Anda di halaman 1dari 54

LITERATURE REVIEW

PENGARUH KEPATUHAN MENJALANI REHABILITASI

TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT

PADA PASIEN PASCA STROKE

Disusun Oleh:

KASMA

110 2017 0087

Pembimbing:

dr. Imran Safei, Sp.KFR

dr. Zulfahmidah

SKRIPSI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal penelitian skripsi yang berjudul ”pengaruh kepatuhan

menjalani rehabilitasi terhadap peningkatan kekuatan otot pasien

pasca stroke”. Pengajuan proposal penelitian ini untuk memenuhi

persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana kedokteran. Skripsi ini dapat

terselesaikan atas dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari isi

maupun tulisan. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar

dapat menjadi lebih baik kedepannya dan semoga dapat bermanfaat bagi

semua orang.

Makassar, 14 September 2020

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................3
1.3.1 Tujuan umum...............................................................................................3
1.3.2 Tujuan khusus.............................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................3
1.4.1 Bagi peneliti.................................................................................................3
1.4.2 Bagi pasien stroke.......................................................................................4
1.4.3 Bagi institusi pendidikan..............................................................................4
1.5 Hasil yang diharapkan..................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………5

2.1 Stroke……………………………………………………………………………...…5
2.1.1 Epidemiologi Stroke………………………………………………………………6
2.1.2 Klasifikasi Stroke………………………………………………………………….8
2.1.3 Faktor Risiko Stroke…………………………………………………………….10
2.1.4 Manifestasi Klinis………………………………………………………………..11
2.1.5 Pengobatan Stroke……………………………………………………………...12
2.1.6 Pencegahan Stroke……………………………………………………………..14
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………………..15
2.2 Rehabilitasi……………………………………………………………………...….17
2.2.1 Intervensi Rehabilitasi Medik…………………………………………………..19
2.3 Kekuatan Otot……………………………………………………………..……….22
2.3.1 Range of motion (ROM)………………………………………………………...23
2.4 Kepatuhan……………………………………………………………………….....25
2.5 Kerangka Teori…………………………………………………………………….29
2.6 Kerangka Konsep………………………………………………………………….30
2.7 Hipotesis…………………………………………………………………..…30
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................31

ii
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian...................................................................31
3.2 Jenis Data..................................................................................................31
3.3 Kriteria Sampel.............................................................................................31
3.3.1 Kriteria inklusi…………………………………………………………….……...31
3.3.2 Kriteria eksklusi..........................................................................................31
3.4 Alur Penelitian...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke adalah penyakit serebrovaskular yang sering ditemukan di

negara maju, saat ini juga banyak terdapat di negara berkembang salah

satunya di negara Indonesia. Masalah stroke di Indonesia menjadi

semakin penting karena di Asia menduduki urutan pertama dengan jumlah

kasus yang semakin banyak. Penyakit stroke merupakan salah satu dari

penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah kesehatan yang

penting di Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya morbiditas

dan mortalitas dalam waktu yang bersamaan, dimana di Indonesia

peningkatan kasus dapat berdampak negatif terhadap ekonomi dan

produktivitas bangsa, karena pengobatan stroke membutuhkan waktu

lama dan memerlukan biaya yang besar. 1

Stroke merupakan salah satu penyebab gangguan aktivitas fungsional

seperti hemiparalisis, kelemahan, hilangnya sensasi pada wajah, lengan

atau tungkai di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara atau memahami,

kesulitan menelan, dan hilangnya sebagian penglihatan di satu sisi.

Secara global stroke menduduki urutan kedua penyebab kematian, dan

penyebab keenam dari kecacatan. Sekitar 15 juta orang menderita

serangan stroke pertama setiap tahun, dengan sepertiga dari kasus ini

atau sekitar 6,6 juta dapat mengakibatkan kematian. 2

1
Stroke disebabkan karena pecahnya pembuluh darah akibat tersumbat

oleh bekuan darah yang mempengaruhi distribusi nutrisi dan oksigen

menuju otak. Kecacatan pada usia dewasa sampai lanjut usia merupakan

masalah kesehatan utama yang disebabkan oleh penyakit stroke.

Rehabilitasi dini dapat segera dilakukan setelah kondisi pasien stroke

stabil dan keadaan pasien sudah membaik. Memperbaiki fungsi saraf

merupakan tujuan perawatan suportif dini melalui terapi fisik . Terapi

konseling, terapi rohani, terapi wicara, dan terapi fisik merupakan

rehabilitasi yang dapat dilakukan pada pasien stroke. Salah satu

pemulihan pada pasien stroke adalah dengan cara terapi fisik yaitu latihan

range of motion (ROM).3

Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan

dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah

terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini adalah salah

satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk

keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan dalam upaya

pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska

perawatan di rumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat

ketergantungan pasien pada keluarga. Latihan pada pasien stroke

dilakukan beberapa kali dalam sehari untuk mencegah komplikasi.

Semakin dini proses rehabilitasi dimulai maka kemungkinan pasien

mengalami defisit kemampuan akan semakin kecil.4

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang

didapat adalah “Bagaimana pengaruh kepatuhan menjalani rehabilitasi

terhadap peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan menjalani rehabilitasi terhadap

peningkatan kekuatan otot pada pasien pasca stroke.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui karakteristik pasien stroke yang menjalani rehabilitasi

medik.

2. Mengetahui faktor penyebab kepatuhan pasien stroke menjalani

rehabilitasi.

3. Membandingkan kekuatan otot pada pasien stroke sebelum dan

sesudah diberikan latihan range of motion (ROM).

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

peneliti tentang pengaruh kepatuhan menjalani rehabilitasi terhadap

kekuatan otot pada pasien stroke.

3
1.4.2 Bagi Pasien Stroke

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pasien stroke agar dapat memahami pentingnya kepatuhan dalam

menjalani rehabilitasi.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai salah satu bahan bacaan dan faktor yang dapat mendukung

perkembangan dan kemajuan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia.

1.5 Hasil yang diharapkan

Adanya hasil penelitian dari karya tulis ini maka diharapkan agar hasil

penelitian ini dapat dipublikasikan pada jurnal sehingga dapat dibaca oleh

masyarakat umum khususnya pasien stroke, dan dijadikan sebagai bahan

referensi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke

Stroke adalah kerusakan otak akibat berkurangnya aliran darah

menuju ke otak. Penurunan aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh

tersumbatnya pembuluh darah diotak maupun karena pecahnya pembuluh

darah yang mengalirkan darah ke otak. Ketika aliran darah ke otak

berkurang maka akan terjadi kerusakan sebagian daerah otak yang dapat

menyebabkan berbagai gejala seperti kelumpuhan, kelemahan pada

separuh tubuh yang terjadi secara tiba-tiba, kesulitan berbicara, wajah

tidak seimbang, kesulitan menelan, dan gangguan keseimbangan. 5

Dalam buku “Pemberdayaan Keluarga untuk Mengoptimalkan Kualitas

Hidup Pasien Paska Stroke yang tertera pada bab 1 paragraf 1,

menyatakan bahwa stroke terjadi karena berkurangnya aliran darah ke

otak yang menyebabkan terjadinya kerusakan otak dengan gejala seperti

5
kelumpuhan, kelemahan, kesulitan berbicara, kesulitan menelan, maupun

gangguan keseimbangan.

Angka kejadian stroke pada masa kanak-kanak relatif jarang terjadi

dibandingkan dengan stroke pada orang dewasa, stroke juga merupakan

penyebab utama kecacatan pada masa kanak-kanak. Selain mengalami

hilangnya fungsi, stroke juga mempengaruhi kemampuan anak untuk

memperoleh keterampilan perkembangan baru. 6

Dalam jurnal International “Australian Clinical Consensus Guideline For

The Subacute Rehabilitation Of Childhood Stroke” pada paragraf 1,

menyatakan angka kejadian stroke pada masa kanak-kanak jarang terjadi

dibandingkan dengan orang dewasa, stroke juga merupakan penyebab

utama kecacatan pada masa kanak-kanak, dan dapat mempengaruhi

kemampuan anak untuk memperoleh keterampilan perkembangan baru.

2.1.1 Epidemiologi Stroke

Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013-

2018) prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis pada

penduduk usia lebih dari 15 tahun, dimana pada tahun 2013 prevalensi

tertinggi dimiliki oleh provinsi Sulawesi Utara dan terendah oleh provinsi

6
Papua. Kemudian pada tahun 2018, Kalimantan Timur mengalami

peningkatan kasus stroke dan menempati posisi pertama dengan jumlah

kasus tertinggi yang mencapai angka (14,7%). Sementara Papua tetap

menduduki posisi terendah kasus stroke dengan angka mencapai (4,1%). 7

Dalam buku “Hasil Utama Riskesdas 2018” pada bab Penyakit Tidak

Menular yang tertera pada halaman 61, menyatakan bahwa prevalensi

stroke di indonesia tahun 2018 mengalami peningkatan yang signifikan

untuk semua provinsi terutama untuk provinsi Kalimantan Timur yang

menduduki posisi pertama dengan jumlah kasus (14,7%). Papua tetap

menempati posisi terendah dengan jumlah kasus (4,1%).

Stroke merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia sebagai salah

satu penyebab utama kematian dan kecacatan jangka panjang pada

orang dewasa. Ada 5,5 juta kematian akibat stroke setiap tahun dan

merupakan sekitar 10% dari keseluruhan kematian. Bahkan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan yang semakin berkembang, sekitar

7
60% kasus stroke masih akan berakibat fatal atau menyebabkan

kecacatan.8

Dalam jurnal “Proceedings Of International Conference On Applied

Science And Health Stroke Care: Stroke Unit Versus Non Stroke Unit”

pada paragraf 1, menyatakan bahwa stroke merupakan masalah

kesehatan diseluruh dunia dan merupakan penyebab kematian (5,5 juta)

dan kecacatan (10%) pada orang dewasa. Bahkan di jaman teknologi saat

ini sekitar 60% kasus stroke masih dapat berakibat kecacatan maupun

kematian.

2.1.2 Klasifikasi Stroke

Berdasarkan klasifikasi secara umum stroke terbagi dua, yaitu:

1. Stroke Iskemik

Terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak sehingga dapat

menyebabkan jaringan otak mati. Sekitar 80% dari semua stroke

disebabkan oleh stroke iskemik atau infark. Stroke iskemik terbagi atas

thrombosis serebri dan emboli serebri.

2. Stroke Hemoragik

Disebabkan adanya perdarahan yang tidak terkontrol di otak. Sekitar

20% stroke adalah stroke hemoragik. Stroke hemoragik terbagi atas

perdarahan intra serebral dan perdarahan ekstra serebral (subarachnoid).

8
Berdasarkan waktu terjadinya stroke terbagi atas 4, yaitu :

1. Transient Ischemic Attac (TIA)

adalah suatu gangguan akut dari fungsi fokal serebral yang gejalanya

berlangsung kurang dari 24 jam dan kembali sembuh ke keadaan

sebelumnya.

2. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)

adalah gejala neurologis yang timbul dan akan menghilang dalam

waktu lebih dari 24 jam, tetapi tidak lebih dari seminggu dan kembali

sembuh ke keadaan sebelumnya.

3. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)

adalah gejala/tanda neurologis fokal yang terus memburuk setelah 48

jam.

4. Complete Stroke Non Hemmorhagic

adalah kelainan neurologis yang sifatnya sudah menetap, dan tidak

berkembang lagi.9

9
Pada laporan kasus “Stroke Iskemik Emboli dengan Transformasi

Hemoragik” pada paragraf 2, penulis menyatakan bahwa stroke dapat

diklasifikan menjadi 2, yaitu berdasarkan klasifikasi umum terdiri dari

stroke iskemik dan stroke hemoragik, kemudian berdasarkan waktu

terjadinya terbagi atas 4, yaitu transient ischemic attac, reversible

ischemic neurological deficit, stroke in evaluation, dan complete stroke

non hemmorhagic.

2.1.3 Faktor Risiko Stroke

Mengurangi beban stroke dalam populasi memerlukan identifikasi

faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan menunjukkan efektivitas upaya

pengurangan risiko. Faktor risiko stroke dapat dibagi menjadi 2, yaitu

faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (termasuk usia, jenis kelamin,

ras, dan genetika) dan faktor risiko yang dapat dimodifikasi (hipertensi,

diabetes, hiperlipidemia, merokok, obesitas, dan sindrom metabolik. 10

10
Pada jurnal International “Stroke Risk Factors, Genetics, and

Prevention” pada paragraf 3 menyatakan, untuk mengurangi beban stroke

dalam populasi memerlukan identifikasi faktor risiko yang dapat

dimodifikasi dan menunjukkan efektivitas upaya pengurangan risiko

stroke. Kemudian pada paragraf 6 menyatakan faktor risiko stroke yang

tidak dapat diubah yaitu usia, jenis kelamin, ras, dan genetik. Pada

paragraf 10 menyatakan, faktor risiko yang dapat diubah yaitu hipertensi,

diabetes, hiperlipidemia, merokok, obesitas, dan sindrom metabolik.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis stroke dapat berupa afaksia, vertigo, adanya

serangan neurologis fokal berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan,

tungkai, atau salah satu sisi tubuh, melemahnya otot (hemiplegia),

kaku, menurunnya fungsi motorik, kehilangan keseimbangan, gerakan

tubuh tidak terkoordinasi secara baik, berjalan menjadi sulit dan

langkahnya menjadi tertatih-tatih bahkan tak jarang mengalami

kelumpuhan total.11

11
Pada jurnal “Pengaruh Pemberian Terapi Rom (Range Of Motion)

Terhadap penyembuhan Penyakit Stroke ” pada bagian pembahasan

paragraf 1 menyatakan, manifestasi stroke dapat terjadi gangguan

berkomunikasi, sakit kepala, kelemahan maupun kelumpuhan secara

total.

2.1.5 Pengobatan Stroke

1. Aktivator plasminogen jaringan (tPA)

Terapi diberikan dalam 4,5 jam setelah onset stroke iskemik.

2. Antiplatelet (aspirin, clopidogrel)

Pemberian aspirin untuk pasien dengan stroke iskemik akut (AIS)

dalam waktu 24-48 jam setelah onset. Untuk mereka yang diobati

dengan alteplase IV, pemberian aspirin umumnya ditunda sampai 24

jam kemudian.

12
3. Antikoagulan (heparin, warfarin)

Heparin adalah obat antikoagulan yang paling banyak diresepkan

untuk profilaksis dan pengobatan DVT dan PE serta untuk pasien

dengan fibrilasi atrium.

4. Antihipertensi dan agen penurun lipid untuk pengobatan jika stroke

iskemik.

5. Osmoterapi. relaksan neuromuskuler. terapi pelindung saraf, restorasi

saraf, terapi reperfusi, dan penghambat saluran kalsium diberikan

untup pasien stroke hemoragik.12

13
Pada jurnal “Management Protocols And Encountered Complications

Among Stroke Patients Admitted To Stroke Unit Of Jimma University

Medical Center, Southwest Ethiopia: Prospective Observational Study”

pada paragraf 2 menyatakan, pengobatan yang dapat diberikan pada

pasien jika stroke iskemik yaitu, aktivator plasminogen jaringan (tPA),

antiplatelet (aspirin, clopidogrel), antikoagulan (heparin, warfarin),

antihipertensi dan agen penurun lipid. Sedangkan pengobatan untuk

stroke hemoragik adalah osmoterapi, relaksan neuromuskuler, terapi

pelindung saraf dan restorasi saraf, terapi reperfusi dan penghambat

saluran kalsium.

2.1.6 Pencegahan Stroke

Pencegahan penyakit stroke terdiri dari pencegahan primer dan

sekunder. Pada pencegahan primer meliputi upaya–upaya perbaikan pola

hidup dan pengendalian faktor–faktor risiko. Pencegahan sekunder, yakni

dengan mengendalikan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan

dapat digunakan sebagai penanda (marker) stroke pada masyarakat,

sedangkan pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi kita dapat

melakukan evaluasi kepada pasien stroke saat dirawat maupun ketika

keluar dari RS.13

14
Pada sitasi penelitian “Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And

Prevention” pada bagian Pencegahan paragraf 1 menyatakan,

pencegahan penyakit stroke dibagi menjadi 2 yaitu, pencegahan primer

(memperbaiki pola hidup dan mengendalikan faktor risiko), dan

pencegahan sekunder (melakukan evaluasi dan mengendalikan faktor

risiko yang dapat diubah).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Computed tomography (CT)

CT-Scan non-kontras sangat sensitif terhadap darah dan juga akan

mendeteksi hematoma subdural dan ekstradural.

2. Magnetic resonance (MR)

15
MRI memiliki sensitivitas yang lebih besar dan dapat mendeteksi

microbleeds serta memperkirakan usia darah berdasarkan karakteristik

sinyal T1 dan T2 pada pasien dengan presentasi yang lebih tertunda.

3. CT perfusion (CTP)

Lebih sensitif daripada CT non-kontras untuk mendeteksi cedera yang

tidak dapat diperbaiki.

4. CT dengan kontras (CTA)

Dapat mengidentifikasi oklusi pembuluh darah besar

5. Angiografi MR (MRA).14

16
Pada jurnal “Imaging Selection For Acute Stroke intervention” pada

paragraf 2 penulis menyatakan, CT non-kontras sangat sensitif terhadap

darah akut dan juga akan mendeteksi hematoma subdural dan

ekstradural, sedangkan MRI memiliki sensitivitas yang lebih besar dan

dapat mendeteksi microbleeds serta memperkirakan usia darah

berdasarkan karakteristik sinyal T1 dan T2 pada pasien dengan

presentasi yang lebih tertunda. Kemudian pada bagian identifying

ischemic injury paragraf 5 menyatakan, CTP lebih sensitif daripada CT

non-kontras untuk mendeteksi cedera yang tidak dapat diperbaiki.

Kemudian pada bagian emergency department pada paragraf 2

menyatakan, CTA dapat digunakan untuk visualisasi lesi perfusi besar

atau identifikasi oklusi pembuluh darah besar.

2.2 Rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke

yang bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan

fungsional pasien stroke, sehingga mereka mampu mandiri dalam

melakukan aktivitas sehari-hari.15

Pada sitasi penelitian “Hubungan Antara Rehabilitasi Dan Dukungan

Keluarga Dengan Kejadian Stroke Berulang (Studi Kasus Di Rsud Dr.

17
Adhyatma, Tugurejo Semarang)” pada bagian pembahasan paragraf 1

menyatakan, rehabilitasi merupakan program pemulihan stroke untuk

mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional sehingga

mampu mandiri dalam melakukan aktivitas seperti semula.

Program rehabilitasi dapat meningkatkan kapasitas fungsional,

kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, dan kualitas

hidup. Kepatuhan yang tinggi terhadap program rehabilitasi dianggap

sebagai indikasi motivasi, dan motivasi yang lebih tinggi pada awal

program rehabilitasi tampaknya meningkatkan hasil pada pasien stroke. 16

Pada jurnal “Motivational Strategies for Stroke Rehabilitation: A Delphi

Study” pada paragraf 1 menyatakan, program rehabilitasi dapat

meningkatkan kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari,

dan kualitas hidup. Kepatuhan berkaitan dengan motivasi dimana motivasi

yang tinggi pada awal program rehabilitasi dapat meningkatkan hasil pada

pasien stroke.

18
Program rehabilitasi multidisiplin yang ekstensif, mulai dari 5 hingga 20

jam terapi per minggu. Hasil kesehatan membaik, tetapi sisa gangguan,

batasan, dan kerusakan sering kali tetap ada. 17

Pada jurnal “Patients’ outcome expectations and their fulfilment in

multidisciplinary stroke rehabilitation” pada paragraf 1 menyatakan,

program rehabilitasi yang ekstensif mulai dari 5 hingga 20 jam terapi per

minggu dapat memberikan hasil kesehatan yang membaik, tetapi sisa

gangguan biasanya tetap ada.

2.2.1 Intervensi Rehabilitasi Medis pada Stroke

Rehabilitasi stroke dibedakan dalam 3 tahapan, di antaranya

rehabilitasi stadium akut yang dimulai setelah 24-72 jam pasca serangan

stroke, rehabilitasi stadium subakut dimulai 2 minggu-6 bulan pasca

serangan stroke, rehabilitasi stadium kronik di atas 6 bulan pasca stroke.

Salah satu pencapaian pemulihan tergantung pada kepatuhan mengikuti

fisioterapi dan keadaan tubuh. Proses dalam pemulihan pasca stroke

19
diantaranya pemulihan fungsi saraf otak dan pemulihan kemampuan

melakukan aktivitas.18

Pada jurnal “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Fisioterapi Pasien Pasca Stroke di RS Bethesda Yogyakarta ” pada

paragraf 8 menyatakan, rehabilitasi stroke dibedakan dalam 3 tahapan,

yaitu: rehabilitasi stadium akut, rehabilitasi stadium subakut, dan

rehabilitasi stadium kronik. Salah satu pencapaian pemulihan tergantung

pada kepatuhan mengikuti fisioterapi. Proses dalam pemulihan pasca

20
stroke diantaranya pemulihan fungsi saraf otak dan pemulihan

kemampuan melakukan aktivitas.

Penanganan rehabilitasi ini memerlukan beberapa orang yang memiliki

pendekatan multidisiplin seperti dokter keluarga, ahli rehabilitasi medik,

ahli syaraf, perawat, dan anggota keluarga.19

Pada jurnal “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan

Menjalani Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik Neurologi Rsud

Labuang Baji Makassar” pada paragraf 10 menyatakan, penanganan

rehabilitasi ini memerlukan beberapa orang yang memiliki pendekatan

multidisiplin seperti dokter keluarga, ahli rehabilitasi medik, ahli syaraf,

perawat dan anggota keluarga.

Program rehabilitasi secara menyeluruh dimulai pada saat di rumah

sakit dengan latihan fisik (fisioterapi), terapi okupasi, dan terapi wicara.

Kepatuhan pasien stroke dalam menjalani program rehabilitasi dapat

mempengaruhi kecepatan kesembuhan pasien dari kecacatan. 20

21
Pada jurnal “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Menjalani Rehabilitasi Medikpada Pasien Stroke (Studi di RSI Sunan

Kudus)” pada paragraf 3 menyatakan fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi

wicara merupakan program rehabilitasi stroke yang dapat dilakukan.

Kepatuhan pasien stroke dalam menjalani rehabilitasi dapat

mempengaruhi kesembuhan pasien dari kecacatan.

2.3 Kekuatan Otot

Kekuatan otot adalah adalah kemampuan otot menahan beban baik

berupa beban eksternal maupun beban internal. Kekuatan dari sebuah

otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktifitas. Latihan yang

terprogram akan mempengaruhi hasil yaitu tercapainya peningkatan

kekuatan otot setelah diberikan intervensi.21

22
Pada jurnal “Efektifitas Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan

Otot Pada Pasien Stroke: Study Systematic Review” pada paragraf 12

menyatakan, kekuatan otot adalah adalah kemampuan otot menahan

beban baik berupa beban eksternal maupun beban internal yang

diperlukan dalam melakukan aktifitas. Pada paragraf 18 menyatakan,

latihan yang terprogram mempengaruhi tercapainya peningkatan kekuatan

otot setelah diberikan perlakuan.

2.3.1 ROM (Range of motion)

Latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses

rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya

kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ROM merupakan

23
sekumpulan gerakan yang dilakukan pada bagian sendi yang bertujuan

untuk meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot. 22

Pada jurnal “Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non

Hemoragik Dengan Hemiparese Melalui Latihan Range Of Motion (Rom)

Pasif” pada bagian pembahasan paragraf 13 menyatakan, ROM

merupakan salah satu latihan dalam rehabilitasi yang dinilai cukup efektif

mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ROM

bertujuan untuk meningkatkan fleksibelitas dan kekuatan otot pasien

stroke.

Salah satu bentuk rehabilitasi awal pada penderita stroke adalah

dengan memberikan mobilisasi berupa ROM (Range Of Motion) baik pasif

maupun aktif. Pemberian latihan range of motion selama 2 minggu

dengan 8 kali pengulangan dan dilakukan 2 kali sehari dapat

mempengaruhi luas derajat rentang gerak sendi. 23

24
Pada jurnal “Pengaruh Latihan Range Of Motion Terhadap Rentang

Gerak Sendi Ekstremitas Atas Pada Pasien Pasca Stroke Di Makassar ”

pada paragraf 9 menyatakan, latihan ROM (Range Of Motion) dapat

dilakukan baik pasif maupun aktif. Pada bagian pembahasan paragraf 5

menyatakan, latihan ROM dilakukan selama 2 minggu dengan 8 kali

pengulangan dan dilakukan 2 kali sehari untuk hasil yang lebih baik.

2.4 Kepatuhan

Kepatuhan merupakan kesesuaian antara perilaku individu dengan

nasehat yang diberikan oleh tenaga kesehatan atau informasi yang

diperoleh dari sumber lain. Kepatuhan seseorang terhadap jadwal

fisioterapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor predisposisi

(pengetahuan, sikap, tradisi, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi), faktor pemungkin (fasilitas pelayanan kesehatan,

25
ketersediaan transportasi, biaya, jarak) dan faktor penguat (sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas

termasuk petugas kesehatan.18

Pada jurnal “Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan

Fisioterapi Pasien Pasca Stroke di RS Bethesda Yogyakarta” pada bagian

pembahasan paragraf 3 penulis menyatakan, kepatuhan merupakan

kesesuaian antara perilaku individu dengan nasehat yang diberikan oleh

tenaga kesehatan atau informasi yang diperoleh dari sumber lain.

Selanjutnya paragraf 4 penulis menyatakan kepatuhan seseorang

terhadap jadwal fisioterapi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.

Kepatuhan dalam mengikuti fisioterapi dan kondisi tubuh sangat

mempengaruhi pemulihan. Rehabilitasi tidak dapat menyembuhkan efek-

efek yang ditimbulkan oleh stroke, tetapi dapat membantu

mengoptimalkan fungsi tubuh yang terganggu. 24

26
Pada sitasi penelitian “Fungsi Motorik Ekstremitas Penderita Stroke

Iskemik Pasca Rehabilitasi” pada bagian pembahasan paragraf terakhir

menyatakan, kepatuhan sangat mempengaruhi rehabilitasi. Walaupun

tidak dapat menyembuhkan efek-efek yang ditimbulkan oleh stroke, tetapi

dapat membantu mengoptimalkan fungsi tubuh yang terganggu.

Ketidakpatuhan kontrol dapat disebabkan karena berbagai faktor

perilaku. Ketidakpatuhan kontrol merupakan faktor risiko utama yang

meningkatkan risiko stroke berulang.25

27
Dalam jurnal “Gambaran Kepatuhan Kontrol Pada Pasien Stroke” pada

paragraf 3 menyatakan, Ketidakpatuhan kontrol ini disebabkan karena

berbagai faktor perilaku dan merupakan faktor risiko utama yang dapat

meningkatkan resiko stroke berulang.

28
2.5 Kerangka Teori

Kepatuhan
pasien

1. Stroke
iskemik
Rehabilitasi 2. Stroke
Stroke
hemoragik

Jenis terapi rehabilitasi


Manifestasi klinis:
medik :
1. Gangguan motoris
1. Fisioterapi
2. Gangguan sensoris
2. Terapi okupasi
3. Gangguan otonom
3. Terapi wicara
4. Gangguan bicara
4. Ortotik prostetik
5. Gangguan kognitif
5. Mobilisasi
6. Gangguan emosi

Peningkatan kekuatan
otot

29
2.6 Kerangka Konsep

Kepatuhan
Rehabilitasi Kekuatan otot

Keterangan:

= Variabel Independent

= Variabel dependent

2.7 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 :Terdapat pengaruh kepatuhan menjalani rehabilitasi terhadap

peningkatan kekuatan otot

H0 : Tidak terdapat pengaruh kepatuhan menjalani rehabilitasi terhadap

peningkatan kekuatan otot

30
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Literature Review dengan

desain Narrative Review. Studi literature review adalah cara yang dipakai

untuk mengumpulkan data atau sumber yang berhubungan pada sebuah

topik tertentu.

3.2 Jenis Data

Jenis data pada penilitian ini berupa data sekunder yaitu 3 jurnal ilmiah

terakreditasi internasional, 10 jurnal ilmiah terakreditasi nasional, 5 sitasi

tulisan berupa penelitian, tinjauan pustaka, dan laporan kasus dosen, 3

Clinical key, 2 Textbook, 1 laporan kasus, dan 1 proceedings .

3.3 Kriteria Sampel

3.3.1 Kriteria Inklusi

a. Klien stroke iskemik (non hemoragik).

b. Klien yang mengalami hemiparase

c. Klien yang tidak mengalami fraktur.

d. Klien dengan pasca serangan 24 jam sampai 14 hari.

e. Klien tidak terjadi resiko TIK (Tekanan Intra Kranial).

f. Dengan intervensi atau perlakuan latihan aktif.

3.3.2 Kriteria Eksklusi

a. Klien stroke hemoragik.

b. Klien yang tidak sadar.

31
c. Klien yang afasia (sulit berkomunikasi).

3.4 Alur Penelitian

BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
BAB I Kumpulkan referensi
sesuai ketentuan (Minimal 20 Referensi)
PENDAHULUAN fakultas
Mahasiswa memberi
pengantar disetiap
refensi

Membuat priortias yang BAB III


paling berhubungan Review referensi
dengan judul KTI METODOLOGI
PENELITIAN

Membahas abstrak, Tampilkan kelebihan dan


jika masih kurang kelemahan masing- BAB IV
maka cek isi. masing referensi dengan
narasi sendiri HASIL DAN
PEMBAHASAN

BAB V

KESIMPULAN &
SARAN

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Darotin, R., & Nurdiana, N. T. (2017). Analisis Faktor Prediktor

Mortalitas Stroke Hemoragik Di Rumah Sakit Daerah Dr. Soebandi

Jember. Nurseline Journal, 2(2), 134-145.

2. Pongantung, H., Jmj, S. A. S., & Melchi, S. D. (2018). Pengaruh Range

Of Motion Pada Ekstremitas Bawah Terhadap Keseimbangan Berjalan

Pada Pasien Pasca Stroke Di Rs. Stella Maris Makassar. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Diagnosis, 12(3), 271-276.

3. Susanti, S., & BIstara, D. N. Pengaruh Range of Motion (ROM)

terhadap Kekuatan Otot pada Pasien Stroke. Jurnal Kesehatan

Vokasional, 4(2), 112-117.

4. Alini, T. (2019). Pengaruh Pemberian Latihan Range Of Motion (Rom)

Terhadap Kemampuan Motorik Pada Pasien Post Stroke Di Rs Adam

Malik Medan. Jurnal Ilmiah Simantek, 3(2).

5. Dharma, K. K. (2018). Pemberdayaan Keluarga untuk

Mengoptimalkan Kualitas Hidup Pasien Paska Stroke. Deepublish.

6. Greenham, M., Knight, S., RoddaPhD, J., Scheinberg, A., Anderson,

V., Fahey, M. C., ... & Victorian Subacute Childhood Stroke Advisory

Committee. (2020). Australian clinical consensus guideline for the

subacute rehabilitation of childhood stroke. International Journal of

Stroke, 1747493020941279.

7. Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama Riskesdas 2018. Online)

http://www. depkes. go. id/resources/download/info-

33
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil% 20Riskesdas, 202018.

8. Hartono, W., & Darmawan, E. S. (2018, August). Stroke care: Stroke

unit versus non stroke unit. In Proceedings of the International

Conference on Applied Science and Health (No. 3, pp. 340-347).

9. van Afflen, Z., & Que, B. J. (2017). Stroke Iskemik Emboli Dengan

Transformasi Hemoragik. Molucca Medica, 152-164.

10. Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M. S. (2017). Stroke risk factors,

genetics, and prevention. Circulation research, 120(3), 472-495.

11. Setyawan, A. D., Rosita, A., & Yunitasari, N. (2017). Pengaruh

Pemberian Terapi ROM (Range Of Motion) Terhadap Penyembuhan

Penyakit Stroke. GLOBAL HEALTH SCIENCE (GHS), 2(2)

12. Fekadu, G., Chelkeba, L., Melaku, T., Gamachu, B., Gebre, M.,

Bekele, F., & Fetensa, G. (2019). Management protocols and

encountered complications among stroke patients admitted to stroke

unit of Jimma university medical center, Southwest Ethiopia:

Prospective observational study. Annals of Medicine and Surgery, 48,

135-143.

13. Mutiarasari, D. Ischemic Stroke: Symptoms, Risk Factors, And

Prevention. Medika Tadulako: Jurnal Ilmiah Kedokteran Fakultas

Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 6(1), 60-73.

14. Campbell, B. C., & Parsons, M. W. (2018). Imaging selection for acute

stroke intervention. International Journal of Stroke, 13(6), 554-567.

15. Tyas, K. F. C., Udiyono, A., Saraswati, L. D., & Susanto, H. S. (2019).

34
Hubungan Antara Rehabilitasi Dan Dukungan Keluarga Dengan

Kejadian Stroke Berulang (Studi Kasus Di Rsud Dr. Adhyatma,

Tugurejo Semarang). Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(4),

728-734.

16. Oyake, K., Suzuki, M., Otaka, Y., Momose, K., & Tanaka, S. (2020).

Motivational Strategies for Stroke Rehabilitation: A Delphi Study.

medRxiv.

17. Groeneveld, I. F., Goossens, P. H., van Braak, I., van der Pas, S.,

Meesters, J. J., Mishre, R. D. R., ... & SCORE-study group. (2019).

Patients’ outcome expectations and their fulfilment in multidisciplinary

stroke rehabilitation. Annals of physical and rehabilitation medicine,

62(1), 21-27.

18. Fadlilah, S., Lanni, F., & Purnomo, R. T. Analisis Faktor yang

Berhubungan dengan Kepatuhan Fisioterapi Pasien Pasca Stroke di

RS Bethesda Yogyakarta.

19. Taher, R. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi Pasien Pasca Stroke Di Poliklinik

Neurologi Rsud Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Keperawatan

dan Kebidanan Holistic Care, 2(02), 128-137.

20. Jannah, A. A. M., & Azam, M. (2017). Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kepatuhan Menjalani Rehabilitasi Medik pada

Pasien Stroke (Studi di RSI Sunan Kudus). Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 10(2)

35
21. Syahrim, W. E. P., Azhar, M. U., & Risnah, R. (2019). Efektifitas

Latihan ROM Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Pada Pasien

Stroke: Study Systematic Review. MPPKI (Media Publikasi Promosi

Kesehatan Indonesia): The Indonesian Journal of Health Promotion,

2(3), 186-191.

22. Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot

Pasien Stroke Non Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan

Range of Motion (ROM) Pasif. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2),

354-363.

23. Anita, F., Pongantung, H., Ada, P. V., & Hingkam, V. (2018). Pengaruh

Latihan Range of Motion Terhadap Rentang Gerak Sendi Ekstremitas

Atas Pada Pasien Pasca Stroke di Makassar. Journal of Islamic

Nursing, 3(1), 97-99.

24. Wijaya, B. J. (2019). Fungsi Motorik Ekstremitas Penderita Stroke

Iskemik Pasca Rehabilitasi. Syifa'medika: Jurnal Kedokteran dan

Kesehatan, 8(1), 26-29.

25. Cahyono, S. D., Maghfirah, S., & Verawati, M. (2019). Gambaran

Kepatuhan Kontrol Pada Pasien Stroke. Health Sciences Journal,

3(2), 14-22.

36
LAMPIRAN

Referensi 1

Referensi 2

Referensi 3

37
Referensi 4

Referensi 5

38
Referensi 6

Referensi 7

39
Referensi 8

Referensi 9

40
Referensi 10

Referensi 11

41
Referensi 12

Referensi 13

42
Referensi 14

43
Referensi 15

Referensi 16

Referensi 17

44
Referensi 18

45
Referensi 19

Referensi 20

46
Referensi 21

Referensi 22

47
Referensi 23

Referensi 24

48
Referensi 25

49
50

Anda mungkin juga menyukai