Disusun oleh:
JURUSAN FISIOTERAPI
POLITEKNIKKESEHATANKEMENTERIANKESEHATANSURAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing sebagai bukti peloporan kegiatan
mahasiswa selama masa praktik klinik di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga
Mengetahui,
CE Eksternal
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai salah satu tugas bukti laporan kegiatan mahasiswa selama masa praktik
3. Bapak Saifudin Zuhri, SKM, SST. FT, M. Kes selaku Ketua Prodi
Surakarta.
material.
ii
Penulis menyadari banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Maka
dari itu, saran dan kritik yang membangun penulis harapakan dari pembaca
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
A. Stroke ........................................................................................................... 4
G. Prognosis .................................................................................................... 29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik lokal maupun global yang terjadi
lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak. Sebagian kasus dijumpai pada orang-orang yang
berusia diatas 40 tahun. Makin tua umur maka risiko terkena stroke semakin besar
(Nasution, 2013).
Stroke non hemoragik adalah tipe stroke yang paling sering terjadi , hampir
80%dari semua stroke yang disebabkan oleh gumpalan atau sumbatan lain pada
Banyak sekali sekali faktor penyebab pada kasus stroke non hemoragik,
salah satunya adalah hipertensi dan merokok. Hipertensi adalah faktor resiko utama
yang telah jelas diketahui pada pria mugkin pula berperan pada peningkatan
dengan lesi intima yang disebut atheroma atau plakatherosclerotik [Kumar et al.,
jantung maupun otak sehingga terjadi penyempitan pada lumen dan aliran darah
1
2
kekuatan otot pada ekstremitas atas dan bawah, rasa tebal-tebal, spastisitas,
Fisioterapi adalah salah satu tenaga medis yang mampu menurunkan spastisitas,
meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan lingkup gerak sendi, dan juga mampu
jawab dalam proses penyembuhan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional yang
terjadi pada kasus stroke. Menangani pasien dengan kondisi tersebut banyak
modalitas fisioterapi yang digunakan, salah satunya adalah infra red dan terapi
latihan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien yang kemudian
apakah pemberian infra red dan terapi latihan dapat mengatasi problematika
fisioterapi pada pasien hemiparese sinistra post stroke non hemoragik stadium
kronis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka didapat rumusan masalah “Apakah ada
pengaruh pemberian infra red dan terapi latihan terhadap peningkatan kekuatan otot
dan aktifitas fungsional pada pasien hemiparese sinistra post stroke non
hemoragik?”
3
C. Tujuan Penulisan
pemberian infra red dan terapi latihan terhadap peningkatan kekuatan otot dan
D. Manfaat Penulisan
manfaat pengembangan ilmu secara teoritis bahwa infra red dan terapi latihan
berperan penting dalam penanganan pada kasus hemiparese sinistra post stroke non
sinistra post stroke non hemoragik, 3) manfaat bagi penulis adalah untuk
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
1. Definisi stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke merupakan gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala baik fokal
maupun global yang berlangsung 24 jam atau lebih (Kemenkes, 2018). Stroke pada
umumnya ditandai sebagi defisin neurologis yang dikaitkan dengan cedera fokal
akut sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vascular, termasuk serebral. Infark,
merupakan penyebab utama kecatatan dan kematian di seluruh dunia (Sacco et al.,
2013). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) prevalensi stroke yang terjadi di
huda, 2016). Stroke non hemoragik paling sering terjadi dengan besar presentase
sekitar 80% dibandingkan stroke hemoragik. Gangguan aliran darah pada otak
mobilitias dan berdampak keterbatasan klien melakukan aktivitas gerak dan hanya
4
5
a. Etiologi
pada 11%, penyakit pembuluh darah kecil di 9%, Penyakit Fabry (0,3%). Etiologi
tetap tidak diketahui pada 7% (Simonetti, 2015). 96% pasien memiliki setidaknya
satu faktor risiko vascular, dan 73% setidaknya satu faktor risiko vaskular yang
dapat dimodifikasi (Simonetti, 2015). Adanya gangguan pada pembuluh darah ini,
Stroke pada usia muda termasuk berbagai gangguan yang sering terjadi pada
kelompok usia yang lebih tua. Ada beberapa faktor risiko yang tumpang tindih
antara kedua kelompok usia, tetapi ada beberapa faktor risiko yang jelas berbeda
untuk stroke iskemik dan hemoragik pada usia muda (Rashid, 2019).
b. Faktor risiko
Menurut tingkat pengendaliannya aktor penyebab penyakit stroke dibagi
menjadi dua, yaitu faktor yang tidak dapat dikendalikan dan dapat dikendalikan.
Faktor yang tidak dapat dikendalikan antara lain: (1) usia, (2) jenis kelamin, (3)
riwayat keluarga, dan (4) ras. Sedangkan faktor yang dapat dikendalikan adalah: (1)
hipertensi, (2) dyslipidemia, (3) diabetes mellitus, (4) kelainan jantung, dan (5) gaya
hidup.
6
3. Klasifikasi
Stroke dibedakan menjadi 2 yaitu Non Hemorrhagic Stroke (NHS), dan
lain seperti gangguan darah, peradangan dan infeksi merupakan penyebab sekitar
5-10% kasus NHS sekaligus menjadi penyebab tersering pada orang berusia muda.
Namun, penyebab pasti dari sebagian NHS tetap tidak diketahui meskipun sudah
b. Hemorrhagic Stroke
HS bisa disebabkan karena perdarahan intracerebral, perdarahan
ruang sempit antara permukaan orak dan lapisan jaringan yang menutupi otak
ringannya lesi dan juga topisnya. Namun ada beberapa tanda dan gejala yang umum
a. Gangguan motorik
1) Tonus abnormal
4) Gangguan koordinasi
5) Gangguan ketahanan
b. Gangguan sensorik
1) Gangguan propioseptik
2) Gangguan kinestetik
3) Gangguan diskriminatif
dan berpakaian.
1. Anatomi
Otak merupakan bagian depan dari sistem saraf pusat. Bagian ini dilindungi
oleh tiga selaput pelindung (meninges) dan berada di dalam rongga tengkorak
(Chusid, 1979). Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling banyak
memakai energi dalam seluruh tubuh manusia terutama berasal dari metabolisme
oksidasi glukosa. Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan
a. Hemisferium serebri
kanan dan kiri yang dipisahkan oleh celah dalam yang disebut dengan fisura
longitudinalis serebri (Chusid, 1979). Bagian luar dari hemisferium serebri terdiri
dari substansia grisea yang disebut sebagai korteks serebri. Kedua hemisferium ini
dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut dengan corpus calosum.
dirangkap dua, dan biasanya berkaitan dengan bagian tubuh yang berlawanan.
Hemisferium serebri kanan mengatur bagian tubuh sebelah kiri dan hemisferium
serebri kiri mengatur bagian tubuh sebelah kanan. Konsep fungsional ini disebut
b. Korteks serebri
dengan konvulsi atau girus. Celah-celah atau lekukan yang disebut sulcus terbentuk
1) Lobus frontalis
Lobus frontalis mencakup bagian dari korteks serebri ke depan dari sulkus
motorik. Area Broca terletak di lobus frontalis dan mengontrol ekspresi bicara.
moral, dan pemikiran yang kompleks. Lobus ini juga memodifikasi dorongan
emosional yang dihasilkan oleh sistem limbik. Badan sel di daerah motorik primer
berlawanan. Informasi motorik sisi kiri korteks serebrum berjalan ke bawah ke sisi
kanan korda spinalis dan mengontrol gerakan motorik sisi kanan tubuh, demikian
sebaliknya. Sedangkan akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur
10
ekstrapiramidalis. Serat ini mengontrol gerakan motorik halus dan berjalan di luar
2) Lobus temporalis
bawah dari fisura lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto oksipitalis.
Lobus ini adalah daerah asosiasi untuk informasi auditorik dan mencakup area
Wernicke tempat interpretasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interpretasi bau
3) Lobus parietalis
oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa raba dan
pendengaran.
4) Lobus oksipitalis
terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura parieto
oksipitalis. Lobus ini menerima informasi yang berasal dari retina mata.
c. Ganglia basalis
Ganglia basalis adalah massa substansia grisea yang terletak dibagian dalam
hemisferium serebri. Massa yang berwarna kelabu dalam ganglion basalis terbagi
fasiculus interna membentuk korpus striatum yang merupakan unsur penting dalam
sistem ekstrapiramidal. Fungsi dari ganglia basalis adalah pusat koordinasi dan
keseimbangan.
yaitu upper motor neuron. Lesi upper motor neuron ditandai dengan adanya
gangguan fungsi motorik satu sisi tubuh (lengan dan tungkai). Upper motor neuron
d. Traktus piramidalis
sampai batang otak dan serat kortikospinal yang berjalan menuju medulla spinalis.
kemudian melalui otak tengah, pons, dan medulla oblongata membentuk rigi
piramidalis menyilang ke sisi lain. Berdasarkan hal itu, satu sisi otak mengarahkan
rangsangan gerakan volunter dari korteks motorik ke sel kornu anterior sehingga
mengakibatkan paralisis otot yang disarafi oleh sel-sel ini. Sindrom upper motor
2006).
e. Traktus ekstrapiramidalis
setiap gerakan volunter menjadi lembut dan halus (Duus,1996). Gangguan pada
(Satyanegara, 2010). Secara umum tanda-tanda yang dapat dilihat dari pasien post
stroke dapat berupa kelemahan otot salah satu sisi tubuh, hipertonus, serta adanya
Gambar 2.2
Keterangan gambar :
f. Dekusasio piramidalis
Gambar 2.3
Keterangan gambar :
2. Fisiologi
Jumlah aliran darah ke otak disebut sebagai Cerebral Blood Flow (CBF) dan
sehat, rata-rata aliran darah otak adalah 50,9 cc/100 gram otak/menit. Ambang batas
aliran darah otak ada tiga (Guyton, 2006) yang terdiri dari :
b. Ambang aktivitas listrik otak yaitu batas aliran darah otak sekitar 15 cc/100
neuronal berhenti. Ini berarti sebagian struktur intrasel telah berada dalam
proses disintegrasi.
16
c. Ambang kematian sel, yaitu batas aliran darah otak yang bila tidak terpenuhi
gram/menit.
darah, dapat menyempit akibat stenosis atau ateroma atau tersumbat oleh
yang meningkat akan menyebabkan aliran darah ke otak lebih lambat, anemia yang
berat dapat menyebabkan oksigenasi otak menurun, 3) tekanan darah sistemik yang
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
A. Pengkajian Fisioterapi
Nama : Ny. Y
Umur : 64 tahun
Agama : Islam
No. CM : 05-06-26599
a. Diagnosis Medis
b. Medika Mentosa
3) Etorvastatin 20 mg
4) Relaxan 2x1
17
18
6) Neurosanbe 1x1
7) Amlodipine 5 mg
B. Pemeriksaan Subjektif
Keluhan utama :
Pasien mengeluhkan kaku dan kelemahan pada anggota gerak atas dan
Pasien tiba – tiba tidak bisa bangun dari tempat tidur 1 bulan yang
lalu. Badan dan anggota gerak terasa lemas dan sulit di gerakkan. Kemudian
pasien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan dan harus rawat
bulan ini pasien rutin ke fisioterapi sebanyak 3 kali dalam seminggu. Pasien
sudah dapat kembali berjalan dengan bantuan tripod. Tetapi anggota gerak
Lingkungan rumah ada tangga masuk diruang tamu sehingga harus memutar
lewat pintu samping. Kondisi dalam rumah rata dan jarak antar ruang mudah
belum bisa karena belum kuat duduk , bediri lama dan berjalan jauh.
19
b. Penyakit penyerta
C. Pemeriksaan Objektif
b. Berat badan : 60 kg
f. Suhu : 36ᵒ C
2. Inspeksi
a. Inspeksi statis
4) Lengan bawah sinistra pasien nampak fleksi dengan wrist palmar fleksiTunkai
b. Inspeksi dinamis
2) Pada saat berjalan,tungkai agak dilempar lutut kiri pasien nampak kurang
menekuk
3) Pada saat berjalan, tidak nampak fase heel strike dan toe off
4) Ketika bangun dari tempat tidur, pasien nampak berpegangan pada tepi
bed
3. Palpasi
a. Suhu anggota gerak atas dan anggota gerak bawah sinistra teraba lebih
4. Joint Test
Gerakan isometrik:
Pasien dapat menggerakkan AGA dan AGB sinistra secara aktif dengan
tahanan minimal.
5. Muscle Test
Fleksor 5 4 Fleksor 5 3
Ekstensor 5 3 Ekstensor 5 3
Keterangan:
Nilai 0 : tidak ada kontraksi dan gerakan
Nilai 1 : ada kontraksi tanpa disertai gerakan sendi
Nilai 2 : ada gerakan tanpa melawan gravitasi
Nilai 3 : ada gerakan dapat melawan gravitasi
Nilai 4 : ada gerakan dan dapat melawan tahanan minimal
Nilai 5 : ada gerakan dan dapat melawan tahanan maksimal
6. Neurological Test
a. Pemeriksaan sensoris
a. Kemampuan fungsional
2) Pasien mampu duduk dari posisi telentang dengan berpegangan pada sisi
samping bed
23
3) Pasien mampu berdiri dari posisi duduk dengan berpegangan pada sisi
samping bed
4) Pasien mampu berjalan dengan alat bantu tripod dalam jarak maksimal
20 meter.
minum secara mandiri, memakai baju, mandi dan toileting masih perlu
b. Lingkungan aktivitas
tangga dan tiap ruangan tidak terlalu jauh, sehingga mudah dijangkau.
8. Pemeriksaan spesifik
a. Pemeriksaan LGS
S = 0ᵒ.0ᵒ.90ᵒ
S =0-0-120
S = 15ᵒ.0ᵒ.25ᵒ
S=0 -0 - 80
S=0 -0 -120
24
6) Regio Ankle sinistr
F = 5ᵒ.0ᵒ.10ᵒ
S= 10- 0- 30
b. Pemeriksaan spastisitas
spastisitas = 1Intepretasi:
ROM
5 : rigid/kaku
c. Pemeriksaan keseimbangan
91-100: mandiri
26
D. Underlying Process
Hipertensi Kolesterol tinggi
Terbentuk
trombus arterial
dan emboli
Pembuluh darah Adanya plaque dalam darah
menyempit
Hipoksia
Diagnosis fisioterapi
Intervensi:
- Infra Red (IR) Edukasi dan Home Program
- PNF
- Stretching
me - Balance exercise
- Bridging,ressisted
-
Meningkatnya aktivitas fisik dan kemampuan fungsional pasien
secara maksimal
27
E. Diagnosis Fisioterapi
a. Impairment
1) Adanya kelemahan otot anggota gerak atas dan anggota gerak bawah
sinistra
b. Functional limitation
2) Pasien belum mampu duduk, berdiri lama dan berjalan jauh >20 m
3) Pasien belum mampu mengambil barang yang letaknya di atas dan dilantai
c. Disability/Pasticipation Restriction
bersama
F. Program Fisioterapi
ankle sinistra
4) Meningkatkan keseimbangan
maksimal
a) Rhytmical initiation
b) Slow reversal
3) Stretching
Bertujuan untuk mencegah kontraktur pada otot yang mengalami
spastisitas.
4) Balance Exercise
5) Bridging
Bertujuan untuk menyiapkan postur dan penguatan otot perut
6) Ressisted active movement
Bertujuan untuk penguatan otot
G. Rencana Evaluasi
H. Prognosis
I. Pelaksanaan Fisioterapi
1. Fisioterapi I
- Persiapan alat:
digunakan.
- Persiapan pasien:
pasien dan jelaskan mengenai tujuan, efek dan sensasi hangat yang
red. Bebaskan area tubuh yang akan diberikan sinar infra red dari
indikasi.
- Pelaksanaan fisioterapi:
Hidupkan alat dan arahkan sinar tegak lurus dengan area yang
panas, atau kurang hangat. Jika sudah selesai fisioterapi, matikan alat,
- Persiapan pasien:
senyaman mungkin.
- Persiapan fisioterapis:
- Pelaksanaan fisioterapi:
Pada AGA:
Pada AGB:
Teknik PNF
1) Slow reversal
32
- Gerak dimulai pada pola yang lebih kuat dan diawali dengan
lebih lemah
LGS penuh
2) Rhytmical initiation
gerakan tersebut
c. Stretching
- Pelaksanaan:
33
- Posisi pasien
- Posisi Fisioterapis
- Pelaksanaan
e. Bredging exercise
- Posisi pasien:
mungkin.
- Persiapan fisioterapis:
- Pelaksanaan fisioterapi:
f. Balance Exercise
1. Heel raise
34
- Posisi pasien:
bed.
- Posisi fisioterapis:
- Pelaksanaan
:
35
repetisi 8 kali.
- Posisi pasien:
bed.
- Posisi fisioterapis:
- Pelaksanaan:
1) Edukasi:
2) Home program:
2. Fisioterapi II
3. Fisioterapi III
- Persiapan alat:
digunakan.
- Persiapan pasien:
pasien dan jelaskan mengenai tujuan, efek dan sensasi hangat yang
red. Bebaskan area tubuh yang akan diberikan sinar infra red dari
indikasi.
- Pelaksanaan fisioterapi:
Hidupkan alat dan arahkan sinar tegak lurus dengan area yang
panas, atau kurang hangat. Jika sudah selesai fisioterapi, matikan alat,
- Persiapan pasien:
senyaman mungkin.
- Persiapan fisioterapis:
- Pelaksanaan fisioterapi:
Pada AGA:
Pada AGB:
Teknik PNF
1. Slow reversal
- Gerak dimulai pada pola yang lebih kuat dan diawali dengan
lebih lemah
LGSnya1
LGS penuh
2. Rhytmical initiation
gerakan tersebut
c. Stretching
- Pelaksanaan:
d. Bridging exercise
- Posisi pasien:
Pasien berbaring telentang dengan kepala tersangga bantal
senyaman mungkin.
- Persiapan fisioterapis:
Fisioterapis berdiri di samping pasien.
- Pelaksanaan fisioterapi:
- Posisi pasien
mungkin
- Posisi Fisioterapi
- Pelaksanaan
gerakan
f. Balance exercise
1) Heel raise
- Posisi pasien:
Pasien berdiri di depan bed dengan berpegangan pada tepi
bed.
- Posisi fisioterapis:
- Pelaksanaan:
repetisi 8 kali.
bed.
- Posisi fisioterapis:
- Pelaksanaan:
1. Edukasi:
2. Home program:
sebagai berikut:
Regio
Shoulder FT 1 FT 4 Regio Hip FT 1 FT 4
Fleksor 3 4 Fleksor 3 4
Ekstensor 4 4 Ekstensor 4 4
Abduktor 3 4 Abduktor 4 4
Adduktor 4 4 Adduktor 4 4
Regio
Elbow FT 1 FT 4 Regio Knee FT 1 FT 4
Fleksor 4 4 Fleksor 4 4
Ekstensor 4 4 Ekstensor 4 4
Sendi FT 1 FT 4
S = 10ᵒ.0ᵒ.30ᵒ S = 13ᵒ.0ᵒ.35ᵒ
Ankle
F = 5ᵒ.0ᵒ.10ᵒ F = 7ᵒ.0ᵒ.15ᵒ
43
Spastisitas FT 1 FT 4
Fleksor wrist 1 1
sinistra
FT 1 FT 4
Skor 30 35
FT 1 FT 4
Skor 60 80
terdapat kelemahan otot anggota gerak atas dan anggota gerak bawah sinistra,
keterbatasan lingkup gerak sendi pada regio shoulder, wrist, hip dan ankle sinistra,
1. Adanya peningkatan kekuatan otot anggota gerak atas dan anggota gerak
bawah sinistra
44
2. Adanya peningkatan lingkup gerak sendi pada regio shoulder, wrist, dan ankle
sinistra
Caplan, L. R. and Goldszmidt, A., 2013, Stroke Esensial 2 th ed. United State of
Nasution L.F., 2013, Stroke Non Hemoragik pada Laki-Laki Usia 65 Tahun,
Sacco, R. L., Boden-Albala, B., Gan, R., et al, 1998, Stroke Incidence Among
45