dengan pekerjaan sebelumnya yang sudah di kerjakan.
2. Pendekatan atribut, berarti penilaian dilihat dari atribut yang diperlukan bagi
kesuksesan perusahaan, misalnya dengan melihat inisiatif, kepemimpinan dan
kompetensinya.
3. Pendekatan perilaku, berarti penilaian dilihat dari sikap dan perilakunya.
4. Pendekatan hasil, penilaian dilihat dari outputnya.
5. Pendekatan kualitas total merupakan kombinasi antara pendekatan atribut dan
hasil.

Adapun beberapa faktor dari kinerja auditor dapat diukur dengan instrumen

yang dapat dikembangkan dalam studi yang tergabung dalam ukuran kinerja secara

umum menurut Seymour dalam Yetti (2011), meliputi :

1. Kualitas kerja
2. Kuantitas kerja
3. Pengetahuan tentang pekerjaan
4. Pendapat atau pernyataan yang disimpulkan
5. Perencanaan kerja
58

2.1.5.4 Standar Kode Etik Auditor Internal

Tentunya untuk menghasilkan kualitas kinerja yang baik tentunya auditor

internal harus mengikuti standar audit internal, seperti yang dikatakan Hiro Tugiman

(2011:105-106) sebagai berikut :

1. Auditor internal harus mewujudkan kejujuran, objektifitas, dan


kesungguhannya dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung
jawab profesinya.
2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau
terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh
secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau
melanggar hukum.
3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau
kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau
mendiskreditkan organisasinya.
4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat
menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya atau kegiatan-
kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan
kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi
5. Tanggung jawab profesinya.
6. Auditor internal tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk apapun dari
karyawan, klien, pelanggan, pemasok, maupun mitra bisnis organisasinya
sehingga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.
7. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan
menggunakan komptensi profesional yang dimilikinya.
8. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa
memenuhi Standar Profesi Audit Internal (SPAI).
9. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan
informasi yang diperoleh dalam melaksanakan tugasnya. Auditor internal
tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk mendapatkan
keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hukum, (iii) yang dapat
menimbulkan kerugian terhadap organisasinya
10. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus
mengungkapkan semua fakta-fakta yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta
yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi kinerja kegiatan yang
direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.
11. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan keahlian serta efektifitas
dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib mengikuti
pendidikan profesional berkelanjutan .
59

2.1.6 Peneliti Sebelumnya

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi

kualitas audit. Variabel-variabel tersebut adalah pengaruh pengetahuan, pengalaman,

dan akuntabilitas terhadap kualitas kinerja auditor internal. Penelitian ini merupakan

pengembangan dari penelitian terdahulu. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan

dengan pengetahuan, pengalaman, dan akuntabilitas terhadap kualitas kinerja auditor

internal.

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan

Peneliti/Tahun

1 Mardisar dan Pengaruh Untuk - Variabel X2 yaitu


Sari (2007) Akuntabilitas dan menghasilkan Pengalaman tidak
Pengetahuan pekerjaan yang digunakan dalam
terhadap Kualitas berkualitas, penelitian ini.
Hasil Kerja Auditor seorang auditor
harus memiliki
akuntabilitas dan
pengetahuan
yang tinggi.
2 Febri Riani Pengaruh Ada hubungan -Variabel X3 yaitu
(2013) Pengetahuan Audit, positif antara independensi
Akuntabilitas dan akuntabilitas tidak digunakan
Independensi dengan Kualitas dalam penelitian
Terhadap Kualitas Hasil Kerja ini
Hasil Kerja Auditor
3 Ika Sukriah dkk Pengaruh Pengalaman - Variabel X1 dan
(2009) Pengalaman Kerja, Kerja, X3 yaitu
Independensi, Inndependensi, Pengetahuan dan
60

Integritas Dan Integritas Dan Pengalaman tidak


Kompetensi Kompetensi digunakan dalam
terhadap Kualitas berpengaruh penelitian ini
Hasil Pemeriksaan positif terhadap
kualitas hasil
pemeriksaan
4 Istihayu Putri Pengaruh Akuntabilitas - Variabel X3 yaitu
Buanasari (2010) Akuntabilitas, dan Pengalaman tidak
Kompetensi, Independensi digunakan dalam
Independensi, tidak signifikan penelitian ini.
Kecerdasan terhadap kualitas
Emosional terhadap hasil kerja
Kualitas Hasil auditor internal,
Kerja Auditor sedangkan
Internal kompetensi dan
kecerdasan
emosional
berpengaruh
signifikan
terhadap kualitas
hasil kerja
auditor internal.
5 Ainia Salsabila Pengaruh Akuntabilitas, - Variabel X3 yaitu
(2011) Akuntabilitas, Pengetahuan Pengalaman tidak
Pengetahuan Audit Audit dan digunakan dalam
Dan Gender Gender penelitian ini.
Terhadap Kualitas berpengaruh - Survey
Hasil Kerja Auditor signifikan penelitian pada
Internal terhadap saat ini dilakukan
Kualitas Hasil pada BUMN
Kerja Auditor sektor
Internal transportasi.
Sumber : berbagai penelitian (diolah)

Ada beberapa perbedaan dari penelitian-penelitian diatas dengan penelitian

yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan tersebut terletak pada variabel X3 yang

digunakan penulis yaitu Akuntabilitas. Selain perbedaaan pada variabel yang

digunakan, objek penelitian serta periode yang penulis lakukan juga berbeda. Pada
61

penelitian ini akan dibahas mengenai pengaruh pengetahuan, pengalaman, dan

akuntabilitas terhadap kualitas kinerja auditor internal. Objek penelitian yang akan

diteliti adalah beberapa BUMN di sektor industri pengolahan.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kualitas Kinerja Auditor Internal

Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan

pengauditan (umum dan khusus), pengetahuan mengenai bidang auditing dan

akuntansi. Dalam melaksanakan audit, auditor harus bertindak sebagai seorang ahli

dalam bidang akuntansi dan auditing. Perbedaan pengetahuan antara auditor akan

berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa seorang auditor akan bisa menyelesaikan sebuah pekerjaan secara

efektif jika didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan

pengetahuan tentang apa dan bagaimanana kesalahan tersebut terjadi. Besarnya usaha

(proksi dari variabel akuntabilitas) yang dicurahkan seseorang untuk menyelesaikan

sebuah pekerjaan berbeda-beda sesuai dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki.

Menurut Amin Widjadja (2012:30) disebutkan :

“Para pemeriksa internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan

berbagai disiplin ilmu yang penting dalam pelaksanaan pemeriksaan”


62

Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison dalam Mabrury dan Winarna (2010)

membuktikan bahwa :

“Pengetahuan dapat mempengaruhi kualitas hasil kerja auditor jika

kompleksitas pekerjaan yang dihadapi sedang/menengah”.

Dalam Alim (2007) menyatakan bahwa :

“Pengetahuan akan berpengaruh positif pada kualitas kinerja auditor, dimana


salah satu indikasi kualitas kinerja auditor yang baik adalah jika kecurangan
/kekeliruan ataupun penyimpangan dapat dideteksi.

Kusharyanti (2011) mengungkapkan bahwa :

“karakteristik sebuah pekerjaan seperti tingkat kerumitan dan jumlah informasi

yang disajikan/tersedia mempengaruhi hubungan pengetahuan, akuntabilitas,

dan kualitas hasil kerja.”

2.2.2 Pengaruh Pengalaman Terhadap Kualitas Kinerja Auditor Internal

Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang

seorang auditor,tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada

seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang

berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan

pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun psikis.

Secara teknis, semakin banyak tugas yang dikerjakan, akan semakin mengasah

keahliannya dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan
63

khusus yang banyak dijumpai dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi

karakteristiknya.

Dalam Samsudin Sadili (2010:33) mengatakan bahwa :

“pengalaman dalam pekerjaan dengan sendirinya dapat meningkatkan


kemampuan kerja dan kualitas, karena makin banyak variasi pekerjaan dan
obyeknya makin intensif pengalaman pekerjaan yang diperoleh oleh orang yang
bersangkutan.”

Menurut Indriyanti (2013) :

“Sebanyak-banyaknya tugas yang dikerjakan, akan mengasah keahlian auditor


dalam mendeteksi suatu hal yang memerlukan treatment atau perlakuan khusus
yang banyak dijumpai dalam pekerjaannya dan sangat bervariasi
karakteristiknya, sehingga output yang dihasilkan auditor adalah hasil
pekerjaan yang berkualitas”.

Dalam Sukriah (2009) mengatakan bahwa :

“Pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan


atau hasil kerja auditor. Sehingga semakin banyak pengalaman kerja, maka
semakin meningkat dan semakin baik kualitas hasil pemeriksaan atau hasil
kerja yang dihasilkan”.

Dalam Singgih dan Bawono (2010) mengatakan bahwa :

“pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran penambahan


perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal atau bisa juga diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi”.

Jadi dapat dikatakan bahwa pengalaman merupakan hal yang sangat penting

bagi sebuah profesi yang membutuhkan profesionalisme yang sangat tinggi seperti

auditor internal, karena pengalaman akan mempengaruhi kualitas pekerjaan seorang

auditor internal.
64

2.2.3 Pengaruh Akuntabilitas Terhadap Kualitas Kinerja Auditor Internal

Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban

mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan pekerjaan dalam

organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya,

melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik.

Dalam Mahmudi (2010:27) dikatakan bahwa :

“akuntabilitas akan selalu sejalan dengan hasil dari pekerjaan, dikarenakan

hasil dari pekerjaan akan dipertanggungjawabkan kepada pihak pemegang

kepentingan.”

Penelitian Tetlock dan Kim dalam Mardisar dan Sari (2007) mengungkapkan

hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa :

“Akuntabilitas berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil kerja auditor


internal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardisar dan Sari yang
menunjukkan bahwa akuntabilitas berhubungan positif terhadap kualitas hasil
kerja auditor internal. Semakin besar akuntabilitas seorang auditor maka
semakin tinggi tingkat kualitas hasil kerja”.

Diperkuat dengan hasil penelitian Singgih dan Bawono (2010) :

“Jika seorang auditor internal menyadari akan betapa besar perannya bagi
masyarakat dan bagi profesinya, maka ia akan memiliki sebuah keyakinan
bahwa dengan melakukan pekerjaan dengan sebaik baiknya , maka ia akan
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi masyarakat dan profesinya
tersebut. Maka ia akan merasa berkewajiban untuk memberikan yang terbaik
bagi masyarakat dan profesinya tersebut dengan melakukan pekerjaannya
dengan sebaik mungkin dan mendapatkan hasil yang berkualitas.
65

Dalam penelitian Tyas Alvita (2010) mengungkapkan bahwa :

“Dapat dipahami bahwa akuntabilitas merupakan suatu bentuk kewajiban


mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan melalui suatu media
pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. Sehingga dengan
semakin tinggi rasa akuntabilitas seorang auditor maka akan semakin
bagus kualitas hasil kerja auditor internal”

2.2.4 Pengaruh Pengetahuan, Pengalaman Dan Akuntabilitas Terhadap

Kualitas Kinerja Auditor Internal

Dalam melaksanakan proses audit, seorang auditor harus memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal tersebut auditor mampu

memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan internal perusahaannya.

Akuntabilitas juga memiliki pengaruh terhadap kualitas kinerja auditorm dengan

adanya akuntabilitas seseorang mampu melakukan tugasnya dengan penuh tanggung

jawab atas tugasnya agar mencapai tujuan yang diharapkan.

Menurut hasil penelitian Bella Ariviana (2014) mengungkapkan bahwa :

“Secara bersama-sama pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas


berpengaruh positif terhadap kualitas kinerja auditor internal perusahaan.
Semakin baik pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas auditor internal
dalam melaksanakan tugas audit, maka semakin baik pula kualitas kinerja yang
dihasilkan”

Sedangkan menurut penelitian Ainia Salsabila (2011) menyatakan :

“Pengetahuan, pengalaman dan Akuntabilitas akan berpengaruh positf terhadap

kualitas kinerja auditor internal jika kompleksitas pekerjaan rumit”


66

Berdasarkan kumpulan jurnal di atas dapat disimpulkan jika pengetahuan,

pengalamn dan akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas kinerja auditor

internal.

Dari pernyataan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk mendapatkan

kualitas kinerja auditor internal yang baik diperlukan akuntabilitas dari auditor itu

sendiri selama proses pengauditan dilakukan. Berdasarkan tinjauan uraian teori di atas

maka paradigma penelitian yang digunakan oleh penulis dapat dijelaskan dalam bagan

sebagai berikut:
67
Landasan Teori
- Pengetahuan auditor: Ishak (2011:8), Merriam
(2010:24), Agung Rai (2008:8)

- Pengalaman auditor internal: Foster (2001:43),


Merriam (2010:35), Mulyadi (2010:41)

- Akuntabilitas auditor internal: Feny dan Yohanes


(2012), Mardiasmo (2006:3), Stephen Covey (2015)

- Kualitas Kinerja Auditor Internal: S.Purwandari (2013),


Mandy (2014), Arianti (2015)

Referensi Data Penelitian


1. Kuesioner dari 33 sampel
1. Mardisar dan Sari (2007) 2. Populasi auditor internal PDAM Tirtawening dan PT
2. Ainia Salsabila (2011) PINDAD (Persero)
3. Bella Ariviana (2014) 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kualitas Kinerja
Auditor Internal

Premis 1
1. Amien Widjaja (2012:30) Pengetahuan Kualitas kinerja
2. Mabrury dan Winarna (2010) auditor internal auditor internal
3. Alim (2007)

Hipotesis 1

Premis 2
1. Samsudin Sadili (2010:33) Pengalaman Kualitas kinerja
2. Sukriah (2009) auditor internal auditor internal
3. Indriyanti (2013)

Hipotesis 2

Premis 3
1. Mahmudi (2010:27) Akuntabilitas Kualitas kinerja
2. Mardisar dan Sari (2007) auditor internal auditor internal
3. Singgih dan Bawono (2010)

Hipotesis 3

Referensi Analisis Data


1. Deskriptif - Mean
1. Sugiyono (2013:5) SPSS Versi 23 2. Verifikatif - Parsial
2. Moh. Nazir (2011:91) - Simultan
- Korelasi Berganda
3. Kartiko Widi (2010:253) - Regresi Linier Berganda
- Koefisien Determinasi

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran


68

2.3 Hipotesis

Pengertian hipotesis menurut Sugiyono (2013:93) adalah sebagai berikut:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.”

Kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, menjadi landasan bagi penulis

untuk mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh pengetahuan auditor internal terhadap kualitas

kinerja auditor internal yang dihasilkan pada BUMN sektor industri

pengolahan di kota Bandung

2. Terdapat pengaruh pengalaman auditor internal terhadap kualitas

kinerja auditor internal yang dihasilkan pada BUMN sektor industri

pengolahan di kota Bandung

3. Terdapat pengaruh akuntabilitas auditor internal terhadap kualitas

kinerja auditor internal yang dihasilkan pada BUMN sektor industri

pengolahan di kota Bandung

4. Terdapat pengaruh pengetahuan, pengalaman dan akuntabilitas auditor

internal terhadap kualitas kinerja auditor internal yang dihasilkan pada

BUMN sektor industri pengolahan di kota Bandung

Anda mungkin juga menyukai